Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH

“Manajemen Pakan Dalam Meningkatkan Produktivitas Ternak Pedet dan


Dar Sapi Perah”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Manajemen Ternak Perah

Dosen Pengampu: Astati. S. Pt., M. Si.

Oleh:
Wahyuni
(60700119039)
B-Ilmu Peternakan

ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa ta’ala yang


telah melimpahkan rahmat dan karuani-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Ternak Perah dengan
Judul “Manajemen Pakan Dalam Meningkatkan Produktivitas Sapi Pedet dan Dara Sapi
Perah”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari banyak bantuan
dari pihak dalam memberikan doa yang tulus, kritik serta saran selalu terbuka untuk kebaikan dari
makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makhluk ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh Karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saan serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan di bidang Peternakan khususnya bagi usah Peternakan Perah.

Makassar, November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peternakan sapi perah merupakan salah satu pilar yang turut andil dalam menopang
kebutuhan manusia akan terpenuhinya protein hewani. Produk utama dari sapi perah yaitu susu.
Susu sapi perah merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam hal mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat karena susu memiliki kandungan gizi yang tinggi. Peningkatan
permintaan susu semakin tinggi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, akan tetapi
peningkatan permintaan susu kurang diimbangi dengan peningkatan produksi susu sapi perah
dalam negeri sehingga dalam memenuhi kebutuhan susu dalam negeri masih banyak melakukan
impor susu (Kementerian Pertanian, 2016).
Perawatan pada periode pertumbuhan sangat penting dalam manajemen sapi perah karena
dengan perawatan sedini mungkin mulai pada periode pertumbuhan, maka produksi susu yang
baik dan optimal akan tercapai saat periode sapi laktasi. Produksi yang baik dan optimal akan
tercapai bilamana sapi tersebut memiliki kondisi tubuh yang sehat, kaki kuat, perkembangan
ambing yang baik dan kemampuan makan sapi yang baik juga. Kondisi prima yang diharapkan ini
akan tercapai bilamana sapi mempunyai alat pencernaan yang besar dan kuat, dari fakta-fakta
tersebut diatas kita perlu membuat program bagaimana caranya agar memiliki kaki yang kuat,
ambing yang baik dan alat pencernaan yang berkembang sesuai dengan pertumbuhannya dengan
cara memelihara sapi perah sejak lahir secra terprogram.
Satu fase yang paling penting dari produksi ternak perah adalah pemberian pakan dan
manajemen pedet. Lebih dari 20% pedet mati sebelum sebelum mencapai umur dewasa.
Dengan manajemen yang baik mortalitas dapat ditekan 3-5%. Banyak pedet mati karena
kesalahan nutrisi, perkandangan dan manajemen yang tidak benar. Dengan pemberian pakan,
manajemen dan sanitasi yang baik (Arizona Dairy) dapat menurunkan mortalitas hingga hanya
2,7% (1,4% pada waktu lahir dan selama 24 jam pertama, dan 1,3% setelah 24 jam).
Sapi perah dalam usia muda atau yang dikenal dengan sapi dara, kondisi tubuhnya lebih
efisien dalam mengubah pakan menjadi bobot tubuh. Dalam hal kebutuhan nutrisi sapi perah, hal
itu senantiasa berubah seiring dengan fase pertumbuhan yang dilalui, serta tingkat produksi
susunya. Oleh karena itu, pada periode umur tersebut berikan pakan dengan kualitas terbaik untuk
membuat tulang tubuh, organ lain berkembang secara ideal dan menunjang produktivitas sapi
perah yang optimal.
Penulis menyusun makalah ini ingin menginformasikan manajemen pakan yang diterapkan
dalam meningkatkan produktivitas sapi perah pedet dan sapi perah dara agar memudahkan dalam
beternak usaha sapi perah yang maju dan unggul sehingga dapat menimalisirkan kesalahan-
kesalahan dalam pemberian pakan pada ternak sapi perah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka adapun rumusan masalah di antaranya ialah :
a. Bagaimana manajemen pakan dalam meningkatkan produktivitas sapi perah pada periode
pedet?
b. Bagaimana manajemen pakan yang diterapkan dalam meningkatkan produktivitas sapi
perah dara?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapaun tujuan penulisan ialah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui manajemen pakan dalam meningkatkan produktivitas sapi perah pada
periode pedet.
b. Untuk mengkaji manajemen pakan yang diterapkan dalam meningkatkan produktivitas
sapi perah dara
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Pakan Pedet Sapi Perah (0-4 Bulan)


Alat pencernaan Pedet umur kurang 4 bulan belum sempurna. Pencernaan pakan yang
dilakukan oleh bakteri dan protozoa yang ada didalam rumen belum berarti. Oleh karena itu pedet
tidak dapat memakan hijauan kasar dengan kualitas rata-rata dalam jumlah besar. Pedet diberi susu
buatan selama mungkin dengan takaran makanan konsentrat yang serasi dengan pakan kasar yang
kualitasnya tinggi dan seekonomis mungkin. Pakankasar yang berupa legume dapat diberikan
karena disukai dan bergizi tinggi (Reksohadiprodjo, 1995).
Tatalaksana pemeliharaan pedet sejak lahir sampai disapih men_jadi sangat penting
dalam upaya menyediakan bakalan baik sebagai pengganti induk mapun untuk digemukan sebagai
ternak pedaging. Penerapan tatalaksana pemeliharaan perlu dilakukan sedini mungkin atau sejak
pedet baru lahir, mengingat 25-30% dari pedet yang lahir akan mengalami kematian pada periode
4 bulan pertama (Siregar, 1992) . Kematian umumnya disebabkan oleh kurang pakan, pneumonia
dan komplikasi gangguan pencernaan. Hasil-hasil penelitian menurjukkan melalui tatalaksana
pemeliharaan yang meliputi perawatan dan pemberian pakan secara tepat, kematian dapat ditekan
dan keragaanya dapat ditingkatkan (Bath et .all, 1978 ; Hidayati, 1995 ; Siregar, 1992 ; Sudono,
1989) .
Perkembangan rumen pada sapi perah merupakan hal penting dalam manejemen
pemberian pakan pada masa pembesaran. Cara yang efektif adalah dengan sedapat mungkin
secepatnya memberikan pakan padat pada pedet, Abomasum pedet yang baru lahur berukuran
lebih besar yaitu sekitar 70% dari total alat pencernaan, pada saat ini pakan yang dikonsumsi
beruapa cairan yang akan masuk ke esophagus dan selajutnya masuk ke abomasum dan diserap
disitu. Dengan perlakuan pemberian pakan padatan dalam hal ini formula calf starter yang lebih
cepat maka perkembangan daya ruminasi akan lebih cepat pula, karena pakan padat terlebih dahulu
akan masuk ke rumen dan merangsang perkembangan rumen. Setelah umur 2-3,5 bulan, volume
rumen diharapkan 70% dari total volume alt pencernaan pedet tersebut, Pada sapi dewasa volume
rumen mencapain 80% dan abomasum hanya 7%.
Pengetahuan tentang perkembangan rumen pada ternak sapi perah sangat penting agar
manajemen pemeliharaan terutama manajemen pakan didalamnya bisa lebih optimal. Adapun
perkembangan rumen pada sapi perah sebagai berikut:
 Mulai lahir sampai dengan umur 3 minggu : rumen tetap, tidak berkembang (fungsi perut
sama dengan hewan monogastrik)
 Umur 4 minggu sampai dengan 5 minggu : Fungsi rumen berkembang dengan makan-
makanan padat
 Umur 5 minggu sampai dengan 6 minggu : Kemampuan rumen dalam mencerna makanan
telah seimbang
 Umur 6 minggu sampai dengan 6 bulan : kapasitas rumen berkembang
 Umur lebih dari 6 bulan : kapasitas rumen telah seimbang.
Pedet yang baik, memiliki bobot lahir 31,5 sampai 51,5 kg, dengan bulu yang
mengkilat, dan kondisinya sehat. Selain kelahiran yang baik, manajemen penanganan setelah lahir
juga sangat penting, diantaranya :
 Memeriksa alat pernafasannya sesegera mungkin
 Memotong tali pusar dengan menyisakan 2 cm dari pangkal pusar dan diberikan
desinfektan tali pusar dengan menggunakan yodium tintur 10% untuk mencegah
peradangan.
 Segera memberikan kolostrum secepat mungkin dalam 1 jam setelah melahirkan
 Pisahkan pedet dari induknya dan tempatkan di kandang khusus untuk pedet.

Pakan pedet berumur 0-4 bulan adalah air susu induknya. Namun, pedet dalam peternakan sapi
perah hanya diberi susu induk selama 7 hari pertama sejak lahir. Susu yang dihasilkan selama
sekitar 7 hari pertama tersebut dinamakan kolostrum. Kolostrum banyak mengandung zat
kekebalan tubuh, protein dan mineral sehingga sangat dibutuhkan pedet yang baru lahir. Paling
lambat 0,5-1 jam setelah pedet lahir, kolostrum harus diberikan. Jika pemberian kolostrum
terlambat, pedet akan mudah terserang penyakit. Pedet sejak lepas kolostrum sampai disapih,
pakan yang diberikan selain susu atau pengganti susu juga harus diberi calf starter, hijauan dan air
minum. Calf starter atau pakan pemula yang diberikan kepada pedet adalah pakan penguat yang
berkadar protein tinggi. Pakan pemula ini terdiri atas ½ bagian tepung bungkil kelapa, ¼ bagian
tepung kacang tanah dan ¼ bagian tepung jagung. Sementara itu, hjauan yang diberikan harus
kering atau dilayukan terlebih dahulu agar pedet tidak kembung atau mencret.
Ada 4 bahan pakan yang biasa diberikan pada pedet, yaitu: (a) kolostrum, (b) susu, (c) milk
replacer, dan (d) calf starter

a. Kolostrum perlu diberikan secepat mungkin setelah kelahiran (idealnya 15 menit atau
dalam jangka waktu 4 jam) untuk proteksi terhadap penyakit. Kolostrum dapat
diberikan langsung dari induk, botol, atau ember. Pemberian kolostrum dini diperlukan
karena : (1) Pedet yang baru lahir tidak mempunyai antibodi sebagai proteksi
terhadap penyakit; (2) Kemampuan pedet untuk menyerap immunoglobulin (komponen
proteksi penyakit) berkurang setelah 24-36 jam; dan (3) Pedet mudah terinfeksi
dengan bakteri patogen segera setelah lahir. Kolostrum biasanya diberikan sekitar 6%
dari bobot badan. Surplus kolostrum (kelebihan kolostrum) dapat dibekukan dan
disimpan dalam jangka waktu 1 tahun atau lebih tanpa kehilangan nilai antibodinya.
Dapat dicairkan, panaskan sekitar 100 F. Sour colostrum adalah surplus kolostrum
yang disimpan dan difermentasi secara alami. Kolostrum terdiri dari bahan kering yang
sepertiga lebih banyak dari susu atau reconstituted milk replacer, dan sangat mudah
dicerna. Oleh karena itu, penyimpanan untuk pemberian pakan selanjutnya sangat
dianjurkan. Dapat diberikan secara segar; dapat dibekukan kemudian dicairkan sebelum
diberikan; atau disimpan sebagai sour colostrum. Encerkan hingga 25-50% bila akan
diberikan pada pedet lain (bukan yang baru lahir) untuk mencegah overfeeding dan scours
(diarrhae).
b. Pemberian pakan dengan susu penuh (susu segar), pedet menerima sejumlah terbatas
susu hingga disapih. Pedet disapih bila telah mengkonsumsi cukup banyak konsentrat.
Metode ini merupakan yang terbaik ditinjau dari pertambahan bobot badan (PBB)
dan menimbulkan gangguan lambung yang terendah,tetapi susu merupakan makanan
yang mahal.
c. Milk replacer bervariasi dalam kualitas, pembeli perlu mempelajari labelnya. Yang terbaik
terdiri dari: (1) minimal 20% protein, semua dari produk susu seperti skim milk, butter
milkpowder, casein, milk albumen dll. Bila protein dalammilk replacerberasal dari
tumbuhan, perlu protein lebih dari 22%. Sebagian besar protein dianjurkan dari
produk susu.; dan (b) lemak 10-20%. Milk replacer dapat diberikan pada hari ke tiga
setelah dilahirkan atau segera setelah susu dapat dipasarkan. Ikuti cara yang ditetapkan
oleh pabrik dalam mencampur milk replacer. Metode umum: 1 pound milk replacer
ditambah dengan 9 pound air.
d. Calf starter merupakan campuran butiran yang secara khusus disiapkan untuk pedet.
Jagung dan gandum biasanya merupakan komponen utama dari calf starter. Starter
mengandung sumber protein tinggi plus mineral dan vitamin. Starterharus palatable supaya
pedet dapat makan sesegera mungkin. Beberapa ada yang ditambah dengan molase supaya
terasa manis. Pedet lebih menyukai bentuk yang kasar daripada yang digiling halus.
Calf starter sebaiknya mengandung 16-18% protein dan 72-75% TDN untuk mencukupi
zat-zat makanan esensial bagi pedet. Calf growerdiberikan bila pedet berumur 6 -8 minggu.
Level (kandungan) protein disesuaikan dengan kualitas hijauan.Hijauan berupa hay
kualitas bagus dapat diberikan bila pedet berumur 2 minggu atau umur 5-10 hari.
Silage (jagung) atau pastura jangan diberikan sebelum umur 3 bulan karena kandungan air
yang tinggi yang dapat membatasi konsumsi dan pertumbuhan.

Pemberian Kolostrum
Kolostrum sangat penting bagi pedet yang baru saja lahir,karena:
 kolostrum kaya akan protein (casein) dibandingkan susu biasa. Protein dibutuhkan pedet
untuk pertumbuhan tubuh.
 kolostrum mengandung vitamin A,B2,C dan vitamin-vitamin yang sangat diperlukan
pedet.
 kolostrum mengandung zat penangkis (anti bodi) yang dapat memberi kekebalan bagi
pedet terutama terhadap bakteri E. coli penyebab scours. Zat penangkis tersebut misalnya
immuglobin (Tillman, 1998).
Kolostrum diberikan untuk pedet setidaknya untuk 3 hari, tetapi jika pemberian susunya
dengan ember kemungkinkan untuk menyusu induknya hanya (12 sampai dengan 24) jam pertama
dan setelah itu kolostrumnya diberikan dengan ember. Kolostrum mengandung bahan kering dua
kali lipat dari pada susu. Kandungan protein dapat mencapai 18 % dibandingkan (3 sampai dengan
5)% dengan susu biasa. Kolostrum banyak mengandung vitamin dan mineral dan bersifat pencahar
dan membantu membersihkan ntestinum dari kotoran yang bergumpalan. Juga mengandung
antibodi yang dibutuhkan oleh pedet. Ini membantu pedet melindungi dirinya terhadap penyakit.
Amat penting bagi pedet untuk mendapatkan kolostrum didalam 24 jam pertama setelah lahir
karena saluran pencernaannya dapat menyerap antibodi selama periode ini. Kelebihan kolostrum
dapat diberikan kepada anak sapi lebih tua. Biasanya dicampur dengan susu atau air (Williamson,
G dan W.J.A. Payne., 1993).

Pemberian Konsentrat
Anak diajarkan makan konsentrat setiap hari dengan pemberian sebanyak 0,5-1 kg pada
mulai umur 60-90 hari . Pedet dilatih memakan konsentrat dengan menempelkan konsentrat pada
mulut pedet. Pengenalan dan pemberian konsentrat perlu dilakukan sedini mungkin karena pada
umur 2,5-3 bulan rumen dan reticulum pedet sudah sudah berkembang yang volumenya mencapai
70%. Sebaliknya volume abomasum dan omasum menyusut kecil mencapai 30% dari seluruh
lambung . Setelah pedet bekembang menjadi dewasa volume rumen menjadi 80%, reticulum 5%,
omasum 8% dan abomasum 7%. (Aak,1995).
Pemberian Hijauan
Mulai umur 3 minggu pedet diajarkanmakan rumput. Pemberian rumput dilakukan setiap
hari dengan jumlah pemberianmasing-masing sebanyak 0,25 kg/ekor, 0,5kg/ekor dan I kg/ekor
secara berturut-turutmulai umur 21-30 hari, 31-60 hari dan 61-90 hari . Rumput yang diberikan
pada pedetdipilih yang masih muda dan kemudiandipotong-potong dengan golok atau
mesinchopper sehinga mudah dicerna oleh anak sapi . Sebagaimana konsentrat rumput (hijauan)
perlu dikenalkan dan diberikan sedini mungkin . Pemberian rumput yangdimulai pada umur I
minggu dapat merangsang perkembangan rumen yang sangat mendukung pertumbuhan
selanjutnya (Hidayati, 1995)
Pedet yang sudah dilatih mengkonsumsi konsentrat dan hijauan hingga 3 bulan (12
minggu) maka pedet tersebut mulai disapih. Menyapih berarti menghentikan pemberian susu pada
pedet, baik susu yang berasal dari induk sendiri ataupun dari induk lain. Tujuan penyapihan adalah
untuk menghemat biaya pembesaran pedet dan meningkatkan volume susu yang dapat dijual. Cara
penyapihannya sedikit demi sedikit jumlah susu dikurangi, sebaliknya pemberian konsentrat dan
hijauan ditingkatkan sampai pada saat pedet disapih sehingga terbiasa dan tidak mengalami stres.
Pedet umur tiga bulan, rumen dan retikulum sudah berkembang dengan baik.
B. Manajemen Pakan Sapi Perah Dara
Pemeliharaan sapi dara dilakukan dari mulai pedet lepas sapih hingga siap kawin dan
bunting. Sapi dara dapat diberikan pakan Graminae yang berupa rumput gajah dan rumput raja,
sedangkan Leguminosa yang diberikan adalah kaliandra, indigofera dan gamal. Hijauan diberikan
sebanyak 40 kg/ekor/hari. Konsentrart yang diberikan adalah formulasi konsentrat dara komersil
yang diberikan sebanyak 2,5 kg/ekor/hari. Frekuensi Pemberian pakan dilakukan satu kali pada
pukul 7.30 (Puspa, 2020).
Sapi perah dalam usia muda atau yang dikenal dengan sapi dara, kondisi tubuhnya lebih
efisien dalam mengubah pakan menjadi bobot tubuh. Oleh karena itu, pada periode umur tersebut
berikan pakan dengan kualitas terbaik untuk membuat tulang tubuh dan organ lain berkembang
secara ideal. nutrisi yang diperoleh saat sebelum dewasa kelamin atau dalam kondisi tubuh sekitar
50 % dari bobot dewasa, nutrisi tersebut akan digunakan untuk pembentukan tulang kerangka.
Pertambahan berat badan (PBB) merupakan indikator terbaik apakah sapi dara terpenuhi
kebutuhan nutrisinya. Untuk penyusunan formulasi pakan yang diberikan, Hendrawan memberi
rambu-rambu pembuatannya, yakni: taksiran bobot badan ternak; status fisiologis ternak;
ketersediaan bahan pakan; kualitas bahan baku pakan, termasuk ada atau tidaknya kandungan anti-
nutrisi di dalamnya; jumlah pakan yang akan diramu; biaya pakan yang dapat ditoleransi; serta
jarak distribusi pakan dan lama simpan pakan sebelum didistribusikan.
Pada prinsipnya, pakan sapi dara sama dengan pakan pedet lepas sapih. Agar lebih
ekonomis, kadar protein pada bahan konsentratnya dapat lebih rendah dari pakan pedet sehingga
biayanya lebih murah. Hal ini disebabkan protein dan energi dapat diperoleh dari rumput, hijauan
kering atau pasture (padang rumput) yang baik. Namun, jika hijauan atau rumput tersebut
berkualitas rendah, harus ditambah pakan konsentrat yang berkadar protein 15-16%. Pemberian
pakan mempengaruhi perkembangan sapi dara, baik perkembangan tubuhnya maupun alat
reproduksinya. Konsentrat yang diberikan untuk sapi berumur 8-14 bulan idealnya berupa 55%
bungkil kelapa, 40% dedak halus dan 5% ampas tapioka.
Antara disapih dan beranak (12 minggu sampai umur 2 tahun) nutrisi sapi dara
sering tidak diperhatikan. Sebaiknya program manajemen pemberian pakan pada periode ini
meliputi 3 fase yang berbeda, yaitu :

a) Sejak disapih (12 minggu) hingga umur 1 tahun. Selama periode ini, sapi dara diberi
makan hijauan free choicedan butiran/konsentrat terbatas. Jumlah dan kandungan
protein dari konsentrat ditentukan oleh kualitas hijauan. Pastura dapat digunakan
dengan baik dalam program pemberian pakan, sepanjang disuplementasi dengan grain
mix hijauan kering,dan mineral yang mencukupi (dapat diberikan dalam grain
mixatau free choice). Perlu disediakan air bersih dan segar. Selama periode ini sapi
dara jangan overfeeding dan terlalu gemuk. Kondisi yang berlebihan akan
menghambat perkembangan jaringan sekretori ambing selama periode kritis
(perkembangan yang maksimal) antara umur 3-9 bulan dan menyebabkan produksi susu
rendah. Overconditioning setelah umur 15 bulan tidak mempengaruhi jaringan sekretori
ambing.
b) Sapi dara, umur 1 tahun - 2 bulan sebelum beranak pada umur 2 tahun. Bila tersedia
hijauan kualitas tinggi, dapat menjadi satu satunya bahan pakan untuk sapi dara umur
1 tahun (tanpa konsentrat), dilengkapi dengan mineral mix yang disediakan free choice
(adlibitum). Sapi dara dapat tumbuh 0,8 - 0,9 kg/hari. Bila pertumbuhan tidak
memuaskan dapat ditambahkan konsentrat.
c) Dua bulan sebelum beranak – beranak. Pemberian pakan periode ini dapat mempengaruhi
produksi susu selama laktasi pertama. Selama 2 bulan terakhir kebuntingan sapi dara
akan bertambah bobot badannya sekitar 0,9 kg /hari, sedangkan pada awal
kebuntingan 0,8 kg/hari. Sapi dara yang tumbuh dengan cepat pada waktu beranak,
dan secara kontinyu tumbuh selama laktasi pertama akan menjadi penghasil
susu yang lebih persisten 2 dibandingkan dengan sapi dara yang full size pada saat
beranak. Jumlah konsentrat yang diberikan sebelum beranak akan dipengarui oleh:
kualitas hijauan, ukuran dan kondisi sapi dara. Sebagai patokan beri konsentrat 1% dari
bobot badan mulai 6 minggu sebelum beranak. Ransum perlu cukup protein, mineral, dan
vitamin. Kelebihan konsumsi garam akan menyebabkan bengkak ambing, perlu dicegah
pada 2 minggu terakhir sebelum beranak. Sapi dara yang tumbuh dengan baik tidak
akan menghadapi problem yang serius pada waktu beranak. Namun manajemen
nutrisi dapat memudahkan saat beranak dalam 2 hal, yaitu: (1) ukuran pedet, dan
(2) tingkat kegemukan induk. Sapi dara yang gemuk akan menghadapi insiden
distokia yang lebih tinggi karena pembukaan pelvic yang kecil dan biasanya ukuran
pedet yang lebih besar. Underfeeding atau sapi dara yang tumbuh jelek membutuhkan
lebih banyak asisten saat beranak dan resiko kematian lebih tinggi.
Sapi dara memerlukan pakan hijauan dan konsentrat yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhan tubuh. Hijauan dapat diberikan sekitar 10 % dari berat badan. Sedangkan pemberian
konsentrat berkisar antara 2 - 4 kg tergantung dari kualitas hijauan yang diberikan dan berat badan
sapi.

Tabel 1. Pemberian Pakan Hijauan dan Konsentrat untuk sapi dara


Umur (bulan) Konsentrat (kg) Hijauan (kg) Air
6-9 3 25 Secukupnya
9 -12 4 30 Secukupnya
12 -15 5 40 Secukupnya
15 - 18 6 45 Secukupnya
18 - beranak 7 50 Secukupnya
Ransum pertumbuhan untuk sapi muda (grower) kandungan proteinnya sekitar 15 %.
Kekurangan pemberian pakan pada masa pertumbuhan akan mengakibatkan keterlambatan
desawa tubuh maupun dewasa kelamin, kemungkinan akan terjadi kesulitan dalam beranak
(distocia), pedet yang dilahirkan kecil dan lemah serta produksi susu yang dihasilkan akan sedikit.
Pemberian konsentrat 70% pada sapi dara dapat meningkatkan respon fisiologis yang
meningkat ketika siang hari dapat meningkatkan respon fisiologis. Respon fisiologis meningkat
pada siang hari, mencapai puncak pada pukul 12.00-14.00 dan menurun menjelang sore hari. Di
saat itu akan terjadi proses termoregulasi yang baik, sehingga terdapat keseimbangan antara
produksi panas dan pengeluaran panas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pakan pedet berumur 0-4 bulan adalah air susu induknya. Susu yang dihasilkan selama
sekitar 7 hari pertama tersebut dinamakan kolostrum. Kolostrum banyak mengandung zat
kekebalan tubuh, protein dan mineral sehingga sangat dibutuhkan pedet yang baru lahir. Paling
lambat 0,5-1 jam setelah pedet lahir, kolostrum harus diberikan. Pemberian pakan dengan susu
penuh (susu segar), pedet menerima sejumlah terbatas susu hingga disapih. Pedet disapih bila
telah mengkonsumsi cukup banyak konsentrat. Milk replacer dapat diberikan pada hari ke tiga
setelah dilahirkan atau segera setelah susu dapat dipasarkan. Calf starter merupakan campuran
butiran yang secara khusus disiapkan untuk pedet. Jagung dan gandum biasanya merupakan
komponen utama dari calf starter. Starter mengandung sumber protein tinggi plus mineral dan
vitamin.
Sejak disapih (12 minggu) hingga umur 1 tahun. Selama periode ini, sapi dara diberi makan
hijauan free choicedan butiran/konsentrat terbatas. Sapi dara, umur 1 tahun - 2 bulan sebelum
beranak pada umur 2 tahun. Bila tersedia hijauan kualitas tinggi, dapat menjadi satu satunya bahan
pakan untuk sapi dara umur 1 tahun (tanpa konsentrat), dilengkapi dengan mineral mix yang
disediakan free choice (adlibitum). Jumlah konsentrat yang diberikan sebelum beranak akan
dipengarui oleh: kualitas hijauan, ukuran dan kondisi sapi dara. Sebagai patokan beri konsentrat
1% dari bobot badan mulai 6 minggu sebelum beranak. Ransum perlu cukup protein, mineral, dan
vitamin. Kelebihan konsumsi garam akan menyebabkan bengkak ambing, perlu dicegah pada 2
minggu terakhir sebelum beranak. Hijauan dapat diberikan sekitar 10 % dari berat badan.
Sedangkan pemberian konsentrat berkisar antara 2 - 4 kg tergantung dari kualitas hijauan yang
diberikan dan berat badan sapi.
DAFTAR PUSTAKA

Andaruiswowo, Sapta. 2014. Agribisnis Ternak Perah. Jenggala Pustaka Utama. Surabaya

Aminah, Siti. et.all. 2019. Penerapan good dairy farming practice (gdfp) dan pendapatan usaha
ternak sapi perah kemitraan dan mandiri. Jurnal JSEP. Vol. 12. No. 3. Hal: 34-48. Prodi
Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.

Purwanto, Herry. et.all. 2006. Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Sapi Perah. Jurnal. Balai Penelitian
Ternak. Bogor.

Resla, M.S. et. al. 2019. Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Friesian Holstein Di Balai Besar
Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu. Jurnal Tropika. Vol. 7. No. 1. Hal: 222-230. Prodi
Sarjana Peternakan. fakultas Peternakan. Universitas Udayana. Bali.

Suherman, Dadang. 2015. Respon Fisiologis Sapi Perah Dara Fries Holland yang Diberi
Konsentrat dengan Tingkat Energi Berbeda. urnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No
1. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Sutomo, Syawal. et.all. 2013. Studi Hubungan Respon Ukuran Tubuh dan Pemberian Pakan
Terhadap Pertumbuhan Sapi Pedet Dan Dara Pada Lokasi Yang Berbeda. Jurnal JITP.
Vol. 2 No. 3. Hal: 175-188. Jurusan Prodi Ternak Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Puspa, Tasya Tiara. 2020. Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara Dan Induk Kering Di BBPTU-
HPT Baturaraden Jawah Tengah. Artikel Penelitian. Teknologi Dan Manajemen Ternak
Sekolah Vokasi. Institut Pertanian Bogor.

http://dkpp.jabarprov.go.id/post/444/manajemen-pemeliharaan-dan-pakan-pembesaran-sapi-
perah (Di akses tanggal 28 November 2021 pukul 22.00 Wita di Makassar).

Anda mungkin juga menyukai