Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

ILMU TILIK DAN TINGKAH LAKU TERNAK


“ Manfaat Ilmu Tilik Dalam Budidaya Ternak”

Oleh:
RAMADHAN
L1A120194
E

FAKULTAS PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan

rahmat serta karunianya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang

berjudul “Manfaat Ilmu Tilik Dalam Budidaya Ternak”

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi

Tugas Mata Kuliah Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak yang diberikan di

semester III ini. Harapan saya dalam membuat makalah ini semoga dapat

memberikan manfaat bagi semua yang membacanya.

Sebagai manusia biasa, kita tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan saya

berharap agar pembaca kiranya dapat memaklumi jika dalam penulisan makalah

Ilmu tilik dan tingkah laku ternak ini ada kekeliruan. Sehingga saya memohon

agar pembaca memberikan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga Allah Swt senantiasa

memudakan segala usaha kita. Amin.

Selasa, 7 September 2021

Ramadhan

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..........................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Manfaat Ilmu Tilik dan Budidaya Ternak......................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang dalam menjalankan

usaha peternakan, khususnya ruminansia besar (sapi dan kerbau) dan ruminansia

kecil (kambing, domba) adalah dengan mengetahui pertumbuhan ternak yang

dipeliharanya. Penampilan ternak saat hidup mencerminkan produksi dan kualitas

karkasnya. Keadaan ternak yang perlu mendapat perhatian pada saat menilai

produktivitas ternak adalah umur dan berat, pengaruh kelamin, perdagingan,

derajat kegemukan dan persentase karkas

Ilmu tilik ternak merupakan ilmu pengetahuan untuk memberi penilaian

dalam menentukan tipe dan kapasitas ternak sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki. Pada dasarnya penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa

yang terlihat dari segi penampilannya saja dan kadang-kadang terdapat hal-hal

yang oleh peternak dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat

bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap potensi

perkembangbiakan atau produksi. Untuk menilai ternak, terlebih dahulu harus

diketahui bagian-bagian serta konformasi tubuh yang ideal dari ternak itu sendiri.

Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi

ternak yang ideal dengan kondisi ternak yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh

ternak yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan

dihasilkan.

1
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana Manfaat Ilmu Tilik Dalam Budidaya Ternak
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah Untuk Mengetahui manfaat Ilmu

Tilik dalam Budidaya ternak sedangkan manfaat dalam makalah ini adalah dapat

Mengetahui Manfaat Ilmu Tilik dalam budidaya Ternak

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manfaat Ilmu Tilik Dalam Budidaya Ternak

Tilik Ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh

dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari suatu ternak. Sesuai

tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai tingkat pemurnian bangsa ternak dan

merupakan alat bantu pelaksanaan program seleksi ternak dalam rangka perbaikan

mutu genetik kelompok ternak. Menurut Nguntoronadi (2010), pembagian karkas

tersebut, para peternak ataupun tukang potong akan mampu melakukan penilaian

dengan betul. Sedangkan untuk menentukan bakalan yang akan dipilih dalam

usaha menyatakan bahwa untuk melakukan penilaian terhadap hasil karkas, perlu

dipelajari dan diketahui terlebih dahulu tentang pembagian karkas Ternak. Sebab

dengan mengetahui penggemukan, dapat ditentukan berdasarkan penampilan

ternak dengan melakukan penilaian/scoring.

Penilaian Karkas Pendugaan Bobot Badan Penafsiran berat badan sangat

penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak.

Cara ini merupakan cara untuk mengetahui berat badan ternak selain

penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan

penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya

terbatas.( Hasnudi. 1997).

Rumus penentuan berat badan ternak berdasarkan ukuran tubuh bertolak

dari anggapan bahwa tubuh ternak berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh

yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan

3
lingkar dada.Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk

menduga bobot badan adalah Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoor

yang mengemukakan pendugaan bobot ternak berdasarkan lingkar dada sebagai

berikut : Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm) + 22)2 100 Rumus lain

diturunkan oleh Scheiffer yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang

badan dalam pendugaannya.

Rumus itu sebagai berikut:

Bobot badan (lbs) = (lingkar dada (inchi)2 x Panjang badan (inchi)22 300 Selain

itu penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu

memperkirakan berat badan ternak yang diamati.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT (Daily

Cow Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan DWT pada sternum 3-4 dan

angka yang ditunjuk pada pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak. Cara

penafsiran yang merupakan cara untuk mengetahui berat badan ternak adalah

penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak /

neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian

yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik pengukuran. (Hasnudi. 1997)

Metode visual atau yang dikenal dengan visioner adalah suatu metode

yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan

ternak dengan baik, kemudian kita menafsir berat ternak tersebut.

Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya

hampir mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai oleh para pedagang

hewan (Hasnudi. 1997). Pengukuran Tubuh Ternak Menurut Djagra, I.B (2009),

4
pengukuran ukuran tubuh ternak dipergunakan untuk menduga bobot badan

seekor ternak dan sering kali di pakai juga sebagai parameter teknis penentuan

ternak bibit dan menentukan umur ternak tersebut.

Berdasarkan ketentuan kontes dan pameran ternak Pengukuran dimensi

dimaksudkan pelaksanaan dengan mengukur dimensi tubuh luar ternak atau

ukuran statistic. Ukuran Tinggi :

1. Tinggi Pundak, atau lantai, alat yang digunakan adalah tongkat ukur.

2. Tinggi punggung ialah jarak tegak lurus dari taju duri ruas tulang

punggung atau processus spinosus tinggi gumba ialah jarak tegak lurus

dari titik tertinggi pundak sampai ke tanah. Vertebrae thoracaleyang

terakhir sampai ke tanah. Titik ini mudah didapat dengan menarik garis

tegak lurus tepat diatas pangkal tulang rusuk terakhir.

3. Tinggi pinggang ialah jarak tegak lurus dari titik antara tulang lumbar

vertebrae 3-4, tepat melalui legok lapar sampai ke tanah ( lantai ).

4. Tinggi pinggul ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os sacrum

pertama sampai ke tanah.kemudi ; panjang kelangkang; panjang pelvis,

jarak antara tuber coxae dan tuber ischii pada sisi sama.

5. Panjang telinga, jarak antara ujung telinga sampai pangkal telinga bagian

dalam. Dapat diukur dengan penggaris atau pita ukur. lebar tulang duduk,

jarak antara kedua benjolan tuber ischii kiri dan kanan.

6. Lebar kepala, jarak terbesar antara kedua lengkungan tulang mata sebelah

atas luar kiri dan kanan. Ukuran Dalam dada. Jarak titik tertinggi pundak

5
(gumba ) sampai tulang dada dan diukur melalui serta merta dibelakang

siku.

Ukuran Lingkar :

1. Lingkar dada. Lingkaran yang diukur pada dada serta merta atau persis

dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh.

2. Lingkar

3. Tinggi kemudi, jarak tegak lurus dari os

4. Panjang tanduk, diukur dengan pita ukur. Jarak antara ujung tanduk

sampai kedasar tanduk.Selain yang telah disebutkan alat- alat-nya, dapat

juga digunakan tongkat ukur, jangka sorong atau caliper. antara taju

horizontal yaitu pada

tulang lumbale 3-4. diukur

Ukuran Lebar :

1. Lebar dada, jarak terbesar pada yang diukur tepat dibelakang antara kedua

benjolan siku luar, yaitu tepat pada tempat mengukur lingkar dada.

2. Lebar pinggang, jarak melalui tengah- tengah tulang ilium sampai ke

tanah.

3. Tinggi pangkal ekor ialah jarak tegak lurus dari titik pangkal ekor, sampai

ke tanah.

Alat yang dipakai untuk mengukur tinggi bagian- bagian tubuh diatas adalah

tongkat ukur. Ukuran Panjang :

1. Panjang kepala jarak dari puncak kepala sampai ujung moncong.

6
2. Panjang badan ; diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku

( humerus ) sampai benjolan tulang tapis ( tuber ischii ). Panjang

menyilang badan, jarak yang diukur antara tulang benjolan bahu sampai

tulang duduk disisi lainnya. Diukur dengan memakai pita ukur.

3. Panjang bar pinggul, jarak antara tuber coxae pada sisi kiri dan kanan.

4. Lebar pantat, lebar tulang tapis atau perut .

Lingkaran yang diukur di daerah perut.yang memliki lingkaran besar, melalui

serta merta di belakang tulang rusuk terakhir dan tegak lurus dengan sumbu

tubuh.

Lingkar flank. Lingkaran yang diukur di daerah flank, melalui tuber coxae serta

merta depan ambing atau skrotum.

1. Lingkar pantat, lingkar round. Lingkaran yang diukur pada pantat, dari

tulang patella kiri sampai tulang patella kanan, kearah belakang serta

membentuk penampang sejajar dengan lantai.

2. Lingkar tulang pipa. Lingkaran yang diukur ditengah- tengah tulang

pipa, yaitu pada bagian yang terkecil dan terbulat.

3. Lingkar skrotum. Lingkaran yang diukur pada bagian terbesar skrotum;

terlebih dulu skrotum telah ditarik kearah bawah sehingga terdapat kedua

testesnya.

4. Lingkar tubuh.

5. Lingkar mulut, lingkar moncong. Lingkaran yang diukur tepat pada akhir

sudut bibir, ialah pada batas antara kepala dan moncong.

7
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ternak Tumbuh - kembang

dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, jenis kelamin, hormon, lingkungan dan

manajemen Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan sebelum

lepas ternak adalah genotipe, bobot lahir, produksi susu induk, jumlah anak

perkelahiran, umur induk, jenis kelamin anak dan umur ternak. Laju pertumbuhan

setelah diternak ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi pertumbuhan

dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia .

Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa,

heterosis (hybrid vigour) dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung

pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang

tersedia, kesehatan dan iklim (Santosa. 2008).

Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh

baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan

daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan

pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak

sehingga ternak akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

Faktor Genetik: Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh

dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi. Jenis Kelamin

dan Umur. Ternak jantan tumbuh lebih cepat dari pada ternak betina, sehingga

pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih

besar dari pada ternak betina.

Manajemen: Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat ternak tumbuh

dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi

8
lebih singkat. Lingkungan suhu dan udara yang tidak sesuai dengan kondisi ternak

akan mengakibatkan ternak menjadi stress dan mempengaruhi pertumbuhan

ternak.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu tilik ternak adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk tubuh
bagian luar untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Dengan
ilmu tilik ini juga dapat memperkirakan bobot badan ternak. Bagian tubuh ternak
yang diukur yaitu panjang badan, tinggi gumba, tinggi hip, tinggi gumba, lebar
dada dan dalam dada..
Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ternak. faktor-faktor
tersebut antara lain genetic, pakan, lingkungan, umun dan jenis kelamin serta
manajemen pemeliharaan.

3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya terdapat banyak kalimat dan penempatan kosa
kata yang salah dan tidak baik untuk di kembangkan. Olehnya itu kritik maupun
saran dari Bapak / Ibu sangat saya harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah
kedepannya. Terima kasih

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, F., Hartono dan Siswanto. 2015. Conception rate pada sapi perah
laktasi dibalai Besar Pembibitan ternak unggul dan hijauan pakan
ternak Baturraden Purwokerto Jawa Tengah. J Ilmiah Peternakan
Terpadu Vol.3(1) : 98-105.
Afiati, F., S. Said dan Herdis. 2013. Pembibitan ternak dengan inseminasi Buatan.
Penebar Swadaya . Jakarta.
Arisman, D. 2009. Evaluasi hasil Inseminasi Buatan pada sapi pesisir di kota
padang periode 2005-2006. Skripsi Universitas Andalas. Padang
Arisqi, F. 2015. Hubungan Body Condition Score ( BCS), PH dan kekentalan
sekresi Estrus Terhadap Non Return Rate (NR) dan Conception
Rate pada inseminasi buatan (IB) Sapi Peranakan Fries Holland.
Universitas Islam Malang.
Awaluddin dan T. Panjaitan. 2010. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi.
Kementrian Pertanian dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Nusa Tenggara Barat. ( NTB).
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Terj. B. Srigandono. Gadjah
Mada. Yokyakarta.
Budiyanto, A. 2014. Masalah Manajemen Reproduksi Sapi Terhadap Performan
Ovarium Sapi. Makalah. Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta.

11
12

Anda mungkin juga menyukai