SKRIPSI
Oleh:
FITRIAH
I 111 08 260
i
PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI BALI PADA
SKRIPSI
Oleh:
FITRIAH
I 111 08 260
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Nama : Fitriah
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil
dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan atau dikenakan
TTD
Fitriah
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Prof. Dr. Ir. H. Sjamsuddin Garantjang, M. Sc Dr. Ir. Rr. Sri Rachma A.B., M. Sc
NIP. 19510707 1976021 1 001 NIP. 19680425 199403 2 002
Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc
NIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19641231 198903 1 025
iv
ABSTRAK
FITRIAH ( I 111 08 260), Pertambahan Berat Badan Sapi Bali pada Umur Berbeda yang
Dipelihara Secara Intensif. Dibimbing oleh Sjamsuddin Garantjang sebagai
pembimbing utama dan Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati sebagai pembimbing
anggota.
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pertambahan berat badan sapi
Bali pada umur berbeda yang dipelihara secara intensif. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan yaitu U1 ( umur 1,5 - ≤ 2 tahun) , U2
(umur 2 - ≤ 2,5 tahun) dan U3 (umur 2,5 - ≤ 3 tahun) dan 5 ulangan. Materi penelitian
adalah sapi Bali jantan sebanyak 15 ekor. Pakan yang digunakan terdiri dari silase
jagung dan konsentrat yang terdiri dari dedak padi 35%, molasses 10 %, pollar 15%,
jagung 25%, biji kapok 10%, cattle mix 3%, urea 2 % dan air. Hasil penelitian adalah
umur ternak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan umur ideal untuk
penggemukan sapi Bali pada umur 2,5 – ≤ 3 tahun.
Kata Kunci : Pertambahan berat badan, sapi Bali, umur.
v
ABSTRACT
Fitriah (I 111 08 260), The weight gain of Bali cattle at different ages reared intensively.
Supervised by Sjamsuddin Garantjang as supervisor and Rr. Sri Rachma Aprilita
Bugiwati as co- supervisor.
A study has been conducted to know the weight gain of Bali cattle at different
ages that were reared intensively. This study used completely randomized design (CDR),
under 3 treatments that are U1 ( 1,5 - ≤ 2 years of ages), U2 ( 2 - ≤ 2,5 years of ages), U3
( 2,5 - ≤ 3 years of ages) and 5 replications. Material research were 15 heads of Bali
cattle. Feed consisted of corn silage and concentrate ( 35 % of rice brand, 10% of
molasses, 15% of pollar, 25% of corn, 10 % of kapok seeds, 3% of cattlemix, 2% of urea
and water. The results showed that the weight gain of Bali cattle were affected by the age
of cattle and the age of 2,5 - ≤ 3 years were the ideal ages for fattening.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Skripsi dengan
judul ” Pertambahan Berat Badan Sapi Bali pada Umur Berbeda yang Dipelihara
Secara Intensif.”. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
1. Prof. Dr. Ir. Sjamsuddin Garantjang, M. Sc selaku Pembimbing Utama dan ibu
Dr. Ir. Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati, M. Sc selaku Pembimbing Anggota, atas
segala bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saran-
saran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan
ini pula penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekeliruan yang
2. Kedua Orang Tuaku Ayahanda Baco Daeng Naba dan ibunda Daeng Simba serta
saudaraku Tajuddin, Kamariah, SE, keluarga besarku yang terus mendidik dan
mendukung baik materil maupun moril serta atas segala limpahan doa, kasih sayang,
kesabaran, pengorbanan, dan segala bentuk motivasi yang telah diberikan tanpa henti
kepada penulis.
vii
3. Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M. Sc, sebagai Penasehat Akademik penulis dari tahun
2008 hingga selesai, yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang sangat
Universitas Hasanuddin, dan Bapak dan wakil Dekan I, II, III, yang telah
5. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc selaku Ketua Jurusan Produksi Ternak
beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Produksi Ternak atas segala bantuan kepada
7. Saudaraku ”Bakteri 08”, Junaedi, S.Pt, Januarti, S. Pt, , St. Chadijah, S.Pt,
Asrullah, S.Pt, Khaeriah Nur, S.Pt, Musdalifa, S. Pt, Erda, Tari, Ila, Hafsah,
Fika, Jernih, Indah, Feby, Citta, Marlina, Ippank, Abid, Paduppa, Swador,
Upri, Rahmat, Alyu, Adi, Asdar, Anjar, Baim, Sumarlin, Akbar terima kasih
telah meluangkan waktunya dan telah memberi motivasi dan bersedia membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
8. Teman penelitian Sri arwita dan Jumiati yang telah membangun kerja sama yang
9. Kepada Pimpinan PT. Tata Hidup Cemerlang Kabupaten Takalar beserta para
karyawan dan peternaknya yang telah membantu dalam penelitian dan memberi
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi
semuanya telah penulis lakukan dengan sebaik-baiknya demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
Penulis
Fitriah
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
x
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................. 22
Saran ............................................................................................................ 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 27
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang penting dalam memilih ternak yang akan
digemukkan adalah umur karena umur erat kaitannya dengan tingkat produksi,
efisiensi produksi, laju pertumbuhan, dan nilai jual hasil penggemukan dan
perilaku konsumen. Seperti hewan lainnya, ternak sapi juga memiliki fase-fase
jaringan otot (daging) dan fase pertumbuhan lemak (Anonim, 2012). Umur
Pertumbuhan ternak sapi Bali mulai pada umur diatas 1 tahun dan berakhir pada
umur 3 tahun dimana kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya
penampilan fisik dan bobot hidupnya. Pengukuran bobot badan dan pertambahan
bobot badan sangat umum dilakukan untuk kegiatan penelitian, tetapi kurang
berkolerasi positif dengan keempukan daging yang dihasilkan artinya makin tua
ternak sudah dapat dipastikan dagingnya akan lebih alot. Hal ini juga dapat
1
mengurangi minat dari konsumen untuk membelinya sehingga kita perlu
mengetahui umur ternak yang akan digemukkan agar pertambahan berat badannya
Penyebab utama rendahnya produktivitas dari ternak sapi Bali adalah pola
tradisional serta manajemen ternak yang rendah dan kurang terarah, dimana
pertambahan berat badan sapi Bali pada umur berbeda yang dipelihara secara
intensif.
Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi tentang umur
2
TINJAUAN PUSTAKA
dapat dinyatakan dengan panjang, volume atau massa. Pertumbuhan dapat dinilai
sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot yang terjadi pada
peningkatan yang proposional dari bobot tubuh karena bobot tubuh merupakan
fungsi dari volume (Rianto dan Purbowati, 2011). Sri Rachma (2007)
melalui pengukuran pada tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada. Kombinasi
tubuh hewan sebagai akibat adanya kecepatan pertumbuhan relatif yang berbeda
antara berbagai ukuran tubuh. Fenomena pertumbuhan ini dapat dilihat dari
dini. Dengan demikian, pola pertumbuhan ternak dapat diduga atas dasar
Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa dan jenis
3
kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang
dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Laju pertambahan
bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh
puncaknya juga akan baik (Tomaszewska, Mastika, Djaja Negara, Gardiner, dan
Wiradarya, 1993).
Kurva hubungan antara bobot badan dengan umur adalah suatu bentuk S
(sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat
dengan meningkatnya umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksplosif, kemudian
akhirnya ada satu fase dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah. Proses
pertumbuhan ternak sapi dilukiskan dalam kurva berbentuk seperti huruf ”S”
berjalan lambat, dan menjadi agak cepat pada saat menjelang saat kelahiran.
Sesudah pedet lahir pertumbuhan menjadi semakin cepat, hingga usia penyapihan
dan usia pubertas. Akan tetapi dari usia pubertas hingga usia jual, lajunya mulai
menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa dan akhirnya
4
3. Laju pertumbuhan relatif (relative growth rate) adalah kecepatan tumbuh
absolut dibagi dengan setengah jumlah bobot badan awal dan bobot badan
pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi
nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim (Rianto dan Purbowati, 2011).
membutuhkan lebih sedikit makanan dibandingkan yang lebih tua untuk setiap
unit pertumbuhan bobot badannya. Salah satu faktornya antara lain pertambahan
tulang-tulang dan organ-organ vital, sedangkan hewan yang lebih tua bobot
pertambahan berat badan sapi yang tinggi dan efisiensi dalam penggunaan
ransum. Pertambahan berat badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor terutama
jenis kelamin, jenis sapi, umur, ransum atau pakan yang diberikan dan teknik
5
pengolahannya. Sapi luar negeri pada umumnya mempunyai pertambahan berat
badan yang tinggi dibanding dengan pertambahan berat badan jenis sapi lokal.
Akan tetapi, jenis sapi luar negeri juga lebih membutuhkan ransum yang lebih
banyak dan berkualitas bagus dibanding dengan jenis sapi lokal. Diantara jenis
sapi lokal, sapi Ongole dan sapi Bali mempunyai pertambahan berat badan yang
lebih tinggi. Namun, jenis sapi yang mempunyai pertambahan berat badan yang
lebih tinggi belum tentu akan lebih ekonomis untuk dapat digemukkan. Sapi
yang mempunyai berat badan yang lebih tinggi akan membutuhkan ransum yang
lebih banyak dan lebih berkualitas sehingga biaya ransum menjadi lebih tinggi
Peningkatan bobot badan ini terjadi karena adanya penimbunan lemak dan bukan
mengalami pertumbuhan yang cepat ini akan memberikan dampak yang lebih
ekonomis dan mencegah penimbunan lemak tubuh yang berlebihan karena lemak
yang berlebihan akan menurunkan kualitas daging yang diproduksi (Rianto dan
Purbowati, 2011).
menjadi semakin cepat hingga usia penyapihan. Dari usia penyapihan hingga
puberitas laju pertumbuhan masih bertahan pesat, tetapi dari usia puberitas hingga
usia jual laju pertumbuhan mulai menurun dan terus menurun hingga usia dewasa,
6
Pengaruh Umur Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali
dimana apabila umur meningkat maka batas tertentu ukuran tubuh dan bobot
badan juga meningkat (Abidin, 2002). Pertumbuhan ternak sapi Bali mulai pada
umur diatas 1 tahun dan berakhir pada umur 3 tahun (Suryana, 2009). Dimana
kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar
penambahan massa otot (daging), sapi yang berumur 3 tahun ke atas sudah
muncul gejala perlemakan yang berpengaruh pada nilai jual pemotongan ternak.
Apabila sapi masih dibawah usia ideal penggemukan yaitu dibawah umur 1 tahun
biasanya lebih lambat proses penggemukannya dan memerlukan waktu yang lebih
lama karena selain bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan
resiko penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi tempat
yang baru, pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit (Arianto,
2006).
berjalan lambat lalu cepat disekitar umur dewasa kelamin (15- 18 bulan) dan
2002 ).
7
Sebagian besar jenis ternak memiliki garis pertumbuhan yang berbeda satu
sama lain karena potensi pertumbuhannya masing- masing tidak sama. Namun,
akan menampilkan proses pertumbuhan yang secara umum sama yaitu pada
Pengaruh faktor lingkungan antara lain terdiri atas pakan, teknik pemeliharaan,
pengaruh yang paling besar (60%), besarnya pengaruh pakan ini membuktikan
bahwa produksi ternak yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa pemberian pakan
tergantung pada berat ternak, fase pertumbuhan atau reproduksi dan laju
Pakan Komplit
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak, berupa
bahan organik maupun anorganik yang sebagian maupun seluruhnya dapat dicerna
serta tidak menganggu kesehatan ternak. Pakan yang baik berpengaruh positif
terhadap pertambahan bobot badan, selain itu pakan merupakan faktor terpenting
digolongkan menjadi dua macam yaitu pakan kasar (hijauan) dan konsetrat.
Pakan kasar adalah pakan yang mengandung serat kasar 18 %, jenis pakan kasar
8
konsentrat adalah bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%,
dimana konsentrat mudah dicerna dan merupakan sumber zat pakan utama seperti
dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah yang banyak, dibanding dengan pakan
berkualitas rendah. Ternak yang mampu mengkonsumsi pakan yang lebih banyak
ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-
satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi
tanpa tambahan substabsi lain kecuali air (Hartadi, Reksohadiprodjo dan Tillman,
2005). Susetyo (2001) pakan komplit adalah campuran bahan pakan termasuk
hijauan sumber serat kasar dengan proporsi yang seimbang yang diolah dan
dicampur menjadi campuran yang seragam dengan kandungan nutrien yang sesuai
dengan kebutuhan ternak. Keuntungan dari penggunaan pakan komplit antara lain
hijauan dan konsentrat, dapat meningkatkan nilai guna limbah pertanian sebagai
sumber serat, meningkatkan konsumsi bahan pakan yang kurang palatabel serta
9
pemberian pakan hijauan dengan palatabilitas rendah setelah dicampur dengan
menjadi kenyang dan mengurangi debu pada pakan. Hal ini sangat diperlukan
menggunakan bahan baku lokal yang tersedia didalam negeri dan sedikit mungkin
dari jagung giling, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan lain-lain. Sejak awal
penuh dan pakan hijauan diberikan dalam jumlah terbatas (Suryana, 2000).
secara intensif adalah sapi yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak
dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk
meningkatkan berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal. Produktivitas sapi
yang dipelihara secara intensif dapat ditunjang dengan pemberian pakan hijauan
penyakit, penanganan pasca panen dan pemasaran serta jenis bangsa sapi dan
umurnya.
10
Keuntungan penggemukan secara intensif yaitu sapi yang dipelihara
karbohidrat dan lemak, sehingga usaha penggemukan semacam ini bisa dilakukan
dalam kurun waktu lebih pendek (Setiyono, Suryahadi, Torahmat, dan Syarief,
2007).
11
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Juni 2012 di PT. Tata Hidup
Materi Penelitian
Bahan utama penelitian ini adalah sapi Bali jantan berumur antara 1,5 –
≤ 3 tahun, sebanyak 15 ekor. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pakan komplit dengan komposisi : Silase jagung, konsentrat terdiri dari dedak
padi 35%, molasses 10%, pollar 15%, jagung 25%, biji kapok 10%, cattle mix
3%, urea 2% dan air. Dengan kandungan protein pakan yaitu konsentrat 13,43%
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang individu
Rancangan Percobaan
dari 3 perlakuan yaitu umur ternak yang berbeda dengan ulangan masing –
12
U1 : Sapi Bali umur 1,5 - ≤ 2 tahun dengan jumlah 5 ekor
yaitu apabila telah ada gigi tetap 1 pasang diduga ternak sapi berumur 1,5 – 2
tahun, gigi tetap 2 pasang diduga berumur 2 - 2,5 tahun, gigi tetap 3 pasang
Konsumsi Pakan
Prosedur Penelitian
penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal sapi yang akan diteliti,
13
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi jam 08.00 WITA,
siang jam 13.00 WITA dan sore jam 16.00 WITA. Pakan yang terdiri dari 80%
silase jagung dan 20% konsentrat dicampur terlebih dahulu dan ditimbang
sebanyak 10% dari berat badan ternak sapi lalu diberikan pada ternak sedangkan
Pakan yang tersisa ditimbang pada pagi hari berikutnya sebelum diberikan
pakan berikutnya. Konsumsi pakan diketahui dari jumlah pakan yang diberikan
Pembiasaan Bo B1 B2 B3
B4
Keterangan :
B1 = Penimbangan Pertama
B2 = Penimbangan Kedua
B3 = Penimbangan Ketiga
B4 = Penimbangan Keempat
14
Analisis Data
berpengaruh nyata maka diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata
Yij = µ + αi + €ij
Yij = Nilai pengamatan terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertambahan bobot badan harian ternak sapi Bali diperoleh dari hasil
penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi
badan harian (PBBH) sapi Bali pada umur berbeda selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel. 1
Tabel 1. Rataan pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Bali selama
penelitian (kg/ekor/hari)
Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4 5
0, 0, 0,3 0,4 0,4
U1 0,436a
415 530 33 05 95
0, 0, 0,4 0,5 0,5
U2 0,468a
508 218 95 88 33
0, 0, 0,8 0,5 0,6
U3 0,634b
603 558 25 78 05
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P < 0,05).
U1: Sapi Bali umur 1,5 - ≤ 2 tahun; U2: Sapi Bali umur 2 - ≤
2,5 tahun ; U3: Sapi Bali umur 2,5 - ≤ 3 tahun.
pertambahan bobot badan harian. Hal ini disebabkan oleh umur ternak dimana
semakin tinggi umur maka bobot badan semakin tinggi pula. Tomaszewska,
pertambahan bobot badan sapi dipengaruhi oleh umur, bobot badan awal fase
di awal penggemukan baik, maka pertumbuhan sapi hingga puncaknya juga akan
16
baik. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa secara genetik laju
pertumbuhan sapi Bali lebih lambat dari sapi Madura, namun dengan pemberian
pakan berkualitas baik sapi Bali mampu tumbuh dengan pertambahan bobot badan
yang tinggi karena pada umur 2,5 sampai 3 tahun pertumbuhannya sudah
pendapat Arianto (2006) bahwa umur sapi Bali yang ideal untuk digemukkan
adalah umur 2,5 tahun sampai 3 tahun, dimana kondisi sapi sudah mulai maksimal
sedangkan sapi yang berumur 3 tahun keatas sudah mulai muncul gejala
Ditambahkan oleh Bulu, Sasongko, Panjaitan dan sudarto (2004) bahwa respon
sapi harus dikandangkan secara terus menerus dan tidak boleh dipekerjakan
Dalam keadaan normal, bobot badan dewasa akan dicapai pada umur 2 tahun,
17
oleh karena itu faktor umur erat hubungannya dengan bobot badan atau ukuran
tubuh. Menurut Cole (1982) dalam Parulian (2009) bahwa laju pertumbuhan
ternak setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi
Suyasa, Londra, Agastya, Putra, dan Widianta (1999) dengan rataan peningkatan
berat badan harian yang dicapai oleh sapi Bali jantan adalah 0,62 kg/ekor/hari
dengan pakan berupa silase jagung yang difermentasi, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Hamdan (2004) pada sapi Bali dengan pakan konsentrat dan silase
hari. Silase jagung yang difermentasi dapat memberikan pengaruh positif yaitu
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang
jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan . Rataan konsumsi pakan sapi
18
Tabel 2. Rataan konsumsi pakan sapi Bali selama penelitian (kg/ekor/hari)
Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4 5
9,9 14 14 14
U1 9,4 12,682a
7 ,89 ,98 ,17
15, 15 16 16, 17
U2 16,318b
79 ,78 ,07 91 ,04
19, 19 19 18, 18
U3 19,124c
25 ,4 ,69 85 ,43
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01).
U1: Sapi Bali umur 1,5 - ≤ 2 tahun; U2: Sapi Bali umur 2 - ≤
2,5 tahun; U3: Sapi Bali umur 2,5 - ≤ 3 tahun.
kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh konsumsi pakan seekor ternak tergantung
pada kondisi tubuh dan bobot badannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Depison
dan Sumarsono (2001) bahwa semakin tinggi bobot hidup ternak maka semakin
nutrisi, dimana jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada umur, fase
penggemukan, berat badan, oleh karena itu setiap seekor ternak yang berbeda
kondisinya membutuhkan jumlah pakan yang berbeda pula. Hal ini ditambahkan
pula oleh Maynard and Loosli (1969) bahwa makin tinggi bobot badan ternak
maka jumlah konsumsi pakan makin tinggi dan mengakibatkan laju pertumbuhan
yang lebih cepat. Pertambahan bobot hidup sapi Bali dipengaruhi oleh umur,
bobot badan, kualitas pakan dan jumlah konsumsi pakan (Sariubang, Chalidjah,
19
Pada penelitian ini ternak sapi Bali dipelihara secara intensif dan
pemberian pakan sebesar 10 % dari berat badan ternak. Hal ini mendukung
sebanyak 10 % dari berat badannya setiap hari dan konsentrat sekitar 1,5-2% dari
pergerakan berarti penggunaan energi rendah. Kondisi ini memberi dampak pada
penggunaan bahan makanan yang lebih efisien untuk dikonversi menjadi daging
nyata (P < 0,01), dengan uji BNT memperlihatkan bahwa perlakuan U1 berbeda
dengan U2, U2 berbeda dengan U3 dan U1 berbeda dengan U3. Dengan rataan
dan U3 19,124 kg.ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh umur dan bobot badan
dimana semakin tinggi umur maka semakin tinggi pula jumlah konsumsi pakan
pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur ternak, bobot badan,
jumlah pakan yang dikonsumsi dan gerak laju pakan dimana bobot tubuh
berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakan, makin tinggi bobot tubuh makin
20
Pada perlakuan U1 dengan rataan konsumsi pakan 12,682 kg/ekor/hari
mendekati hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryogi (2004) dengan rataan
konsumsi pakan 19,1 kg/ekor/hari dan pertambahan bobot badan harian yang
dicapai 0,64 kg/ekor/hari. Makin tinggi bobot hidup ternak maka kapasitas
lambung dan saluran pencernaan semakin besar sehingga ternak makin banyak
(2007) bahwa semakin tinggi bobot hidup sapi, maka kapasitas lambung dan
21
PENUTUP
Kesimpulan
semakin tinggi umur maka bobot badan sapi Bali semakin meningkat.
2. Semakin tinggi bobot badan ternak maka jumlah konsumsi pakan meningkat.
3. Umur ideal untuk penggemukan sapi Bali adalah pada umur 2,5- 3 tahun.
Saran
terlebih dahulu agar dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, S. dan Rakhmat. 2003. Kajian pertumbuhan sapi Bali yang digembalakan
dengan pakan hijauan lokal. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 28-29 September 2003.
Depison dan T. Sumarsono. 2001. Evaluasi hasil perkawinan induk sapi Bali
dengan beberapa bangsa pejantan di Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten
Bunga Tebso. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. Vol 4 (1): 29-35.
23
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi
Pakan untuk Indonesia. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.
Hamdan, A. 2004. Kinerja sapi Bali dan sapi peranakan Ongole jantan yang diberi
pakan basal jerami jagung fermentasi dengan suplementasi konsentrat. Thesis
S-2. Pascasarjana Ilmu Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mariyono dan E. Romjali. 2007. Petunjuk teknis teknologi inovasi ‘pakan murah’
untuk usaha pembibitan sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Jakarta.
Parulian, S. T. 2009. Efek pelepah daun kelapa sawit dan limbah industri sebagai
pakan terhadap pertumbuhan sapi peranakan Ongole pada fase pertumbuhan.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Rahim, L. 2005. Pengaruh bangsa terhadap berat sapih dan pertambahan bobot
badan sapi pada feedlot. Bulletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin,Vol. IX (1):33-40.
24
Saragih, B. 2000. Kebijakan pengembangan agribisnis di Indonesia berbasiskan
bahan baku lokal. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.
Bogor, 1-2 Desember 2000.
Sri Rachma. 2007. Pertumbuhan dimensi tubuh pedet jantan sapi Bali di
kabupaten Bone dan Barru Sulawesi Selatan. Jurnal Sains dan Teknologi.
Fakultas Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Vol. 7(2): 103–108.
Suryadi, C. 2006. Pengaruh rasio penggunaan kulit jagung dan jerami jagung
sebagai sumber serat dalam pakan komplit terhadap produksi gas dan
kecernaan residu secara invitro. Skripsi. Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
25
Waruwu, E. 2002. Pengaruh suplementasi probiotik BIO-SF2 pada pakan limbah
kelapa sawit terhadap karkas dan panjang usus pada Domba Sei Putih dan
Domba Lokal Sumatera. Skripsi. Jurusan Peternakan Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Wello, B. 2007. Bahan Ajar Manajemen Ternak Potong dan Kerja. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Widiyazid. I. K., I. A. Parwati, N. Suyasa, M. Londra, K. Tri Agastya, A. A. G. A.
Putra, dan G. M. Widianta. 1999. Pengkajian sistem usaha pertanian sapi
potong berbasis ekoregional lahan kering. Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian (IP2TP) Denpasar.
26
LAMPIRAN
Penimbangan
Perlakuan
Bo BI B2 B3 B4
U1 117,2 ± 21,25 122,8 ± 24,02 126,4 ± 24,23 136 ± 22,88 141,9 ± 23,65
U2 153,1 ± 4,42 161,4 ± 7,37 165,7 ± 6,70 174 ± 7,87 179,7 ± 9,83
U3 178,6 ± 7,89 189,5 ± 4,92 194,9 ± 4,85 204 ± 6,16 213,3 ± 8,90
27
Lampiran 4. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Pada Umur
Berbeda.
Multiple Comparisons
Dependent Variable:pbb
28
Lampiran 5. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Sapi Bali Pada Umur Berbeda.
Multiple Comparisons
Dependent Variable:konsumsi
Mean 95% Confidence Interval
(J)
(I) perlakuan Difference (I- Std. Error Sig.
perlakuan Lower Bound Upper Bound
J)
LSD U1 U2 -3.6360* 1.04829 .005 -5.9200 -1.3520
U3 -6.4420* 1.04829 .000 -8.7260 -4.1580
U2 U1 3.6360* 1.04829 .005 1.3520 5.9200
U3 -2.8060* 1.04829 .020 -5.0900 -.5220
U3 U1 6.4420* 1.04829 .000 4.1580 8.7260
U2 2.8060* 1.04829 .020 .5220 5.0900
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2.747.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
29
Lampiran 5. Dokumentasi pada saat penelitian.
Konsntrat
30
RIWAYAT HIDUP
Neg. 1 Bontomarannu dan selesai pada tahun 2005 dan melanjutkan pendidikan
di sekolah menengah atas di SPP Negeri Rappang Kabupaten Sidrap dan selesai
pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan disalah satu perguruan tinggi
tepatnya di Universitas Hasanuddin pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN dan
31