Anda di halaman 1dari 6

10

Stock Peternakan Vol. 2 No. 1 , 2020 ISSN 2599-3119


http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Sptr/index

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG


(Studi Kasus : Desa Tebing Tinggi dan Desa Pematang Panjang
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo)

Bopalyon Pedi Utama*

Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan Universitas Muara Bungo


Jl. Lintas Sumatera KM. 06 Sei Binjai, Bathin III, Kab. Bungo
e-mail : Bopal050788@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tebing Tinggi dan Desa Pematang Panjang
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 06 Mei 2018 sampai dengan tanggal 28 Mei 2018. Penelitian ini bertujuan
menganalisa pendapatan dan kelayakan usaha peternakan sapi potong ditinjau dari aspek
finansial melalui perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) dan Return Of Investmen (ROI).
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan cara pengamatan dan wawanca
langsung. Pengambilan peternak sebagai responden penelitian yaitu secara Purposive
Sampling, responden yang diambil 15 KK di Desa Tebing Tinggi dan 15 KK di Desa
Pematang Panjang. Lokasi ini dipilih dikarenakan desa ini merupakan salah satu sentral
peternakan sapi diwilayah Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo. Data di
analisis dengan menggunakan model analisis pendapatan dan analisis kelayakan finansial.
Kemudian data ditabulasi dan diolah secara matematis, melalui penjumlahan, rataan dan
persentase kemudian diuraikan secara deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan/thn di Desa Tebing Tinggi dan
Desa Pematang Panjang Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo sebesar
Rp.174.461.000 atau pendapatan/bln Rp.14.538.417 atau pendapatan/bln/peternak sebesar
Rp.484.614.
Berdasarkan kelayakan usaha peternakan sapi potong di Desa Tebing Tinggi dan Desa
Pematang Panjang Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo layak
dikembangkan secara finansial dikarenakan nilai BCR > 1 yaitu sebesar 1,24 dan nilai ROI
sebesar 27,30% artinya nilai ROI > suku bunga bank yaitu sebesar 6,30%.

Kata Kunci : Pendapatan, Kelayakan Finansial, Peternakan Sapi Potong.

*
Korespondensi
(corresponding author):
e-mail : Bopal050788@gmail.com
11
Stock Peternakan Vol. 2 No. 1 , 2020 ISSN 2599-3119
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Sptr/index

Penelitian ini dilaksanakan di Desa


Tebing Tinggi dan Desa Pematang Panjang
PENDAHULUAN Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Ternak sapi adalah hewan peliharaan Kabupaten Bungo. Penelitian ini dilaksanakan
yang sebagian besar dari kehidupannya diatur pada tanggal 06 Mei 2018 sampai dengan
dan diawasi oleh manusia dan dipelihara tanggal 28 Mei 2018.
khususnya diambil manfaatnya untuk
kepentingan manusia, manfaat sapi untuk Penelitian dilakukan dengan metode
kehidupan manusia dapat digolongkan survei dengan cara pengamatan dan wawanca
kedalam segi ekonomis, pemenuhan gizi dan langsung. Pengambilan peternak sebagai
sosial budaya. responden penelitian yaitu secara Purposive
Peternakan sapi di Indonesia Sampling, responden yang diambil 15 KK di
mempunya arti yang cukup penting dalam Desa Tebing Tinggi dan 15 KK di Desa
perekonomian khususnya perekonomian Pematang Panjang. Lokasi ini dipilih
rakyat. Sapi dapat memberikan penghasilan dikarenakan desa ini merupakan salah satu
tambahan bagi petani dan merupakan sumber sentral peternakan sapi diwilayah Kecamatan
tenaga kerja dibidang pertanian. Menurut Tanah Sepenggal Lintas kabupaten Bungo.
Sosroamidjojo dan Soeradji (1990)
menyatakan bahwa peran ternak sapi sebagai Analisis Data
sumber protein juga merupakan sumbangan Data di analisis dengan menggunakan
pendapatan atau sebagai tabungan khususnya model analisis pendapatan dan analisis
bagi keluarga peternak. Guntoro (2000) kelayakan finansial melalui perhitungan BCR
menambahkan bahwa masyarakat yang dan ROI. Kemudian data ditabulasi dan diolah
memelihara ternak sapi 2-5 ekor merupakan secara matematis, melalui penjumlahan,
ketegori usaha sambilan. rataan dan persentase kemudian diuraikan
Selain memiliki nilai ekonomis ternak secara deskriptif.
sapi memiliki nilai penting dalam Untuk menghitung pendapatan dari
perekonomian khususnya perekonomian kegiatan ternak sapi, dapat dapat dihitung
rakyat, pada umumnya pemeliharaan ternak dengan rumus (Rahim, 2007).
dilakukan didaerah pedesaan, hal ini
ditunjang oleh beberapa faktor antara lain 𝝅 = TR - TC
lahan dipedesaan masih cukup luas umunya Dimana :
pakan ternak masih banyak ditemukan 𝜋 = Pendapatan Usaha dari Pemeliharaan
misalnya rumput, daun-daunan dan berbagai Ternak Sapi
macam limbah pertanian, sementa itu ternak TR = Total Revenue (Total Penerimaan dari
sapi sebagai tabungan khususnya untuk Pemeliharaan Sapi)
kebutuhan ekonomi yang mendesak TC = Total Cost (Total Pengeluaran dari
(Murtidjo, 1992). Pemeliharaan Sapi)

METODE PENELITIAN

*
Korespondensi
(corresponding author):
e-mail : Bopal050788@gmail.com
12
Stock Peternakan Vol. 2 No. 1 , 2020 ISSN 2599-3119
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Sptr/index

Freddy (2006), Untuk melihat analisis penelitian ini yaitu terdiri dari jumlah
finansial kelayakan usaha dapat dihitung responden, umur, pendidikan, pengalaman
dengan rumus sebagai berikut: beternak dan pengetauhuan ternak (Tabel 1).
𝐏𝐕 𝐁𝐞𝐧𝐞𝐟𝐢𝐭 Tabel 1. Identitas Peternakan Sapi Potong
𝐁𝐂𝐑 =
𝐏𝐕 𝐂𝐨𝐬𝐭 Desa Tebing Tinggi dan Desa
Pematang Panjang Kec. Tanah
Dimana : Sepenggal
PV Benefit = Present Value dari benefit Uraian Data Primer
Jumlah Responden 30
PV Cost = Present Value dari Cost
Umur (Tahun) 35-63 thn (52,03%)
Dengan kiteria :
Pendidikan Tamat SD = 20 (66,67%)
B/C > 1, artinya usaha ternak potong layak Tamat SMP = 6 (20,00%)
diusahakan Tamat SMA = 4 (13,33%)
B/C = 1, artinya usaha ternak sapi potong Pengalaman Beternak 14,7 tahun
impas (tidak untung dan tidak rugi)
B/C < 1, artinya usaha ternak sapi potong Pengetauhuan Turun temurun, belajar sendiri
dan pelatihan
tidak layak

Return Of Investmen (ROI) Umur


merupakan suatu ukuran rasio untuk Peternak dalam pemeliharaan ternak
mengetauhui tingkat pengembalian modal. Sapi Potong Desa Tebing Tinggi dan Desa
Dengan rumus sebagai berikut : Pematang Panjang berada pada kondisi umur
35-63 tahun dengan rata-rata yaitu 52,03%.
𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
𝐑𝐎𝐈 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎% Kondisi umur ini termasuk usia produktif
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 (𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥) bekerja pada dasarnya berkisaran antara umur
Dengan kiteria : 20 tahun sampai dengan umur 65 tahun.
ROI > tingkat suku bunga bank, maka usaha Menurut harjono, dkk (1990) bahwa umur
ini layak dilaksanakan produktif tenaga kerja antara 25-65 tahun.
ROI < tingkat suku bunga bank, maka usaha Sedangkan menurut pernyataan Soekartawi
ini tidak layak dilaksanakan (1998), bahwa secara praktis pengertian
produktif dan bukan produktif hanya
HASIL DAN PEMBAHASAN dibedakan umur, dimana pada umur 20-65
tahun digolongkan kepada usia produktif.
Karakteristik Peternak
Pemeliharaan sapi dikategorikan Pendidikan
sebagai peternakan rakyat atau sebagai usaha Pendidikan merupakan salah satu
sambilan yang mempunyai populasi 2-5 ekor, syarat penunjang berhasil tidaknya beternak,
sehingga ternak tersebut sebagai tabungan. karena pendidikan juga berpengaruh pada
Menurut Guntoro (2002) menambahkan cara berpikir dalam mengambil keputusan
bahwa masyarakat yang memelihara ternak karena akan lebih mudah menerima suatu hal
sapi 2-5 ekor merupakan ketegori usaha yang baru dan memiliki cara pandang yang
sambilan. Peternakan dalam responden dalam lebih baik terhadap suatu obyek. Berdasarkan
*
Korespondensi
(corresponding author):
e-mail : Bopal050788@gmail.com
13
Stock Peternakan Vol. 2 No. 1 , 2020 ISSN 2599-3119
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Sptr/index

pada tabel 1 bahwa rata-rata tingkat dalam mengatasi serta mengambil keputusan,
pendidikan Peternakan Sapi Potong Desa semakin lama waktu dijalani maka semakin
Tebing Tinggi dan Desa Pematang Panjang banyak pula pengalaman. Swastha (1987),
Kec. Tanah Sepenggal tamat SD 66,67%, bahwa pengalaman dapat mempengaruhi
tamat SMP 20,% dan tamat SMA 13,3%. seseorang dalam bertingkah laku, pengalaman
Walaupun pendidikan mereka rendah dapat diperoleh dari semua perbuatan dimasa
namun usaha peternakan sapi tetap berhasil lampau atau dapat pula dipelajari sebab
dikarenakan didukung oleh pengetauhuan dan dengan belajar seseorang akan memperoleh
pengalaman yang cukup memadai. Menurut pengetauhuan.
Kanisius (1993), menyatakan bahwa
pengetauhuan beternak merupakan salah satu Analisis Pendapatan
faktor bagi berhasil tidaknya suatu usaha Penerimaan
peternakan, karena untuk bisa mengatasi Menurut Soekardono (2009), bahwa
kesulitan-kesulitan yang dihadapi tentunya penerimaan dari hasil usaha adalah segala
peternak dituntut memiliki pengetauhuan sesuatu yang dihasilkan dari suatu produk
beternak, keterampilan beternak, pengalaman usaha tani. Semakin besar produk yang
beternak, dan memiliki jiwa beternak. dihasilkan maka semakin besar pula
penerimaan yang kita peroleh. Penerimaan
Pengetauhuan usaha ternak sapi potong Desa Tebing Tinggi
Selama pemeliharaan peternak dapat dan Desa Pematang Panjang Kec. Tanah
menjalankan usahanya dengan semestinya, Sepenggal Lintas yaitu sebesar
sehingga usahanya mendapatkan hasil, karena Rp.272.100.000 yang terdiri dari nilai ternak
didukung dengan pengetauhuan dan sapi sebesar Rp. 183.000.000 dan penjualan
pengalaman yang cukup memadai walaupun feces sebesar Rp.89.100.000.
peternak masih berpendidikan rendah namun
Tabel 2. Laporan Laba Rugi Peternakan Sapi
mereka bisa menulis dan membaca. Menurut
Potong Desa Tebing Tinggi dan Desa
Kansius (1993), menyatakan bahwa
Pematang Panjang Kec. Tanah
pengetauhuan beternak merupakan salah satu
Sepenggal Lintas
faktor berhasil tidaknya suatu usaha No Uraian Jumlah (Rp)
peternakan, karena bisa mengatasi kesulitan Penerimaan :
yang dihadapi, tentunya peternak dituntut - Pertambahan Nilai Ternak 183.000.000
1
memiliki pengetauhuan beternak, Sapi
keterampilan beternak, pengalaman beternak - Penjualan Feces 89.100.000
Total Penerimaan 272.100.000
dan memiliki jiwa beternak.
Biaya Tetap
- Penyusutan Kandang 4.748.000
Pengalaman - Penyusutan Peralatan 1.713.000
2
Rata-rata pengalaman beternak yaitu (Cangkul, sabit, skop, sapu
14,7 tahun dalam ketegori berpengalaman. lidi, sikat, arit)
- PBB 273.000
Berdasarkan hal tersebut peternak dalam
Total Biaya Tetap 6.734.000
mengelola usaha ternak dengan baik tanpa Biaya Tidak Tetap (Biaya
menemui kendala yang berarti. Lama 3
Variabel)
seseorang beternak maka akan memudahkan
*
Korespondensi
(corresponding author):
e-mail : Bopal050788@gmail.com
14
Stock Peternakan Vol. 2 No. 1 , 2020 ISSN 2599-3119
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Sptr/index

- Tenaga Kerja 10.200.000 faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan


- Rumput Lapangan 65.160.000 bersih usaha tani yaitu mengukur imbalan
- Dedak Padi 9.000.000
yang diperoleh keluarga tani. Pada usaha
- Ampas Tahu 615.000
- Kesehatan (Vaksin dan Obat) 5.930.000 ternak sapi potong ini didapatkan
Total Biaya Tidak Tetap 90.905.000 pendapatan/tahun sebesar Rp. 174.461.000,
Pendapatan/thn 174.461.000 Pendapatan/bulan sebesar Rp. 14.538.417 dan
Pendapatan/bln 14.538.417 pendapatan/bln/peternak sebesar Rp.484.614.
Pendapatan/bln.peternak 484.614

Benefit Cost Ratio (BCR)


Biaya Tetap BCR digunakan dalam analisis
Biaya Biaya tetap adalah biaya-biaya kelayakan usaha tani yaitu perbandingan
untuk input tetap yaitu biaya yang besarnya antara total penerimaan dan total biaya yang
tidak tergantung pada output yang dihasilkan. dikeluarkan. Dari hasil BCR didapatkan hasil
usaha ternak sapi terdiri dari biaya sebesar 1,24, sesuai dengan kriteria apabila
penyusutan kandang yaitu sebesar nilai B/C Ratio > 1 artinya usaha peternakan
Rp.4.748.000, biaya penyusutan peralatan sapi potong di Desa Tebing Tinggi dan Desa
sebesar Rp.1.713.000 dan biaya PBB sebesar Pematang Panjang Kecamatan Tanah
Rp.273.000. Total biaya penyusutan yaitu Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo layak
sebesar Rp.6.734.000 per tahun. untuk dilanjutkan.

Biaya Tidak Tetap (Biaya Variabel) Return Of Investmen (ROI)


Biaya tidak tetap (biaya Variabel) Nilai hasil penelitian dari
Menurut Kotler (1997), merupakan suatu penghitungan Return Of Investmen (ROI)
ongkos produksi yang didefinisikan sebagai yaitu sebesar 27,30%, sedangkan suku bunga
semua pengeluaran yang dilakukan oleh peminjaman uang bank sebesar 6,30% artinya
semua perusahaan untuk memperoleh faktor- nilai ROI penelitian ini lebih besar dari nilai
faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang suku bunga bank. Dari hasil tersebut maka
akan digunakan untuk menciptakan barang- usaha ternak sapi potong daerah ini
barang yang akan diproduksi oleh usaha menguntungkan dan layak untuk
tersebut. Biaya Tidak tetap pada usaha ternak dikembangkan secara finansial.
sapi potong ini terdiri dari Tenaga kerja,
rumput lapangan, dedak padi, ampas tahu dan
kesehatan. Besaran biaya tidak tetap yang
dikeluarkan yaitu sebesar Rp.90.905.000. KESIMPULAN
Hasil penelitian usaha peternakan sapi
Pendapatan potong di Desa Tebing Tinggi dan Desa
Pendapatan yaitu penerimaan Pematang Panjang Kecamatan Tanah
dikurangi dengan pengeluaran biaya tetap dan Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo sebesar
biaya tidak tetap. Menurut Soekartawi (1986) Rp.174.461.000 pendapatan/thn, atau sebesar
bahwa Pendapatan bersih usaha tani adalah Rp.14.538.417 pendapatan/bulan atau sebesar
selisih antara pendapatan kotor usaha tani dan Rp.484.614 pendapatan/bln/peternak.
pengeluaran total usaha tani. Selanjutnya
*
Korespondensi
(corresponding author):
e-mail : Bopal050788@gmail.com
15
Stock Peternakan Vol. 2 No. 1 , 2020 ISSN 2599-3119
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Sptr/index

Berdasarkan kelayakan Usaha Swastha. B. 1987. Manajemen Pemasaran


Peternakan Sapi Potong di Desa Tebing Analisa Perilaku Konsumen. Liberty :
Tinggi dan Desa Pematang Panjang Yogyakarta.
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Soekardono. 2009. Ekonomi Agribisnis
Kabupaten Bungo layak dikembangkan secara Peternakan. Penerbit Akademika
finansial dikarenakan nilai BCR > 1 yaitu Pressindo. Jakarta.
sebesar 1,24 dan nilai ROI sebesar 27,30%
artinya nilai ROI > suku bunga bank yaitu Kotler. Philip. 1997. Manajemen Pemasaran :
sebesar 6,30%. Analisis, Perencanaan, Implementasin
dan Pengendalian. Jilid 1 dan 2. Jakarta.
PT. Prenhallindo.
DAFTAR PUSTAKA
Sosroamidjojo, M. S. dan Soeradji 1990.
Peternakan Umum. Yasaguna. Jakarta.

Guntoro, S. 2002 Membudidayakan Sapi Bali


Kanisius. Jakarta.

Murtidjo, B. A. 1992. Memelihara Sapi


Sebagai Ternak Potong dan Ternak
Perah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahim, A. 2007. Pengantar Teori dan Kasus


Ekonomika Pertanian. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Freddy. Rangkuti. 2006. Teknik Mengukur


dan Kepuasan Pelanggan. Jakarta.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama.

Harjono, B. S dan Susilo E. 1990. Analisis


Produktif Tenaga Kerja dan
Kesempatan Kerja Wanita Pada Usaha
Peternakan Sapi Perah. Laporan
Penelitian Pusat Ilmu Sosial.
Universitas Brawijaya. Malang.

Soekartawi. 1986. Manajemen Keuangan.


Penerbit YKPN. Yogyakarta.

Soekartawi. 1998. Prinsip Dasar Komunikasi


Pertanian. UI Press. Jakarta.
Kansius, A. 1993. Petunjuk Beternak Sapi
Potong dan Kerja. Kanisius. Jakarta.

*
Korespondensi
(corresponding author):
e-mail : Bopal050788@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai