Disusun oleh:
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum sistem pemeliharaan kambing dan domba adalah
untuk mengetahui cara pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas
kambing dan domba dengan tujuan pemeliharaan untuk mengetahui
bagaimana sistem pemeliharaan kambing dan domba.
Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum sistem pemeliharaan kambing dan domba
adalah praktikan dapat dengan jelas mengetahui dan memahami sistem
pemeliharaan kambing dan domba yang baik dan benar meliputi
manajemen seleksi dan sistem pemeliharaan, manajemen recording,
manajemen perawatan, manajemen sanitasi dan pencegahan penyakit,
manajemen pakan, manajemen perkandangan dan penanganan limbah.
BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Praktikum sistem pemeliharaan kambing dan domba dilaksanakan
di Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang dilakukan
dalam praktikum pemeliharaan komoditas kambing dan domba yaitu
pengambilan data yang meliputi manajemen pemilihan bibit, seleksi
ternak, pendataan atau recording, sistem perkandangan, formulasi
komposisi pakan, reproduksi, penanganan dan pengamanan biologis
ternak dan penanganan limbah peternakan.
Manajemen pemeliharaan ternak yang baik adalah dengan
menyiapkan perkandangan yang sehat dan melakuakan pemberian pakan
bergizi akan membuat ternak kambing atau domba lebih tahan terhadap
serangan penyakit. Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat
pemeliharaan ternak kambing perlu dicari dahulu beberapa informasi
penting tentang status penyakit hewan di daerah sekitar lokasi (Bahri,
2006). Berdasarkan hasil praktikum manajemen pemeliharaan kambing
dan domba di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM sudah sesuai dengan literatur.
Bligon
Bini-45 SKT 1
Berdasarkan hasil praktikum penilaian ternak pada kambing
Kejobong memiliki skor 2, kambing Peranakan Etawa memiliki skor 3, dan
kambing kacang memiliki skor 2. Ciri-ciri kambing Kejobong yaitu tulang
rusuk terlihat dan kurus, dan sesuai dengan Skor Kondisi Tubuh 2. Ciri-ciri
kambing Peranakan Etawa yaitu tulang rusuk tidak terlihat tetapi kurus
dan sesuai dengan Skor Kondisi Tubuh 3. Ciri – ciri kambing kacang yaitu
tulang rusuk terlihat dan kurus, dan sesuai dengan Skor Kondisi Tubuh 2.
(Farmers, 2013)
Gambar 1. Skor Kondisi Tubuh Ternak Kambing dan Domba
Montiel (2005) menyatakan kambing dengan BCS 1 memiliki tulang
rusuk, tulang spina, dan tulang scapula yang terlihat jelas, rongga di
antara tulang rusuk terlihat jelas, flank berongga, sternum memiliki lemak
yang sangat tipis, serta tidak terdapat lemak yang menutupi pinggang.
Kambing dengan BCS 2 memiliki tulang belakang yang terlihat namun
masih tertutup dengan sedikit lemak, tulang rusuk terlihat namun rongga
di antara tulang rusuk tidak terlihat jelas, tulang di bagian sternum tidak
teraba, serta pada bagian pinggang terdapat sedikit lemak. Kambing
dengan BCS 3 memiliki tulang belakang yang tertutup lemak, sehingga
tulang tidak menonjol, sternum tertutupi lemak yang cukup tebal, tulang
rusuk tidak terlihat, namun apabila ditekan akan terasa, serta bagian
pinggang tertutup lemak yang lebih tebal. Kambing dengan BCS 4
memiliki perlemakan pada bagian tulang belakang yang cukup tebal,
sehingga tulang hampir tidak terlihat. Lemak pada sternum tebal,
sehingga pada saat meraba tulang rusuk di daerah sternum, tulang tidak
terasa. Pinggang ditutupi dengan lemak yang tebal. Kambing dengan BCS
5 memiliki lemak yang sangat tebal di bagian tulang belakang, sehingga
tulang belakang tidak terasa apabila diraba. Perlemakan kadang terlihat
menonjol di beberapa tempat. Pinggang tertutupi oleh lemak yang tebal
sehingga tulang pinggang tidak terasa apabila diraba. Berdasarkan hasil
praktikum, metode penilaian menggunakan metode pemberian skor pada
ternak menggunakan metode BCS, metode yang digunakan telah sesuai
dengan literatur yang ada.
Penanganan ternak sebelum program pemeliharaan
Berdasarkan penjelasan dari asisten, penanganan ternak sebelum
program pemeilharaan harus melalui tahapan saat ternak datang ternak
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan ternak, diberi
obat cacing, dan diidentifikasi untuk data recording, dikarantina selama 3
sampai 7 hari untuk mengetahui apakah ternak sakit atau tidak. Apabila
ternak pada saaat masa karantina sakit maka ternak akan dikembalikan,
dan apabila ternak sehat maka akan dimasukkan ke kandang umbaran.
Yulianto dan Cahyo (2014) menyatakan bahwa penanganan ternak perlu
dilakukan secara khusus. Cara penanganan sapi sebelum pemeliharaan
yang wajib diperhatikan bagi peternak antara lain mengikat dan menuntun
ternak, pemberian kaling, menghilangkan tanduk, kastrasi bila diperlukan,
pemotongan kuku, pendugaan umur ternak, penandaan sapi atau
recording, pengukuran panjang badan dan lingkar dada sapi dan
menimbang bobot ternak. Syukur (2016) menyatakan bahwa kandang
karantina berfungsi sebagai tempat untuk ternak sakit, ternak yang baru
datang, dan ternak yang diafkhir. Semua ternak yang ditempatkan di
kandang karantina mendapatkan perhatian khusus sesuai dengan kondisi
ternaknya. Kandang karantina dapat dibuat secara individu atau koloni.
Hasil praktikum apabila dibandingkan dengan literatur sudah sesuai.
Pendataan (Recording)
Tahapan recording
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
recording ternak merupakan pencatatan segala data yang berhubungan
dengan ternak atau kondisi ternak, yang dimaksudkan untuk
memudahkan dalam manajemen pemeliharaan ternak. Recording pada
ternak meliputi tahap identifikasi, penimbangan dan pengukuran data fital,
serta perlakuan khusus yang dianggap perlu dilakukan. Jenis recording
pada ternak antara lain recording kesehatan, kelahiran, kematian, pakan,
reproduksi, produksi, dan mutasi yang dilakukan pada suatu peternakan.
Recording dilakukan dengan tujuan menjadi evaluasi pada sebuah
peternakan, terutama dengan adanya ternak yang sakit, ataupun
mengalami kematian baik disebabkan karena wabah penyakit maupun
karena sebab tertentu.
Recording atau pencatatan adalah pengumpulan data didunia
peternakan (Aak, 2008). Manfaat recording antara lain memudahkan
pengenalan terhadap ternak, memudahkan manajemen pemeliharaan,
memudahkan dalam melakukan perawatan, menghindari terjadinya
inbreeding dan mejadikan pekerjaan lebih efektif (Yulianto dan Cahyo,
2014). Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa tahapan recording sesuai dengan literatur.
Macam recording
Terdapat beberapa macam recording. Recording bertujuan untuk
memudahkan mengidentifikasi ternak. Berdasarkan penjelasan dari
asisten recording dibagi menjadi beberapa macam antara lain.
Tabel 2. Macam Recording
Jenis Recording Data yang Diambil
Reproduksi Jenis kelamin, S/C, siklus estrus, PPM, PPE
Pakan ADG, feed intake, berat badan, gain, jenis
bahan
Kelahiran Bobot lahir, tanggal lahir, induk dan pejantan
Kematian Tanggal kematian, penyakit, berat akhir
kematian
Kesehatan Penyakit, riwayat obat-obatan, obat yang
diberikan
Mutasi Tanggal kedatangan, berat badan, asal
tempat kedatangan
Berdasarkan hasil diskusi praktikum yang ada pada tabel tersebut
jenis recording yang digunakan di Kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM antara lain recording
kelahiran, kematian, pakan, reproduksi, kesehatan, dan mutasi. Recording
reproduksi meliputi pencatatan Jenis kelamin, S/C, siklus estrus, PPM,
PPE. Reording pakan meliputi pencatatan ADG, feed intake, berat badan,
gain, jenis bahan. Recording kelahiran meliputi pencatatan Bobot lahir,
tanggal lahir, induk dan pejantan. Recording kematian meliputi pencatatan
tanggal kematian, penyakit, berat akhir kematian. Reording kesehatan
meliputi pencatatan Penyakit, riwayat obat-obatan, obat yang diberikan.
Reording mutasi meliputi penatatan Tanggal kedatangan, berat badan,
asal tempat kedatangan.
Yulianto dan Cahyo, (2014) menyatakan bahwa jenis catatan atau
recording yang biasa digunakan adalah identitas, dokumentasi, catatan
khusus dan sertifikat ternak. Identifikasi meliputi identifikasi fisik,
penandaan fisik dan penandaan tambahan. Identifikasi fisik meliputi warna
bulu, konformasi tubuh, bulu sekitar mata, tanduk, kaki, bentuk telinga dan
punuk. Penandaan fisik ternak dibedakan menjadi permanen atau tetap
dan semi permanen yang sifatnya sementara dan mudah untuk
dihilangkan. Penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan
pada ternak untuk memudahkan sapi tersebut dipantau dari kejauhan
apabila sedang dipadang penggembalaan. Jenis catatan yang kedua yaitu
dokumentasi meliputi pembuatan sketsa atau gambar individu, profil, foto,
maupun rekaman video. Recording yang ketiga yaitu catatan khusus
meliputi tanggal lahir, nomor kode ternak, berat badannya, berat lahir,
berat sapih, bangsa dan kesehatannya. Recording yang keempat adalah
sertifikat ternak meliputi breeding, asal usul tetua pejantan dan betinanya
serta tanggal lahir. Hasil praktikum apabila dibandingkan dengan literatur
sudah sesuai.
Komposisi dan struktur ternak
Praktikum yang sudah dilakukan komposisi dan struktur ternak
terdiri dari jumlah ternak tiap bangsa dan fase usia ternak, serta jenis
kelamin. Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum komoditas
kambing dan domba, didapatkan data komposisi ternak sebagai berikut.
Perkandangan
Lokasi
Lokasi kandang Laboraturium Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM berada di Jalan Fauna No 3
Bulaksumur, Depok, Sleman. Lokasi kandang terletak didekat jalan raya
dan dekat dengan lahan hijauan, merupakan dataran rendah dan dekat
dengan kampus, letaknya cukup dekat dengan pemukiman sehingga
memiliki akses jalan yang mudah, terdapat sumber air tetapi belum
terdapat tempat penampungan limbah yang memadai. Lokasi kandang
yang baik harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya kandang dipilih
tempat yang teduh, tetapi cukup mendapatkan sinar matahari di waktu
pagi. Lokasi kandang sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah agar
memudahkan pengawasan dan penjagaan, tetapi diusahakan jauh dari
permukiman penduduk. Kandang sebaiknya dibangun agak jauh dari lalu
lintas masyarakat ramai sehingga ternak bisa hidup tenang. Rianto, (2010)
menyatakan bahwa persyaratan lokasi kandang yang baik adalah yang
jauh dari pemukiman dan jauh dari kebisingan. Berdasarkan pengamatan
kandang di fakultas peternakan kurang memenuhi standar tersebut yang
dapat berakibat seperti timbulnya stress pada ternak dan limbah ternak
yang dapat mengaggu penduduk sekitar. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Sarwono, (2008) menyatakan bahwa kandang diusahakan
dibangun pada lokasi yang jauh dari lingkungan pemukiman masyarakat.
Lokasi sebaiknya tidak terganggu oleh tiupan angin kencang. Tiupan
angin kencang akan membuat ternak mudah sakit, lemas, dan
kembung.Lokasi kandang menghadap utara sehingga cahaya matahari
dapat masuk kedalam kandang. Lokasi yang berada di sekitar ladang
membuat intensitas sinar matahari di kandang menjadi lebih baik.
Berdasarkan literatur kondisi perkandangan di Fakultas Peternakan UGM
belum memenuhi persyaratan karena dekat dengan pemukiman. Lokasi
yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya
cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan.
Gambar 2. Lokasi Kandang Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan
Tata letak kandang
Berdasarkan hasil pengamatan saat praktikum, diperoleh data
tataletak kandang yang disajikan dalam gambar berikut.
Isi ternak 19 34 1 2 11
Ukuran 25,67x5,1 19,44x74 15x7
7,9x13,8 10,4x5,9
bangunan 5 1438,56 105 m2
109,02 m2 61,36 m2
kandang 132,2 m2 m2
Luas area
567,26 m2
kandang
Ukuran
133.104 121.408c 27.720 56.940
tempat 39.468 cm3
cm3 m3 cm3 m3
pakan (lokal)
Ukuran
27.355 7686,7
tempat 1884,7 cm3 9075 cm3 14.720
cm3 cm3
minum m3
24x35,26 18,6x0,38x 10,9x0,27 11.5x20x
Ukuran
- x0.165 0,1 x0,1 8
selokan
0,35 m3 0,706 m 3
0,3 m3 1.840 m3
Kemiringan
9,5 - - 11 -
kandang
Kemiringan
- 1 2 0,5 1
selokan
11,95x2,8
17,5x5,9 0,95x2 1,55x2
Floor space 9 105/11
103,25 m2 1,9 m2 3,1 m2
34,5 m2 9,54 m2
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh jenis-jenis kandang
yang digunakan untuk pemeliharaan kambing dan domba di Fakultas
Peternakan antara lain kandang individu, kandang beranak, kandang
koloni dan kandang umbaran. Rianto (2004) menyatakan bahwa ukuran
tempat pakan kambing biasanya adalah lebar dasar 25 cm, lebar atas 50
cm, tinggi 50 cm, lebar ruji tempat kepala 30 cm, dan tinggi dasar palung
dari lantai 25 cm. Kandang biasanya memiliki tempat minum 1 per 3
panjang tempat pakan. Berdasarkan pengamatan tempat minum
berbentuk ember. Dibandingkan dengan literatur, kondisi ukuran kandang
serta kemiringan kandang sudah memenuhi syarat.
Rianto (2004) menyatakan bahwa ukuran tempat pakan domba
biasanya adalah lebar dasar 25 cm, lebar atas 50 cm, tinggi 50 cm, lebar
ruji tempat kepala 30 cm, dan tinggi dasar palung dari lantai 25 cm.
Kandang biasanya memiliki tempat minum 1 per 3 panjang tempat pakan.
Kusmantoro, (2008) menyatakan bahwa kandang dalam komoditas
kambing dan domba merupakan kandang intensif dan semiintensif.
Kandang intensif tersebut terdiri dari kandang domba individu, kandang
kambing individu, dan kandang kambing koloni, sedangkan kandang
semiintensif terdiri dari kandang kambing dan domba umbaran.
Dibandingkan dengan literatur kandang di fakultas peternakan telah
memenuhi syarat sebagai kandang semi intensif dan kandang intensif.
Montiel (2005) menyatakan bahwa ukuran kandang berdasarkan
status fisiologisnya yaitu untuk kambing dan domba umur kurang 7 bulan
adalah 0,5 m2, umur 7 sampai 12 bulan 0,75 m 2, umur lebih 12 bulan 1
sampai 1,5 m2 dan induk menyusui 1 m 2. Jika dalam suatu unit kandang
dipelihara sejumlah ternak dengan status fisiologis yang berbeda-beda,
maka harus ditempatkan sesuai status fisiologisnya dengan cara
menyekat beberapa ruang kandang. Lantai kandang harus diusahakan
tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Kemiringan
lantai kandang berbeda-beda tiap jenisnya. Rasyid dan Hartatik, (2007)
menyatakan bahwa lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya,
sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk
memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap
kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 sampai 5 %, artinya setiap
panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang menurun
sebesar 2 sampai 5 cm. ). Dinding kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM dapat dilihat pada
gambar 4.
Alas kandang sebaiknya dibuat keras dari beton atau semen tetapi
tidak licin, permukaan lantai kandang dibuat miring kesatu arah untuk
menghindari genangan air dan memudahkan untuk membersihkan
kandang (Sutama dan Budiarsana, 2009). Lantai kandang harus selalu
terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring
kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga
kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 sampai 5
%, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian
belakang menurun sebesar 2 sampai 5 cm (Rasyid dan Hartati, 2007).
Alas kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
Fakultas Peternakan UGM dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Alas kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM
Kemiringan kandang merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan, karena faktor penting untuk sanitasi. Apabila kemiringan
sesuai maka aliran air akan lancer dan tidak menimbulkan genangan.
Lantai kandang yang dibuat dari semen harus memiliki kemiringan
kandang 2% (Siregar, 2008). Berdasarkan praktikum yang dilakukan
maka kemiringan kandang sudah sesuai dengan literatur. Macam-macam
bentuk atap kandang antara lain monitor, semi monitor, shade/miring,
gable dan sawtooth (Murni, 2009).
Metode pemberian
Metode pemberian pakan yang dilakukan pada saat praktikum
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Metode Pemberian
Status BB Jenis Pemberian (kg) Metode pemberian
Terna Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat
k Pg Sr Ss Pg Sr Ss
- - 1 - 0,8 - - Dicacah Kering
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, metode
pemberian pakan adalah sebagai berikut, pagi pukul 07.00 WIB diberi
konsentrat dalam bentuk kering sebanyak 0,8 kg. Sore hari pemberian
pakan dilakukan pukul 14.30 WIB, konsentrat tidak diberikan pada sore
hari, hanya diberi hijauan rumput gajah 1 kg per ekor dalam keadaan
sudah dicacah. Pemberian pakan sama untuk tiap status ternak, kecuali
pada induk bunting dan menyusui. Induk bunting dan menyusui diberi
tambahan jumlah pakan. Santoso (2001) menyatakan tujuan pengeringan
rumput adalah untuk mengurangi zat anti nutrisi pada rumput yang sangat
membahayakan ternak.
Kartadisastra (1997) menjelakan bahwa hijauan yang diberikan
pada kambing dan domba lebih baik diberikan dalam keadaan segar dari
pada hijauan kering. Hijauan yang dikeringakan akan menyebabkan
menurunnya palatabilitas dan kualitas hijauan tersebut. Suparman dan
Aziz (2003), menyatakan cara pemberian pakan yang baik adalah dengan
menggunakan tempat atau wadah pakan dengan maksud untuk
menghindarkan terbuangnya ransum, sehingga tidak terjadi pemborosan
dan semua pakan betul-betul habis dimakan ternak. Minuman berupa air
bersih diberikan secara adlibitum (tersedia terus -menerus) dan kualitas
air harus dijaga agar tidak terkontaminasi oleh bibit-bibit penyakit. Jumlah
kebutuhan pakan ternak rata-rata adalah 10% dari berat bahan ternak per
ekor per hari dan diberikan 2 sampai 3 kali dalam sehari. Makanan umum
bagi ternak yang digembalakan adalah rumput lapangan (rumput liar),
daun-daunan atau jerami. Bagi ternak yang dikandang, sebaiknya
diberikan makanan tambahan yang mempunyai nilai nutrisi baik, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan hidupnya. Kartadisastra
(1997) menyatakan bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus
dengan tingkat konsumsi pakannya, makin tinggi bobot tubuhnya, akan
makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Metode pemberian
pakan pada kambing dan domba di kandang Laboratorium Ternak
Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada sudah sesuai dengan literatur.
Reproduksi
Deteksi birahi
Estrus atau birahi adalah fase reproduksi yakni suatu hasrat dari
makluk hidup untuk kawin, baik pada jantan maupun betina. Deteksi birahi
yakni suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda estrus
pada ternak betina. Tanda-tanda estrus pada ternak betina merupakan
indikasi bahwa ternak tersebut minta kawin. Metode untuk mengetahui
ternak betina yang sedang mengalami estrus yaitu dengan mengetahui
beberapa tanda-tanda estrus dengan mengamati ternak betina. Tanda-
tanda ternak sedang estrus yaitu gelisah, kalau diikat berusaha
melepaskan diri, keadaan lepas berusaha menaiki kawannya dan diam
bila dinaiki, melengu, ekor diangkat sedikit keatas, keluar lender dari
vagina, vulva merah dan sedikit membengkak, bila diraba terasa hangat,
nafsu makan menurun serta bila diraba disekitar kemaluannya akan
menurunkan pinggulnya (Parera et. al.,, 2011). Berikut adalah deteksi
birahi pada saat praktikum dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Deteksi Ternak Birahi
Bangsa Nomor Identifikasi Kandang Tanda Birahi
Bligon Eren 55HP2 Umbaran Vulva kemerahan,
bengkak, dan
hangat
Peranakan Eno 37 Umbaran Vulva kemerahan,
Etawa bengkak, dan
hangat, serta
berlendir
Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa dua ambing yang
diamati menunjukkan tanda birahi dengan ciri-ciri vulva kemerahan,
bengkak, dan hangat, serta berlendir. Metode yang dilakukan saat
praktikum untuk deteksi birahi yakni dengan pengamatan langsung atau
non otomatis pada ciri fisik alat kelamin dan perubahan tingkah laku
ternak. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ternak yang
terdeteksi birahi ialah Eren dengan nomor identifikasi 55HP2 dan Eno
dengan nomor identifikasi 37. Ciri fisik yang terlihat ialah vulva lebih
merah dibandingkan dengan ternak lainnya, sedikit lebih besar dan
temperaturnya cenderung lebih hangat. Perubahan tingkah laku tidak
terlihat secara signifikan tetapi ternak sedikit nampak gelisah.
Santoso (2001) menyatakan tanda-tanda khusus dari vulva adalah
keadaanya yang tampak memerah, membengkak, dan keluar lendir
bening. Faktor-faktor yang mempengaruhi birahi pada ternak yaitu
bangsa, berat badan, dewasa kelamin, pakan, iklim, kelembaban udara,
temperatur lingkungan, dan kondisi kesehatan ternak.Saat praktikum tidak
ditemukan betina yang sedang birahi karena tidak terlihat ciri-ciri birahi
seperti yang disebutkan diatas. Widi et. al., (2008) menyatakan deteksi
birahi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara visual, dengan
melihat perubahan pada alat kelamin luar (3A, yaitu abang, abuh, anget),
menggunakan heat detector; menggunakan bantuan pejantan (pejantan
teaser). Metode deteksi birahi saat praktikum yaitu secara visual dengan
cara mengamati vulva ternak secara acak. Hasil praktikum deteksi birahi
telah sesuai dengan literatur.
Umur pertama kali dikawinkan
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, kambing dan
domba yang terdapat di Laboratorium Kandang Ternak Potong pertama
kali kawin pada betina umur 10 sampai 12 bulan, sedangkan pada ternak
jantan adalah 9 sampai 12 bulan. Mulyono (2005) menyatakan kawin
pertama pada kambing dan domba dilakukan setelah melewati satu
sampai tiga kali estrus agar hormonal optimal. Widi, (2007) menyatakan
bahwa keberhasilan fertilisasi dipengaruhi oleh umur, perkandangan,
pakan, dan manajemen perawatan. Domba mencapai kedewasaan
kelamin pada umur 10 sampai 12 bulan. Penentuan saat mengawinkan
ternak adalah 8 sampai 15 jam setelah ternak birahi. Umur pertama kali
dikawinkan pada saat praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Penentuan saat mengawinkan
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, penentuan
saat mengawinkan ternak yaitu kambing atau domba dipastikan umurnya
apakah sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh, kapan terakhir
beranak, dan siklus estrus, maka boleh dikawinkan kembali ketika anak
telah lepas sapih ketika birahi. Namun jika baru pertama kali maka
dikawinkan saat estrus. Santosa (2005) dalam Prasetya (2011)
menyatakan apabila sudah terlihat tanda-tanda berahi pada ternak maka
kamning dan domba betina tersebut harus dikawinkan secepatnya.
Perkawinan akan berhasil apabila dilakukan terutama pada 15 sampai 18
jam setelah tanda-tanda birahi mulai tampak . Penentuan saat
mengawinkan pada saat praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Metode perkawinan
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, metode
perkawinan yang digunakan yaitu secara alami. Hernowo (2006) dalam
Prasetya (2011) menyatakan bahwa kambing dan domba dapat
dikembangbiakan dengan metode yang umum dikenal, yaitu metode
alamiah dimana kambing dan domba jantan pemacek dikawinkan dengan
kambing dan domba betina yang sedang birahi. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa metode perkawinan sesuai
dengan literatur yakni dengan cara alami.
Tahap perkawinan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tahap perkawinan
pada kambing dan domba yakni diletakkan pada kandang kawin setelah
calon induk birahi. Pejantan secara naluriah dapat mendeteksi tanda-
tanda silent heat pada calon induk birahi untuk kemudian siap dikawini
secara alami yakni dengan mounting. Calon induk yang birahi tidak akan
melakukan perlawanan apabila sedang birahi. Hernowo (2006) dalam
Prasetya (2011) menyatakan bahwa kambing dan domba dapat
dikembangbiakan dengan metode yang umum dikenal, yaitu metode
alamiah dimana kambing dan domba jantan pemacek dikawinkan dengan
kambing dan domba betina yang sedang birahi . Tahap praktikum yang
dilakukan saat praktikum dengan literatur yang ada telah sesuai.
Deteksi kebuntingan
Praktikum deteksi kebuntingan dilakukan dengan mengamati
secara visual keadaan dari ternak yang menunjukkan tanda-tanda
kebuntingan. Deteksi kebuntingan bertujuan untuk mendeteksi
kebuntungan pada ternak. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui
ternak kambing dan domba yang sedang bunting dapat dilihat dalam tabel
12.
Penanganan kelahiran
Penanganan ternak sebelum kelahiran. Penanganan sebelum
kelahiran adalah dipisahkan ke kandang beranak, alasnya lantai dan
pakan hijauan nutrien tinggi. Mulyono (2005) menyatakan bahwa induk
yang akan melahirkan sebaiknya dipisahkan ke dalam kandang tersendiri
guna mempermudah pemantauan ternak, ternak juga diberi bedding untuk
alas sehingga induk lebih nyaman. Hasil yang diperoleh saat praktikum
telah sesuai dengan literatur.
Penanganan ternak pada saat kelahiran. Penanganan ternak
pada saat kelahiran yaitu dipantau dan ketika kesusahan baru dibantu.
Mulyono (2005) menyatakan bahwa pada saat proses kelahiran ternak
berlangsung, peternak harus ada di kandang, induk sudah merejan 30
menit, bisa dibantu dengan induksi PGF 2α, serta disiapkan air hangat.
Hasil praktikum yang diperoleh telah sesuai dengan literatur.
Penanganan ternak setelah kelahiran. Penanganan ternak
sesudah kelahiran yang dilakukan yaitu jika mothering ability nya jelek
maka diberi garam, dibersihkan tubuhnya dengan kain kering atau dengan
jerami, didekatkan ke induknya, apabila mothering ability nya jelek maka
diberikan kolostrum manual. Mulyono (2005) menyatakan bahwa pada
saat setelah ternak lahir, lubang hidung dan seluruh tubuh cempe harus
dibersihkan setelah kelahiran, didekatkan dengan induknya, tali pusar
diberi iodine, plasenta yang tidak keluar dapat diberi injeksi oksitosin.
Penanganan sesudah kelahiran ternak sudah sesuai dengan literatur.
Penanganan prasapih
Penanganan ternak prasapih dilakukan dengan cara pemberian
hijauan bagi induknya dan dipantau kesehatannya terutama pada
anaknya. Mulyono (2005) menyatakan bahwa penanganan ternak
prasapih harus dipantau secara ketat, pemberian hijauan bagi induk dan
konsentrat bagi anaknya haru dilakukan secara hati hati. Hasil yang
dilakukan pada saat praktikum sudah sesuai dengan litaratur.
Penanganan dan Pengamanan Biologis Ternak
Penanganan ternak
Ternak masuk. Perlakuan ternak masuk dilakukan dengan cara
identifikasi, penimbangan bobot ternak, ditempatkan di kandang karantina,
disuntik obat cacing dan vitamin dan diberikan air gula. Mulyono (2005)
menyatakan bahwa tindakan pencegahan agar ternak tidak sakit antara
lain dengan menghindari kontak dengan ternak yang sakit, menjaga agar
kandang tetap bersih, pemberian desinfektan pada kandang dan peralatan
serta menjaga kebersihan sanitasi dan ternak itu sendiri. Soetarno, (1999)
menyatakan bahwa kebersihan ternak akan berpengaruh terhadap
konsumsi pakan, semakin bersih ternak tersebut maka ternak akan
mengkonsumsi pakan lebih banyak. Kebersihan ternak tersebut juga akan
berpengaruh terhadap kesehatan ternak itu sendiri. Berdasarkan kegiatan
yang dilakukan pada saat praktikum cara perawatan ternak yang
dilakukan adalah dengan sanitasi kandang, sanitasi tempat pakan dan
minum. Pemeriksaan kesehatan rutin, pencukuran bulu, dan pemotongan
kuku. Perawatan ternak yang dilakukan pada saat praktikum di kandang
ternak potong, kerja dan kesayangan sudah sesuai dengan literatur.
Pemeliharaan ternak. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, kegiatan yang dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit antara lain, yaitu sanitasi kandang dan ternak, sanitasi tempat
pakan dan minum, ternak dimandikan, pemotongan kuku dan rambut, dan
pengamatan secara rutin terhadap ternak, pemberian obat cacing, vitamin
dan vaksinasi. Ternak yang sakit maka segera dipisahkan dan
ditempatkan di kandang karantian ataupun isolasi agar menghindari dari
penularan penyakit kepada ternak lain, kemudian diberi penanganan yang
sesuai dengan penyakit yang diderita oleh ternak. Peraturan Menteri
Pertanian (2006) menyatakan bahwa pencegahan atau vaksinasi dapat
dilakukan dengan cara pembibitan kambing dan domba harus melakukan
vaksinasi dan pengujian atau tes laboratorium terhadap penyakit hewan
menular tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang, mencatat
setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu
kesehatan ternak, melaporkan kepada Kepala Dinas yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat terhadap kemungkinan
timbulnya kasus penyakit, terutama yang diduga atau dianggap sebagai
penyakit hewan menular. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan
ketentuan dan diperhitungkan secara ekonomis. Pemotongan kuku
dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali dan dilakukan tindakan biosecurity.
Cara pencegahan dan pengendalian penyakit yang dilakukan telah sesuai
dengan literatur yang ada.
Ternak keluar. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
pemantauan ternak dilakukan dengan metode visual setiap harinya.
Pemantauan ternak dilakukan dengan melihat atau pengamatan ciri-ciri
tingkah laku ternak yang sakit, yaitu dengan parameter tubuh ternak
terlihat lesu, nafsu makan menurun dan bulu atau rambut terlihat kusam.
Ngadiyono (2012) menyatakan bahwa tanda-tanda ternak sehat adalah
nafsu makan besar, minum teratur (kurang lebih delapan kali sehari), mata
jernih, hidung bersih, dan memamah biak apabila istirahat, kaki kuat, dan
mulut basah, temperatur tubuh normal, serta memiliki jarak/siklus birahi
ternak teratur. Ngadiyono (2012) juga menyatakan tanda-tanda ternak
sakit antara lain mata suram dan cekung, telinga terkulai. Nafsu makan
ternak juga berkurang dan minumnya sedikit dan labat. Kotoran ternak
sedikit kering, dan keras atau mungkin diare. Badan ternak panas, detak
jantung dan pernapasan tidak normal. Berat badan meyusut hingga
berjalan sempoyongan. Kulit elastis, bulu kusut, mulut dan hidung kering,
serta tempertaur tubuh naik turun. Berdasarkan hasil pengamatan,
diketahui bahwa ciri-ciri ternak sakit dan ternak sehat telah sesuai dengan
literatur.
Ciri-ciri ternak sehat dan sakit
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ternak dilihat secara
langsung untuk mengamati tingkah lakunya secara umum. Ternak dapat
dikatakan sehat apabila matanya berbinar, rambut tidak kusam, aktif
bergerak, dan nafsu makan tinggi.
Tabel 13. Penyakit yang Sering Muncul
Diagnosa Gejala Penyebab
Kembung Nafsu makan turun, Konsumsi pakan,
perut sebelah kiri besar keadaan lingkungan
Jamuran Bagian pada tubuh Parasit, sanitasi
ternak terdapat jamur
Diare Feses cair, nafsu Salah pakan, saluran
makan menurun pencernaan terganggu,
sanitasi
Mencret Feses cair Sanitasi
Scabies Bagian tubuh ternak Tungau
berkoreng
Penyakit yang sering muncul di kandang ternak potong antara lain
kutuan, cacingan, diare, dan kembung. Darmono (1993) menyatakan
penyakit kembung pada hewan ruminansia ditandai dengan membesarnya
perut karena tekanan gas atau busa dari pakan yang tidak tercerna secara
sempurna dalam rumen. Blakely dan Bade (1991) menyatakan penyakit
diare dianggap berasal dari adanya invasi bakteri atau virus. Ternak yang
terkena diare biasanya mengeluarkan feses yang sangat banyak
mengandung air dan berat badannya menurun sampai15% karena
dehidrasi. Penyebab penyakit ini sangat kompleks, mulai dari bakteri, virus
dan keadaan lingkungan, kepadatan ternak yang terlalu tinggi,
kekurangan kolostrum, terlalu banyak pakan, defisiensi vitamin A dan
adanya parasit-parasit. Cacingan merupakan penyakit parasit internal
yang bisa menekan produktivitas (Rianto dan Endang, 2010). Penyakit
perut kembung disebabkan oleh gas di dalam perut yang tidak bisa keluar
sehingga mengganggu proses pencernaan pada ternak (Murtidjo, 1990).
Peraturan Menteri Pertanian (2006) menyatakan bahwa pembibitan
kambing dan domba harus terletak di daerah yang tidak terdapat gejala
klinis atau bukti lain tentang penyakit radang limpa (anthrax), kluron
menular (brucellosis) dan kudis (scabies). Scabies adalah penyakit kulit
yang sering dijumpai pada ternak di Indonesia dan cenderung sulit
disembuhkan. Penyakit ini disebabkan oleh parasit tungau yaitu Sarcoptes
scabieiyang ditandai dengan gejala klinis gatal pada kulit. Parasit S.
scabiei adalah ektoparasit yang menyerang hewan terutama pada bagian
kulit yang dapat menurunkan produksi daging, kualitas kulit, dan
mengganggu kesehatan masyarakat (Iskandar, 1982; Manurung et. al.,,
1990; Sardjono et. al.,, 1998 dalam Iskandar, 2011). Abidin (2002)
menambahkan bahwa penyakit yang sering timbul lainnya adalah Bloat
atau kembung. Penyakit ini timbul karena adanya gas dalam perut yang
tidak bisa dikeluarkan sehingga mengganggu proses pencernaan.
Konsumsi hijauan secara langsung pada pagi hari (karena hijauan masih
basah oleh embun) diduga menjadi penyebab penyakit ini. Tanpa
penanganan yang baik, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Ngadiyono (2012) menyatakan bahwa kembung perut memiliki
gejala seperti lambung sebelah kiri membesar atau bengkak dan kencang,
jika dipukul berbunyi. Kasus yang berat biasanya ternak sering kencing
dan buang kotoran, pernapasan berat dan ternak sangat menderita.
Secara umum, penyakit yang timbul pada ternak kambing dan domba
sudah sesuai dengan literatur yang ada.
Pencegahan dan pengendalian penyakit
Pencegahan penyakit. Beberapa hal yang dapat dilakukan
sebagai langkah pencegahan penyakit dalam usaha peternakan kambing
antara lain sanitasi atau kebersihan kandang, ventilasi kandang,
pemberian pakan yang baik dalam jumlah yang cukup dan
penggembalaan ternak (Noviandi et. al.,, 2006). Berdasarkan hasil diskusi
praktikum pencegahan penyakit dilakukan dengan cara sanitasi,
vaksinasi, manajemen pakan dan kesehatan ternak. Hasil yang didapat
sesuai dengan literatur.
Pengendalian penyakit. Beberapa jenis penyakit yang kerap
menyerang domba antara lain diare, belekan, penyakit kulit, kembung,
serta penyakit mulut dan kaki. Ternak telah terkena penyakit tersebut
harus diobati sesuai dengan penyakitnya (Purbowati, 2002). Berdasarkan
hasil diskusi praktikum pengendalian penyakit dilakukan dengan cara
ternak dipisahkan dan diobati. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.
Limbah Peternakan
Berdasarkan hasil praktikum, limbah peternakan yang ada di
kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan meliputi
feses, urine, dan sisa pakan. Penanganan limbah di kandang
Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan adalah dengan
ditampung di bagian belakang kandang dan tanpa pengolahan yang lebih
lanjut. Sihombing, (2000) menyatakan bahwa limbah peternakan meliputi
limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa pakan, lemak,
darah, kuku, tulang, tanduk, dan isi rumen. Limbah tersebut ditumpuk
pada suatu tempat pembuangan sementara. Hasil praktikum menunjukkan
bahwa macam limbah yang dihasilkan sudah sesuai dengan literatur,
namun pengolahan limbah di Kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM belum diolah secara
optimal.
Macam limbah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan macam limbah yang
terdapat di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
Fakultas Peternakan yaitu feses, urin, dan sisa pakan. Kusumawardana
(2010) menyatakan limbah khususnya di bidang peternakan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah yang berupa kotoran
kambing dan domba (feses dan urin) dan sisa pakan ternak merupakan
media penyebar luasan mikroorganisme patogen seperti jamur, bakteri,
parasit dan bibit tanaman liar yang dapat merugikan manusia maupun
ternak itu sendiri. Masalah tersebut dapat diatasi dengan mengadakan
penanganan dan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik baik
padat maupun cair. Pengolahan limbah tersebut selain untuk mengurangi
atau membersihkan mikroorganisme juga dapat menjadi sumber
pendapatan tambahan dari penjualan pupuk tersebut. Berdasarkan hasil
praktikum, diperoleh hasil bahwa limbah peternakan yang dihasilkan telah
sesuai dengan literatur yang ada.
Penanganan limbah
Penanganan limbah merupakan hal yang sangat penting dalam
dunia peternakan. Industri peternakan yang besar akan banyak
menghasilkan limbah peternakan yang apabila tidak ditangani maka akan
menghasilkan dampak yang buruk bagi lingkungan. Proses penanganan
limbah pada kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM yaitu dengan pengumpulan
limbah kesuatu tempat penampungan. Tempat penampungan limbah di
kandang ternak potong kurang sesuai dengan prinsip kesehatan kandang.
Ginting (2009) menyatakan bahwa tidak jarang suatu peternakan ditutup
usahanya oleh warga masyarakat karena limbahnya dituding telah
mencemari lingkungan. Widi (2007) menyatakan bahwa limbah
peternakan harus ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan polusi,
bibit penyakit, dan dapat diolah sehingga terdapat nilai manfaat bagi
peternakan. Limbah dapat diolah menjadi biogas sehingga menghasilkan
energi sebagai bahan bakar dan mengurangi pencemaran udara oleh gas
metan.
Pengolahan limbah
Rianto (2010) menyatakan bahwa kotoran ternak bisa
dimanfaatkan menjadi tiga produk bernilai, yaitu pupuk kandang, biogas,
dan bioarang. Pupuk kandang memiliki beberapa manfaat membantu
tanah dalam penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam
mengikat air, membantu tanah mengurangi erosi, memberikan lingkungan
tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar, serta merupakan sumber
unsur hara bagi tanaman. Limbah yang dihasilkan apabila dibandingkan
dengan literatur sudah sesuai, namun pengolahan limbah belum dilakukan
secara maksimal.
Penanganan limbah penting dilakukan karena dapat meminimalisir
dampak negatif terhadap lingkungan, seperti polusi tanah, air, udara, dan
penyebaran penyakit menular. Peternak pada umumnya menangani
limbah secara sederhana seperti membuat kotoran ternak menjadi
kompos maupun menyebarkan secara langsung dilahan pertanian.
Limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dapat diolah menjadi pupuk
organik. Limbah juga dapat diolah menjadi biogas sehingga menghasilkan
energi sebagai bahan bakar dan mengurangi pencemaran udara oleh gas
metan (Ginting, 2009). Limbah di Kandang Laboratorium Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM belum dilakukan
pengolahan sehingga masih ditampung di penampungan limbah, kurang
sesuai dengan literatur.
BAB III
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Permasalahan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di Kandang
Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan, terdapat beberapa
permasalahan yang ada mengenai manajemen pengolahan limbah yaitu
kurangnya pengolahan limbah yang ada di Kandang Laboratorium Ternak
Potong, Kerja, dan Kesayangan, karena sangat disayangkan jika tidak ada
pengolahan limbah peternakan. Limbah peternakan dapat dikonversi
menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel tunggal
atau etanol. Konversi limbah menjadi pupuk organik paling sering
dilakukan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain pencemaran
lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah pendapatan
bagi pengusaha peternakan.
Solusi
Berdasarkan permasalahan yang ada di Kandang Laboratorium
Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan, solusi yang dapat diberikan yaitu
sebaiknya menyediakan lahan khusus untuk mengolah limbah sisa pakan,
feses, dan urin agar tidak mengganggu kesehatan ternak dan tidak
mencemari lingkungan, sehingga tercipta lingkungan yang sehat dan tidak
tercemari polusi limbah peternakan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum komoditas kambing dan domba yang
telah dilakujkan, dapat disimpulkan bahwa kandang kambing dan domba
yang digunakan adalah kandang panggung, kandang umbaran, dan
kandang beranak. Pakan yang diberikan untuk ternak domba dan kambing
ada dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan
berupa rumput gajah dan konsentrat. Penyakit yang sering muncul yaitu
kembung, scabies, cacingan dan diare. Penanganan limbah belum
dilakukan secara maksimal.
Saran
Saran untuk praktikum Industri Ternak Potong, saat pelaksanaan
praktikum asisten lebih teliti lagi dalam mendampingi praktikan, dan
alangkah baiknya bila asisten memiliki sebuah laporan atau data literatur
yang lengkap sehingga saat praktikan mengalami kesulitan mencari
literatur, asisten dapat membantu. Poin-poin pembahasan secara lengkap
diinformasikan kepada praktikan diakhir acara praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA