Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEKNOLOGI FERMENTASI

(POTENSI JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN


TERNAK)

Oleh:

NAMA : EDI SUNUSI

NIM : 60700116022

KELAS : ILMU PETERNAKAN (A)

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Sbhanau


wata`ala, karena berkat rahmat dan hidayahnya maka kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan waktu yang telah ditetapkan. Salam dan shalawat kita
kirimkan ke Rasulullah Muhammad shallu a`laihi wa sallam karana atas
perjuangan beliau kita bisa merasakan nikmatnya iman, makalah ini kami susun
dengan maksud untuk memenuhi persyaratan matakuliah “Teknologi Fermentasi”.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikannya makalah ini. Sebagai manusia biasa, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki.
Untuk itu sangat kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
di masa yang akan datang. Akhirnya melalui sebuah do’a dan harapan semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para
pembaca amin yarobbal alamin.

Makassar, 19 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

A. Latar Belakang ....................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

C. Tujuan ..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6

A. Potensi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Ruminansia .................. 6

B. Kualiatas Nutrisi Jerami Padi ............................................................... 7

C. Faktor Pembatas Nutrisi Jerami ......................................................... 11

D. Metode Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami ......................................... 12

E. Manfaat Jerami Padi Terhadap Pertambahan Bobot Badan .......... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18

A. Kesimpulan ........................................................................................... 18

B. Saran ...................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha peternakan adalah

ketersediaan pakan ternak secara kontinu. Saat ini sangat dirasakan ketersediaan

hijauan makanan ternak mulai terkendala masalah lahan akibat peningkatan

penggunaan untuk keperluan pangan, pemukiman dan industri. Oleh karena itu

perlu dicari sumber pakan lain yang dapat menggantikan hijauan tersebut serta

dapat mengurangi ketergantungan pada rumput (Kasmiran, 2011).

Sumber pakan sebaiknya mudah didapat, tersedia dalam jumlah yang

banyak dengan biaya yang relative murah. Diantara limbah pertanian yang dapat

dimanfaatkan sebagai makanan kasar untuk pakan adalah jerami padi. Limbah

pertanian berupa jerami padi diperkirakan dapat memenuhi kriteria tersebut.

Dimana produksi jerami padi mencapai 39,5 juta ton /tahun. Sumber pakan

sebaiknya mudah didapat, tersedia dalam jumlah yang banyak dengan biaya yang

relative murah. Diantara limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai

makanan kasar untuk pakan adalah jerami padi. Limbah pertanian berupa jerami

padi diperkirakan dapat memenuhi kriteria tersebut.(Kasmiran, 2011). Jerami padi

merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah yang relatif lebih banyak

dibandingkan limbah pertanian lainnya dan terdapat hampir di setiap propinsi di

Indonesia (Antonius, 2009).

4
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi jerami padi sebagai pakan ternak Ruminansia ?

2. Bagaimana kualiatas nutrisi jerami padi ?

3. Apa mengatahui faktor pembatas pada jerami ?

4. Bagaimana metode peningkatan kualiatas jerami ?

5. Bagaimana manfaat jerami padi fermentasi terhadap pertambahan bobot

badan ternak ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui potensi jerami padi sebagai pakan ternak Ruminansia

2. Untuk mengetahui kualiatas nutrisi jerami padi

3. Untuk mengatahui faktor pembatas pada jerami

4. Untuk mengetahui metode peningkatan kualiatas jerami

5. Untuk mengetahui manfaat jerami padi terhadap pertambahan bobot badan

ternak

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Ruminansia

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah yang

relatif lebih banyak dibandingkan limbah pertanian lainnya dan terdapat hampir di

setiap propinsi diIndonesia (Antonius, 2009). Di Indonesia, jerami banyak

dimanfaatkan sebagai pakan basal ternak ruminansia, pupuk tanaman produksi,

karena sangat melimpah serta murah. Pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak

terutama dilakukan pada saat musim kemarau dimana para peternak sulit untuk

memperoleh hijauan berkualitas tinggi (Castillo et al., 1982).

Sebagai sumber pakan, jerami mempunyai beberapa kelemahan yaitu

kandungan Lignin dan Silika yang tinggi tetapi rendah energi, protein, mineral dan

vitamin. Selain rendah nilai nutrisi, kecernaan jerami juga rendah karena sulit

Didegradasi oleh Mikroba rumen (Van Soest, 2006; Sarnklong et al., 2010).

Selain hal tersebut diatas, kelemahan yang lain adalah karena jerami memiliki

faktor pembatas seperti zat anti nutrisi serta palatabilitasnya rendah Faktor-faktor

pembatas tersebut menurut Sutardi (1982) adalah; a) dinding sel diselimuti kristal

Silika, sehingga sulit Dihidrolisis oleh enzim dalam Rumen, dinding sel

mengandung Lignin yang membentuk senyawa komplek dengan Selulosa,

sehingga struktur Selulosanya tidak lagi berbentuk amorf dan molekul

Glukosanya dikokohkan oleh ikatan hidrogen yang sulit dicerna oleh Mikroba,

dan memiliki kandungan protein rendah yaitu sekitar 3 – 5%.

6
Kecernaan yang rendah pada jerami padi merupakan akibat dari struktur

jaringan penyangga tanaman yang sudah tua. Jaringan tersebut sudah mengalami

proses Lignifikasi, sehingga Lignoselulosa dan Lignohemiselulosa sulit dicerna

(Balasubramanian, 2013).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi,

baik dengan cara fisi/mekanik, kimia maupun Biologis. Upaya upaya tersebut

terutama bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi, Palatabilitas dan kecernaan,

sehingga diharapkan dapat menjamin ketersediaan pakan secara berkelanjutan.

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji potensi jerami jika digunakan sebagai pakan

tunggal serta upaya untuk meningkatkan kualitas nilai nutrisinya(Purnamaningsih

dan Indarjulianto, 2017)

Menurut Fatmawati .dkk (2004) bahwa kandungan jerami padi

berdasarkan bahan kering 89,57 %, protein kasar 3,2 % ,serat kasar 32,56 %,

lemak 1,33%, NDF 67,34 %, ADF 46,40%, selulosa 40,80% hemiselulosa 26,62

%, dan lignin 5,78%.

B. Kualiatas Nutrisi Jerami Padi

Penelitian tentang karakteristik fisika, kimia serta penggunaan jerami padi

sebagai pakan basal telah banyak dilakukan dengan hasil yang bervariasi (Abou-

El-Enin et al., 1999; Vadiveloo, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

santos et al. (2010) dan Peripolli et al. (2016) menunjukkan bahwa nilai nutrisi

dari jerami sangat bervariasi. Menurut Bainton et al. (1991), varietas tanaman padi

juga berpengaruh terhadap kecernaan jerami, namun demikian secara umum

varietas tanaman padi produksi tinggi akanlebih banyak menghasilkan pakan

7
jerami setiap hektarnya. Jerami padi mempunyai karakteristik kandungan protein

kasar rendah serta serat kasar yang tinggi antara lain selulosa, Hemiselulosa,

Lignin dan Silika (Greenland, 1984; Lamid, 2013).

Menurut Wanapat et al., (2013) kandungan protein kasar pada jerami padi

sekitar 2-5%. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Modak (1985), maupun data NRC (1980) dengan kandungan protein kasar

rata rata 2-5%. Hasil penelitian kandungan protein kasar jerami jerami padi di

Indonesia juga menunjukkan hasil bervariasi yang dapat dilihat pada tabel 1

sebagai berikut :

Tabel 1 kandungan nutrisi jerami padi


Nama Nutrisi (%)
daerah Air Abu PK LK SK Ca P
DIY 10,76 32,5 5,89 0,99 29,44 0,34 0,1
DKI Jakarta 9,01 23,6 10,04 2,41 24,85 0,27 0,26
Jawa
26,37 13,87 6,82 2,81 25,51 0,15 0,11
Tengah
Kalimantan
10,22 9,9 1,98 1,05 40,79 0,12 0,08
Timur
Sulawesi 10,52 20,5 8,84 1,77 40,95 0,17 0,2
Rata-rata 13,84 21,78 6,91 1,84 29,62 0,23 0,14
Sumber : Hasil Uji Bahan Pakan Dan Hijauan Pakan Ternak,IPB

Hasil hasil penelitian dari berbagai negara dan wilayah di Indonesia

menunjukkan bahwa kadar protein kasar pada jerami menunjukkan kisaran angka

3- 5%. Hal tersebut menunjukan bahwa pada kenyataanya kadar protein kasar

jerami adalah sangat rendah jika dibandingkan dengan hijauan pakan ternak

seperti rumput rumputan dan Leguminosa. Dengan demikian, perlu dilakukan

pengolahan melalui berbagai metode untuk meningkatkan kualitas jerami melalui

8
peningkatan kadar protein kasar tersebut (Purnamaningsih dan Indarjulianto,

2017).

Faktor pembatas lain dalam jerami adalah kandungan Neutral Detergent

Fiber (NDF) jerami padi yang tinggi mengakibatkan sulit untuk dicerna. Hasil

penelitian Syamsu et al. (2013) menunjukkan bahwa kandungan NDF dalam

jerami sebesar 72,52%. Menurut Shen et al. (1998), meskipun tidak banyak

selisihnya, tetapi kandungan NDF dipengaruhi oleh musim panen. Kandungan

NDF tertinggi (72,53%) terdapat pada awal musim panen, sedangkan terendah

(70,03%) terdapat pada pertengahan musim panen. Kandungan NDF pada jerami

asal Selangor, malaysia menunjukkan kandungan NDF sebesar 82,98% (Jahromi

et al., 2010) Iran 68,95% Jafari et al. (2007), Kandungan NDF jerami dari

tanaman padi asal Jawa Tengah, Indonesia menunjukkan kadar yang tinggi, yaitu

80,59% (Anam et al., 2012), sedangkan jerami padi asal mataram, Indonesia

menunjukkan kandungan 75,94%. Penelitian oleh Trisnadewi et al. (2011) pada

jerami padi di Bali menunjukkan kandungan NDF jerami sebesar 79,80%

(Purnamaningsih dan Indarjulianto, 2017)

Jerami padi dari semua wilayah dan berbagai negara menunjukkan

kandungan NDF yang tinggi, mulai dari 68,95% sampai 80,59%. Kandungan

NDF berhubungan erat dengan konsumsi pakan, sebab seluruh komponennya

memenuhi rumen dan lambat dicerna, sehingga semakin rendah kandungan NDF

dalam pakan akan semakin mudah terkonsumsi. Tanaman hijauan pakan ternak

seperti rumput raja memiliki kandungan NDF sebesar 59,70% (Yulianti, 2010).

Panicum maximum 66,84%, Pennisetum purpureum 66,96% (Nasrullah et al.,

9
2003), Sesbania grandiflora 45,11% (Hau et al., 2005), Calliandra calothyrsus

31,03%, Centrosema pubescens 56,81%, Gliricidia maculata 32,97%, Leucaena

leucocephala 31,67% (Nasrullah et al., 2003). Dibandingkan dengan kandungan

NDF pada hijauan tersebut diatas, baik rumput rumputan maupun leguminosa

maka jerami padi memiliki kandungan NDF yang jauh lebih besar. Selain limbah

jerami padi, terdapat beberapa limbah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai

pakan ternak. Limbah tersebut memiliki kandungan NDF yang bervariasi mulai

dari yang lebih rendah, sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan

kandungan NDF pada jerami padi. Sebagai contoh, limbah jerami jagung yang

mengandung NDF sebesar 46,55% (Paath et al., 2012), akan tetapi penelitian lain

menunjukkan bahwa kandungan NDF limbah jerami jagung memiliki kisaran

angka yang sama yaitu 71,93% (Li et al., 2014).

Hasil penelitian kandungan NDF pada limbah kelapa sawit juga cukup

bervariasi, meskipun semua menunjukkan angka yang tinggi, yaitu 75,4%

(Winugroho, 1999) dan 84,6% (Jalaludin, 1994). Secara garis besar dapat dilihat

bahwa kandungan NDF pada jerami padi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

rumput rumputan maupun leguminosa namun sama, lebih rendah atau lebih tinggi

jika dibandingkan dengan limbah tanaman lain. Oleh sebab itu, penelitian

penelitian pada jerami untuk meningkatkan nilai nutrisinya banyak difokuskan

pada pengolahan guna menurunkan kandungan NDF dalam jerami

(Purnamaningsih & Indarjulianto, 2017).

10
C. Faktor Pembatas Nutrisi Jerami

Keterbatasan penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak disebabkan

karakteristik dinding selnya yang berbeda dari dinding sel jerami tanaman sereal

lainnya. Jerami Padi mengandung tiga komponen fraksi serat yaitu Selulosa,

Hemiselulosa dan Lignin. Disamping ketiga komponen fraksi serat tersebut,

jerami padi juga mengandung silika (Howard et al., 2003). Menurut Reddy and

Yang (2006), komposisi fraksi serat jerami padi terdiri dari 40% Selulosa, 30%

hemiselulosa, 15% Silika dan 15% lignin. Sebagai limbah tanaman tua, jerami

padi telah mengalami Lignifikasi lanjut, menyebabkan terjadinya ikatan kompleks

antara Lignin, Selulosa dan Hemiselulosa (lignoselulosa) (Eun et al., 2006).

Faktor-faktor tersebut diatas merupakan pembatas dalam pemanfaatan jerami

padi. (Purnamaningsih & Indarjulianto, 2017)

Jerami padi memiliki kandungan Silika yang bervariasi dengan kisaran

nilai sekitar 60% (Khorsand et al., 2012). Variasi kandungan tersebut tergantung

dari musim, jenis tanah, waktu panen dan kondisi geografis (Santos et al., 2010).

Kandungan silika dalam jerami padi dapat mencapai 19,2% dari bahan kering .

kandungan 1% kadar Silika bahan akan menurunkan kecernaan sebesar 2 - 3%

pada Ruminansia. Upaya Meningkatkan Kualitas Jerami Padi dengan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu cara pengawetan yang menggunakan mikrobia

tertentu untuk menghasilkan asam atau komponen lainnya yang dapat

menghambat mikrobia perusak lainnya (Masnun, 2014). Untuk meningkatkan

kualitas jerami padi sebagai bahan pakan, maka faktor-faktor pembatas tersebut

perlu diatasi. Salah satu pendekatan adalah dengan perlakuan fermentasi

11
menggunakan probion. Probion merupakan produk campuran berbagai macam

mikroba yang dibuat melalui proses inkubasi anaerob isi rumen dengan tambahan

mineral dan bahan organik yang dibutuhkan mikroba (Haryanto et al., 2003).

Enzim yang dihasilkan mikroba dalam probion diharapkan mampu

merombak dan merenggangkan ikatan Lignosellulosa dan Lignohemisellulosa,

sehinga jerami padi menjadi lebih mudah dicerna oleh Mikroba rumen.

Teratasinya faktor-faktor pembatas di atas, diharapkan jerami padi hasil

Fermentasi akan mampu memenuhi kebutuhan ternak terhadap hijauan sebagai

sumber serat (Antonius, 2010)

Mikroba selulolitik yang terdapat dalam Probion diharapkan dapat

menghasilkan Enzim selulase yang mampu merombak dan merenggangkan ikatan

Lignosellulosa dan Lignohemisellulosa, sehinga jerami padi menjadi lebih mudah

dicerna oleh mikroba rumen. Penambahan urea berfungsi sebagai sumber NH3

bagi mikro organisme didalam probion dan sekaligus menambah kadar nitrogen

hasil fermentasi jerami padi. Dengan teratasinya faktor-faktor pembatas di atas,

maka diharapkan jerami padi hasil fermentasi akan mampu memenuhi kebutuhan

ternak terhadap hijauan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi jerami

padi yang difermentasi dengan probion terhadap kansumsi dan kecernaan bahan

kering dan zat nutrisi ransum, pertambahan bobot hidup harian serta efesiensi

penggunaan pakan pada sapi Simmental (Antonius, 2009)

D. Metode Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami

Pada dasarnya, kunci untuk meningkatkan nilai nutrisi jerami padi untuk

ternak ruminansia adalah mengatasi hambatan proses fermentasi mikroba dalam

12
rumen. Banyak penelitian telah dilakukan selama beberapa dekade yang bertujuan

untuk meningkatkan nilai gizi dari jerami padi, dengan tingkat keberhasilan yang

beragam (Selim et al., 2004; Sarnklong et al., 2010). Usaha peningkatan kualitas

jerami padi tersebut dilakukan dengan cara meningkatkan nilai cernanya melalui

pemecahan ikatan kompleks Lignoselulosa baik secara mekanik/ kimia dan

Biologis maupun kombinasinya (Doyle et al., 1996)

Metode yang populer dan telah diterapkan karena dapat diaplikasikan

dilapangan dengan mudah dan biaya murah adalah Fermentasi (Seglar, 2003).

Metode Fermentasi jerami merupakan salah satu cara pengolahan yang relatif

murah, praktis dan hasilnya cukup disukai ternak. Istilah fermentasi sendiri adalah

segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari Mikroba untuk

melakukan Oksidasi, Reduksi, Hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya (Stanbury and

Whitaker, 1984)

Proses Fermentasi terjadi akibat kinerja dari berbagai macam bakteri

pengurai seperti selulolitik, lignolitik, lipolitik dan/atau bahan-bahan yang bersifat

fiksasi nitrogen non simbiotik. Sebagai contoh, bakteri selulolitik yang dapat

digunakan dalam proses fermentasi adalah Actinobacillus sp (Mirni et al., 2006),

Cytophaga hutchinsoi,Acidothermus cellulyticus, (Mirni et al., 2011),

Bacillus sp., Pseudomonas sp. dan Serratia sp (Khatiwada et al., 2016).

Sedangkan bakteri Lignolitik yang dapat digunakan untuk perlakuan Fermentasi

adalah Bacillus sp. (Abd-Elsalam and El-Hanafy, 2009), Pantoea sp (Xiong et al.,

2013), Bacillus pumilus strain B37 (Kausar et al., 2012).

13
Pengolahan jerami padi pada skala peternakan kecil dan menengah dengan

menggunakan metode Biologis memiliki potensi lebih besar untuk dikembangkan

secara luas jika dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia yang mahal.

(Purnamaningsih & Indarjulianto, 2017)

Dengan demikian, metode perlakuan biologis dengan menggunakan jamur

atau enzim untuk meningkatkan kecernaan jerami padi merupakan alternative

yang menjanjikan. Keuntungan dari perlakuan biologis seperti murah, kebutuhan

energi yang rendah dan hanya sedikit berpengaruh terhadap kondisi lingkungan

sehingga pencemaran dapat diminimalisir (Saratale et al., 2008). Saat ini telah

tersedia produk komersial enzim yang berasal dari Trichoderma longibrachiatum,

Aspergillus niger dan A. oryzae untuk kepentingan industri pakan ternak

(Purnamaningsih & Indarjulianto, 2017). Menurut Masnun (2014) proses

Fermentasi jerami pada dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Menimbang semua bahan sesuai dengan ukuran yang ditentukan, yaitu

jerami 30 kg, molasses 120 ml dan EM-4 sebanyak 80 ml.

2. Menghamparkan jerami di atas lantai yang bersih. c Mencampurkan

molasses dan EM-4,

3. kemudian memercikkan pada jerami padi secara merata.

4. Menambahkan air sampai tingkat kebasahan jerami sesuai untuk di

fermentasi (tidak terlalu kering atau terlalu basah).

5. Mengaduk/mencampurkan semua bahan secara merata dengan

membolak- balikkan jerami. Jika pembuatan dalam skala besar maka

pembuatan jerami fermentasi dapat dilakukan secara berlapis-lapis.

14
6. Memasukkan campuran jerami, molasses dan EM-4 kedalam silo, dengan

cara sedikit demi sedikit dan di padatkan (di injak-injak).

7. Mendiamkan selama 3 pekan untuk proses fermentasi.

8. Setelah 3 minggu, Fermentasi jerami siap diberikan kepada ternak

Dalam proses Fermentasi jerami selain menggunakan bakteri dalam EM4

yang merupakan merupakan campuran dari mikroorganisme fermentasi dan sintetik

(penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang) untuk

memfermentasi bahan organik (Kukuh, 2010) .dalam Fermentasi jerami juga bisa

menggunakan Probion yang merupakan produk campuran berbagai macam mikroba

yang dibuat melalui proses Inkubasi Anaerob isi Rumen dengan tambahan mineral

dan bahan organik yang dibutuhkan Mikroba (Antonius, 2010) dan MOL adalah

organisme yang di isolasi dari limbah jerami padi yang telah membusuk.(Kasmiran,

2011). Perbandingan hasil fermentasi dari tiga kultur Mikroba tersebut data dilihat

pada tabel 2 sebgai berikut :

Tabel 2 Perbandingan kandungan nutrisi jerami padi hasil fermentasi dengan

EM4, Probion dan MOL

Nutrisi (%)
Jenis jerami
PK SK
JP tampa
4.55 40.95
Fermentasi
JPF dengan
9.43 32.64
Probion

JPF dengan Em4 7.15 28.38

8.79-
JPF dengan Mol 31,76
-

15
E. Manfaat Jerami Padi Terhadap Pertambahan Bobot Badan

Jerami padi tampa olahan ataupun jerami padi yang sudah difermentasi

jika ditinjau dari kandungan nutrisi belum bisa dijadikan sebagai pakan tunggal

terutama jika digunakan sebagai pakan untuk penggemukan. Jerami padi tidak

mengandun cukup Glukosa, asam Amino dan mineral untuk pertumbuhan

Mikroba dalam Rumen (Doyle et al., 1996). Selain kelemahan tersebut diatas,

jerami padi memilik sifat tinggi serat kasar, nitrogen rendah dan komposisi

mineral yang tidak seimbang sehingga mengakibatkan asupan rendah. Semua hal

tersebut diatas akan mengakibatkan pemberiannya sebagai pakan basal tunggal,

baik secara langsung maupun melalui proses perlakuan, tidak akan dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi pada ternak. Penelitian penelitian yang berhubungan

dengan jerami sebagai pakan tunggal telah banyak dilakukan dengan hasil

penurunan bobot badan pada ternak kerbau (Zulbardi et al., 1983;Wongsrikeao

andWanapat, 1985), sapi (McLennan et al., 1981) dan domba (Vijchulata and

Sanpote, 1982). Penurunan bobot badan yang disebabkan oleh kadar serat kasar

dan silika yang terlalu tinggi serta ka dar protein dan nilai cernanya yang sangat

rendah.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Sarnklong et al. (2010) juga

menunjukkan pemberian jerami padi sebagai pakan tunggal tidak memenuhi

syarat pemeliharaan pada sapi potong. Walaupun demikian jika jerami padi

Fermentasi atau tampa olahan diberikan kepada ternak dengan imbangan bahan

pakan lain atau digunakan sebagai bahan pakan tambahan dalam ransum ternak

16
kemungkinan pertambahan bobot badan sapi bias terjadi.hal ini dapat dilihat pada

tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Rataan pertambahan bobot hidup harian (PBHH) dan efisiensi ransum
ransum pada sapi Simmental yang diberikan perlakuan penenelitian
PBHH
Perlakuan
(kg/ekor/hari)
JP-15 0,84
JPF-15 0,95
JPF-35 0,85
Rata-rata 0,88
Sumber : Antonius,2009

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jerami padi merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah yang

relatif lebih banyak dibandingkan limbah pertanian lainnya dan terdapat hampir di

setiap propinsi diIndonesia. Untuk meningkatkn kualitas nutrisinya dapat

dilakukan dengan proses Fermentasi. Jerami pada fermentasi tidak datat

digunakan sebagai bahan pakan basal disebabkan tingginya serat kasar dan

rendahnya protein yang terkandung dalam jerami tersebut.

B. Saran

Diharapkan pembaca agar memberikan saran karan makalah ini masih

banyak kekurangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Antonius. 2009. Potensi Jerami Padi Hasil Fermentasi Probion Sebagai Bahan
Pakan Dalam Ransum Sapi Simmental ( Potential Rice Straw Fermented by
Probion as Material in Feed Simmental Cows ), Jurnal. 240–245. Loka
Penelitian Kambing Potong. Sumatra Utara
Antonius. 2010. Pengaruh Pemberian Jerami Padi Terfermentasi Digestible
Energy Ransum Sapi ( Effects of Inclusion of Fermented Rice Straw on the
Fiter Palatability and Digestibility , and Digestible Energy in Cattle Diet ).
Jurnal Veteriner, 224–228. Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatra
Utara
Kasmiran, A. 2011. Pengaruh Lama Fermentasi Jerami Padi Dengan
Mikroorganisme Lokal Terhadap Kandungan Bahan Kering , Bahan
Organik , dan Abu, Jurnal 11(1), 48–52. Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Almuslim
Kukuh, H. 2010. Probiotik Cair Em4 Terhadap Performan Domba Lokal Jantan,
Skripsi 1–29. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Surakarta.
Masnun. (2014). Teknologi Jerami Fermentasi Sebagai Pakan Ternak.
Purnamaningsih, H dan Indarjulianto, S. 2017. Potensi Jerami Sebagai Pakan
Ternak Rminansia, Jurnal 27(1), 40–62. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Tim Laboratorium IPb. (2013). Pengetahuan Bahan Makanan ternak. CV Nutri
Sejahtera, 53(9), 1689–1699.

19

Anda mungkin juga menyukai