SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kelimpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis diberikan
kemudahan dalam menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skrispsi berjudul
“Kandungan Nutrisi dan Kecernaan In Vitro Legum Pakan Ternak di
Kawasan Nuklir Pasar Jumat”.
Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak atas segala
bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun
skrispsi ini. Ucapan terimakasih terutama ditunjukkan kepada:
1. Prof. Dr. Lily Surayya Eeka Putri, M. Env. Stud selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan izin pelaksanaan penelitian.
2. Dr. Priyanti, M.Si dan Narti Fitriana, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu adiministrasi untuk penelitian
dan skripsi.
3. Wahidin Teguh Sasongko, M.Sc selaku Pembimbing 1 yang telah
membimbing saya dalam menyusun skripsi.
4. Etyn Yunita, M.Si selaku Pembimbing 2 yang telah membimbing saya
dalam menyusun skripsi.
5. Teguh Wahyono, S.Pt, M.Si dan Shintia Nugrahini Wahyu Hardani, A.md
selaku pembimbing yang telah membimbing kerja di Laboratorium.
6. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR-
BATAN) Laboratorium Biologi, bidang nutrisi ternak yang telah
menyediakan tempat, alat, dan bahan dalam pelaksanaan penelitian.
7. Orang tua penulis yang telah memberikan izin, dukungan materi dan moril,
serta mendoakan sampai saat ini.
8. Teman-teman Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2014 yang telah memberi banyak
dukungan moril kepada penulis.
vi
Demikianlah skripsi ini disusun, semoga bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................2
1.5. Kerangka Berfikir ....................................................................................3
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ..........................................................................................30
5.2. Saran ....................................................................................................30
LAMPIRAN .........................................................................................................36
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan beberapa ruminansia .....................7
Tabel 2. Hasil identifikasi tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat ........19
Tabel 3. Profil Nutrisi Tanaman Legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat ............26
Tabel 4. Nilai relative feed value, total digestive nutrient, dan in vitro
digestibility tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat ................28
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka berpikir ...................................................................................3
Gambar 2. Proses pencernaan pada ruminansia (Campbell et al., 2008) .................9
Gambar 3. Ciri-ciri morfologi A. hypogea .............................................................20
Gambar 4. Ciri-ciri morfologi G. sepium ...............................................................21
Gambar 5. Ciri-ciri morfologi I. zollingeriana ......................................................23
Gambar 6. Ciri-ciri morfologi L. leucocephala......................................................24
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan penelitian.....................................................36
Lampiran 2. Hasil konversi presentase hemiselulosa dan Non Fiber
Carbohydrate (NFC) pada legum di Kawasan Nuklir,
Pasar Jumat (%BK). .......................................................................37
Lampiran 3. Hasil uji ANOVA tanaman legume di Kawasan Nuklir, Pasar
Jumat...............................................................................................38
Lampiran 4. Hasil uji Duncan pada Berat Organik (BO) tanaman legum ...........39
Lampiran 5. Hasil uji Duncan pada Lemak Kasar (LK) tanaman legum.............40
Lampiran 6. Hasil uji Duncan pada Neutral Detergent Fiber (NDF) tanaman
legum ..............................................................................................41
Lampiran 7. Hasil uji Duncan pada Hemiselulosa tanaman legum .....................42
Lampiran 8. Hasil uji Duncan pada Acid Detergent Fiber (ADF) tanaman
legum ..............................................................................................43
Lampiran 9. Hasil uji Duncan pada Dry Matter Digestibility (DMD)
tanaman legum...............................................................................44
Lampiran 10. Hasil uji Duncan pada Dry Matter Intake (DMI) tanaman
legum ..............................................................................................45
Lampiran 11. Hasil uji Duncan pada Relative Feed Value (RFV) tanaman
legum ..............................................................................................46
Lampiran 12. Hasil uji Duncan pada In Vitro True Digestibility (IVTD)
tanaman legum................................................................................47
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
identifikasi jenis serta kandungan nutrisi (protein kasar, lemak kasar, serat kasar)
dan kecernaan legum perlu dilakukan. Hal ini penting bagi kebutuhan ternak
ruminansia di kandang terpadu, melihat perlu adanya kajian untuk mendapatkan
formulasi ransum yang tepat.
Legum di Kawasan
Nuklir Pasar Jumat
belum teridentifikasi
Formula ransum
2.2. Legum
Legum secara umum adalah termasuk tumbuhan semak dan pohon yang
dapat dijumpai di daerah tropik. Legum termasuk ke dalam suku Fabaceae
anggota dari bangsa Fabales yang dicirikan dengan buah bertipe polong
(Simpson, 2010 dalam APG IV, 2016). Suku ini terdiri atas 18.000 yang
tergolong ke dalam 650 marga diseluruh dunia (Langran et al., 2010 dalam
Irsyam dan Priyanti, 2016). Legum dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu legum
yang tumbuh menjalar, legum yang tumbuh tegak berupa pohon, dan legum hasil
5
sisa tanaman pangan. Legum yang tumbuh menjalar digunakan sebagai penutup
tanah pada perkebunan, seperti sentro, kalopo dan kudzu. Legum yang tumbuh
tegak biasanya ditanam dipingiran kebun atau sebagai pagar hidup, seperti
lamtoro, gamal, dan kaliandra. Legum hasil sisa tanaman pangan merupakan hasil
usaha tani seperti kacang tanah dan kacang kedelai (Rukmana, 2005). Hijauan
legum baik perdu atau pohon mempunyai perakaran yang dalam (akar tunggang)
untuk mendapatkan air maupun nutrisi sehingga mempunyai kemampuan untuk
berfungsi sebagai tanaman penghijauan reklamasi daerah kritis. Beberapa jenis
legum pohon biasanya digunakan sebagai pagar hidup, atau sebagai tanaman
pelindung di perkebunan.
Legum yang sering digunakan sebagai bahan pakan ternak merupakan salah
satu kebesaran Allah SWT dalam menciptakan tumbuh-tumbuhan dan kebesaran-
Nya dalam setiap proses pertumbuhan. Dan sebagai tanda untuk terus melakukan
penelitian dari proses tumbuh pertamakali sampai tumbuhan tersebut berbuah.
Karena dalam setiap proses dan bagian dari tumbuhan tersebut tedapat manfaat
yang banyak. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An’am ayat 99:
kurang dari 10%. Selain kandungan protein yang tinggi, legum mengandung
mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, tembaga dan kobal (Sudarmono dan
Sugeng, 2008).
Penggunaan hijauan legum pohon sebagai sumber protein pada ransum
mempunyai bebrapa keuntungan, antara lain: dapat menyediakan protein cukup
tinggi, murah, mudah didapat dan pasokan terjamin sepanjang tahun,
mengandung sejumlah tannin sehingga dapat mencegah kembung dan
melindungi dari degradasi protein yang berlebihan oleh mikroba rumen, memiliki
kemampuan adaptasi yang baik pada berbagai jenis lahan, dan memiliki banyak
kegunaan lainnya (Manurung, 1996).
2.3. Ruminansia
Ruminansia merupakan hewan ternak yang termasuk ke dalam golongan
poligastrik jika dilihat dari saluran pencernaannya. Hewan ruminansia terbagi
menjadi dua, yaitu ruminansia besar seperti sapi, kerbau, bison, dan ruminansia
kecil, seperti kambing, rusa, dan domba. Ruminansia juga memamah pakan yang
telah dicerna sehingga disebut hewan memamah biak (Hakim et al., 2010).
Ruminansia adalah mamalia berkuku genap seperti sapi, kerbau, domba,
kambing, rusa, dan kijang yang merupakan ordo Artyodactila. Nama ruminansia
berasal dari bahasa latin ruminare yang artinya mengunyah kembali atau
memamah biak sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai hewan
memamah biak (Hakim et al., 2010). Ruminsia merupakan ternak masa depan
yang mampu meningkatkan kesejahteraan manuisa karena hewan ini dapat
memanfaatkan bahan yang tidak dimanfaatkan manusia, seperti limbah pertanian
yang tidak dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam makanan berniali
gizi yang tinggi dan dapat dimakan oleh ruminansia.
Produktivitas ternak ruminansia sebagian besar ditentukan oleh kualitas dan
kuantitas pakan yang dikonsumsi. Kualitas pakan mencakup pengertian
kandungan berbagai zat gizi, seperti energi, protein, mineral, vitamin serta
kandungan zat-zat anti nutrisi sepertitannin, lignin dan senyawa-senyawa
sekunder lain. Interaksi antar komponen zat gizi maupun zat antinutrisi perlu
mendapatkan perhatian dalam upayamenyusun formula pakan yang efisien dan
memenuhi kebutuhan ternak untuk berproduksi tinggi (Haryanto, 2012). Berikut
merupakan tabel kebutuhan nutrisi ruminansia domba untuk pertumbuhannya:
7
mikroba dalam rumen. Saliva juga mengandung senyawa alkali yang berikatan
dengan senyawa karbon yaitu buffer bicarbonate, yang sangat berguna dalam
menjaga pH rumen agar tidak turun terlalu tajam (Hungate, 1966). Pakan yang
telah melalui proses mastikasi dan pencampuran dengan saliva akan mengalami
proses deglutisi melalui esofagus menuju rumen. Esofagus ruminansia bertugas
mengalirkan pakan dari mulut ke rumen juga mengalirkan pakan dari rumen ke
mulut untuk mengalami proses re-mastikasi (Frandson, 1996).
Rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat penampungan dan
pencampuran bahan pakan untuk proses fermentasi oleh mikroorganisme. Fungsi
utama rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar dan zat-zat pakan lainnya
dengan bantuan mikroba (Rianto dan Purbowati, 2009). Pakan dalam rumen akan
dicerna oleh mikroorganisme di dalam nya, seperti bakteri, protozoa dan fungi
dalam jumlah relatif sedikit. Aktifitas mikroorganisme dalam rumen dapat
berlangsung dengan baik pada pH 6,5-6,8 (Parish et al., 2009). Temperatur yang
ada di dalam rumen berkisar antara 38-42oC (Rahmadi et al., 2003). Pakan yang
telah dicerna di dalam rumen akan di lanjutkan ke omasum melalui retikulum.
Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh laminae muscular
yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membran mukosa yang menutupi
laminae, ditebar dengan papillae yang pendek dan tumpul yang akan menggiling
hijauan atau serat-serat sebelum masuk ke abomasum (Frandson, 1996). Fungsi
omasum adalah untuk digesti, menyaring partkel pakan yang besar, absorpsi dan
mengatur arus ingesta ke abomasum (Prihartini, 2013).
Abomasum atau perut sejati pada ruminansia berfungsi seperti perut pada
ternak non-ruminansia. Fungsi lain abomasum adalah mengatur pencernaan secara
enzimatis dan kimiawi (Prihartini, 2013). Dinding abomasum memiliki
kelenjarkelenjar pencernaan yang menghasilkan cairan lambung berupa
pepsinogen, garam anorganik, mukosa, asam hidroklorat (HCl) dan faktor
interistik yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Pepsinogen
merupakan bentuk inaktif dari enzim pepsin yang nantinya akan diaktifkan dengan
kondisi asam di dalam lambung. Enzim pepsin bertugas untuk menghidrolisis
protein menjadi polipeptida dan sedikit asam amino. Pakan yang telah dicerna di
abomasum akan memasuki usus halus (Rianto dan Purbowati, 2009).
9
Seperti hal nya karbohidrat, protein kasar adalah nama kumpulan dari dua
puluh lebih asam amino, dan tiap asam amino mempunyai fungsi khusus dalam
metabolisme. protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat
molekul tinggi, seperti halnya karbohidrat dan lipida. Protein mengandung unsur-
unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya semua protein
mengandung nitrogen (Tillman et al., 1991). Selain itu protein dinyatakan esensial
bagi kehidupan karena zat tersebut meupakan protoplasma aktif dalam sel hidup.
Beberapa fungsi protein dalam tubuh termasuk yaitu memperbaiki jaringan,
pertumbuhan jaringan baru, metabolisme untuk energi, metabolisme kedalam zat-
zat vital dalam fungsi tubuh, enzim–enzim yang esensial bagi fungsi yang nomal
dan hormon–hormon bagi tubuh (Anggorodi, 1994).
Ekstrak eter merupakan istilah yang dipakai untuk senyawa yang diperoleh
dari ekstraksi bahan makan menggunakan pelarut lemak, yang biasanya adalah
eter. Sehingga dapat dikatakan esktrak eter adalah nama umum yang dipakai
untuk lemak atau lipida. Ekstrak eter dalam bahan makanan ternak yang berasal
dari hewan biasanya terdiri dari gliserol dan tiga asam lemak, yang biasa disebut
lemak. Namun, bahan makanan ternak yang berasal dari tanaman, sterol, lignin
dan berbagai produk seperti vitamin A, vitamin D, karotin seringkali menyusun
lebih dari 50% lemak makanan (Tillman et al., 1991).
BAB III
METODE PENELITIAN
12
13
Keterangan:
B0 : berat cawan kosong (g)
Bt100oC : berat cawan setelah dari oven 100oC (g)
Bt600oC : berat cawan setelah dari tanur 600oC (g)
Keterangan:
A : berat sampel (g)
B : berat kertas saring (g)
C : berat kertas saring + sampel setelah dioven 100oC
15
selama 30 menit lalu sampel ditimbang. Nilai NDF dapat dihitung menggunakan
rumus:
Keterangan:
W1 : Berat kantung saring
W2 : Berat sampel
W3 : Berat kering serat setelah NDF
C1 : Blanko setelah NDF
Keterangan:
W1 : Berat kantung saring
W2 : Berat sampel
W3 : Berat kering serat setelah ekstraksi
C1 : Blanko setelah ADF
Keterangan:
W1 : Berat kantung saring
W2 : Berat sampel
W3 : Berat akhir setelah in vitro dan NDF
C1 : Blanko
Nilai pakan relatif atau Relative Feed Value (RFV) didapatkan dari hasil uji
nutrisi Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) pada
sampel. Indeks RFV dapat dihitung menggunakan rumus:
120
𝐷𝑟𝑦 𝑀𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 (𝐷𝑀𝐼, 𝑙𝑖𝑣𝑒 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡, %) =
𝑁𝐷𝐹%
𝐷𝑀𝐷𝑥𝐷𝑀𝐼
𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐹𝑒𝑒𝑑 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 (𝑅𝐹𝑉, %) =
1,29
Berdasarkan standar penilaian mutu yang diterapkan oleh Hay Marketing
Task Force of American and Grassland Council, nilai RFV berdasarkan prime
>151, 1 (premium) 151-125, 2 (good) 124-103, 3 (fair) 102-87, 4 (poor) 86-75, 5
(reject) <75 (Rohweder et al., 1978).
19
20
kurang dari 1 m, atau yang berdaur hidup pendek, dan pada umumnya hidup
berumpun (Indriyanto, 2012).
1) Arachis hypogea
Tanaman A. hypogea atau yang disebut kacang tanah dalam penelitian ini
merupakan tanaman semak yang sengaja di tanam, sehingga hanya dapat ditemui
pada waktu dan tempat tertentu. Tanaman ini dapat tumbuh demgam baik di
lahan Kawasan Nuklir, BATAN, Pasar Jumat. Sumarno (2003) tempat dengan
ketinggian maksimal 1000 mdpl, curah hujan antara 800-1300 mm per tahun,
suhu optimal antara 28-32℃, dan derajat keasaman tanah antara 6-6,5.
polong. Polong yang sudah tua ditandai dengan lapisan warna hitam pada kulit
polong bagian dalam. Morfologi dari tanaman A. hypogea dalam penelitian ini
tidak jauh berbeda dengan dengan penelitian Zulchi dan Puad (2017).
2) Gliricidia sepium
Tanaman G. sepium banyak ditemukan diberbagai tempat di Kawasan
Nuklir, Pasar Jumat. Tanaman dengan usia muda lebih banyak ditemukan
dibandingkan tanaman G. sepium yang sudah dewasa dan cukup tinggi, hal ini
karena adanya penebangan pada beberapa tanaman G. sepium yang sudah sangat
tinggi. Tanaman ini beradaptasi dengan baik sehingga dapat tumbuh di lahan
Kawasan Nuklir, Pasar Jumat. Tilman et al. (2005) melaporkan bahwa G. sepium
dapat tumbuh pada lingkungan dengan temperatur suhu antara 20-30℃ dengan
ketinggian tempat antara 750-1200 mdpl (Tilman et al., 2005).
3) Indigofera zollingeriana
Indigofera zollingeriana di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat ditemukan subur
namun lebih sedikit dibandingkan tanaman legum lainnya, dan tidak tersebar
pada banyak tempat. Lahan di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat tergolong baik untuk
pertumbuhan tanaman ini. Prawiradiputra et al. (2012). Tanaman I. zollingeriana
atau yang biasa disebut nila dapat tumbuh dari 0 - 1,650 mdpl dan tumbuh subur
ditanah gembur yang kaya akan nutrisi. Tanaman ini dapat hidup pada iklim
panas dan lembab dengan curah hujan tidak kurang dari 1.750 mm/tahun.
Tanaman I. zollingeriana toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan
terhadap kadar garam tinggi, sehigga taaman ini baik baik untuk dibudidayakan
sebagai hijauan pakan ternak didaerah yang memiliki iklim atau cekaman biotik
dan abiotik kurang baik (Hassen et al., 2006).
Tanaman I. zollingeriana dalam penelitian ini memiliki tinggi hingga 7 m
dengan tipe pertumbuhan tegak. Susunan daun majemuk menyirip ganjil, pinna 7-
9 dengan panjang 20-30 cm, pinnula 15-19 per pinna. Panjang daun 3-7 cm.
Bunga tersusun dalam suatu tandan diketiak daun, bertangkai, daun kelopaknya
berbentuk bergerigi lima, daun mahkotanya berbentuk kupu-kupu. Bentuk polong
panjang berwarna hijau dan kecoklatan saat dewasa. Ciri-ciri morfologi dari
tanaman I. zollingeriana dalam penelitian ini tidak berbeda jauh dengan ciri-ciri
morfologi dalam penelitian Heridawan dan Krisnan (2014).
23
4) Leucaena leucocephala
Tanaman L. leucocephala pada penelitian ini ditemukan dalam di lahan
kering dengan tanaman-tanaman lain disekitarnya, serta mudah ditemukan
diberbagai tempat dengan ukuran yang bervairasi. Karakteristik lahan di Kawasan
Nuklir, Pasar Jumat, merupakan tempat yang mendukung untuk ditumbuhi
tanaman ini. Prawiradiputra et al. (2012) menyatakan tanaman L. leucocephala
dapat hidup di tanah dengan pH sedang antara pH 5,5 – 6,5 dengan curah hujan
tahunan di atas 760 mm.
24
5) Vigna radiata
Vigna radiata atau yang biasa disebut kacang hijau, dalam penelitian ini
menggunakan sampel yang sudah jadi, sehingga tidak melakukan pengambilan
sampel dan identifikasi dari lapangan. Vigna radiata merupakan tanaman asli
India, yang kini banyak tumbuh di Asia Selatan, Afrika, Amerika Selatan dan
Australia. V. radiata merupakan salah satu tanaman pertanian yang memiliki
banyak keunggulan, yaitu tahan terhadap kekeringan sehingga dapat dijadikan
tanaman pertanian alternatif musim kemarau, memiliki produktivitas yang tinggi,
waktu panen yang relatif cepat (55-65 hari), dapat tumbuh pada lahan yang
kurang subur dan menjadi penyubur tanah, serangan hamanya lebih sedikit dan
mudah dibudidayakan (Kasno, 2007).
Lahan di kawasan nuklir, masih tergolong baik untuk pertumbuhan tanaman
V. radiata. Lingkungan yang optimum untuk tanaman V. radiata adalah pada
suhu 27-30℃, sedangkan bijinya dapat ditanam hingga suhu di bawah 15℃.
Tanaman V. radiata dapat tumbuh pada tanah liat berpasir dengan drainase yang
baik dan pada pH dengan kisaran 6,3-7,2. Akar V. radiata dapat menembus tanah
yang liat dan padat, akan tetapi tidak dapat tumbuh pada tanah garam
(Prawiradiputra, 2012)
Kacang hijau memiliki akar tunggang dan akar lateral yang banyak serta
agak berbulu. Biasanya kacang hijau mempunyai akar dengan cabang-cabang
sempurna dan meluas. Tanaman ini mempunyai batang tegak dengan cabang-
cabang menyebar. Tinggi tanaman antar varietas mempunyai variasi antara 30-
110 cm, sedangkan umurnya berkisar antara 50-120 hari tergantung pada lama
penyinaran dan temperatur udara sekitar temperatur tumbuh tanaman ini
(Sumarji, 2013).
Susunan daun merupakan daun majemuk menjari ganjil, tangkai daun
panjang dan berukuran 1,5-12 x 2-10 cm. Karangan bunga terdapat pada ketiak
daun dan mempunyai cabang tangkai bunga panjang. Bunga terdapat dalam
tandan yang setiap tandan terdiri dari 10-20 buah. Bunga berwarna kuning dan
merupakan bunga sempurna. Polong kacang hijau berbentuk bulat panjang
dengan bulu-bulu pendek, panjang polong 6-15 cm dengan 6-16 biji per polong.
Polong muda berwarna hijau, sedangkan polong tua berwarna cokelat atau hitam
yang cenderung untuk pecah sendiri. Biji kacang hijau kecil dan bulat, berwarna
hijau atau hijau kekuningan dengan bobot 100 bijinya antara 3-4 g (Sumarji, 2013).
26
Tabel 4. Nilai relative feed value, total digestive nutrient, dan in vitro
digenstibility tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat
5.1. Kesimpulan
Terdapat 5 jenis legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat yang biasa
digunakan sebagai bahan pakan ruminansia. Leucaena leucocephala dan
Indigofera zollingeriana merupakan tanaman legum yang memiliki kandungan
protein kasar tinggi serta nilai in vitro true digestibility yang tergolong baik dan
memenuhi standar, sehingga potensial untuk dikembangkan ke dalam formula
ransum, dibandingkan dengan jenis legum lainnya.
5.2. Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan menggunakan kedua jenis legum yang telah
diformulasikan ke dalam pakan ransum, untuk melihat formula yang optimal
untuk pakan ternak ruminansia di kandang terpadu BATAN, Pasar Jumat.
30
DAFTAR PUSATAKA
Anggorodi. (1994). Ilmu makanan ternak umum. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Aprillia, C. (2010). Kecernaan nutrien metode acid insoluble ash dan performa
domba lokal yang diberi moringa oleifera lamk, gliricidia sepium, dan
artocarpus heterophyllus. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Aye, P. A., & Adegun, M. K. (2013). Chemical composition and some functional
properties of moringa, leucaena and gliricidia leaf meals. Agriculture and
Biology Journal of North America. 4(1), 71-77.
Baan, A.V.D., W.A. Niekrek, N.F.G. Rethman & R.J. Coertze. (2004). The
determination of digestibility of atriplex nummularia cv de kock (oldman
saltbush) using different in vitro techniq. asian-aust. J. Anim. Sci, 341(1),
95-97.
Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2008). Biologi edisi kedelapan jilid tiga.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Des Francs, C.C., Thellement, H., & Vienne, D. (1985). Analysis of Leaf Proteins
by Two-dimensional Gel Elecetrophoresis. Plant physiology. 78(1), 178-
182.
Frandson, R.D., (1996). Anatomi dan fisiologi ternak, edisi ke-7. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
31
32
Hakim, L., Ciptadi, G., & Nurgiatiningsih, V. M. A. (2010). Model rekording data
performans sapi potong lokal di Indonesia. Jurnal Ternak Tropika. 11(2),
61-73
Herlinae, (2003). Evaluasi nilai nutrisi dan potensi hijauan asli lahan gambut
pedalaman di Kalimantan tengah sebagai pakan ternak. (Pascasarjana
Tesis). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hungate, R. E. (1966). The ruminant and its microbes. New York (USA):
Academic
Irsun. (2010). Perubahan serapan nitrogen tanaman jagung dan kadar Al-dd akibat
pemberian kompos tanaman legum dan nonlegum pada insoptisols napu. J.
Agroland. 17(1), 23-29.
Irsyam, A. S. D., & Priyanti. (2016). Suku fabaceae di kampus Universitas Islam
Negeri Hidayatullah, Jakarta, bagian 1: tumbuhan polong berperawakan
pohon. Al-Kauniyah Jurnal Biolgi. 9(1), 44-56.
Jayanegara, A., Harahap, R. P., Ridla, M., Laconi, E. B., & Nahrowi. (2018).
Chemical composition and methane emission of some tropical legumes for
indonesia. In, AIP Conference Proceedings, Malang, 1-5.
Jayanegara, A., Ridla, M., Astutui, D. A., Wiryawan, K. G. Laconi, E. B., &
Nahrowi. (2017). Determination of energy and protein requirements of
sheeps in Indonesia using a meta-analytical approach. Media Peternakan.
40(2), 118-127.
33
Jayanegara, A., Ridla, M., Nahrowi, & Laconi, E. B. (2019). Estimation and
validation of total digestible nutrient values of forage and concentrate
feedstuffs. IOP Conf. Ser; Materials Science and Enginering. 546(4), 1-5.
Kilic, U., & Guleycuz, E. (2017). Effects of some additives on in vitro true
digestibility of wheat and soybean straw pellets. Open Life Sci, 17, 1107-
1111.
Mabjeesch, S. J., Cohen, M., & Arieli, A. (2000). In vitro methods for measuring
the dry matter digestibility of ruminant feedstuffs, comparison of methods
and inoculum source. Journal of Diary Science. 83, 2289-2294.
Nelson, C. J., & Moser, L. E. (1984). Plant Factors Affecting Forage Quality. In.
Forage Quality, Evaluation, and Utilization. Fahrey, G. C., Collins, Jr. M.,
Mertens, D. R., & Moser, L. E. (Eds). American society of agronomy, crop
science society of America, soil science society of America. 115-154.
Nisa, F., Subrata, A., & Pangestu, A. (2018). Kehilangan bahan kering, acid
detergent fiber (ADF) dan N-acid detergent fiber daun Moringa oleifera
secara in vitro. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 13(3), 282-286.
Parish, J. A., Rivera, J. D., & Boland, H.T. (2009). Understanding the ruminant
animal digestive system. Mississippi State University
Prihartini, I., & Khotimah, K. (2013). Produksi probiotik rumen berbasis bakteri
lignochloritik dan aplikasi pada ternak sapi perah. Jurnal Gamma 1(7), 27-
31.
Rahmadi, D., Sunarso, J., Achmadi, E., Pangestu, A., Muktiani, M., Christiyanto.,
& Surono. (2003). Ruminologi dasar. Universitas Diponegoro, Semarang.
Rianto, E., & Purbowati, E. (2009). Panduan lengkap sapi potong. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rofiq, M. N., & Sofia, S. (2011). Evaluasi kecernaan in vitro penggunaan ekstrak
minyak cengkeh beberapa dosis pada rumen sapi perah dengan metode
daisyii incubator. Prosiding Seminar Nasional dan Kongres I ISAA. BPPT,
Serpong.
Rohweder, D. A., Barnes, R. F., & Jorgensen, N. (1991). Methods for dietary
fiber, neutral detergent fiber and nonstarch polysaccharides in relation to
Animal Nutrition. J. Diary Sci. 74, 3583-3597.
Sasmita, T. E. (2013). Degradasi in vitro asam fitat rumput dan legum oleh
konsorsium bakteri rumen pencerna serat asal kerbau. (Skripsi). Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Serra, S. D., Serra, A. B., Ichinohe, T., & Fujihara, T. (1996). Ruminal
solubilization of macrominerals in selected Philippine forages. Asian-Aust.
J. Anim. Sci, 9 (1), 75-81.
Simon, A.J. & Stewart, J. L. (1998). Gliricidia sepium a multi purpose forage tree
legum (http://www.fao. Org.) Acces date: April, 14th 2019.
Van Soest, P. J., & Robertson, J. B. (1980). System of analysis for evaluating
fibrous feeds. In, Pigden, W. W., Batch, C. C., & Graham, M. (eds).
Standarization of Analytical Metodology for Feeds. I.D.R.C., Canada.
Yu, J., Peterson, N., Balmey, J., & Millan, M. (2010). Cellulose, xylan and lignin
interaction during pyrolysis of lignosellulosic biomass. Journal of The
Science and Technology of Fuel Energy. 191, 140-149.
Zulchi, T., & Puad, H. (2017). Keragaman morfologi dan kandungan protein
kacang tanah (Arachis hypogea L.). Bul. Plasma Nutfah. 23(2), 91-100.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan penelitian
(E) (F)
(D)
(H)
(G) (I)
Keterangan:
(A) Pengambilan sampel legum
(B) Pengukuran berat sampel
(C) Pengukuran serat kasar
(D) Penggilingan sampel legum
(E) Alat Fiber analyser ANKOM200
(F) Sampel dalam filter bag
(G) Alat DaisyII incubator
(H) Kandang terpadu PAIR-BATAN
(I) Neraca analitik
36
37
Lampiran 3. Hasil uji ANOVA tanaman legum di Kawasan Nuklir, Pasar Jumat.
ANOVA
Total 271.629 19
Between Groups 108.278 4 27.070 8.125 .001
LK Within Groups 49.977 15 3.332
Total 158.255 19
Between Groups 615.170 4 153.792 17.584 .000
NDF Within Groups 131.195 15 8.746
Total 746.365 19
Between Groups 152.857 4 38.214 5.618 .006
Hemi Within Groups 102.032 15 6.802
Total 254.888 19
Between Groups 402.712 4 100.678 17.688 .000
ADF Within Groups 85.380 15 5.692
Total 488.092 19
Between Groups 195.874 4 48.968 12.915 .000
DMD Within Groups 56.873 15 3.792
Total 252.746 19
Between Groups 3.641 4 .910 16.692 .000
DMI Within Groups .818 15 .055
Total 4.459 19
Between Groups 17234.408 4 4308.602 17.120 .000
RFV Within Groups 3774.960 15 251.664
Total 21009.368 19
Between Groups 265.286 4 66.322 10.274 .000
Total 362.119 19
39
Lampiran 4. Hasil uji Duncan pada Berat Organik (BO) tanaman legum
OM
Duncan
1 2
2.00 4 82.31625
1.00 4 85.48800 85.48800
3.00 4 86.10375 86.10375
4.00 4 87.04000 87.04000
5.00 4 89.10075
Sig. .089 .186
Lampiran 5. Hasil Uji Duncan pada Lemak Kasar (LK) tanaman legum
LK
Duncan
1 2 3
1.00 4 2.55125
5.00 4 5.10175 5.10175
2.00 4 6.63225
4.00 4 6.63250
3.00 4 9.69375
Sig. .067 .278 1.000
Lampiran 6. Hasil uji Duncan pada Neutral Detergent Fiber (NDF) tanaman
legum
NDF
Duncan
1 2 3
3.00 4 33.16325
4.00 4 41.83675
2.00 4 45.91850 45.91850
1.00 4 46.42850 46.42850
5.00 4 48.97975
Sig. 1.000 .054 .185
Hemi
Duncan
1 2
3.00 4 11.73475
1.00 4 16.32675
2.00 4 17.34700
5.00 4 18.36775
4.00 4 19.89800
Sig. 1.000 .093
Lampiran 8. Hasil ji Duncan pada Acid Detergent Fiber (ADF) tanaman legum
ADF
Duncan
1 2
5.00 4 18.36775
3.00 4 21.42850
4.00 4 21.93875
2.00 4 28.57125
1.00 4 30.10175
Sig. .062 .379
Lampiran 9. Hasil uji Duncan pada Dry Matter Digestibility (DMD) tanaman
legum
DMD
Duncan
1 2
5.00 4 65.05275
1.00 4 65.45050
2.00 4 66.64300
4.00 4 71.80950
3.00 4 72.20700
Sig. .291 .777
Lampiran 10. Hasil uji Duncan pada Dry Matter Intake (DMI) tanaman legum
DMI
Duncan
1 2 3
5.00 4 2.45225
1.00 4 2.59275 2.59275
2.00 4 2.61775 2.61775
4.00 4 2.89100
3.00 4 3.64425
Sig. .357 .106 1.000
Lampiran 11. Hasil uji Duncan pada Relative Feed Value (RFV) tanaman legum
RFV
Duncan
1 2 3
5.00 4 123.71825
1.00 4 131.66100
2.00 4 135.29250
4.00 4 161.03600
3.00 4 204.32050
Sig. .344 1.000 1.000
Lampiran 12. Hasil uji Duncan pada In Vitro True Digestibility (IVTD) tanaman
legum
IVTD
Duncan
1 2 3 4
2.00 4 64.79600
4.00 4 68.36750 68.36750
5.00 4 69.89825 69.89825
3.00 4 73.46925 73.46925
1.00 4 74.99975
Sig. .065 .408 .065 .408