Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FISIOLOGI LINGKUNGAN PETERNAKAN

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS


TERNAK AYAM BROILER

Disusun untuk memnuhi tugas mata kuliah Fisiologi Lingkungan Peternakan


Dosen Pengampu

Dr. Dra. R. R. Endang Widiastuti Retno Kawuri, M.Si.

Disusun Oleh :

Muflik Shofian Affandy

23010119130249

Peternakan C

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa,
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
dengan judul “ Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Produktivitas Ternak Ayam
Broiler”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. R. R. Endang


Widiastuti Retno Kawuri, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah fisiologi
lingkungan peternakan yang telah berkenan memberikan izin dalam penyusunan
makalah “Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Produktivitas Ternak Ayam
Broiler” ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Penulis juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Demikian yang dapat kami
sampaikan, terimakasih.

Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Boyolali, 14 September 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam broiler merupakan jenis ayam dari budidaya teknologi peternakan


yang mempunyai karakteristik spesial pertumbuhan yang cepat, menjadi produsen
daging menggunakan konversi pakan yang rendah dan siap dipotong dalam usia
28-45 hari. Beternak ayam broiler banyak aspek yang perlu diperhatikan
diantaranya pemberian pakan yang seimbang dan suhu kandang yang sesuai.
Broiler mempunyai kelebihan dan kelemahan, dagingnya empuk, berukuran badan
besar, bentuk dada lebar, serta pertumbuhannya yang lebih cepat merupakan
kelebihan broiler, sedangkan kelemahannya merupakan memerlukan
pemeliharaan secara intensif dan cermat, lebih peka terhadap suatu infeksi
penyakit dan sulit beradaptasi (Turesna et al, 2020). Selama ayam mengalami
suhu panas maka komsumsi pakan berkurang dan komsumsi air bertambah
sehingga mengganggu pertumbuhan ayam tersebut.

Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, hal tersebut


menyebabkan perbedaan suhu udara antara siang dan malam hari yang cukup
tinggi berkisar antara 3-5 °C dengan kisaran suhu udara 26-32 °C sedangkan suhu
udara optimal untuk pemeliharaan broiler agar dapat berproduksi dengan baik
adalah 21-22 °C (Cahyadi et al, 2017). Lingkungan memiliki andil yang besar
(70%) dalam menentukan performa, kisaran suhu udara lingkungan yang nyaman
O
bagi ayam untuk hidup berkisar antara 18-22 C. Tingginya suhu udara
lingkungan merupakan salah satu masalah dalam pencapaian performa broiler
yang kurang optimal. Broiler akan mengalami stress pada suhu udara yang tinggi,
yang akan mempengaruhi penurunan konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan
bobot tubuh (Rokhana dan Khusbana, 2018).
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh suhu lingkungan terhadap produktivitas ayam broiler ?

2. Pengaruh apa saja yang ditimbulkan dari suhu terhadap ayam Broiler ?

3. Bagaimana respon tubuh ternak terhadap suhu lingkungan ?

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap ayam broiler.

2. Mengetahui efek yang ditimbulkan dari suhu lingkungan.

3. Mengetahui respon tubuh ternak terhadap suhu lingkungan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan ayam broiler, selain memperhatikan faktor bibit (genetik) perlu


diperhatikan faktor lingkungan (Qurniawan et al, 2016). Ayam yang dipelihara
dalam suhu udara yang tepat penampilannya lebih baik daripada ayam yang
dipelihara dalam suhu udara yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Suhu
udara optimum bagi pertumbuhan ayam broiler merupakan 21 oC. Indonesia
termasuk wilayah beriklim tropis yang memiiki suhu udara harian 25,2-27,9 oC.
Tentunya suhu udara tersebut melebihi suhu udara rata-rata untuk kebutuhan
pertumbuhan ayam pedaging oleh karena itu perlunya mencari lokasi peternakan
yang berada di dataran lebih tinggi supaya suhu udara kandang ayam tidak jauh
dari kebutuhan optimumnya (Yusuf et al, 2018). Suhu udara adalah faktor
lingkungan yang sangat berpengaruh dalam industri broiler.

Ayam tidak perlu untuk mengeluarkan tenaga lebih ketika suhu


lingkungan normal sehingga komsumsi pakan akan lebih efisien.
Menyeimbangkan produksi panas menggunakan hilangnya panas, memakai
bantuan indera-indera fisik dan mengubah sifat insulatif bulu merupakan cara
ayam untuk mengatasi suhu tinggi. Suhu lingkungan yang tinggi adalah faktor
yang menghambat laju produksi ayam, karena secara langsung mengakibatkan
turunnya komsumsi pakan sehingga terjadi defisiensi zat-zat makanan (Sawadi
dan Hafid, 2016).
BAB III
PEMBAHASAN

Pemeliharaan ternak memiliki banyak faktor utuk mununjang keberhasilan


dalam beternak apapun komoditas ternaknya. Kerugian yang banyak dialami oleh
peternak kebanyakan disebabkan oleh suhu lingkungan yang tinggi. Kondisi
tersebut langsung memberikan dampak fisiologis dan produktivitas ayam yang
negatif. Habiburahman et al, (2018) mengatakan bahwa memasuki usia tiga
minggu ayam akan sulit beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Isroli
dan Wahyuni, (2017) menyatakan bahwa cekaman panas yang terus menerus akan
memengaruhi kondisi fisiologis pada ternak ayam broiler tersebut.

Ayam akan menunjukkan perilakunya Ketika tubuhnya mengalami kondisi


yang tidak umum, Suhu yang terlalu dingin akan mengakibatkan anak ayam
bergerombol mendekati heater dan malas beraktivitas, termasuk makan juga
minum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lollieta (2019) yang menyatakan
bahwa ketika ayam mulai malas makan tetapi banyak minum itu menunjukkan
bahwa pertumbuhan ayam sedang terganggu. Kondisi ini mengakibatkan
pertumbuhan ayam terhambat. Selain itu, secara fisiologis suhu dingin bisa
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah paru-paru sebagai akibatnya kerja
paru paru terganggu. Hapsari (2016) menyatakan bahwa Secara fisiologis suhu
dingin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah paru-paru dan memicu
terjadi hidrops ascites (perut kembung).

Suhu terlalu panas pula akan mengakibatkan dampak merugikan bagi anak
ayam, Udjianto dan Pustaka (2016) menyatakan bahwa apabila suhu terlalu panas,
anak ayam akan menjauhi heater dan mencari lokasi yang lebih dingin
menggunakan aliran udara yang lebih banyak. Ayam pula akan melakukan
panting (terengah-engah), mempertinggi konsumsi minum dan mengurangi
konsumsi ransum. Setiawan et al,(2016) menyatakan bahwa panting
menyebabkan penurunan kadar konsentrasi CO2 dalam darah ternak. Penurunan
konsumsi ransum akan mengakibatkan asupan nutrisi pada tubuh berkurang
sebagai akibatnya pertumbuhannya terhambat.

Sumber : Gunawan, 2014

Suhu lingkungan yang tinggi sebanding dengan naiknya suhu tubuh ayam.
Peningkatan fungsi organ tubuh dan indera pernafasan adalah bentuk dari aktifitas
metabolisme basal dalam suhu lingkungantinggi sebagai naik. Meningkatnya laju
metabolism basal, disebabkan oleh bertambahnya penggunaan tenaga akibat
bertambahnya frekuensi pernafasan, kerja jantung sertabertambahnya peredaran
darah periferi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pratama et al, (2016) yang
meyatakan bahwa Peningkatan fungsi organ tubuh dan alat pernafasan merupakan
akibat dari aktifitas metabolism basal pada suhu lingkungan tinggi. Astuti et al
(2016) menyatakan bahwa Metabolisme Basal adalah jumlah panas yang
dihasilkan pada saat ternak pada saat pengaruh ransum, suhu sekeliling dan
aktivitas bebas diabaikan atau jumlah panas yang dihasilkan pada saat berpuasa.
Melihat hasil tersebut, nampak bahwa dalam suhu lingkungan yang tinggi
pada atas thermoneutral akan mengakibatkan kebutuhan tenaga lebih tinggi.
Tetapi demikian, menggunakan adanya heat increament. Hadisutanto et al(2018)
menyatakan bahwa suatu energy yang dibutuhkan ternak dalam proses pencernaan
pakan yang berada dalam saluran pencernaan disebut Hear increment. Menjadi
akibat pencernaan pakan dan metabolisme zat-zat pakan, akan menyebabkan
beban panas bagi ayam dan akhirnya aktifitas metabolisme dapat berkurang.
Berkurangnya aktifitas metabolisme lantaran suhu lingkungan yang tinggi, bisa
dipandang manifestasinya berupa menurunnya aktifitas makan dan minum.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Ayam broiler meruapakan komoditas yang spesial dalam ternak, dengan


pemeliharaan yang tepat ternak ayam broiler akan menguntungkan, tetapi banyak
aspek yang perlu diperhatikan karena pemeliharaan ayam broiler yang sangat
intensif dan diperoleh suhu optimal ayam broiler akan pertumbuhannya optimal
yaitu 21-22 oC dimana kondisi lingkungan memiliki peran yang besar dalam
pertumbuhan setelah itu baru nutrisi yang diberikan terhadap ayam broiler
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R. D., Wahyono, F., & Mangisah, I. (2016). PENGARUH


PEMBERIAN ADITIF CAIR BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)
TERHADAP KECERNAAN PROTEIN, ENERGI METABOLIS DAN PRODUKSI
TELUR BURUNG PUYUH (Doctoral dissertation, Fakultas Peternakan &
Pertanian Undip).
CAHYADI, A. N., Suprijatna, E., & Sunarti, D. (2017). PENGARUH
PEMBERIAN LIMBAH PADAT INDUSTRI JAMU SEBAGAI ADITIF PAKAN
DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI KARKAS DAN LEMAK
ABDOMINAL AYAM BROILER (Doctoral dissertation, Faculty of Animal and
Agricultural Sciences).
Gunawan, S. D. (2004). Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap kondisi
fisiologis dan produktivitas ayam buras. Wartozoa, 14(1), 31-38.

Habiburahman, R., Darwati, S., & Sumantri, C. (2018). Pola pertumbuhan


ayam silangan pelung sentul kampung ras pedaging (IPB D-1) G4 umur 1-12
minggu. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 6(3), 81-89.

Hadisutanto, B., Badewi, B., & Absari, W. W. (2018). KECERNAAN


SERAT KASAR KAMBING KACANG JANTAN PADA KONDISI
LINGKUNGAN YANG BERBEDA DI LAHAN KERING KEPULAUAN.
PARTNER, 23(2), 657-661.

Hapsari, I. N. (2016). Perbedaan Sistem Brooding Konvensional dan Sistem


Brooding Thermos Terhadap Respon Fisiologis Broiler.

Isroli, I., & WAHYUNI, H. I. (2017). Evaluasi Laju Metabolisme dan


Konsumsi Oksigen Ayam Broiler Pada Umur Fisiologis Berbeda (Doctoral
dissertation, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).
Lolieta, S. (2019). Pola Produksi dan Tingkat Keuntungan pada Usaha
Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri Di Kecamatan
Payakumbuh Selatan Kota Payakumbuh (Doctoral dissertation, Universitas
Andalas).
Pratama, T. A. I. P., Yani, A., & Afnan, R. (2016). Pengaruh Perbedaan
Transportasi Sistem M-CLOVE dengan Konvensional dan Jenis Kelamin terhadap
Respon Fisiologis Ayam Broiler. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan, 4(1), 204-211.
Qurniawan, A., Arief, I. I., & Afnan, R. (2016). Performans produksi ayam
pedaging pada lingkungan pemeliharaan dengan ketinggian yang berbeda di
Sulawesi Selatan. Jurnal Veteriner, 17(4), 622-633.
Rokhana, E., & Khusbana, A. (2018). PENGARUH PERBEDAAN SUHU
KANDANG SERTA PENAMBAHAN LARUTAN ELEKTROLIT BERBAHAN
DASAR AIR KELAPA TERHADAP PERFORMA AYAM PEDAGING. Jurnal
Ilmiah Fillia Cendekia, 3(1), 45-50.

Sawadi, M., & Hafid, H. (2016). Pengaruh Bobot Potong dan Pakan
Komersial terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Peternakan Tropis, 3(3), 47-56.

Setiawati, T., Afnan, R., & Ulupi, N. (2016). Performa produksi dan
kualitas telur ayam petelur pada sistem litter dan cage dengan suhu kandang
berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 4(1), 197-203.

Turesna, G., Andriana, A., Rahman, S. A., & Syarip, M. R. N. (2020).


Perancangan dan Pembuatan Sistem Monitoring Suhu Ayam, Suhu dan
Kelembaban Kandang untuk Meningkatkan Produktifitas Ayam Broiler. Jurnal
TIARSIE, 17(1), 33-40.

Udjianto, A., & Pustaka, A. (2016). Beternak Ayam Kampung Paling


Unggul: Pedaging & Petelur KUB. AgroMedia.
Yusuf, R. M., Rusmayanti, N. T., & Sinaga, S. (2018, December).
PENGARUH KETINGGIAN WILAYAH TERHADAP INDEKS PRESTASI,
EFISIENSI PAKAN, KONVERSI PAKAN, DAN TINGKAT MORTALITAS
AYAM BROILER. In PROSIDING SEMINAR TEKNOLOGI AGRIBISNIS
PETERNAKAN (STAP) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN (Vol. 6, pp. 296-296).

Anda mungkin juga menyukai