Anda di halaman 1dari 44

PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI BALI PADA

UMUR BERBEDA YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

SKRIPSI

Oleh:

FITRIAH
I 111 08 260

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK


JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

i
PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI BALI PADA

UMUR BERBEDA YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

SKRIPSI

Oleh:

FITRIAH
I 111 08 260

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK


JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fitriah

NIM : I 111 08 260

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil

dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan atau dikenakan

sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan sepenuhnya.

Makassar, Januari 2013

TTD

Fitriah

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pertambahan Berat Badan Sapi Bali Pada Umur


Berbeda Yang Dipelihara Secara Intensif.
Nama : Fitriah
No. Pokok : I 111 08 260
Program Studi : Produksi Ternak
Jurusan : Produksi Ternak
Fakultas : Peternakan

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Sjamsuddin Garantjang, M. Sc Dr. Ir. Rr. Sri Rachma A.B., M. Sc
NIP. 19510707 1976021 1 001 NIP. 19680425 199403 2 002

Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Produksi Ternak

Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc
NIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19641231 198903 1 025

Tanggal Lulus : 21 Januari 2013

iv
ABSTRAK

FITRIAH ( I 111 08 260), Pertambahan Berat Badan Sapi Bali pada Umur Berbeda yang
Dipelihara Secara Intensif. Dibimbing oleh Sjamsuddin Garantjang sebagai
pembimbing utama dan Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati sebagai pembimbing
anggota.
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pertambahan berat badan sapi
Bali pada umur berbeda yang dipelihara secara intensif. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan yaitu U1 ( umur 1,5 - ≤ 2 tahun) , U2
(umur 2 - ≤ 2,5 tahun) dan U3 (umur 2,5 - ≤ 3 tahun) dan 5 ulangan. Materi penelitian
adalah sapi Bali jantan sebanyak 15 ekor. Pakan yang digunakan terdiri dari silase
jagung dan konsentrat yang terdiri dari dedak padi 35%, molasses 10 %, pollar 15%,
jagung 25%, biji kapok 10%, cattle mix 3%, urea 2 % dan air. Hasil penelitian adalah
umur ternak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan umur ideal untuk
penggemukan sapi Bali pada umur 2,5 – ≤ 3 tahun.
Kata Kunci : Pertambahan berat badan, sapi Bali, umur.

v
ABSTRACT

Fitriah (I 111 08 260), The weight gain of Bali cattle at different ages reared intensively.
Supervised by Sjamsuddin Garantjang as supervisor and Rr. Sri Rachma Aprilita
Bugiwati as co- supervisor.

A study has been conducted to know the weight gain of Bali cattle at different
ages that were reared intensively. This study used completely randomized design (CDR),
under 3 treatments that are U1 ( 1,5 - ≤ 2 years of ages), U2 ( 2 - ≤ 2,5 years of ages), U3
( 2,5 - ≤ 3 years of ages) and 5 replications. Material research were 15 heads of Bali
cattle. Feed consisted of corn silage and concentrate ( 35 % of rice brand, 10% of
molasses, 15% of pollar, 25% of corn, 10 % of kapok seeds, 3% of cattlemix, 2% of urea
and water. The results showed that the weight gain of Bali cattle were affected by the age
of cattle and the age of 2,5 - ≤ 3 years were the ideal ages for fattening.

Keywords: Weight Gain, Bali cattle, age.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya

sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Skripsi dengan

judul ” Pertambahan Berat Badan Sapi Bali pada Umur Berbeda yang Dipelihara

Secara Intensif.”. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis hanturkan

dengan penuh rasa hormat kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sjamsuddin Garantjang, M. Sc selaku Pembimbing Utama dan ibu

Dr. Ir. Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati, M. Sc selaku Pembimbing Anggota, atas

segala bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saran-

saran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan

ini pula penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekeliruan yang

telah penulis lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja.

2. Kedua Orang Tuaku Ayahanda Baco Daeng Naba dan ibunda Daeng Simba serta

saudaraku Tajuddin, Kamariah, SE, keluarga besarku yang terus mendidik dan

mendukung baik materil maupun moril serta atas segala limpahan doa, kasih sayang,

kesabaran, pengorbanan, dan segala bentuk motivasi yang telah diberikan tanpa henti

kepada penulis.

vii
3. Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M. Sc, sebagai Penasehat Akademik penulis dari tahun

2008 hingga selesai, yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang sangat

berarti bagi penulis dalam menyelesaikan semua perkuliahan sampai selesai.

4. Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M. Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, dan Bapak dan wakil Dekan I, II, III, yang telah

menyediakan fasilitas kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc selaku Ketua Jurusan Produksi Ternak

beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Produksi Ternak atas segala bantuan kepada

penulis selama menjadi mahasiswa.

6. Semua Dosen-Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah

memberi ilmunya kepada penulis.

7. Saudaraku ”Bakteri 08”, Junaedi, S.Pt, Januarti, S. Pt, , St. Chadijah, S.Pt,

Asrullah, S.Pt, Khaeriah Nur, S.Pt, Musdalifa, S. Pt, Erda, Tari, Ila, Hafsah,

Fika, Jernih, Indah, Feby, Citta, Marlina, Ippank, Abid, Paduppa, Swador,

Upri, Rahmat, Alyu, Adi, Asdar, Anjar, Baim, Sumarlin, Akbar terima kasih

telah meluangkan waktunya dan telah memberi motivasi dan bersedia membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih

atas waktu dan bantuannya.

8. Teman penelitian Sri arwita dan Jumiati yang telah membangun kerja sama yang

baik selama penelitian.

9. Kepada Pimpinan PT. Tata Hidup Cemerlang Kabupaten Takalar beserta para

karyawan dan peternaknya yang telah membantu dalam penelitian dan memberi

kesempatan kepada Penulis untuk mengadakan penelitian .

viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi

semuanya telah penulis lakukan dengan sebaik-baiknya demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan

demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi

diri penulis sendiri. Amin.

Makassar, Januari 2013

Penulis

Fitriah

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii

HALAMAN KEASLIAN ...................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

ABSTRACT ........................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Sapi Bali ................................................................................. 3


Pertambahan Bobot Badan............................................................................ 5
Pengaruh Umur Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali ....................................... 7
Pakan Komplit .............................................................................................. 8
Pemeliharaan Secara Intensif ........................................................................ 10

METODE PENELITIAN ................

Waktu dan Tempat ........................................................................................ 12


Materi Penelitian ........................................................................................... 12
Rancangan Percobaan .................................................................................. 12
Peubah yang Diukur ...................................................................................... 13
Prosedur Penelitian ...................................................................................... 13
Analisis Data ................................................................................................ 15

x
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ................................................. 16


Konsumsi Pakan .......................................................................................... 18

PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................. 22
Saran ............................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

LAMPIRAN .......................................................................................................... 27

RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Sapi Bali Selama


Penelitian .................................................................................................... 16
2. Rataan Konsumsi Pakan Sapi Bali Selama Penelitian .............................. 19

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Selama Penelitian


(kg/ekor/hari) ….. ................................................................................................... 27
2. Rataan Konsumsi Pakan Sapi Bali Selama Penelitian (kg/ekor/hari) ….. .............. 27
3. Rata-Rata Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Setiap Penimbangan
Selama penelitian (kg)….. ....................................................................................... 27
4. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali pada Umur
Berbeda ….. ............................................................................................................. 28
5. Analisa Ragam Konsumsi Pakan Sapi Bali Pada Umur Berbeda ….. .................... 29
6. Dokumentasi Pada Saat Penelitian ….. .................................................................... 30

xiii
PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang penting dalam memilih ternak yang akan

digemukkan adalah umur karena umur erat kaitannya dengan tingkat produksi,

efisiensi produksi, laju pertumbuhan, dan nilai jual hasil penggemukan dan

perilaku konsumen. Seperti hewan lainnya, ternak sapi juga memiliki fase-fase

dalam perrtumbuhannya yaitu fase pertumbuhan tulang, fase pertumbuhan

jaringan otot (daging) dan fase pertumbuhan lemak (Anonim, 2012). Umur

dalam pemeliharaan ternak mempunyai peranan penting, karena melalui umur

dapat diketahui kapan ternak dapat dikawinkan ataupun digemukkan.

Pertumbuhan ternak sapi Bali mulai pada umur diatas 1 tahun dan berakhir pada

umur 3 tahun dimana kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya

tinggal mengejar penambahan massa otot (daging) (Suryana, 2009).

Pertambahan bobot badan adalah salah satu parameter untuk mengetahui

pertumbuhan sapi selama kurun waktu tertentu dan lama penggemukan

berpengaruh terhadap pertumbuhan atau pertambahan bobot badan harian.

Dengan demikian pertumbuhan ternak dapat diduga dengan memperhatikan

penampilan fisik dan bobot hidupnya. Pengukuran bobot badan dan pertambahan

bobot badan sangat umum dilakukan untuk kegiatan penelitian, tetapi kurang

praktis dilakukan dilapangan, karena pertimbangan teknis kesulitan dalam

penimbangan (Wello, 2007).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa umur potong sapi

berkolerasi positif dengan keempukan daging yang dihasilkan artinya makin tua

ternak sudah dapat dipastikan dagingnya akan lebih alot. Hal ini juga dapat

1
mengurangi minat dari konsumen untuk membelinya sehingga kita perlu

mengetahui umur ternak yang akan digemukkan agar pertambahan berat badannya

maksimal (Rahim, 2005).

Penyebab utama rendahnya produktivitas dari ternak sapi Bali adalah pola

pemeliharaan yang sebagian besar dipelihara oleh masyarakat pedesaan secara

tradisional serta manajemen ternak yang rendah dan kurang terarah, dimana

peternak belum memperhatikan mutu pakan, tata cara pemeliharaan,

perkandangan dan penyakit sehingga pola pertumbuhan ternak pada umur

pertumbuhan kurang optimum. Atas dasar inilah dilakukan penelitian tentang

pertambahan berat badan sapi Bali pada umur berbeda yang dipelihara secara

intensif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui umur pertumbuhan

yang optimum dalam usaha penggemukan sapi Bali.

Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi tentang umur

optimum penggemukan sapi Bali kepada peternak dan peneliti.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Sapi Bali

Pertumbuhan adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang

dapat dinyatakan dengan panjang, volume atau massa. Pertumbuhan dapat dinilai

sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot yang terjadi pada

seekor ternak. Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan

peningkatan yang proposional dari bobot tubuh karena bobot tubuh merupakan

fungsi dari volume (Rianto dan Purbowati, 2011). Sri Rachma (2007)

menyatakan bahwa pertumbuhan tubuh secara keseluruhan umumnya diukur

dengan bertambahnya berat badan sedangkan besarnya badan dapat diketahui

melalui pengukuran pada tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada. Kombinasi

berat dan besarnya badan umumnya dipakai sebagai ukuran pertumbuhan.

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan bentuk dan komposisi

tubuh hewan sebagai akibat adanya kecepatan pertumbuhan relatif yang berbeda

antara berbagai ukuran tubuh. Fenomena pertumbuhan ini dapat dilihat dari

tulang yang merupakan komponen tubuh yang mengalami pertumbuhan paling

dini. Dengan demikian, pola pertumbuhan ternak dapat diduga atas dasar

pengukuran ukuran-ukuran tubuh yang erat kaitannya dengan pertumbuhan

kerangka tubuh ternak (Natasasmita, 1990).

Laju pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi

pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia.

Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa dan jenis

3
kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang

dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Laju pertambahan

bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh

awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa, yaitu apabila

pertumbuhan sapi di awal penggemukan baik, maka pertumbuhan sapi hingga

puncaknya juga akan baik (Tomaszewska, Mastika, Djaja Negara, Gardiner, dan

Wiradarya, 1993).

Kurva hubungan antara bobot badan dengan umur adalah suatu bentuk S

(sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat

dengan meningkatnya umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksplosif, kemudian

akhirnya ada satu fase dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah. Proses

pertumbuhan ternak sapi dilukiskan dalam kurva berbentuk seperti huruf ”S”

kurva ini menunjukkan saat pembuahan berlangsung, dimana kelangsungannya

berjalan lambat, dan menjadi agak cepat pada saat menjelang saat kelahiran.

Sesudah pedet lahir pertumbuhan menjadi semakin cepat, hingga usia penyapihan

dan usia pubertas. Akan tetapi dari usia pubertas hingga usia jual, lajunya mulai

menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa dan akhirnya

pertumbuhannya berhenti (Lawrie, 1995).

Pertumbuhan dapat diukur dengan tiga cara yaitu :

1. Laju pertumbuhan kumulatif (cumulative growth rate) adalah perbandingan

pertambahan bobot badan dibandingkan dengan waktu.

2. Laju pertumbuhan absolut (absolute growth rate) adalah pertambahan bobot

badan per unit waktu atau laju pertumbuhan absolut (LPA).

4
3. Laju pertumbuhan relatif (relative growth rate) adalah kecepatan tumbuh

absolut dibagi dengan setengah jumlah bobot badan awal dan bobot badan

akhir pengamatan (Abidin, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak yaitu faktor

genetik, pakan, jenis kelamin, hormon, lingkungan, dan manajemen. Laju

pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi

pertumbuhan dari masing-masing individu ternak, pakan yang tersedia, pola

pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang dipakai, tingkat

nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim (Rianto dan Purbowati, 2011).

Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa ternak yang masih muda

membutuhkan lebih sedikit makanan dibandingkan yang lebih tua untuk setiap

unit pertumbuhan bobot badannya. Salah satu faktornya antara lain pertambahan

bobot badan hewan muda sebagian disebabkan oleh pertumbuhan otot-otot,

tulang-tulang dan organ-organ vital, sedangkan hewan yang lebih tua bobot

badannya disebabkan karena perletakan (deposit) lemak. Lebih lanjut Bambang

(2005) menjelaskan bahwa jika telah mencapai kedewasaan dan pertumbuhannya

telah terhenti tetapi mereka mengalami perubahan maka perubahan tersebut

karena penimbunan lemak bukan pertumbuhan murni.

Pertambahan Bobot Badan

Keberhasilan usaha penggemukan sapi Bali sangat ditentukan oleh

pertambahan berat badan sapi yang tinggi dan efisiensi dalam penggunaan

ransum. Pertambahan berat badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor terutama

jenis kelamin, jenis sapi, umur, ransum atau pakan yang diberikan dan teknik

5
pengolahannya. Sapi luar negeri pada umumnya mempunyai pertambahan berat

badan yang tinggi dibanding dengan pertambahan berat badan jenis sapi lokal.

Akan tetapi, jenis sapi luar negeri juga lebih membutuhkan ransum yang lebih

banyak dan berkualitas bagus dibanding dengan jenis sapi lokal. Diantara jenis

sapi lokal, sapi Ongole dan sapi Bali mempunyai pertambahan berat badan yang

lebih tinggi. Namun, jenis sapi yang mempunyai pertambahan berat badan yang

lebih tinggi belum tentu akan lebih ekonomis untuk dapat digemukkan. Sapi

yang mempunyai berat badan yang lebih tinggi akan membutuhkan ransum yang

lebih banyak dan lebih berkualitas sehingga biaya ransum menjadi lebih tinggi

(Rianto dan Purbowati, 2011).

Setelah mencapai usia dewasa maka pertumbuhan sapi telah berhenti,

akan tetapi tetap terjadi peningkatan bobot badan apabila digemukkan.

Peningkatan bobot badan ini terjadi karena adanya penimbunan lemak dan bukan

dari pertumbuhan sesungguhnya. Pemilihan sapi pada umur yang masih

mengalami pertumbuhan yang cepat ini akan memberikan dampak yang lebih

ekonomis dan mencegah penimbunan lemak tubuh yang berlebihan karena lemak

yang berlebihan akan menurunkan kualitas daging yang diproduksi (Rianto dan

Purbowati, 2011).

Santosa (2003) menyatakan bahwa setelah pedet lahir pertumbuhan

menjadi semakin cepat hingga usia penyapihan. Dari usia penyapihan hingga

puberitas laju pertumbuhan masih bertahan pesat, tetapi dari usia puberitas hingga

usia jual laju pertumbuhan mulai menurun dan terus menurun hingga usia dewasa,

akhirnya pertumbuhan terhenti.

6
Pengaruh Umur Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali

Pertumbuhan bobot badan dan ukuran tubuh dipengaruhi oleh umur,

dimana apabila umur meningkat maka batas tertentu ukuran tubuh dan bobot

badan juga meningkat (Abidin, 2002). Pertumbuhan ternak sapi Bali mulai pada

umur diatas 1 tahun dan berakhir pada umur 3 tahun (Suryana, 2009). Dimana

kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar

penambahan massa otot (daging), sapi yang berumur 3 tahun ke atas sudah

muncul gejala perlemakan yang berpengaruh pada nilai jual pemotongan ternak.

Apabila sapi masih dibawah usia ideal penggemukan yaitu dibawah umur 1 tahun

biasanya lebih lambat proses penggemukannya dan memerlukan waktu yang lebih

lama karena selain bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan

resiko penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi tempat

yang baru, pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit (Arianto,

2006).

Pertumbuhan normal pada ternak sapi membentuk kurva sigmoid

berbentuk S yang menunjukkan bahwa ternak yang menperoleh pakan yang

cukup sehingga pertumbuhannya tidak terhambat. Pada awalnya pertumbuhan

berjalan lambat lalu cepat disekitar umur dewasa kelamin (15- 18 bulan) dan

selanjutnya lambat saat mendekati dewasa tubuh ( umur 2 tahun). Potensi

pertumbuhan ternak ditentukan oleh genetik yang dinyatakan dalam hubungan

hormonal didalam tubuh. Hal tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam

tingkat pertumbuhan bobot dewasa yang dicapai (Bamualim dan Wirdahayati,

2002 ).

7
Sebagian besar jenis ternak memiliki garis pertumbuhan yang berbeda satu

sama lain karena potensi pertumbuhannya masing- masing tidak sama. Namun,

akan menampilkan proses pertumbuhan yang secara umum sama yaitu pada

semua jenis ternak saat awal pertumbuhannya berlangsung lambat, cepat

kemudian lambat dan akhirnya berhenti ( Bahar dan Rakhmat, 2003 ).

Produktivitas ternak, terutama pada masa pertumbuhan dan kemampuan

produksinya, dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan (70%).

Pengaruh faktor lingkungan antara lain terdiri atas pakan, teknik pemeliharaan,

kesehatan dan iklim. Diantara faktor lingkungan ternyata pakan mempunyai

pengaruh yang paling besar (60%), besarnya pengaruh pakan ini membuktikan

bahwa produksi ternak yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa pemberian pakan

yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas. Kebutuhan zat pakan

tergantung pada berat ternak, fase pertumbuhan atau reproduksi dan laju

pertumbuhan (Rianto dan Purbowati, 2011).

Pakan Komplit

Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak, berupa

bahan organik maupun anorganik yang sebagian maupun seluruhnya dapat dicerna

serta tidak menganggu kesehatan ternak. Pakan yang baik berpengaruh positif

terhadap pertambahan bobot badan, selain itu pakan merupakan faktor terpenting

yang mempengaruhi pertumbuhan (Susetyo, 2001). Bahan pakan dapat

digolongkan menjadi dua macam yaitu pakan kasar (hijauan) dan konsetrat.

Pakan kasar adalah pakan yang mengandung serat kasar 18 %, jenis pakan kasar

(hijauan) antara lain hay, silase, rumput-rumputan, leguminosa sedangkan

8
konsentrat adalah bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%,

dimana konsentrat mudah dicerna dan merupakan sumber zat pakan utama seperti

energi dan protein bagi ternak (Hardianto, 2000).

Kualitas dan kuantitas pakan dapat mempengaruhi pola pertumbuhan

ternak yang bersangkutan. Pakan yang berkualitas baik biasanya dapat

dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah yang banyak, dibanding dengan pakan

berkualitas rendah. Ternak yang mampu mengkonsumsi pakan yang lebih banyak

maka produksinya relatif tinggi. Kualitas pakan hijauan rumput dapat

ditingkatkan dengan penambahan konsentrat untuk memacu pertumbuhan pada

penggemukan ternak (Chalidjah, Sariubang, Pongsapan dan Prasowo, 2000).

Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk

ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-

satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi

tanpa tambahan substabsi lain kecuali air (Hartadi, Reksohadiprodjo dan Tillman,

2005). Susetyo (2001) pakan komplit adalah campuran bahan pakan termasuk

hijauan sumber serat kasar dengan proporsi yang seimbang yang diolah dan

dicampur menjadi campuran yang seragam dengan kandungan nutrien yang sesuai

dengan kebutuhan ternak. Keuntungan dari penggunaan pakan komplit antara lain

memberikan nutrisi yang seimbang bagi ternak, dapat mengontrol keseimbangan

hijauan dan konsentrat, dapat meningkatkan nilai guna limbah pertanian sebagai

sumber serat, meningkatkan konsumsi bahan pakan yang kurang palatabel serta

dapat mencegah seleksi oleh ternak. Suryadi (2006) menyatakan bahwa

keuntungan pembuatan pakan komplit diantaranya meningkatkan efisiensi dalam

9
pemberian pakan hijauan dengan palatabilitas rendah setelah dicampur dengan

konsentrat dapat meningkatkan konsumsi, untuk membatasi konsumsi konsentrat,

mudah dalam pencampuran antara hijauan dan konsentrat, memudahkan ternak

menjadi kenyang dan mengurangi debu pada pakan. Hal ini sangat diperlukan

mengingat ketangguhan agribisnis peternakan adalah mengutamakan

menggunakan bahan baku lokal yang tersedia didalam negeri dan sedikit mungkin

menggunakan komponen impor (Saragih, 2000).

Pemeliharaan Secara Intensif

Pemeliharaan secara intensif merupakan salah satu cara penggemukan

yang mengutamakan pemberian pakan berupa biji-bijian (konsentrat) yang terdiri

dari jagung giling, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan lain-lain. Sejak awal

sapi yang digemukkan sampai pemasaran memperoleh pakan konsentrat secara

penuh dan pakan hijauan diberikan dalam jumlah terbatas (Suryana, 2000).

Syafrial, Zubir, Yusri dan Susilawati (2003) menyatakan bahwa pemeliharaan

secara intensif adalah sapi yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak

dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk

meningkatkan berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal. Produktivitas sapi

yang dipelihara secara intensif dapat ditunjang dengan pemberian pakan hijauan

maupun konsentrat yang baik dengan komposisi yang sesuai, penanggulangan

penyakit, penanganan pasca panen dan pemasaran serta jenis bangsa sapi dan

umurnya.

10
Keuntungan penggemukan secara intensif yaitu sapi yang dipelihara

cepat gemuk, pertumbuhannya pesat karena mereka banyak mendapatkan unsur

karbohidrat dan lemak, sehingga usaha penggemukan semacam ini bisa dilakukan

dalam kurun waktu lebih pendek (Setiyono, Suryahadi, Torahmat, dan Syarief,

2007).

11
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Juni 2012 di PT. Tata Hidup

Cemerlang Desa Lengkese Kecamatan Mangara Bombang Kabupaten Takalar

Km. 80, Sulawesi Selatan.

Materi Penelitian

Bahan utama penelitian ini adalah sapi Bali jantan berumur antara 1,5 –

≤ 3 tahun, sebanyak 15 ekor. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pakan komplit dengan komposisi : Silase jagung, konsentrat terdiri dari dedak

padi 35%, molasses 10%, pollar 15%, jagung 25%, biji kapok 10%, cattle mix

3%, urea 2% dan air. Dengan kandungan protein pakan yaitu konsentrat 13,43%

dan Silase jagung 9,43%.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang individu

berhadapan, timbangan ternak digital, skop, ember, timbangan pakan kapasitas

100 kg, dan perlengkapan lainnya.

Rancangan Percobaan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan yang

dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 3 perlakuan yaitu umur ternak yang berbeda dengan ulangan masing –

masing 5 ekor tiap perlakuan. Susunan perlakuan adalah sebagai berikut :

12
U1 : Sapi Bali umur 1,5 - ≤ 2 tahun dengan jumlah 5 ekor

U2: Sapi Bali umur 2 - ≤ 2,5 tahun dengan jumlah 5 ekor

U3 : Sapi Bali umur 2,5 - ≤ 3 tahun dengan jumlah 5 ekor

Menurut Poespo (1965) penentuan umur didasarkan pada pergantian gigi

yaitu apabila telah ada gigi tetap 1 pasang diduga ternak sapi berumur 1,5 – 2

tahun, gigi tetap 2 pasang diduga berumur 2 - 2,5 tahun, gigi tetap 3 pasang

diduga berumur 3 - 3,5 tahun.

Peubah yang diukur

1. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) (kg/ekor/hari)

PBBH = BB Akhir Pengamatan (kg)–BB Awal Pengamatan (kg)


Lama pengamatan (hari)

2. Konsumsi Pakan (kg/ekor/hari)

Konsumsi Pakan

= Pakan yang diberikan(kg/ekor/hari) – Pakan yang tersisa (kg/ekor/hari)

Prosedur Penelitian

Manajemen pemeliharaan sapi Bali di PT. Tata Hidup Cemerlang

dilakukan dengan sistem pemeliharaan intensif dan 15 ekor ternak ditempatkan

dalam kandang individu. Sebelum dilakukan penimbangan pertama terlebih

dahulu dilakukan pembiasaan pakan selama 7 hari setelah itu dilakukan

penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal sapi yang akan diteliti,

penimbangan berikutnya dilakukan setiap dua minggu sebanyak 4 kali

penimbangan dan penelitian berlangsung selama 2 bulan.

13
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi jam 08.00 WITA,

siang jam 13.00 WITA dan sore jam 16.00 WITA. Pakan yang terdiri dari 80%

silase jagung dan 20% konsentrat dicampur terlebih dahulu dan ditimbang

sebanyak 10% dari berat badan ternak sapi lalu diberikan pada ternak sedangkan

air minum diberikan secara adlibitum.

Pakan yang tersisa ditimbang pada pagi hari berikutnya sebelum diberikan

pakan berikutnya. Konsumsi pakan diketahui dari jumlah pakan yang diberikan

dikurangi jumlah pakan yang tersisa.

Diagram penimbangan selama penelitian adalah :

Pembiasaan Bo B1 B2 B3

B4

7 hari 14 hari 14 hari 14 hari 14 hari

Keterangan :

B0 = Penimbangan awal setelah pembiasaan

B1 = Penimbangan Pertama

B2 = Penimbangan Kedua

B3 = Penimbangan Ketiga

B4 = Penimbangan Keempat

14
Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam berdasarkan Rancangan Acak

Lengkap (RAL ) dengan 3 perlakuan dan 5 kali ulangan. Apabila perlakuan

berpengaruh nyata maka diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) ( Gasperz, 1991). Model matematika yang digunakan yaitu :

Yij = µ + αi + €ij
Yij = Nilai pengamatan terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi

pakan ke-j yang memperoleh perlakuan umur ternak ke -i

µ = Nilai Tengah Sampel

αi = Pengaruh umur ternak terhadap pertambahan bobot badan harian dan

konsumsi pakan ke-i

€ij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j

15
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan harian ternak sapi Bali diperoleh dari hasil

penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi

selang waktu penimbangan yaitu 14 hari sekali. Rataan pertambahan bobot

badan harian (PBBH) sapi Bali pada umur berbeda selama penelitian dapat dilihat

pada Tabel. 1

Tabel 1. Rataan pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Bali selama
penelitian (kg/ekor/hari)
Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4 5
0, 0, 0,3 0,4 0,4
U1 0,436a
415 530 33 05 95
0, 0, 0,4 0,5 0,5
U2 0,468a
508 218 95 88 33
0, 0, 0,8 0,5 0,6
U3 0,634b
603 558 25 78 05
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P < 0,05).
U1: Sapi Bali umur 1,5 - ≤ 2 tahun; U2: Sapi Bali umur 2 - ≤
2,5 tahun ; U3: Sapi Bali umur 2,5 - ≤ 3 tahun.

Hasil analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa perbedaan

kelompok umur memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap

pertambahan bobot badan harian. Hal ini disebabkan oleh umur ternak dimana

semakin tinggi umur maka bobot badan semakin tinggi pula. Tomaszewska,

Mastika, Djaja Negara, Gardiner, dan Wiradarya (1993) menyatakan laju

pertambahan bobot badan sapi dipengaruhi oleh umur, bobot badan awal fase

penggemukan berhubungan dengan berat dewasa yaitu apabila pertumbuhan sapi

di awal penggemukan baik, maka pertumbuhan sapi hingga puncaknya juga akan

16
baik. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa secara genetik laju

pertumbuhan sapi Bali lebih lambat dari sapi Madura, namun dengan pemberian

pakan berkualitas baik sapi Bali mampu tumbuh dengan pertambahan bobot badan

harian 660 g/hari pada umur pertumbuhan (Mastika, 2003 ).

Pertambahan bobot badan harian selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel. 1 dengan rataan pertambahan bobot badan tertinggi pada perlakuan U3

yaitu 0,634 kg/ekor/hari, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan U1

yaitu 0,436 kg/ekor/hari dan perlakuan U1 tidak berbeda dengan perlakuan U2

sedangkan U1 berbeda dengan U3 dan U2 berbeda dengan U3. Pada perlakuan

U3 merupakan umur ternak yang memberikan respon pertambahan bobot badan

yang tinggi karena pada umur 2,5 sampai 3 tahun pertumbuhannya sudah

maksimal dan tinggal mengejar pertumbuhan daging. Hal ini mendukung

pendapat Arianto (2006) bahwa umur sapi Bali yang ideal untuk digemukkan

adalah umur 2,5 tahun sampai 3 tahun, dimana kondisi sapi sudah mulai maksimal

pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar penambahan massa otot (daging),

sedangkan sapi yang berumur 3 tahun keatas sudah mulai muncul gejala

perlemakan yang berpengaruh terhadap nilai jual pemotongan ternak.

Ditambahkan oleh Bulu, Sasongko, Panjaitan dan sudarto (2004) bahwa respon

pertumbuhan tertinggi saat penggemukan antara umur 2,5 – 3 tahun karena

kondisi pertumbuhan tulangnya sudah maksimal dan selama proses penggemukan

sapi harus dikandangkan secara terus menerus dan tidak boleh dipekerjakan

karena banyak kehilangan kalori sehingga dapat menghambat pertumbuhan.

Dalam keadaan normal, bobot badan dewasa akan dicapai pada umur 2 tahun,

17
oleh karena itu faktor umur erat hubungannya dengan bobot badan atau ukuran

tubuh. Menurut Cole (1982) dalam Parulian (2009) bahwa laju pertumbuhan

ternak setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi

pertumbuhan dari masing – masing individu ternak.

Pada perlakuan U3 dengan rataan pertambahan bobot badan harian 0,634

kg/ekor/hari mendekati hasil pengkajian yang dilakukan oleh Widiyazid, Parwati,

Suyasa, Londra, Agastya, Putra, dan Widianta (1999) dengan rataan peningkatan

berat badan harian yang dicapai oleh sapi Bali jantan adalah 0,62 kg/ekor/hari

dengan pakan berupa silase jagung yang difermentasi, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Hamdan (2004) pada sapi Bali dengan pakan konsentrat dan silase

jagung fermentasi menghasilkan pertambahan bobot badan harian 0,64 kg/ekor/

hari. Silase jagung yang difermentasi dapat memberikan pengaruh positif yaitu

dapat meningkatkan kadar gizi pakan sehingga akan meningkatkan pertambahan

berat badan ternak.

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang

diberikan secara adlibitum. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan

jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan . Rataan konsumsi pakan sapi

Bali selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

18
Tabel 2. Rataan konsumsi pakan sapi Bali selama penelitian (kg/ekor/hari)
Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4 5
9,9 14 14 14
U1 9,4 12,682a
7 ,89 ,98 ,17
15, 15 16 16, 17
U2 16,318b
79 ,78 ,07 91 ,04
19, 19 19 18, 18
U3 19,124c
25 ,4 ,69 85 ,43
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01).
U1: Sapi Bali umur 1,5 - ≤ 2 tahun; U2: Sapi Bali umur 2 - ≤
2,5 tahun; U3: Sapi Bali umur 2,5 - ≤ 3 tahun.

Rataan konsumsi pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel. 2.

Rataan konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan U3 yaitu 19,124 kg/ekor/hari,

sedangkan yang terendah itu terdapat pada perlakuan U1 yaitu 12,682

kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh konsumsi pakan seekor ternak tergantung

pada kondisi tubuh dan bobot badannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Depison

dan Sumarsono (2001) bahwa semakin tinggi bobot hidup ternak maka semakin

tinggi pula jumlah konsumsi pakannya. Kartadisastra (1997) dalam Parulian

(2009) menyatakan kebutuhan ternak dicerminkan oleh kebutuhan terhadap

nutrisi, dimana jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada umur, fase

penggemukan, berat badan, oleh karena itu setiap seekor ternak yang berbeda

kondisinya membutuhkan jumlah pakan yang berbeda pula. Hal ini ditambahkan

pula oleh Maynard and Loosli (1969) bahwa makin tinggi bobot badan ternak

maka jumlah konsumsi pakan makin tinggi dan mengakibatkan laju pertumbuhan

yang lebih cepat. Pertambahan bobot hidup sapi Bali dipengaruhi oleh umur,

bobot badan, kualitas pakan dan jumlah konsumsi pakan (Sariubang, Chalidjah,

Prabowo dan Abduh, 1992).

19
Pada penelitian ini ternak sapi Bali dipelihara secara intensif dan

pemberian pakan sebesar 10 % dari berat badan ternak. Hal ini mendukung

pendapat Waruwu (2002) bahwa ternak ruminansia harus mengkonsumsi

sebanyak 10 % dari berat badannya setiap hari dan konsentrat sekitar 1,5-2% dari

jumlah tersebut termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Sistem pemeliharaan

intensif dapat mempercepat peningkatan bobot badan sapi dibandingkan dengan

digembalakan. Sebagai asumsi bahwa ternak dengan kurang aktivitas atau

pergerakan berarti penggunaan energi rendah. Kondisi ini memberi dampak pada

penggunaan bahan makanan yang lebih efisien untuk dikonversi menjadi daging

oleh tubuh ternak.

Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa perbedaan

kelompok umur terhadap konsumsi pakan memberikan pengaruh yang sangat

nyata (P < 0,01), dengan uji BNT memperlihatkan bahwa perlakuan U1 berbeda

dengan U2, U2 berbeda dengan U3 dan U1 berbeda dengan U3. Dengan rataan

konsumsi pakan pada perlakuan U1 12,682 kg/ekor/hari, U2 16,138 kg/ekor/hari

dan U3 19,124 kg.ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh umur dan bobot badan

dimana semakin tinggi umur maka semakin tinggi pula jumlah konsumsi pakan

setiap ternak. Parakkasi (1999) menjelaskan bahwa tingkat perbedaan konsumsi

pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur ternak, bobot badan,

jumlah pakan yang dikonsumsi dan gerak laju pakan dimana bobot tubuh

berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakan, makin tinggi bobot tubuh makin

tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan.

20
Pada perlakuan U1 dengan rataan konsumsi pakan 12,682 kg/ekor/hari

mendekati hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryogi (2004) dengan rataan

konsumsi 11,36 kg/ekor/hari dan mampu menghasilkan bobot badan 0,4

kg/ekor/hari sedangkan pada perlakuan U3 dengan rataaan konsumsi pakan

19,124 kg/ekor/hari mendekati hasil penelitian Hamdan (2004) dengan rataan

konsumsi pakan 19,1 kg/ekor/hari dan pertambahan bobot badan harian yang

dicapai 0,64 kg/ekor/hari. Makin tinggi bobot hidup ternak maka kapasitas

lambung dan saluran pencernaan semakin besar sehingga ternak makin banyak

mengonsumsi pakan. Sehubungan yang dikemukakan Mariyono dan Romjali

(2007) bahwa semakin tinggi bobot hidup sapi, maka kapasitas lambung dan

saluran pencernaan juga bertambah besar yang mengakibatkan konsumsi pakan

juga semakin meningkat. Selanjutnya dijelaskan bahwa bobot hidup akan

mempengaruhi kebutuhan nutrisi untuk hidup pokok dan kebutuhan tersebut

dipengaruhi oleh konsumsi pakan.

21
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Umur ternak mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi Bali dimana

semakin tinggi umur maka bobot badan sapi Bali semakin meningkat.

2. Semakin tinggi bobot badan ternak maka jumlah konsumsi pakan meningkat.

3. Umur ideal untuk penggemukan sapi Bali adalah pada umur 2,5- 3 tahun.

Saran

Dalam usaha penggemukan sapi Bali harus memperhatikan umur ternak

terlebih dahulu agar dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Anonim. 2012. http://duniasapi.com/id/pernik/2062-pentingnya-faktor-umur-


dalam-memilih-bibit-ternak-sapi-potong.html. Diakses Tanggal 21 Maret
2012.

Arianto, H. B. 2006. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Cetakan ke 6,


Swadaya, Jakarta.

Aryogi. 2004. Kemungkinan timbulnya interaksi genetik dan ketinggian lokasi


terhadap performan sapi potong silangan peranakan Ongole di Jawa Timur.
Thesis S2. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Bahar, S. dan Rakhmat. 2003. Kajian pertumbuhan sapi Bali yang digembalakan
dengan pakan hijauan lokal. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 28-29 September 2003.

Bambang, S. Y. 2005. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bamualim, A. dan R. B. Wirdahayati. 2002. Nutrition and management strategies


to improve Bali cattle productivity in Nusa Tenggara. Proc. of an ACIAR
Workshop on Strategies to Improve Bali Cattle in Eastern Indonesia.

Bulu, Y. G, WR. Sasongko, Panjaitan. T. S. dan Sudarto. 2004. Persepsi petani


terhadap kebutuhan pakan ternak pada berbagai status fisiologis ternak sapi
Bali. Prosiding Seminar Nasional. Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan
Marginal Melalui Teknologi Tepat Guna. BPTP Nusa Tenggara Barat.
Puslitbang sosek. Badan Litbang Pertanian.

Chalidjah, M. Sariubang, P. Pongsapan, dan Prasowo. 2000. Dampak seleksi


pejantan dan perbaikan pakan terhadap bobot lahir anak sapi Bali di padang
pengembalaan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Gowa. 3 (1):7-10.

Depison dan T. Sumarsono. 2001. Evaluasi hasil perkawinan induk sapi Bali
dengan beberapa bangsa pejantan di Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten
Bunga Tebso. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. Vol 4 (1): 29-35.

Gaspersz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico Bandung.

Hardianto, R. 2000. Teknologi complete feed sebagai alternatif pakan ternak


ruminansia. Makalah BPTP Jawa Timur, Malang.

23
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi
Pakan untuk Indonesia. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.

Hamdan, A. 2004. Kinerja sapi Bali dan sapi peranakan Ongole jantan yang diberi
pakan basal jerami jagung fermentasi dengan suplementasi konsentrat. Thesis
S-2. Pascasarjana Ilmu Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Lawrie, R. A. 1995. Ilmu Daging. Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh: A.


Parakasi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Mariyono dan E. Romjali. 2007. Petunjuk teknis teknologi inovasi ‘pakan murah’
untuk usaha pembibitan sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Jakarta.

Mastika, I. M. 2003. Feeding strategies to improve the production performance


and meat quality of Bali cattle (Bos sondaicus). Strategies to Improve Bali
Cattle in Eastern Indonesia. Proceeding of a Workshop 4 – 7 Februari 2002,
Bali Indonesia.

Maynard, L. A. and J. K. Loosli. 1969. Animal Nutrition. Mc Graw. Hill


Publishing Company Ltd, New Delhi.
Natasasmita, A. 1990. Tumbuh kembang pada ternak. Bull. Penelitian.
Universitas Djuanda, Bogor. Vol. 11 (1): 46-51.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminansia. Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

Parulian, S. T. 2009. Efek pelepah daun kelapa sawit dan limbah industri sebagai
pakan terhadap pertumbuhan sapi peranakan Ongole pada fase pertumbuhan.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Poespo, S. 1965. Pengetahuan Tentang Umur Hewan Ternak. Fakultas


Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rahim, L. 2005. Pengaruh bangsa terhadap berat sapih dan pertambahan bobot
badan sapi pada feedlot. Bulletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin,Vol. IX (1):33-40.

Rianto, E. dan E. Purbowati. 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Cetakan 3,


Swadaya, Jakarta.

Santosa, U. 2003. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Seri Agribisnis,


cetakan IV. Penebar Swadaya, Jakarta.

24
Saragih, B. 2000. Kebijakan pengembangan agribisnis di Indonesia berbasiskan
bahan baku lokal. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.
Bogor, 1-2 Desember 2000.

Sariubang, M., Chalidjah, A. Prabowo dan Abduh. 1992. Hubungan antara


pertambahan bobot badan dan ukuran lingkar dada sapi Bali betina yang
diberikan perlakuan pakan. Pros. Pertemuan Pengolahan dan Komunikasi
Hasil Penelitian Peternakan di Sulawesi Selatan. Sub Balai Penelitian Ternak
Gowa, Sulawesi Selatan.

Setiyono, P., Suryahadi, T. Torahmat, dan R. Syarief. 2007. Strategi suplementasi


protein ransum sapi potong berbasis jerami dan dedak padi. Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Peternakan 30(3): 207−217.

Sri Rachma. 2007. Pertumbuhan dimensi tubuh pedet jantan sapi Bali di
kabupaten Bone dan Barru Sulawesi Selatan. Jurnal Sains dan Teknologi.
Fakultas Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Vol. 7(2): 103–108.

Susetyo. 2001. Hijauan pakan ternak. Direktorat Peternakan Rakyat, Direktorat


Jendral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. Volume VIII(4): 291- 301.

Suryana. A. 2000. Meningkatkan ketahanan pangan nasional. Prosiding Seminar


Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 September 2000.
Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 21 – 28.

. 2009. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi


agribisnis dengan pola kemitraan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 28(1): 29−3.

Suryadi, C. 2006. Pengaruh rasio penggunaan kulit jagung dan jerami jagung
sebagai sumber serat dalam pakan komplit terhadap produksi gas dan
kecernaan residu secara invitro. Skripsi. Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Syafrial, Zubir, A. Yusri, dan E. Susilawati. 2003. Sistem usaha tani


penggemukan sapi potong. Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi.

Tomaszewska, M. W., J.M. Mastika, A Djaja Negara, S. Gardiner, dan T. R.


Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia, Sebelas Maret
Universitas Press, Surabaya.

25
Waruwu, E. 2002. Pengaruh suplementasi probiotik BIO-SF2 pada pakan limbah
kelapa sawit terhadap karkas dan panjang usus pada Domba Sei Putih dan
Domba Lokal Sumatera. Skripsi. Jurusan Peternakan Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Wello, B. 2007. Bahan Ajar Manajemen Ternak Potong dan Kerja. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Widiyazid. I. K., I. A. Parwati, N. Suyasa, M. Londra, K. Tri Agastya, A. A. G. A.
Putra, dan G. M. Widianta. 1999. Pengkajian sistem usaha pertanian sapi
potong berbasis ekoregional lahan kering. Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian (IP2TP) Denpasar.

26
LAMPIRAN

Lampiran 1. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Selama


Penelitian(kg/ekor/hari).

Perlakuan Ulangan Rataan


1 2 3 4 5
U1 0,415 0,530 0,333 0,405 0,495 0,436
U2 0,508 0,218 0,495 0,588 0,533 0,468
U3 0,603 0,558 0,825 0,578 0,605 0,634

Lampiran 2. Rataan Konsumsi Pakan Sapi Bali Selama Penelitian (kg/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rataan


1 2 3 4 5
U1 9,97 14,89 14,98 9,4 14,17 12,682
U2 15,79 15,78 16,07 16,91 17,04 16,318
U3 19,25 19,4 19,69 18,85 18,43 19,124

Lampiran 3. Rata-rata pertambahan Bobot badan sapi Bali setiap penimbangan


selama penelitian(kg)

Penimbangan
Perlakuan
Bo BI B2 B3 B4
U1 117,2 ± 21,25 122,8 ± 24,02 126,4 ± 24,23 136 ± 22,88 141,9 ± 23,65

U2 153,1 ± 4,42 161,4 ± 7,37 165,7 ± 6,70 174 ± 7,87 179,7 ± 9,83

U3 178,6 ± 7,89 189,5 ± 4,92 194,9 ± 4,85 204 ± 6,16 213,3 ± 8,90

27
Lampiran 4. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali Pada Umur

Berbeda.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:pbb
Type III Sum
Source df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected
.113 2 .056 4.357 .038
Model
Intercept 3.937 1 3.937 304.297 .000
Perlakuan .113 2 .056 4.357 .038
Error .155 12 .013
Total 4.205 15
Corrected Total .268 14
a. R Squared = .421 (Adjusted R Squared = .324)

Multiple Comparisons
Dependent Variable:pbb

(I) (J) Mean 95% Confidence Interval


perlak perlak Difference (I- Lower
uan uan J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD U1 U2 -.0325 .07194 .660 -.1892 .1242
U3 -.1980* .07194 .018 -.3547 -.0413
U2 U1 .0325 .07194 .660 -.1242 .1892
U3 -.1655* .07194 .040 -.3222 -.0088
U3 U1 .1980* .07194 .018 .0413 .3547
U2 .1655* .07194 .040 .0088 .3222
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
.013.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

28
Lampiran 5. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Sapi Bali Pada Umur Berbeda.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent
Variable:konsumsi
Type III Sum
Source df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected
104.322 2 52.161 18.987 .000
Model
Intercept 3859.866 1 3859.866 1.405E3 .000
Perlakuan 104.322 2 52.161 18.987 .000
Error 32.967 12 2.747
Total 3997.155 15
Corrected Total 137.290 14
a. R Squared = .760 (Adjusted R Squared = .720)

Multiple Comparisons
Dependent Variable:konsumsi
Mean 95% Confidence Interval
(J)
(I) perlakuan Difference (I- Std. Error Sig.
perlakuan Lower Bound Upper Bound
J)
LSD U1 U2 -3.6360* 1.04829 .005 -5.9200 -1.3520
U3 -6.4420* 1.04829 .000 -8.7260 -4.1580
U2 U1 3.6360* 1.04829 .005 1.3520 5.9200
U3 -2.8060* 1.04829 .020 -5.0900 -.5220
U3 U1 6.4420* 1.04829 .000 4.1580 8.7260
U2 2.8060* 1.04829 .020 .5220 5.0900
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2.747.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

29
Lampiran 5. Dokumentasi pada saat penelitian.

Silase jagung Konsentrat Penimbangan pakan

Tempat pakan (silase jagung) Hasil pencampuran Silase jagung dan

Konsntrat

Pada saat melakukan penimbangan

30
RIWAYAT HIDUP

Fitriah (I 111 08 260), Lahir di Gowa pada tanggal 10

April 1990 anak terakhir dari 3 bersaudara pasangan dari

Baco dan Simba. Penulis memulai jenjang pendidikan

pada tahun 1997 di sekolah dasar di SD. Inpres

Tanakaraeng Kabupaten Gowa dan selesai pada tahun

2002, kemudian melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di SMP

Neg. 1 Bontomarannu dan selesai pada tahun 2005 dan melanjutkan pendidikan

di sekolah menengah atas di SPP Negeri Rappang Kabupaten Sidrap dan selesai

pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan disalah satu perguruan tinggi

tepatnya di Universitas Hasanuddin pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN dan

diterima di Fakultas Peternakan, Jurusan Produksi Ternak.

31

Anda mungkin juga menyukai