PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
Mengetahui,
Dr. Novita Dewi K., S.Pt., M.Si Drh. Iman Aji Wijoyo, M. Vet
Menyetujui,
Proposal tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik tidak lepas dari
dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si. selaku Direktur Politeknik Pembangunan
Pertanian Malang.
2. Dr. Wahyu Windari, S.Pt. M.Sc., selaku Ketua Jurusan Peternakan.
3. Dr. Sad likah S.Pt, MP., selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan dan
Kesejahteraan Hewan.
4. Dr. Novita Dewi K., S.Pt., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I.
5. Drh. Iman Aji Wijoyo, M. Vet. selaku Dosen Pembimbing II.
6. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Proposal
Tugas Akhir ini.
Malang, …… 2022.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki 2 musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Perubahan musim ini menjadi pengaruh bagi
ketersediaan bahan pakan ternak berupa hijauan. Kondisi ketersediaan pakan saat musim
penghujan dapat dikatakan sangat melimpah tetapi kondisi ini berkebalikan pada saat
musim kemarau. Ketersediaan pakan hijauan pada musim kemarabu mengalami
penurunan dan sangat terbatas sehingga peternak mengalami kesulitan dalam
memperoleh pakan hijauan karena pertumbuhan pakan hijauan lebih lambat.
Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan pada permasalahan pakan.
Pakan merupakan kebutuhan paling penting dalam usaha peternakan ruminansia sebagai
faktor keberhasilan usaha peternakan. Kelangkaan pakan pada musim kemarau akan
berpengaruh terhadap produktivitas ternak. Oleh karena itu, untuk menjaga ketersediaan
pakan tersebut diperlukan suatu teknologi untuk mengatasi permasalahan pakan tersebut
dengan inovasi penyimpanan pakan dengan jangka waktu tertentu. Teknologi yang
digunakan adalah dengan fermentasi hijauan menjadi silase.
Silase adalah metode pengawetan hijauan atau limbah pertanian dengan fermentasi
anaerob di dalam silo dengan kondisi kadar air tinggi (60-70%) dan dalam media asam.
Asam yang terbentuk yaitu asam-asam organik antara lain laktat, asetat, dan butirat
sebagai hasil fermentasi karbohidrat terlarut oleh bakteri sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan derajat keasaman (pH). Turunnya nilai pH, maka pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk akan terhambat. Selain bermanfaat untuk pengawetan, silase
juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan
daya cerna selama fermentasi. Fermentasi merupakan proses perombakan dari struktur
kompleks menjadi sederhana sehingga daya cerna pakan akan menjadi lebih efisien.
1.3. Tujuan
1.3. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang cara pembuatan silase tebon jagung.
b. Mahasiswa dapat mengerapkan metode pendampingan pada penyuluhan
pembuatan silase tebon jagung di Desa Dawuhan Kecamatan Kademangan
Kabupaten Blitar.
2. Bagi Sasaran
a. Sasaran dapat mengetahui tentang cara pembuatan silase tebon jagung.
b. Sasaran dapat menerapkan pembuatan silase tebon jagung untuk persediaan
pakan alternatif ternak saat musim kemarau.
c. Sasaran dapat membuat pakan alternatif ternak dengan harga produk yang lebih
murah karena bahan utamanya adalah limbah tebon jagung.
3. Bagi Instansi Terkait
a. Sebagai wadah perkenalan Politeknik Pembangunan Pertanian kepada
masyarakat Kabupaten Blitar sebagai instansi pendidikan di bidang Vokasi
Diploma IV dalam bidang pertanian dan Peternakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.2.2. Silase
Silase adalah hijauan yang telah mengalami fermentasi didalam silo secara
anaerob, yang mengandung bahan kering sebesar 30-40%. Silase (silage) merupakan
produk fermentasi suatu bahan baku oleh mikroorgisme yang dapat dijadikan sebagai
bahan pakan. Kelas ini membatasi produk fermentasi yang berasal dari hijauan, tetapi
tidak untuk silase ikan, biji-bijian, akar-akaran dan umbi-umbian (Direktorat Pembinaan
Menengah Kejuruan, 2016).
Teknologi silase adalah salah satu teknologi yang digunakan untuk mengawetkan
hijauan pakan ternak dengan prinsip hijauan pakan ternak diperam dalam kondisi anaerob
atau kedap udara sehingga dapat digunakan pada waktu mengalami kekurangan hijauan
pakan ternak seperti musim kemarau atau musim kering. Hijauan pakan ternak di musim
penghujan ketersediaannya berlimpah dengan adanya upaya pengawetan hijaun segar
melalui teknologi silase diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi
kekurangan hijauan segar pada musim kemarau yang sulit mendapatkan pakan. Teknologi
silase bertujuan untuk mempertahankan kualitas atau juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dari pakan tersebut. Fungsi dari ketersediaan dan kualitas pakan
yang terjaga merupakan hal yang penting untuk menjaga produktivitas ternak. Proses
dalam teknologi pembuatan silase disebut ensilase.
Proses pembuatan silase atau yang disebut juga ensilage akan dapat berjalan
secara optimal apabila pada saat proses ensilage dapat diberi penambahan akselerator.
Akselerator dapat berupa inokulum bakteri asam laktat ataupun karbohidrat mudah larut.
Tujuan penambahan akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering sehingga dapat
mengurangi kadar air dari silase, membentuk kondisi asam pada silase, mengakselerasi
proses ensilage, dapat mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk dan munculnya jamur,
merangsang produksi asam laktat, dan untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase
yang nantinya akan dihasilkan (Prayitno et al., 2020).
Pembuatan silase pada tebon jagung dapat dilakukan dengan memotong- motong
tebon menjadi berukuran 2-3 cm (Dairyfeed IPB), kemudian dimasukkan ke dalam wadah
yang kedap udara seperti plastik maupun tong. Pengolahan tersebut dapat mengawetkan
tebon jagung dalam waktu yang lebih lama
dibandingkan membiarkan tebon jagung segar di udara terbuka. Silase tebon jagung yang
baik memiliki ciri berbau harum, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijuan
dan memiliki pH yang berkisar antara 4 samapi 4,5.
Berdasarkan penelitian oleh Sihombing (2018), pengolahan tebon jagung menjadi
silase dapat memberikan intake dan PBBH yang lebih tinggi dibandingkan pemberian
dalam bentuk segar pada sapi PO jantan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pembuatan silase dapat juga menambah daya suka/ palatabilitas pada tebon jagung.
Ada lima fase dalam proses pembuatan silase, yaitu mulai dari proses respirasi
sampai terbentuknya asam laktat. Setiap fase tersebut mempunyai sifat- sifat yang khas.
Keberhasilan proses fermentasi anaerob dalam pembuatan silase dapat dilihat dari
beberapa indikator sebagai berikut:
Tebon jagung merupakan istilah lokal untuk menyebut tanaman jagung yang telah
dipanen buahnya sehingga menyisakan batang, daun dan buah yang masih muda.
Umumnya tebon jagung masih segar dan berwarna hijau. Menurut Soeharsono dan
Sudayanto (2006) tebon jagung adalah seluruh bagian tanaman jagung termasuk bagian
batang, daun dan buah muda yang dipanen pada umur tanaman 45-65 hari.Berikut
komposisi nutrient pada tebon jagung.
Menurut Dairyfeed IPB, adapun kandungan nutrien pada tebon jagung yaitu:
No Nama Simbol Nutrisi
1. Bahan Kering BK 21
2. Abu Abu 10,2
3. Protein Kasar PK 9,92
4. Lemak Kasar LK 1,78
5. Serat Kasar SK 27,4
6. BetaN BetaN 50,7
7. TDN TDN 60
8. Kalsium Ca 1,24
9. Fosfor P 0,23
Tebon jagung dapat diberikan pada ternak dalam bentuk segar maupun silase.
Dalam pemberian segar, tebon jagung dapat dipotong-potong terlebih dahulu sebelum
diberikan kepada ternak agar ternak mudah dalam memakannya. Namun, perlu diketahui
bahwa tebon jagung merupakan bahan pakan musiman sehingga perlu diterapkan
teknologi pengolahan dan penyimpanan agar ketersediaan nya tetap terjaga.
Dalam (Siswanto, 2012), bertolak dari pendapat Kelsey dan Hearne (1955),
Leagans dalam Kamath (1961), Soejitno (1968) maupun Coombs dan Ahmed
(1974) bahwa sasaran penyuluhan adalah meningkatnya perilaku seseirang ataupun
warga masyarakat yang ditunjukkan oleh peningkatan hierarki kawasan kognitif,
afektif, dan psikomotorik dalam menerima dan menggunakan ide baru perbaikan
usahanya dalan hidup. Singkat kata dapat dikatakan bahwa sasaran penyuluhan
adalah perubahan dan peningkatan perilaku orabg perorang atau warga masyarakat
yang sekaligus meningkatkan produktivitas dalam hidup.
Definisi evaluasi dapat diambil dari pendapat beberapa ahli antara lain
Soedijanto (1996), menyatakan bahwa evaluasi adalah sebuah proses yang terdiri
dari urutan rangkaian kegiatan mengukur dan menilai. Didasarkan pada tujuan
penyuluhan maka penyuluhan pertanian menjadi suatu bentuk pendidikan yang
kompleks. Karena sering dijumpai berbagai kesulitan untuk mengetahui hasil-hasil
yang sebanarnya dari kegiatan penyuluhan secara tepat. Disamping itu masih
belum diperoleh kesamaan dalam pengertian evaluasi penyuluhan pertanian dan
kesepakatan mengenai metode yang digunakan untuk evaluasi tersebut. Oleh
karena nya sebelum melaksanakan evaluasi penyuluhan pertanian, perlu disepakati
dahulu pengertian evaluasi penyuluhan pertanian agar evaluasi tersebut dapat
berhasil guna dan berdaya guna (Harahap & Effendy, 2018).
Pada dasarnya evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan guna memenuhi
“keingintahuan kita” dan “keinginan kita untuk mencari kebenaran” suatu program
penyuluhan berlangsung. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilakukan dengan
baik pada awal atau pada akhir program penyuluhan. Dari hasil evaluasi tersebut,
kita akan memperoleh gambaran seberapa jauh tujuan penyuluhan pertanian
tercapai. Dalam hal ini seberapa jauh perubahan perilaku petani dalam melakukan
usaha tani, mulai dari penyediaan sarana produksi (agro input), proses produksi
(kultur teknis), agro industri, pemasaran (baik domestik maupun ekspor). Semua
ini terangkum di dalam ungkapan “bertani lebih baik dan berusahatani lebih
menguntungkan”. Dengan demikian evaluasi penyuluhan pertanian dimaksudkan
untuk menentukan sejauhmana tujuan penyuluhan pertanian dicapai. Untuk
maksud tersebut dan agar evaluasi penyuluhan pertanian efisien diperlukan adanya
proses yang sistematis (Harahap & Effendy, 2018).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap,dan keterampilan peternak terhadap silase tebon jagung
sesudah dilakukan penyuluhan dengan metode pendampingan?
2. Bagaimana tingkat keberhasilan penyuluhan mengenai Pembuatan Silase dengan
menggunakan metode pendampingan?
3. Bagaimana efektivitas pendampingan sebagai metode penyuluhan tentang silase tebon jagung
yang dilakukan kepada peternak di Desa Dawuhan?
Tujuan
Kajian
Rancangan Penyuluhan
Materi Sasaran
Metode
Peternak kambing di
Pembuatan silase tebon jagung
Desa Dawuhan Pendampingan
terbagi menjadi: a) Pengenalan silase
tebon jagung sesuai dengan kajian
seperti pengertian dan kandungan Media
nutrisi; b) Menunjukkan cara
pembuatan silase tebonjagung Tayangan Video
denganpemutaran videodan
pemaparan;c)Praktiklangsung
pembuatan silase tebon jagung. Evaluasi
Perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan
peternak terhadap materi
yang disampaikan.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Metode kajian materi penyuluhan yang digunakan yaitu berupa penerapan dari kaji
terap sehingga mengambil landasan dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul
yang ditulis sebagai pedoman dalam menetapkan materi
penyuluhan. Kaji terap merupakan penerapan dari pelaku utama untuk meyakinkan
keunggulan teknologi anjuran dibandingkan teknologi yang pernah diterapkan, sebelum
diterapkan atau dianjurkan kepada pelaku utama lainnya (Permentan Nomor 52, 2009)
Metode ini diambil berdasarkan efektivitas metodenya yang dimana peternak tidak
hanya menerima materi tetapi langsung diterapkan secara individu oleh peternak sehingga
materi dapat diterima dengan baik. Metode pendampingan akan dilakukan dengan 3 kali
ulangan. Apabila pada pendampingan pertama, masih ada peternak yang belum berhasil
untuk membuat silase tebon jagung tersebut, maka akan dilanjutkan pendampingan
selanjutnya hingga pendampingan ke 3.
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah tayangan video yang nanti-nya
akan ditayangkan pada saat penyuluhan menggunakan proyektor dan dapat dibagikan
juga di beberapa social media. Tujuan dari social media ini agar nanti-nya tayangan video
yang telah disampaikan dapat diputar atau dilihat kembali kapanpun oleh peternak.
Dasar penilaian hasil tes adalah dengan pemberian nilai kisaran 1 – 5 untuk soal
dengan jawaban sesuai keterangan yang tercantum diatas. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah efektivitas media video pembuatan silase tebon jagung. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap masyarakat sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan pembuatan silase tebon jagung.
B. Aspek Keterampilan
Aspek keterampilan dinilai dari kemampuan peternak dalam membuat silase tebon jagung
setelah pemaparan materi seiring dengan kegiatan pendampingan. Adapun poin yang
dinilai akan dicantumkan di dalam lembar penilaian
DAFTAR PUSTAKA