Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM

INDUSTRI TERNAK POTONG


SISTEM PEMELIHARAAN KAMBING DAN DOMBA

Disusun oleh:

Angger M.Ghozwan Hanif


Kelompok XIV

Asisten Pendamping: Eugenia Tyaswening

LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA, DAN KESAYANGAN


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Ternak potong adalah ternak yang dipotong dengan tujuan untuk


menghasilkan protein hewani berupa daging. Ternak potong dapat dibagi
dua, yaitu ternak ruminansia dan ternak non ruminansia. Fungsi ternak
potong di Indonesia belum optimal terbukti dari konsumsi daging tidak di
ikuti dengan kenaikan dan ketersediaan ternak potong dalam jumlah yang
memadai. Peningkatan produksi ternak potong dilakukan dengan berbagai
cara di antaranya dengan peningkatan populasi ternak maupun
diversifikasi ternak potong.
Ternak domba dan kambing adalah salah satu jenis ternak yang
potensial dan mempunyai prospek untuk dapat mengimbangi kesenjangan
protein hewani asal ternak. Daging domba dan kambing sangat digemari,
akan tetapi pemeliharaan sangat kurang. Domba dan kambing juga
mempunyai kedudukan penting dalam lingkungan masyarakat kita, karena
sering dimanfaatkan sebagai hewan kurban pada hari raya Idul Adha yang
permintaannya selalu meningkat setiap tahun.
Peningkatan produktivitas dan populasi ternak berpegang pada
prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) Peningkatan produktivitas berarti kita
harus menempuh perbaikan mutu genetik. Ini hanya dapat dilakukan
dengan jalan pemuliaan. 2) Perbaikan mutu genetik hanya merupakan
salah satu faktor dalam peningkatan produktivitas ternak. Faktor lainnya
yang menentukan adalah pakan, pengelolaan, dan kesehatan ternak. Jadi
agar potensi dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin faktor lingkungan
seperti diatas harus diperbaiki. 3) Peningkatan populasi dapat dicapai
dengan peningkatan angka kelahiran dan penekanan angka kematian,
untuk mendapat hasil yang maksimal kita perlu mencermati pemeliharaan
yang paling baik. Jika dipandang dari segi ekonomi, pemeliharaan intensif
membutuhkan modal yang besar dibandingkan denagn pemeliharaan
ekstensif maupun semi intensif tapi akan menghasilkan produk yang lebih
tepat karena pertumbuhan diawasi terus menerus secara intensif.
Praktikum Manajemen Ternak Potong komoditas kambing dan domba
,praktikan secara berkelompok melaksanakan usaha pemeliharaan ternak
domba, dari acara praktikum kali ini diharapkan praktikan dapat
mengaplikasikan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah.

Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum sistem pemeliharaan kambing dan domba adalah
untuk mengetahui cara pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas
kambing dan domba dengan tujuan pemeliharaan untuk mengetahui
bagaimana sistem pemeliharaan kambing dan domba.

Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum sistem pemeliharaan kambing dan domba
adalah praktikan dapat dengan jelas mengetahui dan memahami sistem
pemeliharaan kambing dan domba yang baik dan benar meliputi
manajemen seleksi dan sistem pemeliharaan, manajemen recording,
manajemen perawatan, manajemen sanitasi dan pencegahan penyakit,
manajemen pakan, manajemen perkandangan dan penanganan limbah.
BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Praktikum sistem pemeliharaan kambing dan domba dilaksanakan
di Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang dilakukan
dalam praktikum pemeliharaan komoditas kambing dan domba yaitu
pengambilan data yang meliputi manajemen pemilihan bibit, seleksi
ternak, pendataan atau recording, sistem perkandangan, formulasi
komposisi pakan, reproduksi, penanganan dan pengamanan biologis
ternak dan penanganan limbah peternakan.
Manajemen pemeliharaan ternak yang baik adalah dengan
menyiapkan perkandangan yang sehat dan melakuakan pemberian pakan
bergizi akan membuat ternak kambing atau domba lebih tahan terhadap
serangan penyakit. Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat
pemeliharaan ternak kambing perlu dicari dahulu beberapa informasi
penting tentang status penyakit hewan di daerah sekitar lokasi (Bahri,
2006). Berdasarkan hasil praktikum manajemen pemeliharaan kambing
dan domba di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM sudah sesuai dengan literatur.

Pemilihan dan Seleksi Ternak


Pemilihan ternak
Kriteria bibit untuk pembesaran. Berdasarkan hasil praktikum
didapatkan bahwa kriteria bibit untuk pembesaran pada ternak kambing
dan domba antara lain sehat, Average Daily Gain tinggi, umur ternak
diatas 1 tahun, reproduksinya baik, kakinya kuat, dan genetiknya bagus.
Suparman (2014) menyatakan bahwa bibit bakalan untuk pembesaran
adalah bibit yang diambil dari anakan kambing yang baru disapih, atau
sekitar umur 4 sampai 6 bulan. Pemeliharaan sejak lepas sapih ini
membutuhkan waktu sekitar 18 bulan. Arifin (2015) menyatakan bahwa
selama masa pembesaran dan penggemukan yang perlu diperhatikan
adalah tingkat kesehatan, makanan dan pengumbarannya. Kriteria bibit
untuk pembesaran antara lain sehat, badan minimum 15 kg, badan
panjang dan besar, moncong tidak runcing, nafsu makan baik dan bebas
dari penyakit. Hasil diskusi saat pratikum telah sesuai dengan
literatureyang ada.
Kriteria calon induk dan calon pejantan. Berdasarkan hasil
praktikum kriteria calon induk antara lain genetiknya bagus, ambingnya
besar kenyal dan simetris, reproduksinya bagus, kakinya kuat, serta
mothering ability baik. Kriteria calon pejantan hasil diskusi antara lain dada
lebar dan dalam, kakinya kuat, testisnya simetris, sex ability tinggi, serta
responsive terhadap betina. Suparman (2014) menyatakan bahwa calon
induk adalah ternak yang belum pernah melahirkan sedangkan calon
pejantan adalah ternak yang belum pernah mengawini seekor ternak
betina. Kriteria calon indukan antara lain ukuran badan besar, tidak terlalu
gemuk, bentuk tubuh padat, keempat kaki lurus dan terlihat kokoh serta
tumit tinggi, tidak ada cacat pada tubuhnya, mata tajam, jernih dan suka
berkedip-kedip, bola mata tampak basah, ambing kenyal, tidak
menggantung, tidak terinfeksi serta jumlahnya dua dengan bentuk yang
simetris. Kriteria calon pejantan antara lain ukuran badan normal, tubuh
panjang, bentuk perut normal, kaki kokoh berotot, terlihat tonjolan tulang
yang besar pada kaki, mata sehat dan bersih, gerakan lincah, aktif, dan
terlihat ganas. Alat kelamin normal dan bentuknya simetris serta terlihat
ereksi. Umurnya antara 1,5 tahun sampai 5 tahun. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan diketahui bahwa cara pemilihan calon induk dan
pejantan sesuai dengan literatur.
Kriteria induk dan pejantan. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan maka dapat diketahui bahwa induk merupakan ternak yang
dimanfaatkan untuk menghasilkan individu ternak baru yang memiliki
kualitas yang baik, dengan kriteria yang baik yaitu performan saat
dikawinkan bagus, ambing bagus atau simetris, mothering ability baik,
tulang kaki kuat dan sehat. Sutama (2010) menyatakan bahwa induk
merupakan ternak yang telah melahirkan anakan dan merawat anakanya
dengan baik. Ciri induk betina yang unggul yaitu mempunyai sifat keibuan
atau mothering ability yang baik, garis punggung rata, mata bersih, rambut
tidak berdiri, kapasitas rongga perut besar, dada lebar, kaki kuat dan
normal, dan berjalan normal. Dibandingkan dengan literatur kriteria calon
induk yang digunakan di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan
Kesayangan telah sesuai.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diketahui
bahwa pejantan adalah ternak yang digunakan untuk mengawini ternak
indukan agar dapat menghasilkan individui ternak baru sesuai dengan
tujuan pemeliharaan dengan kriteria yang baik yaitu performan saat
dikawinkan bagus, alat kelamin lengkap seperti testis dan penis normal,
libido tinggi dan tulang kaki kuat. Sutama (2010) menyatakan bahwa
pejantan adalah ternak yang dapat mengawini betina sehingga terjadi
perkembangbiakan. Kriteria pejantan, yaitu memiliki dada lebar, tubuh
relatif panjang, bagian tubuh bagian belakang lebih tinggi, tidak terlalu
gemuk, penampilan gagah dan mencerminkan kemampuan untuk
menurunkan sifat yang baik pada anaknya, berumur antara 1,5 sampai 3
tahun, serta buah zakarnya normal (2 buah sama besar dan kenyal).
Dibandingkan dengan literatur kriteria calon pejantan yang digunakan di
kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan telah
sesuai.
Kriteria bakalan untuk penggemukan. Berdasarkan hasil
praktikum kriteria bakalan untuk penggemukan antara lain Average Daily
Gain tinggi, sehat, segitiga lapar terlihat, mata bersinar, kulitnya kenyal,
kakinya besar, nafsu makan baik dan rahangnya besar. Sarwono (2001)
menyatakan bahwa kambing atau domba bakalan adalah calon kambing
atau domba yang sengaja dipilih oleh peternak guna tujuan pemeliharaan
dan produksi. Kambing atau domba potong yang akan dihasilkan sangat
ditentukan oleh kambing bakalan yang tersedia. Kambing bakalan sebagai
ternak potong dapat berasal dari anak-anak kambing lepas sapih yaitu
kambing muda berumur sekitar 8 bulan. Anak kambing jantan lebih cocok
digemukkan menjadi ternak potong bila dibandingkan kambing betina
karena memiliki pertambahan bobot badan lebih cepat. Karakteristik
kambing bakalan yang cocok untuk tujuan penggemukan antara lain
kambing lepas sapih yang berbulu pendek atau sedikit, tangguh, sehat,
nafsu makan baik, tersedia sepanjang tahun sehingga dagingnya dapat
diproduksi sepanjang tahun dan persentase karkasnya relatif tinggi yaitu
dapat mencapai 50 sampai 51% dari bobot tubuh. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan diketahui bahwa cara pemilihan bakalan untuk
penggemukan sesuai dengan literatur.
Metode seleksi ternak
Metode seleksi yang dilakukan pada saat praktikum adalah metode
seleksi dan culling. Metode seleksi dilakukan dengan cara melihat genetik
ternak yang baik yang dapat dijadikan bibit untuk breeding dan untuk
genetik ternak yang kualitasnya jelek akan diculling atau diafkirkan.
Sudarmono dan Bambang (2011) menyatakan bahwa seleksi berarti
memilih. Seleksi ternak berarti memilih ternak jantan maupun betina guna
mendapatkan bibit unggul. Seleksi ternak dilakukan berdasarkan tujuan
pemeliharaan. Seleksi ternak potong dilakukan dengan dua cara yakni
pengamatan dan perabaan. Seleksi ternak untuk bibit dilakukan dengan
tujuh cara antara lain kesehatan, ukuran tubuh, temperamen, kemampuan
menghasilkan susu, bobot lahir dan bobot sapih, kemampuan merumput
dan silsilah. Tujuan dilakukannya seleksi adalah untuk mendapatkan
ternak yang berkualitas dan hasil yang memuaskan. Tujuan lain dari
pemilihan bibit sebagai calon induk dan pejantan dimaksudkan untuk
memperoleh keturunan yang memiliki sifat yang baik seperti kesuburan
dan persentase kelahiran yang tinggi, kecepatan tubuh yang baik dan
produksi susu yang cukup.
Prabowo (2010) menyatakan bahwa metode yang dilakukan pada
seleksi ternak dapat dilakukan berdasarkan prinsip culling and
replacement. Ternak yang sudah tidak berproduksi bibit akan diafkir dan
digantikan dengan ternak yang baru. Metode yang digunakan dalam
menyeleksi ternak di kandang yaitu melihat secara fisik dan setelah itu di
culling and replacement. Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan, diketahui metode seleksi ternak yang diterapkan di Kandang
Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas
Peternakan UGM sudah cukup baik, sesuai dengan literatur yang ada.
Penilaian ternak
Sutarto (2007) menyatakan bahwa penilaian ternak dapat dilakukan
dengan cara mengamati dan memegang ternak yang bersangkutan.
Pengamatan dilakukan lewat samping, belakang dan depan. Penilaian
dengan cara memegang dilakukan mulai dari leher, punggung, pinggang
sampai ke pantat. Penilaian dengan cara memegang tersiri dari menguji
kepadatan daging leher, bahu, punggung sampai ke tungging, menguji
pertumbuhan tulang iga, lebar kemudi, daging di tungging dan pangkal
ekor serta mengukur kedalaman paha dimulai dari puncak tungging
sampai ke sendi kaki. Penilaian ternak berfungsi untuk menilai persentase
karkas yang diahasilkan ternak. Susilorini et. al., (2008) menyatakan
bahwa body Condition Score atau BCS adalah penilaian kondisi tubuh
yang didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah
kulit, sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul menggunakan
skor. Muhibbah (2000) menyatakan bahwa selain penggunaan metode
BCS dapat pula melakukan penilaian berdasarkan nilai perototan dan
perlemakan. Metode ini dilakukan dengan mempergunakan metode
palpasi pada spinous processus dan pangkal ekor sangat berhasil
diterapkan pada domba. Pembagian lima point kategori skor kondisi pada
umumnya berdasarkan nilai perlemakan dan perdagingan pada ternak.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh skor kondisi tubuh
pada tabel sebagai berikut.
Tabel 1. Skor Kondisi Tubuh (Body Condition Score)
Bangsa No. ID Nilai
Kejobong Kini SKT 2
Peranakan Etawa Elga-42 SKT 1
Bligon
Binar-39 SKT 3

Bligon
Bini-45 SKT 1
Berdasarkan hasil praktikum penilaian ternak pada kambing
Kejobong memiliki skor 2, kambing Peranakan Etawa memiliki skor 3, dan
kambing kacang memiliki skor 2. Ciri-ciri kambing Kejobong yaitu tulang
rusuk terlihat dan kurus, dan sesuai dengan Skor Kondisi Tubuh 2. Ciri-ciri
kambing Peranakan Etawa yaitu tulang rusuk tidak terlihat tetapi kurus
dan sesuai dengan Skor Kondisi Tubuh 3. Ciri – ciri kambing kacang yaitu
tulang rusuk terlihat dan kurus, dan sesuai dengan Skor Kondisi Tubuh 2.

(Farmers, 2013)
Gambar 1. Skor Kondisi Tubuh Ternak Kambing dan Domba
Montiel (2005) menyatakan kambing dengan BCS 1 memiliki tulang
rusuk, tulang spina, dan tulang scapula yang terlihat jelas, rongga di
antara tulang rusuk terlihat jelas, flank berongga, sternum memiliki lemak
yang sangat tipis, serta tidak terdapat lemak yang menutupi pinggang.
Kambing dengan BCS 2 memiliki tulang belakang yang terlihat namun
masih tertutup dengan sedikit lemak, tulang rusuk terlihat namun rongga
di antara tulang rusuk tidak terlihat jelas, tulang di bagian sternum tidak
teraba, serta pada bagian pinggang terdapat sedikit lemak. Kambing
dengan BCS 3 memiliki tulang belakang yang tertutup lemak, sehingga
tulang tidak menonjol, sternum tertutupi lemak yang cukup tebal, tulang
rusuk tidak terlihat, namun apabila ditekan akan terasa, serta bagian
pinggang tertutup lemak yang lebih tebal. Kambing dengan BCS 4
memiliki perlemakan pada bagian tulang belakang yang cukup tebal,
sehingga tulang hampir tidak terlihat. Lemak pada sternum tebal,
sehingga pada saat meraba tulang rusuk di daerah sternum, tulang tidak
terasa. Pinggang ditutupi dengan lemak yang tebal. Kambing dengan BCS
5 memiliki lemak yang sangat tebal di bagian tulang belakang, sehingga
tulang belakang tidak terasa apabila diraba. Perlemakan kadang terlihat
menonjol di beberapa tempat. Pinggang tertutupi oleh lemak yang tebal
sehingga tulang pinggang tidak terasa apabila diraba. Berdasarkan hasil
praktikum, metode penilaian menggunakan metode pemberian skor pada
ternak menggunakan metode BCS, metode yang digunakan telah sesuai
dengan literatur yang ada.
Penanganan ternak sebelum program pemeliharaan
Berdasarkan penjelasan dari asisten, penanganan ternak sebelum
program pemeilharaan harus melalui tahapan saat ternak datang ternak
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan ternak, diberi
obat cacing, dan diidentifikasi untuk data recording, dikarantina selama 3
sampai 7 hari untuk mengetahui apakah ternak sakit atau tidak. Apabila
ternak pada saaat masa karantina sakit maka ternak akan dikembalikan,
dan apabila ternak sehat maka akan dimasukkan ke kandang umbaran.
Yulianto dan Cahyo (2014) menyatakan bahwa penanganan ternak perlu
dilakukan secara khusus. Cara penanganan sapi sebelum pemeliharaan
yang wajib diperhatikan bagi peternak antara lain mengikat dan menuntun
ternak, pemberian kaling, menghilangkan tanduk, kastrasi bila diperlukan,
pemotongan kuku, pendugaan umur ternak, penandaan sapi atau
recording, pengukuran panjang badan dan lingkar dada sapi dan
menimbang bobot ternak. Syukur (2016) menyatakan bahwa kandang
karantina berfungsi sebagai tempat untuk ternak sakit, ternak yang baru
datang, dan ternak yang diafkhir. Semua ternak yang ditempatkan di
kandang karantina mendapatkan perhatian khusus sesuai dengan kondisi
ternaknya. Kandang karantina dapat dibuat secara individu atau koloni.
Hasil praktikum apabila dibandingkan dengan literatur sudah sesuai.

Pendataan (Recording)
Tahapan recording
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
recording ternak merupakan pencatatan segala data yang berhubungan
dengan ternak atau kondisi ternak, yang dimaksudkan untuk
memudahkan dalam manajemen pemeliharaan ternak. Recording pada
ternak meliputi tahap identifikasi, penimbangan dan pengukuran data fital,
serta perlakuan khusus yang dianggap perlu dilakukan. Jenis recording
pada ternak antara lain recording kesehatan, kelahiran, kematian, pakan,
reproduksi, produksi, dan mutasi yang dilakukan pada suatu peternakan.
Recording dilakukan dengan tujuan menjadi evaluasi pada sebuah
peternakan, terutama dengan adanya ternak yang sakit, ataupun
mengalami kematian baik disebabkan karena wabah penyakit maupun
karena sebab tertentu.
Recording atau pencatatan adalah pengumpulan data didunia
peternakan (Aak, 2008). Manfaat recording antara lain memudahkan
pengenalan terhadap ternak, memudahkan manajemen pemeliharaan,
memudahkan dalam melakukan perawatan, menghindari terjadinya
inbreeding dan mejadikan pekerjaan lebih efektif (Yulianto dan Cahyo,
2014). Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa tahapan recording sesuai dengan literatur.
Macam recording
Terdapat beberapa macam recording. Recording bertujuan untuk
memudahkan mengidentifikasi ternak. Berdasarkan penjelasan dari
asisten recording dibagi menjadi beberapa macam antara lain.
Tabel 2. Macam Recording
Jenis Recording Data yang Diambil
Reproduksi Jenis kelamin, S/C, siklus estrus, PPM, PPE
Pakan ADG, feed intake, berat badan, gain, jenis
bahan
Kelahiran Bobot lahir, tanggal lahir, induk dan pejantan
Kematian Tanggal kematian, penyakit, berat akhir
kematian
Kesehatan Penyakit, riwayat obat-obatan, obat yang
diberikan
Mutasi Tanggal kedatangan, berat badan, asal
tempat kedatangan
Berdasarkan hasil diskusi praktikum yang ada pada tabel tersebut
jenis recording yang digunakan di Kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM antara lain recording
kelahiran, kematian, pakan, reproduksi, kesehatan, dan mutasi. Recording
reproduksi meliputi pencatatan Jenis kelamin, S/C, siklus estrus, PPM,
PPE. Reording pakan meliputi pencatatan ADG, feed intake, berat badan,
gain, jenis bahan. Recording kelahiran meliputi pencatatan Bobot lahir,
tanggal lahir, induk dan pejantan. Recording kematian meliputi pencatatan
tanggal kematian, penyakit, berat akhir kematian. Reording kesehatan
meliputi pencatatan Penyakit, riwayat obat-obatan, obat yang diberikan.
Reording mutasi meliputi penatatan Tanggal kedatangan, berat badan,
asal tempat kedatangan.
Yulianto dan Cahyo, (2014) menyatakan bahwa jenis catatan atau
recording yang biasa digunakan adalah identitas, dokumentasi, catatan
khusus dan sertifikat ternak. Identifikasi meliputi identifikasi fisik,
penandaan fisik dan penandaan tambahan. Identifikasi fisik meliputi warna
bulu, konformasi tubuh, bulu sekitar mata, tanduk, kaki, bentuk telinga dan
punuk. Penandaan fisik ternak dibedakan menjadi permanen atau tetap
dan semi permanen yang sifatnya sementara dan mudah untuk
dihilangkan. Penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan
pada ternak untuk memudahkan sapi tersebut dipantau dari kejauhan
apabila sedang dipadang penggembalaan. Jenis catatan yang kedua yaitu
dokumentasi meliputi pembuatan sketsa atau gambar individu, profil, foto,
maupun rekaman video. Recording yang ketiga yaitu catatan khusus
meliputi tanggal lahir, nomor kode ternak, berat badannya, berat lahir,
berat sapih, bangsa dan kesehatannya. Recording yang keempat adalah
sertifikat ternak meliputi breeding, asal usul tetua pejantan dan betinanya
serta tanggal lahir. Hasil praktikum apabila dibandingkan dengan literatur
sudah sesuai.
Komposisi dan struktur ternak
Praktikum yang sudah dilakukan komposisi dan struktur ternak
terdiri dari jumlah ternak tiap bangsa dan fase usia ternak, serta jenis
kelamin. Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum komoditas
kambing dan domba, didapatkan data komposisi ternak sebagai berikut.

Tabel 3 Komposisi dan Struktur ternak


Bangsa Anak Muda Dewasa Total
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
Kacang 2 3 - 2 - 2 9
Kejobong - - 1 3 - - 4
Bligon - - 1 4 - 3 8
Peranakan 1 - 2 3 - 18 24
Etawa
Gembrong - - 1 1 1 - 3
Domba 5 4 1 2 3 16 31
Ekor Tipis
Garut 1 2 2 9 2 20 36
Merino 1 - - - - - 1
Total 116
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka
diperoleh komposisi ternak dari bangsa kambing Kacang jantan anakan 2
ekor, betina anak 3 ekor, betina muda 2 ekor dan betina dewasa 2 ekor.
Komposisi ternak dari bangsa kambing Kejobong terdiri dari jantan muda
1 ekor dan betina muda 3 ekor. Komposisi ternak dari bangsa kambing
Bligon terdiri dari jantan muda 1 ekor, betina muda 4 ekor dan betina
dewasa 3 ekor. Komposisi ternak dari bangsa kambing PE terdiri dari
anakan jantan 1 ekor, jantan muda 2 ekor, betina muda 3 ekor dan betina
dewasa 18 ekor. Komposisi ternak dari bangsa kambing Gembrong terdiri
dari betina muda 1 ekor dan jantan muda 1 ekor. Komposisi ternak dari
bangsa domba Ekor Tipis terdiri dari anakan jantan 5 ekor, anakan betina
4 ekor, betina muda 2 ekor, jantan muda 1 ekor, jantan dewasa 3 ekor,
dan betina dewasa 16 ekor. Komposisi domba garut terdiri dari anakan
jantan 1 ekor, anakan betina terdiri dari 2 ekor, jantan muda 2 ekor, betina
muda 9 ekor, jantan dewasa 2 ekor dan betina dewasa 20 ekor.
Komposisi domba Merino terdiri dari 1 anakan jantan. Total keseluruhan
ternak kambing dan domba yang ada di kandang industri ternak potong
adalah 116 ekor. Tujuan dari pemeliharaan di kandang Ternak Potong,
Kerja dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM adalah untuk
pengembang biakan serta sarana pembelajaran.
Yulianto dan Cahyo (2010) menyatakan bahwa populasi ternak tiap
bangsa, jenis kelamin, dan umur di kandang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan beberapa faktor yaitu tujuan pemeliharaan, iklim, kelembaban,
biaya pemeliharaan, pakan yang tersedia, dan penyebaran penyakit.
Purnomoadi (2003) menjelaskan bahwa apabila lebih dari 50% dari
populasi adalah ternak betina, dapat diindikasikan tujuan pemeliharaan
ternak tersebut adalah untuk breeding (penyedia bakalan). Berdasarkan
pada hasil praktikum, tujuan pemeliharaan datri peternakan adalah
perkembangbiakan.

Perkandangan
Lokasi
Lokasi kandang Laboraturium Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM berada di Jalan Fauna No 3
Bulaksumur, Depok, Sleman. Lokasi kandang terletak didekat jalan raya
dan dekat dengan lahan hijauan, merupakan dataran rendah dan dekat
dengan kampus, letaknya cukup dekat dengan pemukiman sehingga
memiliki akses jalan yang mudah, terdapat sumber air tetapi belum
terdapat tempat penampungan limbah yang memadai. Lokasi kandang
yang baik harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya kandang dipilih
tempat yang teduh, tetapi cukup mendapatkan sinar matahari di waktu
pagi. Lokasi kandang sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah agar
memudahkan pengawasan dan penjagaan, tetapi diusahakan jauh dari
permukiman penduduk. Kandang sebaiknya dibangun agak jauh dari lalu
lintas masyarakat ramai sehingga ternak bisa hidup tenang. Rianto, (2010)
menyatakan bahwa persyaratan lokasi kandang yang baik adalah yang
jauh dari pemukiman dan jauh dari kebisingan. Berdasarkan pengamatan
kandang di fakultas peternakan kurang memenuhi standar tersebut yang
dapat berakibat seperti timbulnya stress pada ternak dan limbah ternak
yang dapat mengaggu penduduk sekitar. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Sarwono, (2008) menyatakan bahwa kandang diusahakan
dibangun pada lokasi yang jauh dari lingkungan pemukiman masyarakat.
Lokasi sebaiknya tidak terganggu oleh tiupan angin kencang. Tiupan
angin kencang akan membuat ternak mudah sakit, lemas, dan
kembung.Lokasi kandang menghadap utara sehingga cahaya matahari
dapat masuk kedalam kandang. Lokasi yang berada di sekitar ladang
membuat intensitas sinar matahari di kandang menjadi lebih baik.
Berdasarkan literatur kondisi perkandangan di Fakultas Peternakan UGM
belum memenuhi persyaratan karena dekat dengan pemukiman. Lokasi
yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya
cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan.
Gambar 2. Lokasi Kandang Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan
Tata letak kandang
Berdasarkan hasil pengamatan saat praktikum, diperoleh data
tataletak kandang yang disajikan dalam gambar berikut.

Tata Letak Kandang


Keterangan:
1. Gerbang
2. Kandang kelinci
3. Kantor
4. Grooming area
5. Tack room
6. Kandang kuda
7. Ladang hijauan
8. Umbaran kuda
9. Kandang domba
10. Kandang kambing
11. Kandang kambing
12. Umbaran
13. Umbaran kambing
14. Gudang pakan
15. Kandang melahirkan
16. Kandang sapi
17. Umbaran sapi
18. Gudang pakan
19. Gudang peralatan
20. Kandang sapi
21. Kamar mandi
22. Jalan

Gambar 3. Tataletak kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan


Kesayangan Fakultas Peternakan UGM

Penempatan bangunan kandang dan berbagai fasilitas di Kandang


Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas
Peternakan UGM sudah cukup baik. Penempatan bangunan kandang
beserta fasilitasnya telah tertata dan dibangun dengan pertimbangan
mempermudah dalam pengelolaan atau manajemen peternakan secara
menyeluruh. Kantor yang dibangun di bagian depan bertujuan untuk
memudahkan pemantauan pada aktivitas yang ada di kandang dan
antisipasi adanya orang asing yang masuk ke area peternakan ataupun
binatang buas yang berpotensi menyebabkan kerugian. Gudang pakan
dibangun di sekitar kandang masing-masing ternak, hal ini ditujukan untuk
efisiensi dalam melakukan pemberian pakan pada ternak, karena
aksesnya tidak terlalu jauh. Jumlah toilet di Kandang Laboratorium Ternak
Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM dibangun lebih
dari satu, hal ini menyesuaikan dengan luas peternakan yang ada,
sehingga memberikan kenyamanan bagi karyawan, asisten, maupun
pengunjung kandang dalam menggunakan toilet ketika membutuhkan.
Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
Fakultas Peternakan UGM juga dilengkapi dengan ruang diskusi yang
bermanfaat untuk melakukan diskusi, terutama ketika ada kegiatan
praktikum yang letaknya berada di dekat kandang umbaran sapi (kandang
belakang) sehingga suasananya cukup tenang dan tidak bising. Tempat
chopper merupakan bangunan yang disiapkan sebagai tempat
mmenyiapkan pakan yang akan diberikan pada ternak. Hijauan yang akan
diberikan dalam bentuk segar, dicacah dengan chopper yang dijalankan
dengan energi listrik. Letak tempat chopper sudah tepat, karena dekat
dengan kandang sapi, domba dan kambing sehingga pemberian pakan
hijauan dapat diberikan secara efisien, selain itu tempat chopprer berada
di bagian paling selatan sebelum tempat pembuangan limbah, sehingga
meminimalisir kebisingan yang dapat mengganggu kegiatan di dalam
kantor.
Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
Fakultas Peternakan UGM dilengkapi dengan lahan hijauan sebagai
tempat memproduksi hijauan pakan yang berfungsi sebagai penyuplai
pakan ternak dan tempat pembuangan atau pengumpulan limbah
peternakan yang meliputi feses ternak, urin, sisa pakan, maupun kotoran
lainnya yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan membuat ternak
merasa kurang nyaman. Tempat pembuangan limbah berada di bagian
paling selatan dari peternakan. Penempatan tempat pembuangan limbah
ini sudah tepat, karena meminimalisir bau limbah agar tidak mengganggu
segala kegiatan yang dilakukan di sekitar kantor. Rasyid dan Hartati,
(2007) menyatakan bahwa penempatan bangunan kandang dan fasilitas
pendukunya harus direncanakan dengan baik, misanya dengan
menempatkan gudang pakan yang dekat dengan kandang agar lebih
efisien. Penempatan kandang dan fasilitas pendukung yang sesuai akan
memberikan manfaat jangka panjang dalam suatu peternakan.
Karakteristik kandang
Karakteristik kandang meliputi ukuran kandang dan lain lain.
Karakteristik kandang berfungsi untuk mengetahui keadaan karakteristik
kandang tersebut. Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan,
karakteristik kandang yang diamati disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.
Karakteristik kandang kambing dan domba.
Tabel 4. Karakteristik kandang
Kandang
Pengamatan
1 2 3 4 5
Jenis Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang
kandang umbaran koloni individu beranak panggug
Atap Asbes
Asbes Genteng Asbes Genteng
Bahan Gable
Gable Monitor Gable Gable
Bentuk
Terbuka, Semi Semi Semi
Dinding
Besi, Terbuka terbuka, terbuka terbuka,
Tipe
banguanan Bambu besi, Bambu besi,
Bahan
kayu bambu dan kayu bambu

Ukuran lokal 5,9x17,5 12,2x3,34 1x2,6 1,67x2,16 15x7


kandang 103,25 m2 40,75 m2 2,6 m2 3,74 m2 105 m2

Isi ternak 19 34 1 2 11
Ukuran 25,67x5,1 19,44x74 15x7
7,9x13,8 10,4x5,9
bangunan 5 1438,56 105 m2
109,02 m2 61,36 m2
kandang 132,2 m2 m2
Luas area
567,26 m2
kandang
Ukuran
133.104 121.408c 27.720 56.940
tempat 39.468 cm3
cm3 m3 cm3 m3
pakan (lokal)
Ukuran
27.355 7686,7
tempat 1884,7 cm3 9075 cm3 14.720
cm3 cm3
minum m3
24x35,26 18,6x0,38x 10,9x0,27 11.5x20x
Ukuran
- x0.165 0,1 x0,1 8
selokan
0,35 m3 0,706 m 3
0,3 m3 1.840 m3
Kemiringan
9,5 - - 11 -
kandang

Kemiringan
- 1 2 0,5 1
selokan
11,95x2,8
17,5x5,9 0,95x2 1,55x2
Floor space 9 105/11
103,25 m2 1,9 m2 3,1 m2
34,5 m2 9,54 m2
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh jenis-jenis kandang
yang digunakan untuk pemeliharaan kambing dan domba di Fakultas
Peternakan antara lain kandang individu, kandang beranak, kandang
koloni dan kandang umbaran. Rianto (2004) menyatakan bahwa ukuran
tempat pakan kambing biasanya adalah lebar dasar 25 cm, lebar atas 50
cm, tinggi 50 cm, lebar ruji tempat kepala 30 cm, dan tinggi dasar palung
dari lantai 25 cm. Kandang biasanya memiliki tempat minum 1 per 3
panjang tempat pakan. Berdasarkan pengamatan tempat minum
berbentuk ember. Dibandingkan dengan literatur, kondisi ukuran kandang
serta kemiringan kandang sudah memenuhi syarat.
Rianto (2004) menyatakan bahwa ukuran tempat pakan domba
biasanya adalah lebar dasar 25 cm, lebar atas 50 cm, tinggi 50 cm, lebar
ruji tempat kepala 30 cm, dan tinggi dasar palung dari lantai 25 cm.
Kandang biasanya memiliki tempat minum 1 per 3 panjang tempat pakan.
Kusmantoro, (2008) menyatakan bahwa kandang dalam komoditas
kambing dan domba merupakan kandang intensif dan semiintensif.
Kandang intensif tersebut terdiri dari kandang domba individu, kandang
kambing individu, dan kandang kambing koloni, sedangkan kandang
semiintensif terdiri dari kandang kambing dan domba umbaran.
Dibandingkan dengan literatur kandang di fakultas peternakan telah
memenuhi syarat sebagai kandang semi intensif dan kandang intensif.
Montiel (2005) menyatakan bahwa ukuran kandang berdasarkan
status fisiologisnya yaitu untuk kambing dan domba umur kurang 7 bulan
adalah 0,5 m2, umur 7 sampai 12 bulan 0,75 m 2, umur lebih 12 bulan 1
sampai 1,5 m2 dan induk menyusui 1 m 2. Jika dalam suatu unit kandang
dipelihara sejumlah ternak dengan status fisiologis yang berbeda-beda,
maka harus ditempatkan sesuai status fisiologisnya dengan cara
menyekat beberapa ruang kandang. Lantai kandang harus diusahakan
tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Kemiringan
lantai kandang berbeda-beda tiap jenisnya. Rasyid dan Hartatik, (2007)
menyatakan bahwa lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya,
sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk
memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap
kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 sampai 5 %, artinya setiap
panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang menurun
sebesar 2 sampai 5 cm. ). Dinding kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM dapat dilihat pada
gambar 4.

Gambar 4. Dinding kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja,


dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM

Alas kandang sebaiknya dibuat keras dari beton atau semen tetapi
tidak licin, permukaan lantai kandang dibuat miring kesatu arah untuk
menghindari genangan air dan memudahkan untuk membersihkan
kandang (Sutama dan Budiarsana, 2009). Lantai kandang harus selalu
terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring
kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga
kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 sampai 5
%, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian
belakang menurun sebesar 2 sampai 5 cm (Rasyid dan Hartati, 2007).
Alas kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
Fakultas Peternakan UGM dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Alas kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM
Kemiringan kandang merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan, karena faktor penting untuk sanitasi. Apabila kemiringan
sesuai maka aliran air akan lancer dan tidak menimbulkan genangan.
Lantai kandang yang dibuat dari semen harus memiliki kemiringan
kandang 2% (Siregar, 2008). Berdasarkan praktikum yang dilakukan
maka kemiringan kandang sudah sesuai dengan literatur. Macam-macam
bentuk atap kandang antara lain monitor, semi monitor, shade/miring,
gable dan sawtooth (Murni, 2009).

Gambar 7. Macam-macam atap kandang


Atap kandang biasanya terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia,
asbes dan lain-lain. Daerah yang panas (dataran rendah) sebaiknya
menggunakan bahan genting sebagai atap kandang. Bentuk-bentuk
model atap kandang atap yaitu atap monitor, semi monitor, gable dan
shade. Model atap untuk daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan
shade atau gable, sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau
semi monitor. Model atap monitor, semi monitor dan gable model kandang
yang mempunyai atap dua bidang, sedangkan shade mempunyai atap
satu bidang (Rasyid dan Hartati, 2007). Atap kandang Laboratorium
Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM dapat
dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Atap Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan


Kesayangan Fakultas Peternakan UGM
Floor space adalah luasan kandang per jumlah ternak dalam
kandang. Floor space kandang yang ideal disesuaikan oleh tahapan
pertumbuhan dan jumlah ternak (Sarwono, 2008). Floor space ideal untuk
ternak adalah 2m2 / ekor (Yulianto dan Cahyo, 2010). Luas kandang per
ekor 1,5 m x 1,8 m = 2 m 2. Membuat kandang untuk kapasitas 8 sampai
10 ekor di bawah satu atap lebih ekonomis daripada kapasitas 2 sampai 3
ekor di dalam satu atap (Abidin, 2008). Floor space kandang Laboratorium
Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM dapat
dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Floor space Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM

Selokan pada kandang digunakan untuk mengalirkan urin ternak


dari kandang menuju pembuangan limbah. Selokan sebaiknya ada pada
kandang untuk menjaga kandang agar kandang tetap kering dan bersih
dan urin tidak menggenang di kandang (Erlangga, 2012). Kebersihan
kandang sangat mempengaruhi kesehatan ternak, jika kandang bersih
maka kemungkinan ternak sedang sehat. Selokan kandang Laboratorium
Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM dapat
dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Selokan kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan


Kesayangan Fakultas Peternakan UGM
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
karakteristik kandang di Laboratorium Ternak Potong Kerja dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM sebagian besar sudah sesuai
dengan literatur. Kemiringan, ukuran tempat minum dan karakteristik
perkandang lainnya sudah cukup efisien.

Fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang


Fasilitas kandang. Fasilitas kandang adalah suatu fasilitas yang
disediakan untuk kepentingan peternak (Sarwono, 2008). Berdasarkan
pada praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil bahwa fasilitas
yang lengkap memudahkan peternak dalam pemeliharaan. Fasilitas
pendukung yang berada di Laboratorium Ternak Potong Fakultas
Peternakan UGM ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 5. Fasilitas kandang
NO Fasilitas
1 Kantor
2 Ruang diskusi
3 Kamar mandi
4 Gudang pakan
5 Ruang asisten
6 Tempat chopper
7 Dapur
Berdasarkan hasil diskusi saat praktikum kantor berfungsi sebagai
Tempat menyimpan barang pribadi/berkas kandang, ruang diskusi
berfungsi sebagai tempat diskusi antara asisten atau dengan praktikan,
kamar mandi berfungsi sebagai tempat buang air, gudang pakan berfungsi
sebagai tempat menyimpan pakan ternak, ruang asisten berfungsi
sebagai tempat diskusi asisten, tempat chopper berfungsi sebagai tempat
memotong pakan hijauan untuk ternak dan dapur yang berfungsi sebagai
Tempat untuk membuat makanan. Widi (2008) berpendapat bahwa
fasilitas yang harus ada di dalam satu area peternakan meliputi kandang,
lahan hijauan, gudang, jembatan timbang, instalasi pengolahan limbah,
instalasi air, instalasi listrik, handling yard, kantor, mess, dan pos satpam.
Berdasarkan literatur dapat diketahui fasilitas kandang di kandang
Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas
Peternakan tergolong lengkap.
Perlengkapan kandang. Perlengkapan kandang adalah suatu
fasilitas yang bertujuan untuk melengkapi kandang (Sarwono, 2008).
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil
bahwa perlengkapan yang lengkap memudahkan peternak dalam
pemeliharaan. Perlengkapan yang terdapat di kandang Industri Ternak
Potong Fakultas Peternakan UGM ditampilkan pada tabel.
Tabel 6. Perlengkapan kandang
No Perlengkapan
1 Tempat minum
2 Dinding
3 Tempat makan
5 Chopper
6 Pick up
Perlengkapan kandang yang ada di tempat praktikum meliputi
tempat pakan yang berbentuk bulat digunakan untuk meletakkan pakan
yang berada di dalam kandang umbaran, tempat pakan yang berbentuk
persegi digunakan untuk meletakkan pakan yang berada didalam kandang
individu, tempat minum yang berbentuk persegi digunakan sebagai tempat
untuk menampung air minum yang berada di kandang individu bunting,
keran air yang digunakan untuk mengaliri air untuk keperluan peternakan
dan minum, timbangan yang digunakan untuk mengukur berat, timbangan
jepit yang digunakan untuk mengukur bobot badan ternak.
Hartati (2007), berpendapat bahwa perlengkapan yang harus ada
di kandang yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, dan
tempat penampungan kotoran. Berdasarkan literatur diketahui
perlengkapan kandang yang ada di kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan dapat dikatakan lengkap.
Peralatan kandang. Peralatan kandang adalah suatu oeralatan
yang digunakan untuk menunjang kegiatan di kandang (Sarwono, 2008).
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil
bahwa peralatan yang lengkap memudahkan peternak dalam
pemeliharaan. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ditampilkan
dalam tabel.
Tabel 7. Peralatan kandang
No Peralatan
1 Sekop
2 Ember Pakan
3 Troli
4 Sapu lidi
5 Chopper
6 Troli/angkung
7 Tali
8 Termometer
9 Thermohydrometer
10 Meteran
11 Selang air
Hasil pengamatan saat praktikum Sekop berfungsi sebagai
membersihkan feses, Ember Pakan berfungsi untuk menampung pakan,
troli berfungsi untuk mengangkut sisa pakan dan feses, sapu lidi berfungsi
sebagai membersihkan kandang, chopper berfungsi sebagai men-
chopping hijauan, troli berfungsi sebagai mengangkut pakan atau feses,
tali berfungsi sebagai alat untuk mempermudah handling ternak,
termometer berfungsi sebagai mengukur suhu tubuh ternak,
thermohydrometer berfungsi sebagai mengukur suhu dan kelembaban,
meteran berfungsi sebagai mengukur ukuran kandang dan selang air
berfungsi sebagai mengukur kemiringan kandang. Rianto dan
Endang  (2010), bependapat bahwa peralatan yang ada di kandang
meliputi skop yang digunakan untuk mengambil dan membuang kotoran,
sapu untuk membersihkan kandang, ember untuk mengangkut air, pakan,
memandikan ternak, sikat digunakan untuk menggosok badan ternak
waktu dimandikan, kereta dorong untuk mengangkut sisa kotoran,
sampah, rumput ke tempat pembuangan, pahat untuk meratakan kuku,
tang untuk memeotong kuku, pisau pemotong kuku untuk membersihkan
celah-celah kuku. Berdasarkan literatur dapat diketahui peralatan di
kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas
Peternakan telah sesuai.
Gambar 9. Tempat Gambar 10. Sapu lidi Gambar 11. Ruang
minum diskusi

Gambar 12. Tempat Gambar 13. Ember Gambar 14. Gudang


pakan pakan

Kenyamanan ternak dan lingkungan kandang


Kenyamanan ternak dan lingkungan kandang yang baik sangat
diperlukan oleh ternak untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan
berkualitas baik. Lingkungan kandang yang tidak baik akan menurunkan
produksi ternak dan menyebabkan ternak menjasi stres sehingga nafsu
makan menurun. Kenyamanan ternak dan lingkungan kandang dapat
diukur dengan mengukur kondisi lingkungan yang meliputi suhu (°C) dan
kelembaban (%), sedangkan kondisi fisiologis ternak diukur pada
temperatur rektal (°C) dan respirasi. Berdasarkan pada praktikum yang
sudah dilakukan, didapatkan hasil suhu dan kelembaban yang disajikan
pada tabel 7 berikut.
Kondisi lingkungan. Suhu dan kelembaban udara mempunyai
hubungan, hubungan besaran suhu dan kelembaban udara atau biasa
disebut “Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat mempengaruhi
tingkat stres ternak. THI normal adalah kurang dari 72 (Wierama et. al.,,
2002).
Tabel 8. Suhu dan Kelembaban Kandang
Waktu Kondisi Lingkungan THI
Suhu (°C) Kelembaban (%)
Pagi: 06.00 23,9 91 75,02
WIB
Siang: 13.00 34,5 44 83,76
WIB
Sore: 16.00 33,3 45 81,82
WIB
Perhitungan THI bisa dilakukan dengan menggunakan rumus
berikut dengan RH adalah kelembaban udara dan Ta adalah suhu
lingkungan (oF) (Gunadi et. al.,, 2012).
RH ×Ta
THI=0,8Ta +
500
Nilai THI pada Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan pada pagi hari yakni 75,02, siang hari yakni 83,76 dan pada
sore hari yakni 81,82. Martawidjaja et. al., (2000), menyatakan bahwa
suhu optimal untuk lingkungan ternak kambing dan domba berkisar antara
13 sampai 25°C dan kritisnya pada suhu 32°C atau lebih dan kelembaban
untuk kambing dan domba berkisar antara 60 -70%. Nuriyasa et. al.,
(2012) menyatakan bahwa temperatur dan kelembaban udara
menentukan tingkat kenyaman ternak yang terindikasi dari nilai
Temperature Humidity Index (THI). Nilai THI berpengaruh terhadap
produktivitas ternak karena terjadi perbedaan dalam efisiensi penggunaan
pakan. Ternak yang dipelihara pada kondisi lingkungan dengan nilai THI
yang lebih tinggi dari standar, menyebabkan kebutuhan energi untuk hidup
pokok meningkat sehingga energi yang dapat dipakai untuk pertumbuhan
menurun. Berdasarkan hasil praktikum suhu dan kelembaban lingkungan
di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas
Peternakan berada diatas kisaran normal kecuali kelembapan di pagi hari
melebihi kisaran normal. Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan di kandang
Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan UGM masih di atas
kisaran normal jika dibandingkan dengan literatur.
Kondisi fisiologis ternak. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan
respirasi kambing sebanyak 45,3, 45,7, dan 45,9 kali.
Tabel 9. Kondisi fisiologis ternak
Waktu Kondisi Fisiologis Ternak HTC
temperatur (°C) Respiras
i
Pagi: 06.00 WIB 37,4 45,3 2,94
Siang: 13.00 WIB 39,13 45,7 3
Sore: 16.00 WIB 39,67 45,9 3,03
Hasil pengamatan praktikum menunjukkan pada pagi hari
temperatur rektal dari kambing adalah 37,4 dan respirasi 45,3 serta HTC
2,94. Siang hari temperatur rektal dari kambing adalah 39,13 dan respirasi
45,7 serta HTC 3. Sore hari temperatur rektal pada ternak adalah 39,67
dan respirasi 45,9 serta HTC 3,03. Blight et. al., (1999) berpendapat suhu
tubuh pada kambing dan domba berkisar antara 37,5 oC sampai 40,5oC
sedangkan frekuensi respirasi kambing dan domba, menurut Frandson
(1996) berkisar antara 26 sampai 54 kali per menit. Berdasarkan literatur
dapat diketahui suhu tubuh dan frekuensi respirasi kambing dan domba di
kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas
Peternakan berada pada kisaran normal. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi laju respirasi hewan, termasuk umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, suhu tubuh, suhu sekelilingnya, kualitas dan kuantitas makanan
yang dimakan, tingkat aktivitas, jumlah oksigen yang tersedia,
keseimbangan hormonal, dan waktu dalam sehari (Purnomoadi, 2003).
Pakan
Bahan pakan
Bahan pakan adalah bahan yang digunakan untuk ternak tersebut
makan (Purwanto et., al, 2013). Bahan pakan berfungsi sebagai
pemenuhan nutrisi bagi ternak. Berdasarkan praktikum yang sudah
dilakukan, bahan pakan yang diberikan pada ternak ditampilkan pada
tabel 9 berikut:
Tabel 9. Bahan pakan
Bahan pakan BK (%) PK (%) Harga/kg (Rp) Asal
Konsentrat merk 88,50 5,41 1900 Klaten
Nutrifeed
Wheat brand 86 12,9 - Bantul
Kleci 89,75 18,06 250 Imogiri
Rumput raja 12 1,3 0 Kebun
HMT
Mathius (2001) menyatakan bahwa jumlah pakan hijauan yang
diberikan pada domba dan kambing dewasa rata-rata 10% dari berat
badan yang disajikan sedikit demi sedikit dua hingga tiga kali sehari.
Solusi pemberian pakan yang belum mencukupi gizinya yaitu dengan
menambah variasi gizi pakan. Utomo et. al.,, (2008) menyatakan
pemberian pakan paling baik memenuhi standar klasifaikasi pakan
internasional, yaitu hijauan kering, pastura, silase, sumber energi, sumber
protein, sumber mineral, sumber vitamin dan additif. Ngadiyono (2012)
menyatakan bahwa kleci dan nutrifeed merupakan contoh dari konsentrat.
Kleci dan nutrifeed merupakan contoh dari konsentrat sumber protein,
selain dua sumber ini, terdapat pula bungkil kelapa, bungkil kedelai,
kacang tanah dan biji kapuk. Terdapat pula konsentrat sumber energi,
beberapa diantaranya adalah dedak, bekatul, tetes, dan onggok. Bahan
pakan pada saat praktikum sudah sesuai dengan literatur yang ada.
Proses penyusunan pakan
Proses pencampuran pakan saat praktikum yaitu diaduk
menggunakan skop. Widi (2007) menyatakan bahwa proses pencampuran
pakan dilakukan dengan berbagai cara asalkan tidak mencemari bahan
pakan tersebut. Proses penyusunan pakan yang dilakukan diawali dengan
melihat kebutuhan bahan kering ternak. Kebutuhan ternak dapat dilihat
dari berat badannya. Kebutuhan bahan kering tergantung pada berat
badan ternak yaitu sekitar 8 sampai 10%. Ternak yang ada di Kandang
Terank Potong hanya diberikan 0,7 sampai 0,8 kg pakan untuk ternak
yang terdiri dari 2 karung Nutrifeed, 1 karung Wheat brand, dan 3 sampai
4 sekop Kleci. Widi (2007) menyatakan bahwa kebutuhan kambing dan
domba akan bahan pakan tergantung dari kondisi fisiologisnya, kebutuhan
akan bahan kering (BK) adalah 3% dari berat badan. Mathius dan Sinurat
(2001) menyatakan bahwa sumber energi terbesar untuk kambing dan
domba adalah hijauan dan biji-bijian serta hasil ikutannya. Domba
merupakan ternak yang memerlukan bahan pakan berupa hijauan dalam
jumlah besar, yaitu sekitar 90% Bahan pakan sebagai sumber protein
adalah pakan penguat, seperti tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil
kelapa, bungkil kacang tanah, dan leguminosa. Sumber mineral dapat
diperoleh dengan menambahkan garam, sedangkan vitamin tersedia
cukup dalam campuran bahan pakan. Berdasarkan hasil penyusunan
pakan pada ternak di Kandang Ternak Potong sesuai dengan literatur.
Faktor yang mempengaruhi penyusunan pakan yaitu faktor alat
pencampur, cara pencampuran, dan tempat pencampuran (Widi, 2007).
Proses penyusunan bahan pakan saat praktikum telah sesuai dengan
literatur.

Gambar 2. Proses penyusunan pakan

Metode pemberian
Metode pemberian pakan yang dilakukan pada saat praktikum
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Metode Pemberian
Status BB Jenis Pemberian (kg) Metode pemberian
Terna Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat
k Pg Sr Ss Pg Sr Ss
- - 1 - 0,8 - - Dicacah Kering
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, metode
pemberian pakan adalah sebagai berikut, pagi pukul 07.00 WIB diberi
konsentrat dalam bentuk kering sebanyak 0,8 kg. Sore hari pemberian
pakan dilakukan pukul 14.30 WIB, konsentrat tidak diberikan pada sore
hari, hanya diberi hijauan rumput gajah 1 kg per ekor dalam keadaan
sudah dicacah. Pemberian pakan sama untuk tiap status ternak, kecuali
pada induk bunting dan menyusui. Induk bunting dan menyusui diberi
tambahan jumlah pakan. Santoso (2001) menyatakan tujuan pengeringan
rumput adalah untuk mengurangi zat anti nutrisi pada rumput yang sangat
membahayakan ternak.
Kartadisastra (1997) menjelakan bahwa hijauan yang diberikan
pada kambing dan domba lebih baik diberikan dalam keadaan segar dari
pada hijauan kering. Hijauan yang dikeringakan akan menyebabkan
menurunnya palatabilitas dan kualitas hijauan tersebut. Suparman dan
Aziz (2003), menyatakan cara pemberian pakan yang baik adalah dengan
menggunakan tempat atau wadah pakan dengan maksud untuk
menghindarkan terbuangnya ransum, sehingga tidak terjadi pemborosan
dan semua pakan betul-betul habis dimakan ternak. Minuman berupa air
bersih diberikan secara adlibitum (tersedia terus -menerus) dan kualitas
air harus dijaga agar tidak terkontaminasi oleh bibit-bibit penyakit. Jumlah
kebutuhan pakan ternak rata-rata adalah 10% dari berat bahan ternak per
ekor per hari dan diberikan 2 sampai 3 kali dalam sehari. Makanan umum
bagi ternak yang digembalakan adalah rumput lapangan (rumput liar),
daun-daunan atau jerami. Bagi ternak yang dikandang, sebaiknya
diberikan makanan tambahan yang mempunyai nilai nutrisi baik, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan hidupnya. Kartadisastra
(1997) menyatakan bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus
dengan tingkat konsumsi pakannya, makin tinggi bobot tubuhnya, akan
makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Metode pemberian
pakan pada kambing dan domba di kandang Laboratorium Ternak
Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada sudah sesuai dengan literatur.

Reproduksi
Deteksi birahi
Estrus atau birahi adalah fase reproduksi yakni suatu hasrat dari
makluk hidup untuk kawin, baik pada jantan maupun betina. Deteksi birahi
yakni suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda estrus
pada ternak betina. Tanda-tanda estrus pada ternak betina merupakan
indikasi bahwa ternak tersebut minta kawin. Metode untuk mengetahui
ternak betina yang sedang mengalami estrus yaitu dengan mengetahui
beberapa tanda-tanda estrus dengan mengamati ternak betina. Tanda-
tanda ternak sedang estrus yaitu gelisah, kalau diikat berusaha
melepaskan diri, keadaan lepas berusaha menaiki kawannya dan diam
bila dinaiki, melengu, ekor diangkat sedikit keatas, keluar lender dari
vagina, vulva merah dan sedikit membengkak, bila diraba terasa hangat,
nafsu makan menurun serta bila diraba disekitar kemaluannya akan
menurunkan pinggulnya (Parera et. al.,, 2011). Berikut adalah deteksi
birahi pada saat praktikum dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Deteksi Ternak Birahi
Bangsa Nomor Identifikasi Kandang Tanda Birahi
Bligon Eren 55HP2 Umbaran Vulva kemerahan,
bengkak, dan
hangat
Peranakan Eno 37 Umbaran Vulva kemerahan,
Etawa bengkak, dan
hangat, serta
berlendir
Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa dua ambing yang
diamati menunjukkan tanda birahi dengan ciri-ciri vulva kemerahan,
bengkak, dan hangat, serta berlendir. Metode yang dilakukan saat
praktikum untuk deteksi birahi yakni dengan pengamatan langsung atau
non otomatis pada ciri fisik alat kelamin dan perubahan tingkah laku
ternak. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ternak yang
terdeteksi birahi ialah Eren dengan nomor identifikasi 55HP2 dan Eno
dengan nomor identifikasi 37. Ciri fisik yang terlihat ialah vulva lebih
merah dibandingkan dengan ternak lainnya, sedikit lebih besar dan
temperaturnya cenderung lebih hangat. Perubahan tingkah laku tidak
terlihat secara signifikan tetapi ternak sedikit nampak gelisah.
Santoso (2001) menyatakan tanda-tanda khusus dari vulva adalah
keadaanya yang tampak memerah, membengkak, dan keluar lendir
bening. Faktor-faktor yang mempengaruhi birahi pada ternak yaitu
bangsa, berat badan, dewasa kelamin, pakan, iklim, kelembaban udara,
temperatur lingkungan, dan kondisi kesehatan ternak.Saat praktikum tidak
ditemukan betina yang sedang birahi karena tidak terlihat ciri-ciri birahi
seperti yang disebutkan diatas. Widi et. al., (2008) menyatakan deteksi
birahi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara visual, dengan
melihat perubahan pada alat kelamin luar (3A, yaitu abang, abuh, anget),
menggunakan heat detector; menggunakan bantuan pejantan (pejantan
teaser). Metode deteksi birahi saat praktikum yaitu secara visual dengan
cara mengamati vulva ternak secara acak. Hasil praktikum deteksi birahi
telah sesuai dengan literatur.
Umur pertama kali dikawinkan
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, kambing dan
domba yang terdapat di Laboratorium Kandang Ternak Potong pertama
kali kawin pada betina umur 10 sampai 12 bulan, sedangkan pada ternak
jantan adalah 9 sampai 12 bulan. Mulyono (2005) menyatakan kawin
pertama pada kambing dan domba dilakukan setelah melewati satu
sampai tiga kali estrus agar hormonal optimal. Widi, (2007) menyatakan
bahwa keberhasilan fertilisasi dipengaruhi oleh umur, perkandangan,
pakan, dan manajemen perawatan. Domba mencapai kedewasaan
kelamin pada umur 10 sampai 12 bulan. Penentuan saat mengawinkan
ternak adalah 8 sampai 15 jam setelah ternak birahi. Umur pertama kali
dikawinkan pada saat praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Penentuan saat mengawinkan
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, penentuan
saat mengawinkan ternak yaitu kambing atau domba dipastikan umurnya
apakah sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh, kapan terakhir
beranak, dan siklus estrus, maka boleh dikawinkan kembali ketika anak
telah lepas sapih ketika birahi. Namun jika baru pertama kali maka
dikawinkan saat estrus. Santosa (2005) dalam Prasetya (2011)
menyatakan apabila sudah terlihat tanda-tanda berahi pada ternak maka
kamning dan domba betina tersebut harus dikawinkan secepatnya.
Perkawinan akan berhasil apabila dilakukan terutama pada 15 sampai 18
jam setelah tanda-tanda birahi mulai tampak . Penentuan saat
mengawinkan pada saat praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Metode perkawinan
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, metode
perkawinan yang digunakan yaitu secara alami. Hernowo (2006) dalam
Prasetya (2011) menyatakan bahwa kambing dan domba dapat
dikembangbiakan dengan metode yang umum dikenal, yaitu metode
alamiah dimana kambing dan domba jantan pemacek dikawinkan dengan
kambing dan domba betina yang sedang birahi. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa metode perkawinan sesuai
dengan literatur yakni dengan cara alami.
Tahap perkawinan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tahap perkawinan
pada kambing dan domba yakni diletakkan pada kandang kawin setelah
calon induk birahi. Pejantan secara naluriah dapat mendeteksi tanda-
tanda silent heat pada calon induk birahi untuk kemudian siap dikawini
secara alami yakni dengan mounting. Calon induk yang birahi tidak akan
melakukan perlawanan apabila sedang birahi. Hernowo (2006) dalam
Prasetya (2011) menyatakan bahwa kambing dan domba dapat
dikembangbiakan dengan metode yang umum dikenal, yaitu metode
alamiah dimana kambing dan domba jantan pemacek dikawinkan dengan
kambing dan domba betina yang sedang birahi . Tahap praktikum yang
dilakukan saat praktikum dengan literatur yang ada telah sesuai.
Deteksi kebuntingan
Praktikum deteksi kebuntingan dilakukan dengan mengamati
secara visual keadaan dari ternak yang menunjukkan tanda-tanda
kebuntingan. Deteksi kebuntingan bertujuan untuk mendeteksi
kebuntungan pada ternak. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui
ternak kambing dan domba yang sedang bunting dapat dilihat dalam tabel
12.

Tabel 12. Deteksi Kebuntingan


Bangsa No. ID Kandang Ciri-ciri
Peranaka Bety Umbaran - Perut sebelah kanan
n Etawa 13 membesar
Kejobong Elima Umbaran - Ambing besar
- Nafsu makan menurun
- Pada kebuntingan tua ternak
gelisah
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, deteksi
kebuntingan yang dilakukan yaitu dengan perabaan pada perut sebelah
kanan, ambing besar, nafsu makan menurun, pada kebuntingan tua
ternak gelisah. Deteksi kebuntingan dapat pula dilakukan dengan metode
visual, yaitu dengan mengamati bagian perut pada ternak. Kambing yang
diamati menunjukkan tanda-tanda ternak bunting. Peranakan Etawa yang
ada di kandang umbaran dengan No. Id Bety 13 dengan ciri-ciri Perut
sebelah kanan membesar dan kambing kejobong di kandang umbaran
dengan No.Id Elima berciri-ciri ambing besar, nafsu makan menurun dan
gelisah. Purba (2014) menyatakan bahwa ternak dikatakan bunting
apabila terjadi peningkatan ukuran abdomen, terjadi perkembangan
glandula mammae pada umur 4 bulan dan leleran vaginal pada umur 4
sampai 5 bulan serta pergerakan fetus pada umur 6 bulan, namun akurasi
diagnosis secara visual rendah. Hasil pengamatan saat pratkikum telah
sesuai dengan literatur yang ada.

Penanganan kelahiran
Penanganan ternak sebelum kelahiran. Penanganan sebelum
kelahiran adalah dipisahkan ke kandang beranak, alasnya lantai dan
pakan hijauan nutrien tinggi. Mulyono (2005) menyatakan bahwa induk
yang akan melahirkan sebaiknya dipisahkan ke dalam kandang tersendiri
guna mempermudah pemantauan ternak, ternak juga diberi bedding untuk
alas sehingga induk lebih nyaman. Hasil yang diperoleh saat praktikum
telah sesuai dengan literatur.
Penanganan ternak pada saat kelahiran. Penanganan ternak
pada saat kelahiran yaitu dipantau dan ketika kesusahan baru dibantu.
Mulyono (2005) menyatakan bahwa pada saat proses kelahiran ternak
berlangsung, peternak harus ada di kandang, induk sudah merejan 30
menit, bisa dibantu dengan induksi PGF 2α, serta disiapkan air hangat.
Hasil praktikum yang diperoleh telah sesuai dengan literatur.
Penanganan ternak setelah kelahiran. Penanganan ternak
sesudah kelahiran yang dilakukan yaitu jika mothering ability nya jelek
maka diberi garam, dibersihkan tubuhnya dengan kain kering atau dengan
jerami, didekatkan ke induknya, apabila mothering ability nya jelek maka
diberikan kolostrum manual. Mulyono (2005) menyatakan bahwa pada
saat setelah ternak lahir, lubang hidung dan seluruh tubuh cempe harus
dibersihkan setelah kelahiran, didekatkan dengan induknya, tali pusar
diberi iodine, plasenta yang tidak keluar dapat diberi injeksi oksitosin.
Penanganan sesudah kelahiran ternak sudah sesuai dengan literatur.
Penanganan prasapih
Penanganan ternak prasapih dilakukan dengan cara pemberian
hijauan bagi induknya dan dipantau kesehatannya terutama pada
anaknya. Mulyono (2005) menyatakan bahwa penanganan ternak
prasapih harus dipantau secara ketat, pemberian hijauan bagi induk dan
konsentrat bagi anaknya haru dilakukan secara hati hati. Hasil yang
dilakukan pada saat praktikum sudah sesuai dengan litaratur.
Penanganan dan Pengamanan Biologis Ternak
Penanganan ternak
Ternak masuk. Perlakuan ternak masuk dilakukan dengan cara
identifikasi, penimbangan bobot ternak, ditempatkan di kandang karantina,
disuntik obat cacing dan vitamin dan diberikan air gula. Mulyono (2005)
menyatakan bahwa tindakan pencegahan agar ternak tidak sakit antara
lain dengan menghindari kontak dengan ternak yang sakit, menjaga agar
kandang tetap bersih, pemberian desinfektan pada kandang dan peralatan
serta menjaga kebersihan sanitasi dan ternak itu sendiri. Soetarno, (1999)
menyatakan bahwa kebersihan ternak akan berpengaruh terhadap
konsumsi pakan, semakin bersih ternak tersebut maka ternak akan
mengkonsumsi pakan lebih banyak. Kebersihan ternak tersebut juga akan
berpengaruh terhadap kesehatan ternak itu sendiri. Berdasarkan kegiatan
yang dilakukan pada saat praktikum cara perawatan ternak yang
dilakukan adalah dengan sanitasi kandang, sanitasi tempat pakan dan
minum. Pemeriksaan kesehatan rutin, pencukuran bulu, dan pemotongan
kuku. Perawatan ternak yang dilakukan pada saat praktikum di kandang
ternak potong, kerja dan kesayangan sudah sesuai dengan literatur.
Pemeliharaan ternak. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, kegiatan yang dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit antara lain, yaitu sanitasi kandang dan ternak, sanitasi tempat
pakan dan minum, ternak dimandikan, pemotongan kuku dan rambut, dan
pengamatan secara rutin terhadap ternak, pemberian obat cacing, vitamin
dan vaksinasi. Ternak yang sakit maka segera dipisahkan dan
ditempatkan di kandang karantian ataupun isolasi agar menghindari dari
penularan penyakit kepada ternak lain, kemudian diberi penanganan yang
sesuai dengan penyakit yang diderita oleh ternak. Peraturan Menteri
Pertanian (2006) menyatakan bahwa pencegahan atau vaksinasi dapat
dilakukan dengan cara pembibitan kambing dan domba harus melakukan
vaksinasi dan pengujian atau tes laboratorium terhadap penyakit hewan
menular tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang, mencatat
setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu
kesehatan ternak, melaporkan kepada Kepala Dinas yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat terhadap kemungkinan
timbulnya kasus penyakit, terutama yang diduga atau dianggap sebagai
penyakit hewan menular. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan
ketentuan dan diperhitungkan secara ekonomis. Pemotongan kuku
dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali dan dilakukan tindakan biosecurity.
Cara pencegahan dan pengendalian penyakit yang dilakukan telah sesuai
dengan literatur yang ada.
Ternak keluar. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
pemantauan ternak dilakukan dengan metode visual setiap harinya.
Pemantauan ternak dilakukan dengan melihat atau pengamatan ciri-ciri
tingkah laku ternak yang sakit, yaitu dengan parameter tubuh ternak
terlihat lesu, nafsu makan menurun dan bulu atau rambut terlihat kusam.
Ngadiyono (2012) menyatakan bahwa tanda-tanda ternak sehat adalah
nafsu makan besar, minum teratur (kurang lebih delapan kali sehari), mata
jernih, hidung bersih, dan memamah biak apabila istirahat, kaki kuat, dan
mulut basah, temperatur tubuh normal, serta memiliki jarak/siklus birahi
ternak teratur. Ngadiyono (2012) juga menyatakan tanda-tanda ternak
sakit antara lain mata suram dan cekung, telinga terkulai. Nafsu makan
ternak juga berkurang dan minumnya sedikit dan labat. Kotoran ternak
sedikit kering, dan keras atau mungkin diare. Badan ternak panas, detak
jantung dan pernapasan tidak normal. Berat badan meyusut hingga
berjalan sempoyongan. Kulit elastis, bulu kusut, mulut dan hidung kering,
serta tempertaur tubuh naik turun. Berdasarkan hasil pengamatan,
diketahui bahwa ciri-ciri ternak sakit dan ternak sehat telah sesuai dengan
literatur.
Ciri-ciri ternak sehat dan sakit
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ternak dilihat secara
langsung untuk mengamati tingkah lakunya secara umum. Ternak dapat
dikatakan sehat apabila matanya berbinar, rambut tidak kusam, aktif
bergerak, dan nafsu makan tinggi.
Tabel 13. Penyakit yang Sering Muncul
Diagnosa Gejala Penyebab
Kembung Nafsu makan turun, Konsumsi pakan,
perut sebelah kiri besar keadaan lingkungan
Jamuran Bagian pada tubuh Parasit, sanitasi
ternak terdapat jamur
Diare Feses cair, nafsu Salah pakan, saluran
makan menurun pencernaan terganggu,
sanitasi
Mencret Feses cair Sanitasi
Scabies Bagian tubuh ternak Tungau
berkoreng
Penyakit yang sering muncul di kandang ternak potong antara lain
kutuan, cacingan, diare, dan kembung. Darmono (1993) menyatakan
penyakit kembung pada hewan ruminansia ditandai dengan membesarnya
perut karena tekanan gas atau busa dari pakan yang tidak tercerna secara
sempurna dalam rumen. Blakely dan Bade (1991) menyatakan penyakit
diare dianggap berasal dari adanya invasi bakteri atau virus. Ternak yang
terkena diare biasanya mengeluarkan feses yang sangat banyak
mengandung air dan berat badannya menurun sampai15% karena
dehidrasi. Penyebab penyakit ini sangat kompleks, mulai dari bakteri, virus
dan keadaan lingkungan, kepadatan ternak yang terlalu tinggi,
kekurangan kolostrum, terlalu banyak pakan, defisiensi vitamin A dan
adanya parasit-parasit. Cacingan merupakan penyakit parasit internal
yang bisa menekan produktivitas (Rianto dan Endang, 2010). Penyakit
perut kembung disebabkan oleh gas di dalam perut yang tidak bisa keluar
sehingga mengganggu proses pencernaan pada ternak (Murtidjo, 1990).
Peraturan Menteri Pertanian (2006) menyatakan bahwa pembibitan
kambing dan domba harus terletak di daerah yang tidak terdapat gejala
klinis atau bukti lain tentang penyakit radang limpa (anthrax), kluron
menular (brucellosis) dan kudis (scabies). Scabies adalah penyakit kulit
yang sering dijumpai pada ternak di Indonesia dan cenderung sulit
disembuhkan. Penyakit ini disebabkan oleh parasit tungau yaitu Sarcoptes
scabieiyang ditandai dengan gejala klinis gatal pada kulit. Parasit S.
scabiei adalah ektoparasit yang menyerang hewan terutama pada bagian
kulit yang dapat menurunkan produksi daging, kualitas kulit, dan
mengganggu kesehatan masyarakat (Iskandar, 1982; Manurung et. al.,,
1990; Sardjono et. al.,, 1998 dalam Iskandar, 2011). Abidin (2002)
menambahkan bahwa penyakit yang sering timbul lainnya adalah Bloat
atau kembung. Penyakit ini timbul karena adanya gas dalam perut yang
tidak bisa dikeluarkan sehingga mengganggu proses pencernaan.
Konsumsi hijauan secara langsung pada pagi hari (karena hijauan masih
basah oleh embun) diduga menjadi penyebab penyakit ini. Tanpa
penanganan yang baik, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Ngadiyono (2012) menyatakan bahwa kembung perut memiliki
gejala seperti lambung sebelah kiri membesar atau bengkak dan kencang,
jika dipukul berbunyi. Kasus yang berat biasanya ternak sering kencing
dan buang kotoran, pernapasan berat dan ternak sangat menderita.
Secara umum, penyakit yang timbul pada ternak kambing dan domba
sudah sesuai dengan literatur yang ada.
Pencegahan dan pengendalian penyakit
Pencegahan penyakit. Beberapa hal yang dapat dilakukan
sebagai langkah pencegahan penyakit dalam usaha peternakan kambing
antara lain sanitasi atau kebersihan kandang, ventilasi kandang,
pemberian pakan yang baik dalam jumlah yang cukup dan
penggembalaan ternak (Noviandi et. al.,, 2006). Berdasarkan hasil diskusi
praktikum pencegahan penyakit dilakukan dengan cara sanitasi,
vaksinasi, manajemen pakan dan kesehatan ternak. Hasil yang didapat
sesuai dengan literatur.
Pengendalian penyakit. Beberapa jenis penyakit yang kerap
menyerang domba antara lain diare, belekan, penyakit kulit, kembung,
serta penyakit mulut dan kaki. Ternak telah terkena penyakit tersebut
harus diobati sesuai dengan penyakitnya (Purbowati, 2002). Berdasarkan
hasil diskusi praktikum pengendalian penyakit dilakukan dengan cara
ternak dipisahkan dan diobati. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.

Penanganan ternak sakit


Berdaarkan pemgamatan yang dilakukan, terdapat seekor kambing
PE yang terkena penyakit Scabies dengan ciri-ciri vulva kering, bentol-
bentol berjamur, serta bercak putih. Penanganan yang dilakukan yaitu
ternak diberi Carbasun. Widi, (2008) menyatakan bahwa penanganan
ternak sakit adalah dengan memberinya obat atau dengan disuntik. Obat
yang diberikan untuk diare adalah norit, diambung, aquaprim, dan
neokaolana. Luka pada kambing dan domba biasanya diberikan gusanex,
untuk ternak yang mengalami kelumpuhan diberikan infus yang
menandung kalsium. Kaskado (bisa diberi obat carbasunt yang
mengandung carbamat. Suplemen yang diberikan antara lain adalah
vitamin B komplek dan multivitamin norbrook. Obat yang berfungsi untuk
melindungi uterus atau bisa juga untuk obat infeksi adalah colibact.
Langkah pertama yang harus dilakukan terhadap ternak yang dicurigai
sakit adalah memisahkannya dari ternak yang sehat (dikarantina).
Langkah selanjutnya, ternak tersebut diperiksa secara lebih seksama
sehingga diketahui jenis penyakit yang diderita dan penanganan yang
harus diterapkan. Penanganan ternak sakit yang telah dilakukan telah
sesuai dengan literatur.

Limbah Peternakan
Berdasarkan hasil praktikum, limbah peternakan yang ada di
kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan meliputi
feses, urine, dan sisa pakan. Penanganan limbah di kandang
Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan adalah dengan
ditampung di bagian belakang kandang dan tanpa pengolahan yang lebih
lanjut. Sihombing, (2000) menyatakan bahwa limbah peternakan meliputi
limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa pakan, lemak,
darah, kuku, tulang, tanduk, dan isi rumen. Limbah tersebut ditumpuk
pada suatu tempat pembuangan sementara. Hasil praktikum menunjukkan
bahwa macam limbah yang dihasilkan sudah sesuai dengan literatur,
namun pengolahan limbah di Kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM belum diolah secara
optimal.
Macam limbah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan macam limbah yang
terdapat di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
Fakultas Peternakan yaitu feses, urin, dan sisa pakan. Kusumawardana
(2010) menyatakan limbah khususnya di bidang peternakan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah yang berupa kotoran
kambing dan domba (feses dan urin) dan sisa pakan ternak merupakan
media penyebar luasan mikroorganisme patogen seperti jamur, bakteri,
parasit dan bibit tanaman liar yang dapat merugikan manusia maupun
ternak itu sendiri. Masalah tersebut dapat diatasi dengan mengadakan
penanganan dan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik baik
padat maupun cair. Pengolahan limbah tersebut selain untuk mengurangi
atau membersihkan mikroorganisme juga dapat menjadi sumber
pendapatan tambahan dari penjualan pupuk tersebut. Berdasarkan hasil
praktikum, diperoleh hasil bahwa limbah peternakan yang dihasilkan telah
sesuai dengan literatur yang ada.
Penanganan limbah
Penanganan limbah merupakan hal yang sangat penting dalam
dunia peternakan. Industri peternakan yang besar akan banyak
menghasilkan limbah peternakan yang apabila tidak ditangani maka akan
menghasilkan dampak yang buruk bagi lingkungan. Proses penanganan
limbah pada kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM yaitu dengan pengumpulan
limbah kesuatu tempat penampungan. Tempat penampungan limbah di
kandang ternak potong kurang sesuai dengan prinsip kesehatan kandang.
Ginting (2009) menyatakan bahwa tidak jarang suatu peternakan ditutup
usahanya oleh warga masyarakat karena limbahnya dituding telah
mencemari lingkungan. Widi (2007) menyatakan bahwa limbah
peternakan harus ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan polusi,
bibit penyakit, dan dapat diolah sehingga terdapat nilai manfaat bagi
peternakan. Limbah dapat diolah menjadi biogas sehingga menghasilkan
energi sebagai bahan bakar dan mengurangi pencemaran udara oleh gas
metan.
Pengolahan limbah
Rianto (2010) menyatakan bahwa kotoran ternak bisa
dimanfaatkan menjadi tiga produk bernilai, yaitu pupuk kandang, biogas,
dan bioarang. Pupuk kandang memiliki beberapa manfaat membantu
tanah dalam penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam
mengikat air, membantu tanah mengurangi erosi, memberikan lingkungan
tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar, serta merupakan sumber
unsur hara bagi tanaman. Limbah yang dihasilkan apabila dibandingkan
dengan literatur sudah sesuai, namun pengolahan limbah belum dilakukan
secara maksimal.
Penanganan limbah penting dilakukan karena dapat meminimalisir
dampak negatif terhadap lingkungan, seperti polusi tanah, air, udara, dan
penyebaran penyakit menular. Peternak pada umumnya menangani
limbah secara sederhana seperti membuat kotoran ternak menjadi
kompos maupun menyebarkan secara langsung dilahan pertanian.
Limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dapat diolah menjadi pupuk
organik. Limbah juga dapat diolah menjadi biogas sehingga menghasilkan
energi sebagai bahan bakar dan mengurangi pencemaran udara oleh gas
metan (Ginting, 2009). Limbah di Kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM belum dilakukan
pengolahan sehingga masih ditampung di penampungan limbah, kurang
sesuai dengan literatur.
BAB III
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Permasalahan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di Kandang
Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan, terdapat beberapa
permasalahan yang ada mengenai manajemen pengolahan limbah yaitu
kurangnya pengolahan limbah yang ada di Kandang Laboratorium Ternak
Potong, Kerja, dan Kesayangan, karena sangat disayangkan jika tidak ada
pengolahan limbah peternakan. Limbah peternakan dapat dikonversi
menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel tunggal
atau etanol. Konversi limbah menjadi pupuk organik paling sering
dilakukan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain pencemaran
lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah pendapatan
bagi pengusaha peternakan.

Solusi
Berdasarkan permasalahan yang ada di Kandang Laboratorium
Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan, solusi yang dapat diberikan yaitu
sebaiknya menyediakan lahan khusus untuk mengolah limbah sisa pakan,
feses, dan urin agar tidak mengganggu kesehatan ternak dan tidak
mencemari lingkungan, sehingga tercipta lingkungan yang sehat dan tidak
tercemari polusi limbah peternakan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum komoditas kambing dan domba yang
telah dilakujkan, dapat disimpulkan bahwa kandang kambing dan domba
yang digunakan adalah kandang panggung, kandang umbaran, dan
kandang beranak. Pakan yang diberikan untuk ternak domba dan kambing
ada dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan
berupa rumput gajah dan konsentrat. Penyakit yang sering muncul yaitu
kembung, scabies, cacingan dan diare. Penanganan limbah belum
dilakukan secara maksimal.

Saran
Saran untuk praktikum Industri Ternak Potong, saat pelaksanaan
praktikum asisten lebih teliti lagi dalam mendampingi praktikan, dan
alangkah baiknya bila asisten memiliki sebuah laporan atau data literatur
yang lengkap sehingga saat praktikan mengalami kesulitan mencari
literatur, asisten dapat membantu. Poin-poin pembahasan secara lengkap
diinformasikan kepada praktikan diakhir acara praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Penggemukan Sapi


Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Adiwimarta, K .I .S. 2007. Beternak Kambing. Citra Aji Parama.
Yogyakarta
Blight, D.B., R.A. Meece, and A. Thomas. 1999. Animal and Sciences
Application. Alpha Publishing, California.
Doddy, Domba http://www.saungdomba.com/artikel-domba-garut/398-
pentingnya-perencanaan-tata-letak-kandang- tanggal 7 Mei 2017
21.48
Frandson,R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi IV. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hadi R., Komang A. L., dan I Gusti. A. N. 2012. Evaluasi Indeks
Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti
Ngurah Made Agung). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika.
Universitas Udayana. Bali.
Hartati dan Rasyid. A. 2007. Petunjuk Teknik Perkandangan Sapi Potong.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Deptan.
Ilham, Nyak. 2007. Alternatif Kebijakan Peningkatan Pertumbuhan Pdb
Subsektor Peternakan Di Indonesia. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor
Istiqomah, Lusty. 2015. Kemajuan genetik sapi lokal berdasarkan seleksi
dan perkawinan terpilih. Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia.
Martawidjaja. M, B. Tiesnamurti, E. Handiwirawan, dan I. Inonu. 2000.
Studi Fisiologis Domba Lokal dan Persilangannya dengan Domba
Moulton Charollais dan ST. Croix pada Umur Muda. Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner.
Mathius, I. W dan A. P. Sinurat. 2001. Pemanfaatan Bahan Pakan
Inkonvensional Untuk Ternak. Wartazoa Vol. 11 (2001. Balai
penelitian Ternak. Bogor.
Mulyono, Subangkit. 2005. Teknik Pembibitan Kambing Domba. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Mutaqqin, M. I. H. dan Astri Novia. 2011. Beternak Sapi, Kambing,
Domba, Potong Panduan Menjadi Peternak Sukses. Atma Jaya.
Yogyakarta.
Ngadiyono, N. 2012. Industri Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pertanian. 2006. Pedoman Pembibitan Kambing dan
Domba Yang Baik (Good Breeding Practice). Nomor
57/Permentan/OT. 140/10/2006.
Purbowati, Endang. 2011. Usaha Penggemukkan Domba. Penebar
Swadaya. Jakarta
Rianto, E dan Endang, P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar
Swadaya. Jakarta
Santosa, U. 2010. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Soetarno N. S. 1999. Perpustakaan dan Masyarakat. CV. Sagung Seto.
Jakarta.
Sukmawati, F dan Kaharudin. 2010. Petunjuk Praktis Perkandangan Sapi.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB
Widi, M.S.T. 2008. Beternak Domba. PT. Intan Sejati. Klaten.
Widi, T.S.M., Endang, B., Nono, N., Gatot, M., dan I Gede S.B. 2008.
Bahan Ajar Industri Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan.
Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Wiyono, B. D dan Prayogi. 2007. Sistem Pembibitan Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pasurua
Aak. 2008. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Arifin, Mistar. 2015. Mempercepat Penggemukan Domba. Agro Media
Pustaka. Jakarta Selatan.
Sarwono, B. 2008. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono, A S dan Y. Bambang Sugeng. 2011. Beternak Domba.
Penebar Swadaya. Depok.
Suparman. 2014. Beternak Kambing. Azka Press. Jakarta.
Susilorini, Eko tri, Manik E S dan Muharlien. 2008. Budi Daya 22 Ternak
Potensial. Penebar Swadaya. Depok.
Sutarto, Tuti N. 2007. Beternak Domba. PT Musi Perkasa. Jakarta.
Syukur, Abdul dan Bambang Suharno. 2014. Bisnis Pembibitan Kambing.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Syukur, Abdul. 2016. 99% Gagal Beternak Kambing. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Yulianto, P dan Cahyo Saparinto. 2014. Beternak Sapi Limousin. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Perhitungan THI
1. Pagi jam 06.00
Kelembaban 91%
suhu 23,9°C = 75,02 OF
THI = 0,8 Ta + (Rh xTa)/500
THI = 0,8 x 75,02+ (91% x 75,02)/500
THI = 60,016+ 13,65
THI = 73,66
2. Siang jam 13.13
Kelembaban 45%
suhu 34,5°C = 94,1OF
THI = 0,8 Ta + (Rh xTa)/500
THI = 0,8 x 94,1+ (45% x 94,1)/500
THI = 75,28+ 8,46
THI = 83,74
3. Sore jam 16.00
Kelembaban 45%
suhu 33,3°C = 86,18OF
THI = 0,8 Ta + (Rh xTa)/500
THI = 0,8 x91,4 + (45% x91,4)/500
THI = 73,55+8,22
THI = 81,77
Perhitungan HTC
1. TB=37,4 ° C dan Fr=45,3 kali per menit
HTC= TB/38,3+Fr/23
37,4 45,3
= +
38,3 23
860,2+ 1734,99
= 880,9
= 2595,19/880,9 = 2,94
2. TB=39,13 °C dan Fr=45,7 kali per menit
HTC= TB/38,3+Fr/23
39,13 45,7
= +
38,3 23
899,99+1750,31
= 880,9
= 2650,3/880,9 = 3
3. TB=39,67 ° C dan Fr= 45,9 kali per menit
HTC= TB/38,3+Fr/23
39,67 45,9
= +
38,3 23
912,41+1757,97
= 880,9
= 2670,38/880,9 = 3,03

Anda mungkin juga menyukai