OLEH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
i
USULAN PENELITIAN
OLEH
Menyetujui:
Mengesahkan:
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian..........................................................................................................4
1.4. Kegunaan Penelitian......................................................................................................4
1.5. Hipotesis.......................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
2.1. Daging Kuda.................................................................................................................6
2.2. Nanas (Ananas comosus L)...........................................................................................7
2.2.3. Cairan Ekstrak Kulit Nanas..................................................................................11
2.3. Sifat fisik daging.........................................................................................................12
2.3.1. Derajat Keasaman (pH)........................................................................................13
2.3.2. Susut Masak.........................................................................................................14
2.3.3. Daya Ikat Air........................................................................................................15
2.3.4. Keempukan..........................................................................................................16
2.4. Proses Histologi..........................................................................................................16
BAB III MATERI DAN METODE.................................................................................20
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................................20
3.2. Materi Penelitian.........................................................................................................20
3.2.1. Alat Penelitian......................................................................................................20
3.2.2. Bahan Penelitian...................................................................................................21
3.3. Metode Penelitian........................................................................................................22
iii
3.3.1. Persiapan Bahan Baku dan Pembuatan Sampel Daging.......................................22
3.3.2. Pembuatan Cairan Ekstrak Kulit Nanas................................................................24
3.3.3. Pembuatan Preparat Histologi..............................................................................26
3.3.4. Perlakuan..............................................................................................................26
3.3.5. Variabel Yang Diamati.........................................................................................27
3.3.5.1. Uji sifat Fisik Daging...................................................................................27
3.3.5.2. Penilaian Gambaran Mikroskopis.................................................................29
3.4. Analisis Data...............................................................................................................35
3.5. Jadwal Penelitian........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................36
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
kebutuhan gizi, karena daging mengandung protein yang cukup tinggi dengan
kandungan asam amino esensial yang lengkap. Selain itu daging merupakan salah
melalui konsumsi protein hewani, maka perlu pemanfataan sumber daya lokal
yang optimal. Salah satu sumber daya lokal yang ketersediaannya cukup luas
sebagai tenaga kerja, sarana transportasi, olahraga dan untuk rekreasi. Selain itu
ternak kuda juga memiliki potensi yang sangat besar dalam mendukung
pariwisata, hal tersebut disebabkan karena ternak kuda memiliki nilai estetika
yang tinggi untuk menarik wisatawan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Di
Indonesia kuda yang dipotong umumnya adalah ternak yang berumur tua atau
ternak afkiran karena telah mengalami penurunan fungsi utama seperti sebagai
ternak kerja, transportasi atau olahraga. Pemotongan kuda juga terjadi karena
alasan lain seperti umur tua, kebutuhan mendesak sehingga ternak yang
1
konsumsi daging ternak lain seperti ternak sapi karena adanya faktor pembatas
seperti flavor khas yang kurang disukai, kualitas yang rendah seperti berwarna
merah gelap karena umumnya berasal dari ternak yang dipekerjakan dalam
waktu yang relative lama serta faktor budaya masyarakat. Daging merupakan
mengandung protein yang cukup tinggi dengan kandungan asam amino esensial
yang lengkap. Selain itu daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang
Salah satu jenis ternak yang perlu mendapatkan perhatian dan potensial
untuk produksi daging adalah ternak kuda. Ternak kuda dapat menjadi alternatif
penyedia daging dan mempunyai potensi yang cukup besar sebagai salah satu
sumber pangan yang mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi. Potensi
ternak kuda secara teknis tidak jauh berbeda dengan sapi, dimana karkas ternak
kuda mencapai 125 kg, dengan jeroan mencapai 20% dari karkas dibandingkan
Rasa daging kuda sangat khas, merupakan perpaduan daging sapi dan
rusa. Seperti hewannya yang perkasa, serat daging kuda sangat banyak dan rasa
dagingnya manis. Daging kuda yang masih muda berwarna lebih terang dan
empuk. Daging kuda yang tua memiliki aroma lebih harum (Astawan, 2008).
Daging kuda memang tidak banyak dikonsumsi masyarakat namun salah satu hal
yang menjadi alasan masyarakat mengkonsumsi daging kuda yaitu karena daging
kuda mengandung protein yang jumlahnya lebih besar bila dibandingkan dengan
jenis daging lainnya.Selain memiliki kandungan protein yang tinggi, daging kuda
2
juga mengandung zat besi yang baik bagi tubuh manusia. Daging kuda juga
memiliki kelebihan dalam hal lemak, dimana kandungan lemak yang terdapat
dalam daging kuda merupakan kandungan lemak paling rendah bila dibandingkan
dengan daging lainnya. Selain memiliki kandungan gizi yang lengkap, daging
kuda juga banyak dikonsumsi karena rasanya yang sangat khas bila dibandingkan
melalui proses enzimatis dengan bahan pengempuk pangan. Saat ini, sebenarnya
diperoleh dan harganyapun cukup mahal. Sementara itu dilingkungan sekitar kita
terdapat bahan-bahan alami seperti nanas yang dapat menjadi bahan pengempuk
dan relatif mudah didapatkan dan harganya yang relatif terjangkau. Cara
menjadi sumber bromelinya itu suatu enzim proteolitik kompleks yang digunakan
belakangan ini belakangan ini memiliki banyak khasiat medis. Bromelin dapat
dengan memanfaatkan buah nanas yang diproses menjadi cairan ekstrak kulit
3
nanas sebagai bahan pengempakan daging kuda. Upaya ini diharapkan dapat
menjadi salah satu alternatif yang diharapkan dapat dilakukan untuk mengurangi
ini yaitu apakah ada pengaruh penggunaan cairan ekstrak kulit nanas terhadap
penggunaan cairan ekstrak kulit nanas terhadap sifat fisik dan gambaran struktur
daging kuda.
pengempukan alami.
Universitas Mataram.
4
1.5. Hipotesis
daging.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
air susu kuda juga dipakai sebagai sumber makanan (Parakkasi, 2006).
Dipandang dari segi nutrisi, daging adalah sumber asam amino yang
sangat baik dan mineral – mineral tertentu. Daging organ seperti hati adalah
sumber vitamin A, B1 dan asam nikotinat yang baik. Daging adalah sumber
utama zat – zat makanan yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia yang
satunya adalah untuk menambah stamina dan gairah. Di luar itu, bisa juga untuk
membantu mengatasi risiko asam urat, rematik, kencing manis, asma sampai
gatal eksim. Karena kuda termasuk binatang yang suka bergerak, kolesterolnya
protein yang tinggi (19,72%) dengan kandungan lemak yang rendah (4,84%).
masih sangat jarang dijumpai. Padahal dapat dilihat dari kandungan daging kuda
6
bahwa daging kuda sangat berpotensi sebagai sumber protein bagi konsumsi
Bahan pangan asal ternak menjadi berbahaya dan tidak berguna apabila
tidak aman, oleh karena itu perlu penjagaan yang mutlak dalam keamanan
pangan supaya menjadikan berguna bagi tubuh (Bahri, 2008). Daging kuda
rasanya agak manis, empuk, rendah lemak, dan berprotein tinggi yang
bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Protein hewani merupakan zat yang
penting bagi tubuh manusia karena mengandung asam amino esensial yang
(Uptreninfo, 2012).
Selatan yang ditemukan oleh orang Eropa pada tahun 1493 di pulau Caribean.
Akhir abad ke-16 Portugis dan Spanyol memperkenalkan nanas ke benua Asia,
Afrika, dan Pasifik Selatan, sehingga pada abad ke-18, buah ini dibudidayakan di
7
yaitu Subang, Bogor, Riau, Palembang, dan Blitar. Nanas mempunyai nama lain
seperti henas, kenas, honas (Batak), manas (Bali), Danas (Sunda), dan Pandang
Kindgom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Angiospermae
Ordo : Farinosae
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus L.
50 -150 cm, mempunyai batang pendek yang tertutup oleh daun- daun dan
antara 2 – 3,5 cm dan atas sebesar 5,5 – 6,5 cm. Bentuk batang beruas-ruas
Daun nanas berbentuk pedang dengan panjang sekitar ± 100 cm dan lebar
2-8 cm, ujung daun berbentuk lancip dan tepi daun memiliki duri dan berwarna
hijau atau hijau kemerahan. Daun nanas berkumpul dalam roset akar, dimana
bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Pada mulanya daun nanas akan
tumbuh melambat setelah beberapa lama dan menjadi cepat seiring dengan
pada ujung batang. Kuntum bunga nanas sebanyak 5 – 10, yang akan tumbuh
8
sekitar 10 – 20 hari setelah tanam. Waktu dari tanam hingga berbentuk bunga
sekitar 6 – 16 bulan.
yang tinggi yang berfungsi dalam menurunkan pertumbuhan bakteri dalam mulut
dan pembentukan plak (Muhammad, 2005). Selain itu nanas juga mempunyai
kandungan klor, iodium dan fenol yang berfungsi sebagai antiseptik. Klor akan
2005).
haid, sedangkan pucuk nanas digunakan sebagai obat kencing batu dan fungsi
9
Tabel 1. Kandungan vitamin buah nanas
Nilai Per
Vitamin Unit Std. Error
100 gram
Vitamin c Mg 16,9 2,464
Thiamin Mg 0,078 0,002
Riboflavin Mg 0,029 0,016
Niacin Mg 0,470 0,283
Asam Pantothenic Mg 0,193 0,032
Vitamin B-6 Mg 0,106 0,003
Asam folat Mcg 11 2,313
Kolin Mg 5,6 0
Betaine Mg 0,1 0
Vitamin A, RAE Mcg_RAE 3 0,312
Beta karoten Mcg 31 3,75
Alpha karoten Mcg 0 0
Cryptoxanthin, beta Mcg 0 0
Vitamin A, IU IU 52 6,25
Lycopen Mcg 0 0
Lutein + zeaxanthin Mcg 0 0
Vitamin K (phylloquinone) mcg 0,7 0
Serotonin % 15-25
Enzim Bromealin % 24-39
(Sumber: Bartholomew et al., 2003)
Menurut Muljohardjo (1984), komposisi kimia daging buah nanas masak seperti
tercantum pada Tabel 2.
10
1. Cayenne, merupakan nanas yang mempunyai daun yang halus, berduri
dan tidak berduri, buah berbentuk slindris dengan ukuran yang besar,
2. Queen, nanas dengan daun yang pendek, berduri tajam, buah berbentuk
11
seluruh Indonesia dan dapat dipanen sepanjang tahun (Winastia, 2011).
dalam golongan protease yang dihasilkan dari ekstraksi buah nanas yang
daging yang meliputi cirri-ciri visual dan sensorik, termasuk daging yang
diperoleh harus aman untuk dikonsumsi dan berasal dari ternak yang sehat, serta
status kesejahteraan ternak selama sistem produksi yang baik (Becker, 2000).
Kualitas sifat fisik daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah
pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin,
umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), dan stres.
preservasi, macam otot daging dan lokasi pada suatu otot daging (Soeparno,
2005).
12
2.3.1. Derajat Keasaman (pH)
(H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur
sehingga warna daging menjadi lebih pucat dan pada permukaan daging
et al. (2009), pH daging dapat menurun dengan cepat selama beberapa jam
setelah pemotongan, yaitu dapat mencapai nilai 5,4 – 5,5. Standar nilai pH
daging hewan yang sehat dan cukup istirahat yang baru dipotong berkisar
13
semua urat daging dari seekor hewan, bahkan diantara hewan yang sama
Susut masak adalah berat yang hilang oleh penyusutan berat sampel
selama pemasakan. Susut masak (cooking loss) adalah berat yang hilang
merupakan indikasi dari sifat mekanik myofibril dan jaringan ikat dengan
yang berhubungan dengan kadar air daging, yaitu banyaknya air yang
terikat di dalam dan diantara otot. Daging yang memiliki nilai susut masak
dengan daging dengan nilai susut masak yang tinggi. Hal ini dikarenakan
nutrisi selama proses pemasakan akan lebih sedikit (Lawrie, 2003 dalam
14
air yang keluar dari daging, degradasi protein, serta kemampuan daging
daging adalah kemampuan daging untuk mengikat airnya atau air yang
atau kapasitas gel adalah kemampuan daging menyerap air secara spontan
sebaliknya. Semakin tinggi jumlah air yang keluar, maka daya mengikat
penting. Hal ini dikarenakan dengan tingginya daya ikat air, menunjukkan
daging memiliki kualitas yang baik. Daya ikat air daging adalah berkisar
mengikat air sangat dipengaruhi oleh nilai pH daging. Nilai daya mengikat
(2003) menyatakan bahwa apabila nilai pH lebih tinggi atau lebih rendah
15
dari titik isoelektrik daging, yaitu berkisar antara 5,0 – 5,1 maka nilai daya
2.3.4. Keempukan
(1971) dalam Fernando (2007), nilai keempukkan daging terbagi atas tiga
yaitu dengan cara fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah untuk mencegah
16
sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksasi adalah buffer (pH), suhu yang
kedalam alkohol 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi
untuk mengeluarkan air dari jaringan, ini merupakan prinsip dari teknik parafin
yaitu air dikeluarkan dan diganti dengan parafin sehingga blok jaringan mudah
dipotong, ini dilakukan tahap yakni dehidrasi dan penjernihan. Proses dehidrasi
haruslah alkohol didalam organ diganti dengan zat yang mudah mengusir
alkohol tetapi kemudian harus bisa diusir oleh parafin. Clearing atau
17
Embedding dilakukan dengan membuat kotak kertas. Beberapa
dahulu parafin dalam kotak harus membeku pada bagian dasarnya sehingga
memungkinkan objek tidak langsung menempel pada dasar kertas. Blok parafin
yang akan disayat dibentuk dulu (timming). Bentuk blok disesuaikan dengan
bentuk pita yang diinginkan. Hal ini dikarenakan penampang blok parafin
menggambarkan blok pita yang diiris. Letak mata pisau pada mikrotom sangat
menentukan hasil yang diperoleh. Pisau dibersihan dengan xilol dari sisa-sisa
secara hati-hati. Hasil sayatan diletakkan dalam bak khusus dan diperhatikan
urutannya. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek dengan menggunakan
meyer albumin. Kaca objek selanjutnya diletakkan diatas meja pemanas (heating
baru dilakukan bila parafin dalam sayatan sudah larut dan biasanya dilarutkan
sehingga permukaan blok parafin yang akan diiris dengan mikrotom berbentuk
segi empat. Irislah sedemikian rupa sehingga preparat akan terletak tepat berada
dengan merendam preparat pada xilol. Salah satu pewarna metode parafin pada
18
jaringan hewan adalah hematoxilyn dan eosin. Zat warna hematoxylin ini bersifat
19
BAB III
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kuda dengan
kisaran umur sekitar 3 – 5 tahun yang diambil bagian paha belakang sebanyak
20
12. Waterbath 110 ºC Memmer
Tabel 3. Lanjutan
Spesifikasi
No. Nama Alat Kapasitas Merk
Miyako juicer
13. Juicer (mesin ekstrak) 250 Watt
JE-607
14. Thermometer 150 ºC Assistant
15. Botol Sampel - -
16. Thermostat - -
17. Mikrotom - Slee cut 4062
18. Pengaduk Kaca - -
19. Holder Kayu - -
Mikroskop Carl zeiss primo
20. Mikroskop
binokuler star
21. Tabung Centrifuge 50 ml -
22. Centrifuge -
22. Kain Penyaring - -
23. Alat Penyaring - -
24. Cawan Petri -
25. Pinset -
26. Corong Plastik -
27. Baskom Besar - 555
28. Talenan Kayu -
29. Sendok Stainless - -
21
11. Alkohol Bertingkat (alkohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80% dan 96%)
12. Entelan (bahan penutup)
13. Aquades
14. Pewarna hematoksilin
15. Pewarna eosin
16. Parafin
17. Xilol
18. Albumin Mayer’s
19. Plastik Klip
Penelitian ini akan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pertama
persiapan bahan baku daging dan pembuatan sampel daging kuda, tahap kedua
menyiapkan cairan ekstrak kulit nanas dan tahap ketiga pengamatan variabel
yaitu pengamatan uji fisik dan pengamatan gambaran struktur daging setelah
Sortasi dilakukan untuk memilih kuda dengan kondisi sehat atau tidak
sakit.
22
Tahap-tahap yang dilakukan dalam mempersiapkan bahan baku
tengah (medial).
dada dan perut. Lakukan secara hati-hati agar usus dan lambung
penyaringan. Pemilihan, buah nanas dipilih yang sudah tua namun tidak
23
dibersihkan. Pencucian, nanas yang sudah dikupas dan dibuang mata
lubang agak besar agar ampas dan sarinya mudah terpisah sedangkan
penyaringan kedua dengan kain supaya air nanas bersih dari ampasnya.
Air nanas itu disebut dengan ekstrak buah nanas yang mengandung
bromelin(Asryani,2007).
Buah Nanas
Dikupas
Diblender
Ampas Kulit
Cairan (Juice) Nanas (dibuang)
24
3.3.3. Pembuatan Preparat Histologi
atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan adalah formalin (10%
Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun
tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang
3.3.4. Perlakuan
sampel daging kuda sebanyak 500 gram per unit. Adapun perlakuan yang
25
Berikut adalah pembuatan konsentrasi larutan kulit nanas :
fisik seperti pH, Daya Ikat Air (DIA), Susut Masak, dan
Keempukan.
26
b. Susut Masak Daging
0
daging dimasukkan ke dalam waterbath pada suhu 80 C
Basuki, 2017).
27
d. Keempukan
Beban(kg) x 0,454
Daya putus=
1,5 cm x 0,67 cm
a. Koleksi Sampel
28
2. Mencuci sampel dalam larutan garam fisiologis dan
jaringan
dari alkohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80% dan 96%. Lama
berikut.
Xilol : parafin I = 3 : 1
Xilol : parafin II = 1 : 1
29
Xilol : parafin III = 1 : 3
30
8. Selama mengerjakan proses infiltrasi diharapkan selalu
tersebut.
31
5. Mengiris kembali blok parafin, tetapi kali ini pita irisan
menit.
bertingkat mulai dari 96%, 80%, 70%, 60%, 50%, dan 30%.
menit.
32
4. Selanjutnya menyelupkan slide beberapa kali kedalam
menit.
semalam.
Gambar 2.
Diagram alir
proses
deparafinasi,
pewarnaan dan
penjernihan
preparat.
f. Pengamatan
Mengamati
preparat setelah
entelan (bahan penutup) kering.
33
3.4. Analisis Data
analisis varian berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Searah dan
dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan Multiple Range Test (DMRT).
Keterangan :
P = Perlakuan
SD = Standar Deviasi
Persiapan
1.
Proposal
Penyempurnaan
2.
Proposal
Pelaksanaan
3.
Penelitian
4. Analisis Data
Penyusunan
5.
Skripsi
34
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, E.D., J.C. Forrest, H.B. Hendrick, M.D. Judge dan R.A. Merkel. 2001.
Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Co., San Fransisco.
Anjarsari B. 2010. Pangan Hewani (Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi). Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Asryani, D. M. 2007. Eksperimen Pembuatan Kecap Manis dari Biji Turi dengan
Bahan Ekstrak Buah Nanas. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Bartholomew, D. P., Paull, R. E., dan Rohrbach, K.G. 2003. The Pineapple: Botany,
Production, and uses. CABI Publishing, United Kingdom.
Fernando, D. 2007. Sifat Fisik dan Organoleptik Daging Ayam Broiler yang Diberi
Pakan dengan Penambahan Tepung Daun Sambiloto. Skripsi Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
35
Gerelt, B., Ikeuchi, Y. and Suzuki, A. 2000. Meat Tenderization by Proteolitic
Enzymes After Osmotic Dehydration. Meat Sci, 56:311 – 318.
Hikmah. 2003. Karakteristik Fisik, Kimia dan Organoleptik daging Kuda di Sulawesi
Selatan. [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Illanes, A., 2008. Enzyme Production. In: Enzyme Biocatalysis: Principles and
Applications: Enzyme Production. A. Illanes, Ed. Springer Pub., Chile. Page:
57- 106.
Ismanto, A. & R. Basuki, 2017. Pemanfaatan Ekstrak Buah Nanas dan Ekstrak Buah
Pepaya sebagai Bahan Pengempuk Daging Ayam Parent Stock Afkir. Fakultas
Pertanian. Universitas Mulawarman. Jurnal Peternakan Sriwijaya. Vol.6,
No.2.
Kadir, S. 2011. Preferensi konsumen terhadap hasil olahan daging kuda di Makassar.
Jurnal Agribisnis. X (3): 49-57.
Komariah, Rahayu, S., dan Sarjito. 2009. Sifat Fisik Daging Sapi, Kerbau dan Domba
pada Lama Postmortem yang Berbeda: Physical Characteristics of Beef,
Buffalo and Lamb Meat on Different Postmortem Periods. Buletin Peternakan,
Vol. 33(3), Oktober 2009, pp. 183 – 189.
Lapase, O.A., Gumilar, J., dan Tanwiriah, W. 2016. Kualitas Fisik (Daya Ikat Air,
Susut Masak, dan Keempukan) Daging Paha Ayam Sentul Akibat Lama
Perebusan: The Physical Quality (Water Holding Capacity, Cooking Losses,
and Tenderness) of Sentul Chicken Thigh Meat Because of Boiling Time.
36
Lawrie, R.A. 2003. Meat Science.The 6th ed. Terjemahan. A. Parakasi dan A. Yudha.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Nowak, D., 2011. Enzymes in Tenderization of Meat: The System of Calpains and
Other Systems: A Review. Pol. J. Food Nutr. Sci. 61(4): 231-237.
Parakkasi, A. 2006. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastri Volume IB.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Rukmana, R. 1995. Bertanam Seledri.
Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, E. 2008. Bakteri Asam Laktat (BAL) pada Cumi-Cumi Kering Asin dan
Aktivitas Penghambatannya Terhadap Bakteri Patogen dan Bakteri
Pembusuk. Agroteksos 18(1-3): 46-53.
Shanks BC, Wolf DM, Maddock RJ. 2002. Technical note : The effect of freezing on
Warner Bratzler shear force values of beef longissimuss steak across several
postmortem aging periods. J Anim Sci 80 : 2122- 2125.
37
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gajah Mada Press.
Yogyakarta.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Beternak Kuda: Seri Budidaya
Ternak. Bandung: CV.
Winastia, B., 2011. Analisa Asam Amino pada Enzim Bromelin dalam Buah Nanas.
(Ananas Comusus) Menggunkan Spektrofotometer. Tugas Akhir. Program
Studi Diploma III Teknik Kimia, Program Diploma, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro, Semarang.
38