FERMENTASI DAGING
Disusun sebagai syarat memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Pangan
Dosen Pengampu:
Saiful Bahri, S.Si., M.Si.
Disusun Oleh:
Maharani Raihan A. A. 17330058
Mutiya Juniarti 17330060
Sari Luhing Lamiang 17330093
Emirensiana Vinsensia 17330109
Maghfirah Novi Zindriany 18330737
Sagita Rahmadhani 18330737
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Fermentasi Daging ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Mikrobiologi Pangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang cara Fermentasi Daging bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis,
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
memperpanjang daya simpan, menjadikan daging lebih mudah dicerna serta untuk
penganekaragaman produk daging.
Sosis fermentasi (salami) merupakan produk fermentasi olahan daging dengan
penggunaan kultur bakteri asam laktat, yang mengubah karbohidrat menjadi asam laktat.
Kultur yang sering digunakan dan tersedia secara komersial berasal dari golongan
Streptococcus, Lactobacillus dan golongan Micrococcus (Jay, 2000; Kato et al., 2004),
Lactobacillus plantarum, Lactobacillus sake, L. curvatus, Pediococcus lacidactici dan
kombinasi yang tepat dengan P. pentosaceus (ErdoTMrul et al., 2002).
Secara alami, terdapat spesies bakteri asam laktat yang tumbuh pada daging sapi murni,
salah satunya adalah L. plantarum (Arief et al., 2005). Kultur sosis fermentasi yang
diisolasi dari daging sapi murni diharapkan dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan
sosis fermentasi dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan penggunaan kultur
komersial yang bukan diisolasi dari daging sapi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi
dari Bahasa Latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti kata dari
atau mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi pada ekstraksi
penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Arti kata fermentasi berubah pada
5
tekstur yang baik pada bahan pangan yang difermentasi. Mikroorganisme
Fermentasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu spontan dan tidak
fermentasi tidak spontan adalah yang ditambahkan starter atau ragi dalam
untuk memperpanjang umur siman produk susu. Produk fermentasi susu dapat
1) fermentasi laktat,
2) fermentasi yeast-laktat,
3) fermentasi kapang-laktat.
6
2.2 Peran Mikroorganisme Dalam Teknologi Fermentasi
pembentuk asam laktat, asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil
fermentasi adalah :
ini:
7
dan semuanya mempunyai nilai ekonomis penting dalam
industri susu.
dan sayuran.
sayuran dan juga ditemukan dalam sari buah, anggur, dan bahan
pangan lainnya.
Jenis ini umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dari pada
8
2.2.2 Bakteri Asam Propionat
(Suprihatin, 2010)
2.2.4 Khamir
dalam produksi minuman beralkohol seperti bir dan anggur dan juga
(Suprihatin, 2010).
9
2.2.5 Kapang
2.3 Daging
2005). Menurut Lawrie (1995), daging terdiri atas 75 persen air, 19 persen
protein, 3,5 persen substansi non protein yang larut, dan 2,5 persen lemak.
Nilai pH otot setelah hewan mati akan menurun dari 7,4 (awal) menjadi 5,-5,7
pada jam ke-6 hingga jam ke-8, kemudian nilai pH tersebut akan menurun
mencapai pH akhir sekitar 5,3-5,7 pada jam ke-24 postmortem (Aberle et al.,
2001). Daging olahan mengandung lebih sedikit protein dan air, dan lebih
(Soeparno, 2005)
dingin),
10
c) daging segar yang dilayukan, didinginkan kemudian dibeku
(daging beku),
d) daging masak,
f) daging olahan.
esensia
T
Arginin 6,9 Alanin 6,4
a
Histidin
b 2,9 Asam aspartat 8,8
Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino
pembangun protein tubuh yang berasal dari makanan dan tidak dapat dibentuk
di dalam tubuh. Selain kaya protein, daging juga mengandung energi sebesar
250 kkal/100 g. Jumlah energi dalam daging ditentukan oleh kandungan lemak
11
lemak marbling. Kadar lemak pada daging berkisar antara 5-40%, tergantung
pada jenis spesies, makanan, dan umur ternak. Daging juga merupakan sumber
mineral, kalsium, fosfor, dan zat besi, serta vitamin B kompleks (niasin,
Dalam daging segar, sebelum dimasak, bentuk kimia yang paling penting
adalah oksimioglobin. Walau itu terjadi di permukaan saja, pigmen ini sangat
bahan pangan asal ternak yang mengandung nutrisi berupa air, protein,
dapat berasal dari infeksi dari ternak hidup dan kontaminasi daging
pekerja dan juga berasal dari tanah, Lawrie (1979) dalam Soeparno
12
(2015) mengungkapkan bahwa mikroorganisme yang berasal dari
2015).
13
Pertumbuhan bakteri terdiri dari 4 fase yaitu:
paling cepat;
3. fase stationer adalah fase dimana jumlah bakteri yang berkembang biak
4. fase autolisis (kematian) adalah fase dimana jumlah bakteri yang mati
(Pratiwi dkk., 2004 dalam Destriayana dkk., 2013). Pada fase adaptasi,
(Prihharsanti, 2009).
14
BAB III
PEMBAHASAN
Fermentasi proses yang terjadi karena adanya perubahan kimia dalam bahan pangan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Adapun enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh
mikroorganisme atau yang telah ada dalam bahan pangan. Pada bahan pangan yang
difermentasi dapat memberikan flavor oleh bakteri tertentu. Fermentasi dilakukan dengan cara
spontan dan tidak spontan, Mikroorganisme tumbuh dan juga berkembang merubah bahan
yang difermentasi menjadi proses yang diinginkan.
Beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti suhu, pH, substrat, juga kandungan nutrisi
(Hidayat dan Suhartini 2013). Daging olahan, mengandung sedikit protein dan air juga
mengandung lebih banyak lemak dan mineral. Penambahan bumbu dan garam mempengaruhi
kenaikan mineral. Sedangkan penambahan karbohidrat mempengaruhi naiknya nilai kalori
(Soeparno,2005).
Produk daging fermentasi salah satunya yang sering dijumpai seperti sosis fermentasi. Dibuat
dari campuran daging mentah, lemak dan juga bahan yang lain lalu Setelahnya dibiarkan agar
terjadinya proses fermentasi dan proses pematangan. Bahan dasar yang digunakan dalam
pembuatan daging atau sosis fermentasi merupakan daging juga lemak dari berbagai spesies.
sosis fermentasi merupakan produk fermentasi olahan daging dengan menggunakan kultur
bakteri asam laktat yang mengubah karbohidrat menjadi asam laktat. secara alami terdapat
spesies bakteri asam laktat yang tumbuh pada daging sapi murni salah satu antaranya adalah
L. Plantarum. Kultur sosis fermentasi yang diisolasi dari daging sapi murni diharapkan dapat
tumbuh dengan baik dan menghasilkan sosis fermentasi dengan kualitas yang lebih baik
dibandingkan penggunaan kultur komersial yang bukan diisolasi dari daging sapi.
Kultur kering komersial untuk sosis fermentasi mempunyai jumlah bakteri asam laktat
minimal 106 CFU/g. Proses pengeringan kultur bertujuan untuk meningkatkan daya simpan
dan kestabilan kultur. Kultur starter kering L. plantarum 1B1 dibuat dengan menggunakan
media pertumbuhan rekonstitusi susu skim bubuk 20% dengan tambahan bahan kriogenik
sukrosa 10%, lalu campuran disterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit. Larutan
kemudian didinginkan hingga mencapai suhu ruang (25-27oC) dan diinokulasi dengan 2%
kultur kerja L. plantarum. Kultur diinkubasi pada suhu 37oC selama 18 jam dan dihitung
populasinya. Bila jumlah populasi kurang dari 108 CFU/ml maka pembuatan kultur kering
15
tidak dilanjutkan. Bila jumlah populasi lebih besar dari 108 CFU/ml, maka ke dalam kultur
kemudian ditambah 20% susu skim bubuk sebagai bahan pengisi. Kultur selanjutnya
dikeringbekukan dengan freeze dryer pada uhu -90C selama 48 jam. Sebagian kultur hasil
proses freeze drying selanjutnya dihitung populasinya langsung, tanpa disimpan terlebih
dahulu untuk digunakan sebagai kultur kering pada pembuatan salami kontrol. Kultur kering
disimpan selama 15, 30 dan 45 hari untuk dilihat pengaruhnya terhadap kualitas mikrobiologi
salami daging sapi dan domba. setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan sosis fermentasi.
Proses Pembuatan sosis fermentasi diawali dengan proses standarisasi daging sebanyak 80%
dengan mengelompokkan daging utuh dan dengan daging yang masih megandung lemak dan
20% lemak distandarisasi dengan memisahkan lemak utuh dan lemak yang masih
mengandung daging. daging yang sudah distandarisasi dipisah menjadi 2 bagian yakni
seperempat daging digiling dan tiga perempat bagian lainnya diiris- iris lalu kemudian
dibekukan. daging giling dalam cutter lalu dimasukkan secara berurutan NPS (nitrit poekeln
salt) 2%, gula 2%, starter kultur sebanyak 2% w/w (sesuai dengan perlakuan lama
penyimpanannya) dan bumbu-bumbu (bawang putih 2%, pala 2%, garam dapur 2% dan jahe
2%). Adonan yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam selongsong atau casing sosis
berdiamater 4,5 cm. Proses conditioning dilakukan pada suhu kamar selama 24 jam, kemudian
dilanjutkan dengan proses fermentasi pada suhu kamar selama 6 hari yang diselingi dengan
proses pengasapan selama 2 jam setiap harinya pada suhu kamar.
Berdasarkan hasil uji menggunakan program komputer menunjukkan bahwa isolat
1B1 adalah spesies bakteri asam laktat L. Plantarum dengan akurasi 99%. Selama
penyimpanan 15 hari, kultur kering L. Plantarum tidak mengalami penurunan signifikan.
Rataan viabilitas kultur kering tersebut selama 15 hari penyimpanan, yaitu 5,3x1012 CFU/g.
Jumlah rataan selama 30 hari penyimpanan yaitu 4,5x108 CFU/g. Viabilitas mengalami
pengurangan yang menunjukkan terjadinya kerusakan sel bakteri selama penyimpanan .
Berpengaruh terhadap daya hidupnya setelah penyimpanan. Jumlah rataan 45 hari
penyimpanan yaitu 3,0x108CFU/g . Menunjukkan tidak adanya penurunan dari hari ke-30
sampai ke 45 hari penyimpanan. Viabilitas kultur kering L. Plantarum dapat pula di lihat
berdasarkan tabel 1.
Tabel 1. Viabilitas kultur kering L. Plantarum selama penyimpanan (CFU/g)
16
Peubah Lama penyimpanan
kultur (hari)
0 15 30 45
Validasi 7,1 x 1012 5,3 x 1012 ± 4,5 x 108 ± 3,0 x 108 ±
± 2,4 x 1012 (a) 5,3 x 107 1,7 x 108 (b)
4,1 x 1012 (b)
(a)
17
Hasil sejalan dengan hasil penelitian Arkoudelos et al. (1998) yang
menunjukkan adanya pengurangan maupun penghambatan bakteri patogen S. aureus pada
produk fermentasi daging oleh starter kultur L. plantarum. Penghambatan disebabkan
adanya senyawa antimikroba yang diproduksi oleh bakteri asam laktat tertentu. L.
plantarum menghasilkan senyawa antimikroba laktolin yang ternyata dapat menghambat
pertumbuhan S. aureus.
Berdasarkan hasil yang didapatkan, suhu fermentasi yang digunakan yaitu suhu
ruang (26-27oC).Sedangkan lama penyimpanan kultur tidaklah berpengaruh terhadap
jumlah koliform sampai 45 hari penyimpanan,terjadi karena bakteri asam laktat
mengandung antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Bakteri
asam laktat spesies L. plantarum dapat menghasilkan senyawa antimikroba hidrogen
peroksida yang berfungsi dalam menurunkan permiabilitas molekul struktur dari E. coli .
Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa di dalam sosis fermentasi, baik daging sapi
maupun daging domba, tidak mengandung Salmonella. Aktivitas bakteri asam laktat di
dalam sosis yang masih baik dapat menghasilkan senyawa organik, bakteriosin dan
antimikroba yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri patogen, misalnya H2O2 yang
dihasilkan L. plantarum dapat menghambat pertumbuhan Salmonella (Nowroozi et al.,
2004). Kandungan aw pada sosis fermentasi baik daging sapi maupun domba yang berkisar
pada 0,88, menyebabkan terhambatnya pertumbuhan Salmonella.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fermentasi proses yang terjadi karena adanya perubahan kimia dalam bahan pangan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Adapun enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh
mikroorganisme atau yang telah ada dalam bahan pangan. Pada bahan pangan yang
difermentasi dapat memberikan flavor oleh bakteri tertentu. Fermentasi dilakukan dengan
cara spontan dan tidak spontan, Mikroorganisme tumbuh dan juga berkembang merubah
bahan yang difermentasi menjadi proses yang diinginkan.
Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa di dalam sosis fermentasi, baik daging sapi
maupun daging domba, tidak mengandung Salmonella. Aktivitas bakteri asam laktat di
dalam sosis yang masih baik dapat menghasilkan senyawa organik, bakteriosin dan
antimikroba yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri patogen, misalnya H2O2 yang
dihasilkan L. plantarum dapat menghambat pertumbuhan Salmonella (Nowroozi et al.,
2004). Kandungan aw pada sosis fermentasi baik daging sapi maupun domba yang berkisar
pada 0,88, menyebabkan terhambatnya pertumbuhan Salmonella.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, D.E., J.C. Forrest, DE Gerrard and E.W. Mills. 2001. Principles of Meat Science.
Fourth Edition. W. H. Freeman and Company. San Fransisco, United States of America
Hidayat, Nur, Masdiana dan Sri Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Soeparno. (2005). Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Nowroozi, J., M. Mirzaii & M. Norouzi. 2004. Study of Lactobacillus as probiotic bacteria.
Soeparno.(2005). Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4 . Gadjah Mada University Press
. Yogyakarta.
Arief,dkk .(2008). Kualitas Mikrobiologi Sosis Fermentasi Daging Sapi dan Domba yang
Menggunakan Kultur Kering Lactobacillus plantarum 1B1 dengan Umur yang Berbeda.
Hidayat, nur, Masdiana dan Sri Suhartini.2006. mikrobiologi Industri .Yogyakarta: penerbit
Andi.
20