Anda di halaman 1dari 82

PRODUKSI BIOMASSA YEAST Pichia kudriavzevii MELALUI

OPTIMALISASI NUTRISI FERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU


ENERGI TERBARUKAN BIODIESEL

FIRQAH INDZAR
H411 16 018

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PRODUKSI BIOMASSA YEAST Pichia kudriavzevii MELALUI
OPTIMALISASI NUTRISI FERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU
ENERGI TERBARUKAN BIODIESEL

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Departemen Biologi

Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Hasanuddin

FIRQAH INDZAR

H411 16 018

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
i
HALAMAN PENGESAHAN

PRODUKSI BIOMASSA YEAST Pichia kudriavzevii MELALUI


OPTIMALISASI NUTRISI FERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU
ENERGI TERBARUKAN BIODIESEL

Disusun dan diajukan oleh:

FIRQAH INDZAR
H411 16 018

Disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pertama

Dr. Sulfahri, S.Si., M.Si. Prof. Dr. Hj. Dirayah R. Husain,


DEA

ii
NIP. 198901262014041001 NIP. 196005251986012001

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahnya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Produksi Biomassa Yeast Pichia kudriavzevii Melalui

Optimalisasi Nutrisi Fermentasi Sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan

Biodiesel” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan dan

memperoleh gelar Sarjana Sains di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi

sempurnanya skripsi ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih

pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Selama proses perwujudan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan doa

yang tulus untuk penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang dengan

penuh suka cita memberikan semangat, motivasi dan bantuan selama proses

pencapaian gelar sarjana. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada keluarga terkhusus

kepada kedua orang tua, ayahanda Mirwan dan ibunda Muamila. Terima kasih

atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik moril maupun materil.

Terima kasih untuk segala pengertian dan dukungan. Terima kasih karena selalu

menjadi motivasi dan alasan utama penulis untuk segera menyelesaikan skripsi

ini, semoga ini bisa membuat ayahanda dan ibunda bahagia dan bangga.

iii
Kepada Bapak Dr. Sulfahri S. Si, M.Si. selaku pembimbing utama dan Ibu

Pror. Dr. Dirayah Rauf Husain, DEA. selaku pembimbing pertama, penulis

mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan dan arahannya berupa kritik

dan saran yang membangun dan memotivasi yang telah diberikan selama penulis

melaksanakan proposal, penelitian, hingga ke tahap penyusunan skripsi ini.

Terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk terus memberi bimbingan dan

arahan demi arahan yang sangat membantu hingga selesainya skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Eng Amiruddin, M.Sc. selaku dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf yang

telah membantu penulis dalam hal akademik dan administrasi. Kepada

Bapak Dr. Andi Ilham Latunra, M.Si. selaku Wakil Dekan 3 yang banyak

membantu mahasiswa dalam kegiatan organisasi kampus

2. Ibu Dr. Nur Haedar M.Si. selaku ketua Departemen Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, terima

kasih atas ilmu, masukan serta saran kepada penulis.

3. Ibu Dr. Sjafraenan, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus penguji

dan Ibu Dr. Elis Tambaru, M.Si selaku penguji sidang sarjana terima kasih

atas segala saran dan ilmunya.

4. Kepada seluruh dosen Departemen Biologi yang telah membimbing dan

memberikan ilmunya dengan tulus dan sabar kepada penulis selama proses

perkuliahan. Serta staf pegawai Departemen Biologi yang telah banyak

membantu penulis baik dalam menyelesaikan administrasi maupun

memberikan dukungan kepada penulis selama ini.

5. Kepada Fuad Gani S.Si. dan Nurul Qalby, S.Si. yang telah banyak

iv
membantu dan memberi arahan penulis dalam mengerjakan penelitian baik

berupa ilmu, kritik, saran yang sangat berharga bagi penulis.

6. Kepada Kak Tri selaku laboran di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas

Peternakan, yang telah banyak membantu selama penelitian

7. Kepada sahabat seperjuangan, khususnya Silfi Aulia Hayati, terima kasih

selalu mengingatkan dan mendorong penulis hingga selesainya skripsi ini.

Teruntuk sahabat saya Lisa Ainayal, Dewi Sartika dan Arcintya Dwi Novia,

terima kasih selalu menemani, mendoakan dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan skripsi.

8. Kepada Saudara Riuh Wardani, Muh. Syahdan, Anshari, Safrian, Saudari

Shafira, Alma, Aida, Elfirah, dan Ekum, terima kasih selalu meluangkan

waktu untuk mendengarkan keluh kesah penulis dan mendampingi penulis

dalam melakukan penelitian.

9. Kepada Fiqha Septia N dan Andi Nur Nasyfah, terima kasih telah membantu

penulis dalam penyusunan skripsi.

10. Kepada teman-teman seperjuangan Biologi angkatan 2016, terima kasih atas

pengalaman organisasi yang tercipta, kebersamaan, canda tawa, dukungan,

motivasi, serta bantuan yang tidak dapat penulis jabarkan satu per satu.

Saya mengucapkan terima kasih banyak untuk semua pihak yang terlibat,

semoga kedepannya skripsi ini dapat berguna sebagai referensi tambahan bagi

banyak orang

Makassar, 28 Februari 2020

Penulis

v
vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nutrisi dan durasi fermentasi
terhadap biomassa yeast Pichia kudriavzevii serta untuk mengetahui jumlah lipid
yang dihasilkan biomassa yeast tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
hidrolisis enzimatik, metode fermentasi dan metode sonikasi. Hidrolisiss
enzimatik dilakukan dengan penambahan 1.5 KNU/ml enzim α-amilase pada 20
ml larutan alga. Alga Spirogyra peipingensis difermentasi oleh yeast
Pichia kudriavzevii dengan penambahan nutrisi berupa air kelapa. Produksi
biomassa P. kudriavzevii yang paling optimum yaitu pada durasi 96 jam dengan
konsentrasi nutrisi 30g/L. Lipid diekstraksi dengan bantuan mikrowave
menghasilkan 19.90 % lipid dari 2,58 g/L jumlah biomassa sel yeast yang
digunakan. Hasil menunjukkan yeast P. kudriavzevii dengan sumber karbon
berupa Alga S. peipingensi berpotensi untuk sintesis lipid mikroba dalam produksi
bahan baku biodiesel.

Kata Kunci: Bioenergi, Biomassa, Fermentasi, Minyak Mikroba, Alga Laut.

vii
ABSTRACT

The research aims to determine the effect of nutrition and duration of fermentation
on the biomass of Pichia kudriavzevii yeast and to the determine the amount of
lipids production by the yeast bimass. This research uses enzymatic hydrolysis
method, fermentation method and sonication method. Enzymatic hydrolysis was
performd by adding 1.5 KNU enzym α amylase to 20 ml of algal solution.
Spirogyra peipingensis algae are fermented by P. kudriavzevii yeast with the
addition of nutrients in the from of coconut water. The most optimum production
of biomass P. kudriavzevii is 96 hours in duration with a nutrient concentration of
30 g/L. Lipids were extracted with the help of an microwave and produced 19.90
% lipids from 2.58 g/L of the amount of yeast cell biomas used. The results
showed than P. kudriavzevii with a carbon source in the from of S. peipingensis
has the potential for microbial lipid synthesis in biodiesel raw material biodiesel.

Keyword: Bioenergy, Biomass, Fermentation, Microbial Oil, Seaweed.

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

I.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

I.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4

I.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

I.3 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6

II.1 Biofuel ............................................................................................. 6

II.2 Biodiesel .......................................................................................... 7

II.3 Yeast Pichia kudriavzevii................................................................. 11

II. 4 Air Kelapa ..................................................................................... 13

II.5 Alga Spirogyra peipingensis ........................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 19

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 19

ix
Halaman

III.2 Alat dan Bahan............................................................................... 19

III.2.1 Alat....................................................................................... 19

III.2.1 Alat....................................................................................... 19

III.3 Prosedur Kerja................................................................................ 19

III.3.1 Persiapan dan Hidrolisis Alga Spirogyra peioingensis........ 19

III.3.2 Pembuatan Starter Pichia kudriavzevii................................. 20

III.3.3 Proses Fermentasi................................................................. 21

III.3.4 Produksi Biodiesel ................................................................ 21

III.3.4.1 Produksi Biomassa Yeast .............................................. 21

III.3.4.2 Ekstraksi Sel Yeast ........................................................ 21

III. 4 Rancangan Penelitian..................................................................... 22

III. 5 Analisis Data.................................................................................. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23

IV.1 Proses persiapan dan Hidrolisis Alga Spirogyra peipingensis....... 24

IV.2 Optimalisasi Viabilitas Yeast P.kudriavzevii pada medium

fermentasi ............................................................................................. 27

IV.3 Pengaruh Nutrisi dan Durasi Fermentasi Terhadap Biomassa

Sel Yeast P. kudrivzevii ........................................................................ 28

IV.4 Produksi Biodiesel ......................................................................... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 37

V.1 Kesimpulan ..................................................................................... 37

V.2 Saran................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 38

x
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. Rancangan Penelitian..................................................................................... 22

2. Perbandingan Hasil Kadar Gula dari Penelitian ini dengan Beberapa referensi
penelitian terkait........................................................................................... 26

3. Perbandingan Biomassa Sel Yeast denga Lipid yang Dihasilka pada Penelitian
Ini dengan Perbandingan Beberapa Referensi Terkait................................. 35

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1. Mekanisme Reaksi Transesterifikasi dengan Katalis Basa ........................... 11

2. Morfologi Strain Pichia kudriavzevii............................................................. 12

3. Morfologi Alga Spirogyra peipingensis......................................................... 18

4. Histogram Hasil Pengukuran Biomassa Sel................................................... 29

5. Histogram Produksi Biomassa Sel dan Total Lipid........................................ 33

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Skema Kerja..................................................................................................
46

2. Hidrolisis Alga Spirogyra peipingensis........................................................


47

3. Peremajaan Yeast Pichia kudriavzevii..........................................................


48

4. Pembuatan starter Yeast Pichia kudriavzevii...............................................


49

5. Proses Fermentasi.........................................................................................
50

6. Pengukuran nilai OD menggunakan spektrofotometer Uv Vis....................


51

7. Gambar media fermentasi pada 0 jam..........................................................


52

8. Gambar media fermentasi pada 24 jam........................................................


53

9. Gambar media fermentasi pada 48 jam........................................................


54

10. Gambar media fermentasi pada 72 jam......................................................


55

11. Gambar media fermentasi pada 96 jam......................................................


56

12. Gambar penyiapan Alga Spirogyra Peipingensis.......................................


57

13. Gambar Proses Hidrolisis...........................................................................


58

14. Pembuatan starter Yeast Pichia kudriavzevii.............................................


59

xiii
15. Sterilisasi media fermentasi dengan menggunakan autoclave dan proses
penambahan nutrisi.....................................................................................
60

16. Proses pengukuran OD menggunakan spektrofotmeter Uv Vis.................


61

17. Tabel Hasil Uji Anova................................................................................


62

18. Tabel Hasil Uji Tukey ...............................................................................


63

19. Tabel Pengukura OD .................................................................................


66

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan terpenting bagi kehidupan

manusia. Secara umum kebutuhan bahan bakar masih diambil dari sumber alam

yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Sumber alam

tersebut akan mengalami penurunan yang diperkirakan sekitar 40-60 tahun ke

depan habis jika dieksploitasi secara besar besaran. Pertambahan populasi

manusia telah meningkatkan penggunaan transportasi dan aktivitas industri

sehingga kebutuhan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) meningkat.

Penggunaan BBM di Indonesia sendiri setiap tahunnya selalu mengalami

peningkatan. Berdasarkan data dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi

(BPH Migas) tahun 2018, ada sekitar 75 juta kilo liter penggunaan BBM nasional

setiap tahunnya. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar

tersebut, pemerintah telah mengembangkan bahan bakar alternatif yang dapat

diperbaharui, salah satu contohnya yaitu biodiesel.

Biodiesel secara umum dapat diartikan sebagai ester monoalkil yang

berasal dari minyak tanaman dan lemak hewan (Sulfahri et al., 2019). Minyak

dari tanaman dan lemak hewan tersebut telah diteliti sebelumnya dan memiliki

sifat fisis yang sama dengan minyak solar sehingga bisa digunakan sebagai

pengganti bahan bakar diesel (Putri et al., 2012). Biodiesel biasanya diperoleh

melalui proses transesterifikasi lemak hewan dan minyak nabati dengan alkohol

menggunakan dua jenis katalis yaitu ester asam lemak metil (James) dan ester

asam lemak etil (FAEEs). Biodiesel ini berperan sebagai alternatif bahan bakar

1
diesel, tidak beracun dan biodegradable yang dapat digunakan dalam infrastruktur

kendaraan tanpa memberikan efek pada mesin kendaraan tersebut. Berbagai jenis

bahan baku seperti minyak sayur, limbah minyak goreng, lemak hewan yang

memiliki asam lemak bebas dan atau trigliserida dapat dikonversi menjadi

biodiesel (Roufli & Gargeri, 2018).

Penggunaan tanaman sebagai penghasil minyak nabati untuk bahan baku

biodiesel memiliki banyak permasalahan lingkungan maupun sosial tentang

keterbatasan lahan, dan penggunaan tanaman pangan sebagai bahan bakar. Salah

satu alternatif untuk menghasilkan biodiesel secara ramah lingkungan dan

berkelanjutan tanpa bersaing dengan tanaman pangan adalah menggunakan

mikroba sebagai bahan baku (Sankh et al., 2013). Menurut Rangaswamy et al.,

(2017) dibandingkan dengan minyak nabati dan lemak hewani lainnya produksi

minyak mikroba memiliki banyak keunggulan, diantaranya adalah (1) mikroba

memiliki siklus hidup yang pendek sehingga waktu panen lebih singkat, dan (2)

produksi minyak mikroba kurang dipengaruhi oleh tempat, musim dan iklim jika

dibandingkan dengan tanaman.

Terdapat banyak jenis mikroba yang digunakan sebagai bahan baku

biodiesel. P. kudriavzevii merupakan jenis ragi yang berpotensi dalam pembuatan

biodiesel (Chan, 2012). Morfologi P. kudriavzevii memiliki bentuk yang bulat,

elips atau memanjang, dan secara kimiawi P. kudriavzevii mengandung 29,3%

palmitat, 8,89% stearat dan asam oleat 41,9% (Sulfahri et al., 2019). Komposisi

minyak yang terkandung dalam P. kudriavzevii semunya terdiri dari asam lemak

yang juga dikandung dalam minyak jarak yang dikenal luas sebagai sumber untuk

memproduksi biodiesel. Oleh karena itu, minyak dari P. kudriavzevii dianggap

cocok untuk produksi biodiesel (Rangaswamy et al., 2017).

2
P. kudriavzevii dapat diproduksi menjadi biodiesel melalui ekstraksi

biomassa sel. Oleh karena itu, untuk memproduksi biodiesel dari biomassa sel

P. kudriavzevii, maka diperlukan upaya optimalisasi biomassa sel P. kudriavzevii.

Pertumbuhan P. kudriavzevii dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah sumber karbon, nutrisi dan durasi inkubasi. Salah satu sumber karbon yang

potensial dalam kultur yeast adalah alga Spirogyra. Hal ini disebabkan karena alga

Spirogya mengandung karbohidrat tinggi. Karbohidrat pada umumnya menumpuk

di pirenoid sebagai bahan cadangan (yaitu pati), atau konstituen utama dari

dinding sel (Chen et al., 2011). Alga Spirogyra berpotensial sebagai subtrat

fermentasi untuk mendapatkan biomassa sel dari proses fermentasi tersebut.

Selain sumber karbon, nutrisi fermentasi merupakan faktor yang sangat

penting terhadap mikrobia pelaku fermentasi, hal tersebut disebabkan karena

selain membutuhkan sumber karbon, mikroba tersebut juga membutuhkan sumber

nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mineral. Nutrisi tersedia pada medium

fermentasi yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pembelahan sel mikroba

(Kelbert et al., 2015). Salah satu nutrisi yang dapat menunjang pertumbuhan

mikroorganisme yaitu air kelapa (Sathiyavimal, et al., 2014).

Menurut Fonseca et al (2009) dan Pachori et al (2017) air kelapa

mengandung protein, lemak, kaya akan karbohidrat, antioksidan, enzim dan

fitonutrien lainnya. Air kelapa juga kaya akan asam amino esensial (lisin, histidin,

tirosin dan triptofan), asam lemak, glukosa, fruktosa, selulosa, sukrosa dan asam

organik seperti tartarat, sitrat dan asam malat (Sathiyavimal, et al., 2014). Mineral

juga terkandung dalam air kelapa seperti kalium, kalsium, magnesium, besi,

natrium, fosfor, seng, mangan, tembaga, belerang, aluminium, boron, selenium

dan klorin (Appaiah et al., 2014) tetapi yang paling utama yaitu

3
kalium (Jean et al., 2009). Nutrisi-nutrisi yang ada pada air kelapa tersebut sudah

cukup mendukung pertumbuhan mikroorganisme baik itu bakteri maupun ragi

(Sathiyavimal, et al., 2014).

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian tentang produksi

biomassa sel P. kudriavzevii sebagai bahan baku pembuatan biodiesel

menggunakan sumber karbon alga S.peipingensis dengan penambahan nutrisi

fermentasi berupa air kelapa.

I.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan nutrisi fermentasi air kelapa pada hasil

hidrolisis alga Spyrogyra peipingensis terhadap produksi biomassa sel Pichia

kudriavzevii ?

2. Bagaimana pengaruh durasi fermentasi hasil hidrolisis alga Spyrogyra

peipingensis terhadap produksi biomassa sel Pichia kudriavzevii ?

I.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi nutrisi hasil hidrolisis alga

Spyrogyra peipingensis terhadap produksi biomassa sel Pichia kudriavzevii.

2. Mengetahui pengaruh durasi fermentasi hasil hidrolisis alga

Spyrogyra peipingensis terhadap produksi biomassa sel Pichia kudriavzevii.

3 Mengetahui jumlah lipid yang dihasilkan dari biomassa sel

Pichia kudriavzevii.

I.4. Manfaat Penelitian

1. Memanfaatkan biomassa sel Pichia kudriavzevii sebagai bahan dasar

pembuatan biodiesel yang sekarang masih belum optimal pemanfaatannya.

4
2. Sebagai sumber informasi atau referensi dalam upaya mengembangkan

penelitian selanjutnya yang terkait dengan pemanfaatan biomassa sel

Pichia kudriavzevii sebagai sumber energi terbarukan.

3. Memberikan solusi kepada pemerintah untuk mengatasi masalah

ketergantungan bahan bakar dari minyak bumi yang ketersediannya di alam

semakin berkurang dengan memproduksi biodiesel dari biomassa sel

Pichia kudriavzevii.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Biofuel

Biofuel merupakan sumber bahan bakar yang berasal dari bahan organik

berupa lemak hewan, minyak goreng, arang, dan minyak sayur. Sementara ini

biofuel telah menjadi sumber bahan bakar yang cukup umum dan meluas

digunakan manusia. Munculnya relatif baru ini disebabkan karena penggunaan

bahan bakar fosil sangat pesat untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas manusia

sehingga untuk pemenuhannya selanjutnya akan didukung oleh sumber sumber

biofuel. Sebagai realitas deplesi bahan bakar fosil nanti dan efek terhadap

lingkungan global kita akan lebih mempertimbangkan penggunaan biofuel sebagai

alternatif untuk bahan bakar fosil. Dalam waktu dekat ini, biofuel akan lebih

dikembangkan lagi dan disesuaikan baik secara kinerja maupun sifat fisisnya

dengan bahan bakar fosil (Huynh et al., 2019).

Keuntungan utama biofuel adalah sifatnya yang tertutup dalam siklus

karbon, ketika menggunakan biofuel untuk pembakaran dimana banyak karbon

yang akan mungkin dipancarkan ke lingkungan. Sehingga dari pernyataan itu bisa

disimpulkan bahwa biofuel ini dapat mengurangi emisi karbon hampir sebesar

80%. Biofuel yang cocok dengan apa yang dijelaskan di atas itu dapat diproduksi

dari minyak nabati, lemak hewan dan ganggang. Walaupun banyak sumber

sumber biofule yang memiliki banyak kegunaan, beberapa diantaranya telah

diketahui sangat baik untuk digunakan dalam mesin tanpa adanya yang

dimodifikasi yaitu ester asam lemak metil atau biodiesel yang dihasilkan melalui

proses transesterifikasi yang melibatkan metanol. Ini adalah turunan dari minyak

6
nabati dan cukup mirip dengan dari karakteristik fisik bahan bakar diesel fosil

(Huynh et al., 2019).

II.2 Biodiesel

Beberapa tahun terakhir ini, hampir seluruh peneliti dari pelosok dunia

menjelajahi sumber energi baru seperti bahan bakar. Lebih dari 100 tahun yang

lalu, seorang penemu brilian bernama Rudolph Diesel yang merancang mesin

diesel dengan menggunakan bahan bakar dari minyak nabati. Dr. Rudolph Diesel

menggunakan minyak kacang sebagai bahan bakar pada salah satu mesinnya di

Paris Exposition 1900. Dari hal tersebut, salah satu biodiesel yang dihasilkan dari

minyak nabati (kedelai dan bunga matahari) memiliki banyak keunggulan dan

terdapat berbagai hal menarik sehingga perkembangnnya cukup pesat

(Bosbaz, 2005). Biodiesel ini dapat digunakan secara langsung atau dapat

dicampurkan dengan produk minyak bumi, seperti minyak diesel

(Sankh et al., 2013).

Biodiesel memiliki beberapa kelebihan di antaranya mengurangi emisi

gas-gas beracun seperti CO, HC, NO, SO, mengurangi senyawa karsinogenik dan

meningkatkan pelumasan mesin. Keuntungan komparatif dalam penggunaan

biodiesel ini dapat menyeimbangkan antara pertanian, pengembangan ekonomi

dan lingkungan (Aunillah & Dibyoh, 2012). Kelebihan lain dari biodiesel yaitu

dapat menggantikan minyak diesel di boiler dan mesin pembakaran internal tanpa

dilakukan penyesuaian besar, hampir nol emisi sulfat, sumbangannya kecil pada

penghasilan karbon dioksida (CO2) ketika dilihat dari secara keseluruhan

siklusnya (termasuk budidaya, produksi minyak dan konversi ke biodiesel).

Karena alasan ini, beberapa usaha untuk mengkampanyekan telah direncanakan di

banyak negara untuk memperkenalkan dan mempromosikan penggunaan

7
biodiesel (Bosbaz, 2005).

Biodiesel adalah campuran dari ester asam lemak alkil atau ester

monoalkil dari minyak nabati atau lemak hewan (Sulfahri et al., 2019; Putri et al.,

2012). Minyak yang berasal dari tumbuhan dan lemak hewan serta turunannya

mempunyai kemungkinan sebagai pengganti bahan bakar diesel (Putri et al.,

2012). Biodiesel adalah solusi ramah lingkungan untuk permasalah pemanasan

global, krisis energi dan persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Saat

ini, biodiesel (Ester metil asam lemak “FAMEs) adalah nama yang diberikan

sebagai bahan bakar alternatif, yang dihasilkan dari sumber daya hayati yang

terbarukan yang dapat terurai secara hayati dan tidak beracun

(Rangaswamy et al., 2017).

Biodiesel yang dihasilkan dari minyak nabati dapat dibuat dari berbagai

macam tanaman baik itu dihasilkan secara langsung untuk penggunaan bahan

bakar maupun didaur ulang terlebih dahulu sehingga minyak nabatinya dapat

digunakan. produksi minyak secara langsung dapat dilakukan dengan

menggunakan minyak nabati seperti mustard, jarak, jagung, kelapa, kacang tanah,

kedelai, bunga matahari, rami, dan minyak biji kapas atau dengan minyak nabati

yang didaur ulang terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai sumber bahan bakar

seperti kacang nahor, susu semak, surga, dan minyak jojoba. Saat ini ada lebih

dari 350 tanaman diketahui dapat memproduksi minyak pembuatan biodiesel

dimana sebagian besar sumber yang digunakan berasal dari tanaman pangan

(Huynh et al., 2019).

Sumber alternatif lainnya yang menghasilkan biodiesel dengan cara ramah

lingkungan dan berkelanjutan tanpa bersaing dengan tanaman pangan adalah

dengan menggunakan mikroba. Minyak mikroba juga disebut minyak sel tunggal

8
yang diproduksi oleh beberapa mikroorganisme oleaginous seperti ragi, jamur,

bakteri, dan mikroalga. Beberapa mikroba ini memiliki kemampuan untuk

menumpuk atau menyimpan minyak/lemak hingga 60% dari berat kering mereka,

ketika tumbuh di bawah kondisi nitrogen terbatas. Lipid ini biasanya terdiri dari

80-90% triasilgliserol dengan komposisi asam lemak mirip dengan minyak biji

tanaman (Sankh et al., 2013).

Dibandingkan dengan minyak nabati dan lemak hewani lainnya, produksi

minyak mikroba memiliki banyak keuntungan seperti siklus hidup mikroba yang

lebih pendek dibandingkan dengan tanaman pangan sehinnga produksinya tidak

memakan waktu lama. Dapat menghemat tenaga kerja serta pertumbuhan

mikrobanya tidak terlalu di pengaruhi oleh cuaca dan iklim (Sankh et al., 2013).

Oleh karena itu, minyak mikroba memiliki potensi yang luar biasa untuk

menjadi salah satu bahan baku minyak utama untuk produksi biodiesel di masa

depan. Saat ini mikroba yang telah dipelajari kandungan minyaknya yaitu ragi

oleaginous, Yarrowia, Candida, Rhodotorula, Rhodosporidium, Cryptococcus,

Trichosporon dan Lipomyces. Contohnya pada Cryptococcus curvatus yang

mengandung minyak hingga 60% dari berat kering selnya. Dimana dia

memanfaatkan sumber karbon murah seperti whey permeate dan limbah pertanian

atau pengolahan makanan yang kaya karbohidrat. Keseluruhan minyak ragi

berupa trigliserida yang didominasi oleat, linoleat, stearat, palmitat atau asam

palmitoleat (Sankh et al., 2013).

Sementara itu sumber-sumber minyak nabati yang didapatkan untuk

produksi biodiesel belum tentu memiliki komposisi. Asam lemak dan profil

hidrokarbon yang merupakan minyak nabati tetapi memiliki kualitas yang

bervariasi, tergantung dari tanaman dan bagian dari tanaman yang digunakan.

9
Misalnya, komposisi asam lemak dari minyak yang diekstraksi dari kernel zaitun

berbeda dari komposisi minyak yang diekstraksi dari pomace zaitun tersebut.

Serta dalam pembuatan biodiesel ada berbagai metode (menggunakan etanol

ataupun metanol) sehingga karakteristik fisik biodiesel juga berbeda beda

(Huynh et al., 2019).

Salah satu permasalahan minyak nabati tidak dapat digunakan langsung

sebagai pengganti minyak diesel karena viskositasnya tinggi. Viskositas bahan

bakar yang tinggi dapat mengakibatkan daya atomisasi rendah dan membuat

mesin kehilangan tenaga (Rodrigues et al., 2006). Oleh karena itu mesin diesel

harus dipikirakan rancangannya agar bisa menggunakan bahan bakar minyak

nabati tersebut. Hal tersebut dianggap sangatlah rumit, sehingga inovasinya yaitu

membuat biodiesel yang karakteristik fisiknya hampir sama dengan bahan bakar

fosil standar. Caranya yaitu produksi biodiesel dari minyak nabati dengan

melibatkan transtesterifikasi dengan katalis asam. Katalis yang digunakan

bervariasi dari segi jenis dan jumlah tergantung dari kebutuhan. Tujuan utama dari

proses transesterifikasi adalah untuk mengurangi viskositas dari minyak nabati

sehingga sifat fisisnya dapat menyerupai bahan bakar fosil (Huynh et al., 2019).

Biodiesel dihasilkan melalui proses transesterifikasi minyak atau lemak

dengan alkohol. Gugus alkil dalam alkohol akan menggantikan gugus hidroksil

pada struktur ester minyak dengan dibantu katalis. NaOH dan KOH adalah katalis

yang umum digunakan. Alkohol yang dapat digunakan antara lain metanol,

etanol, propanol, butanol dan amil alkohol. Adapun tahapan mekanisme

transesterifikasi minyak nabati menurut Putri et al., (2017) sebagai berikut;

1. Tahap pertama adalah reaksi antara basa dengan alkohol menghasilkan

alkoksida dan katalis terprotonasi.

10
2. Tahapan kedua serangan nukleofilik dari alkoksida pada gugus karbonil dari

trigliserida menghasilkan sebuah intermediet.

3. Tahapan ketiga yaitu alkil ester dan anion trigliserida terbentuk.

4. Tahapan keempat adalah terjadinya deprotonasi dari katalis, yang selanjutnya

menghasilkan katalis aktif yang baru. katalis tersebut bereaksi kembali dengan

molekul alkohol lainnya, sampai terbentuk monogliserida dan mengalami reaksi

yang sama hingga menghasilkan alkil ester dan gliserol. Keseluruhan proses

tersebut merupakan suatu rangkaian tiga urutan reaksi dan merupakan reaksi

reversibel, dimana di- dan monogliserida dihasilkan sebagai intermediate.

Gambar 1. Mekanisme Reaksi Transesterifikasi dengan katalis basa


(Sumber: Putri et al.,. 2014)

II.3 Yeast Pichia kudriavzevii

Pichia kudriavzevii adalah teleomorfh dari Candida krusei. Teleomorph

adalah tahap reproduksi seksual suatu organisme, artinya P. kudriavzevii

bereproduksi secara seksual melalui fusi sel haploid. Sedangkan reproduksi

aseksual dari fungi biasa disebut anamorph. Ragi ini pertama kali bernama

Issatchenkia orientalis oleh V.I. Kudryavtsev pada tahun 1960 dan diubah

menjadi P. kudriavzevii pada tahun 1965 (Foster & Sloncswezki, 2018).

Bentuk sel P. kudriavzevii bisa berbentuk oval, bulat atau memanjang.

11
Ukuran sel sekitar 1.3-6 µm x 3.3-14 µm. Sel P. kudriavzevii teridiri dari

sitoplasma, nukleus, membran sel, dinding sel, mitokondria dan vakuola. Ragi

tersebut dapat menggunakan glukosa, sukrosa, galaktosa, fruktosa, dan mannosa

sebagai sumber karbon, namun glukosa adalah sumber karbon yang paling banyak

didokumentasikan (Foster & Sloncswezki, 2018).

A B

Gambar 2. (A) Morfologi strain P. Kudreavzevii perbesaran (662 × 495 pixels),


dan (B) strain P.kudreavzevii (Sumber: Sankh et al., 2012 & Foster
2018).

Adapun klasifikasi dari P. kudriavzevii menurut NCBI Taxonomi (2018) sebagai

berikut:

Domain : Eukaryota

Phylum : Ascomycota

Class : Saccharomycetes

Order : Saccharomycetales

Family : Pichiaceae

Genus : Pichia

Species : Pichia kudriavzevii

Ragi ini sangat berlimpah dan mudah ditemukan di lingkungan seperti di

tanah, kulit buah-buahan dan bahkan dalam minuman fermentasi. P. kudriavzeii

12
dapat tetap aktif secara metabolik pada suhu setinggi 45 °C dan dalam pH yang

paling rendah adalah 2. Sehingga bisa menghasilkan etanol dengan konsentrasi

tinggi, yang sangat berguna untuk industri biofuel (Kurtzman et al., 2011).

Hal unik yang dimiliki dari P. kudriavzevii adalah kemampuannya untuk

menghidrolisis asam fitat dari phytase. Asam fitat tidak dapat dicerna oleh

sebagian besar mamalia sehingga asam ini sangat membantu pencernaan manusia.

Disamping itu P. kudriavzevii juga memiliki 3 enzim yang dapat menghidrolisis

xilosa. Xilosa adalah molekul gula yang ditemukan dalam kayu dan tidak banyak

ragi yang mampu memetabolisme gula jenis ini. Adapun jalur hidrolisisnya yaitu

xylulose-5-fosfat kemudian dapat dimasukkan ke jalur pentosa fosfat (PPP) untuk

dikonversi menjadi fruktosa 6-fosfat yang dapat diteruskan ke jalur glikolisis.

Dalam kondisi yang tepat, strain P. kudriavzevii M12 dapat digunakan untuk

membentuk alkohol dari kayu melalui cara yang sangat kompleks menghasilkan

bioetanol (Chan, 2012).

Seperti kebanyakan ragi, P. kudriavzeii juga terlibat dalam fermentasi

anggur dan bir karena ragi ini dapat memfermentasi glukosa (Kurtzman et al.,

2011). Gula yang dapat difermentasi oleh ragi ini sangat terbatas dimana hanya

dapat memfermentasikan gula glukosa, dan tidak terlalu efektif dalam

memfermentasi galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, raffinosa. Sehingga ragi ini

kurang cocok untuk memfermentasi seluruh batch bir, dimana banyak

mengandung maltosa yang tidak dapat dimanfaatkan oleh P. kudriavzevii

(Kurtzman et al., 2011).

2.4 Air Kelapa

Air kelapa adalah minuman alami yang menyegarkan berasal dari buah

13
kelapa (Pachori, dkk., 2014) dan banyak dikonsumsi di daerah tropis di dunia

(Sathiyavimal, dkk., 2014). Air kelapa ini tidak berwarna, manis, dan sedikit

kecut (Sathiyavimal, dkk., 2014) dimana memiliki pH berkisar antara 4,2-6,0

(Appaiah, et al., 2014). Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa air kelapa

dapat digunakan sebahai bahan baku untuk minuman isotonik, seperti penelitian

yang telah dilakukan oleh Langkong et al., (2016). Menurut Langkong et al.,

(2016) air kelapa memiliki manfaat yaitu untuk menggantikan ion yang hilang

dalam tubuh akibat aktifitas fisik seperti olahraga. Cairan dalam minuman

isotonik, memiliki tekanan yang sama dengan dinding pembuluh darah yang

menyebabkan minuman ini lebih mudah diserap oleh tubuh daripada air biasa

(Pachori, dkk., 2014).

Penelitian telah menunjukkan bahwa air kelapa mengandung protein,

karbohidrat (glukosa, fruktosa, selulosa, sukrosa,), asam lemak dan kaya asam

amino esensial (lisin, histidin, tirosin dan triptofan), serta asam organik seperti

tartarat, sitrat dan asam malat (Sathiyavimal, dkk., 2014). Air kelapa ini bebas

lemak dan rendah kalori serta mengandung banyak mineral seperti kalium,

kalsium, magnesium, besi, natrium, fosfor, seng, mangan, tembaga, belerang,

aluminium, boron, selenium dan klorin (Appaiah et al., 2014). Enzim yang

ditemukan pada air kelapa mencakup reduktase selektif, polyphenol oxidase

(PPO) and peroxidase (POD) (Sathiyavimal et al., 2014). Menurut Pachori et al.,

(2014) mineral utama yang dikandung air kelapa yaitu kalium dan natrium

sehingga baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.

2.5 Alga Spirogyra peipingensis C.C.Jao

Alga merupakan salah satu produsen primer di ekosistem perairan laut

14
bersama dengan fitoplankton, lamun, dan mangrove. Alga tersebut ada yang

bersifat autotrofik atau heterotrofik. Alga autotrofik memanfaatkan sinar matahari

untuk berfotosintesis dan menggunakan bahan anorganik karbon (CO2) di

atmosfer yang kemudian berasimilasi dalam bentuk bahan makanan cadangan

seperti karbohidrat. Ada banyak spesies alga yang heterotrofik dan mereka

mengambil molekul organik dari organisme lain dan mengubahnya menjadi lemak

dan protein. Ada spesies alga tertentu yang tidak dapat menggunakan karbon

anorganik (CO2) dari atmosfer maupun karbon organik dari lingkungan sebagai

sumber karbonnya dan proses ini disebut mixotrophy. Melalui salah satu dari tiga

proses ini, alga dapat menghasilkan karbohidrat, lipid, dan protein

(Eshaq et al., 2010).

Alga termasuk mikroorganisme fotosintetik yang memiliki kemampuan

menggunakan sinar matahari dan karbon dioksida untuk reproduksi sel-sel

tubuhnya menghasilkan biomassa dan menghasilkan sekitar 50% oksigen yang

ada di atmosfir (Abdurrachman et al., 2013). Alga juga memiliki nilai ekonomis

sebagai penghasil hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang secara luas

digunakan dalam industri makanan dan farmaseutika. Alga secara luas digunakan

sebagai makanan, bahan penting bagi industri kosmetik serta penghasil

hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang digunakan sebagai pengental dan

gelling agents. Alga telah banyak dibudidayakan karena ketersediaan di alam

tidak lagi mencukupi untuk berbagai kebutuhan manusia (Basir et al., 2017)

Indonesia menjadi pemasok utama rumput laut dunia dengan pangsa pasar

sebesar 26,50% dari total permintaan dunia (Kemendag, 2015). Alga juga

digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit. Penelitian telah banyak dilakukan

15
untuk mengkaji senyawa bioaktif berbagai jenis alga di antaranya rumput laut

hijau sebagai antibakteri (Mishra et al., 2016), alga merah sebagai antikanker

(Duraikannu et al., 2014) dan rumput laut coklat sebagai antiinflamasi dan

antidiabetes (Ji-Hyun et al., 2016). Komponen bioaktif yang dihasilkan alga di

antaranya termasuk dalam kelompok polisakarida, lemak dan asam lemak, pigmen

serta metabolit sekunder seperti fenol, alkaloid, terpen dan lektin

(Perez et al., 2016).

Manfaat lainnya dari Spirogyra sp. yaitu sebagai agen bioremediasi logam

berat (Singh et al., 2007; Kaonga et al., 2008). Agen fitoremediasi limbah

budidaya sidat (Apriadi et al., 2014). Alga spirogyra juga banyak dijadikan

sebagai bahan baku pembuatan etanol (Sulfahri et al., 2011; Ge et al., 2017).

Spirogyra sp. merupakan alga berfilamen (filamentous algae) yang hidup

mengapung bebas pada habitat air tawar. Penggunaan alga berfilamen dalam

mengolah bahan organik limbah budidaya didasarkan atas capaian perkembangan

biomassa yang cepat sebagai asumsi dari pemanfatan nutrien yang optimal

(Bishnoi et al., 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Ge et al (2017) alga spirogyra ini dapat

diaplikasikan sebagai penangan limbah air perkotaan dengan menyerap unsur

nitrogen dan posfor yang ada dalam air hingga 50%. Alga Spirogyra juga

memiliki kemampuan mengadsorbsi Cu dan Pb dan digunakan sebagai sumber

nutrisi dan mempengaruhi peningkatan produksi biomassanya

(Lee & Chang, 2011).

Menurut Stancheva et al., (2013) pertumbuhan dan perkembangan alga

sangat dipengaruhi dengan ketersediaan nutrisi yang diserap serta kondisi

lingkungan yang menunjang pertumbuhannya. Nutrien yang berasal dari N dan P

16
merupakan persyaratan yang dibutuhkan alga secara umum, dalam hal ini

termasuk alga berfilamen Spirogyra sp. untuk melangsungkan pertumbuhannya.

Telah diketahui bahwa keberadaan nutrien tersebut merupakan faktor pembatas

untuk pertumbuhan alga. Adanya keterbatasan pemanfaatan nutrien N dan P

menyebabkan perbedaan jumlah nuterien N dan P yang diserap oleh Spirogyra sp.

Amonium (NH4+) merupakan nutrien yang paling berpengaruh terhadap

peningkatan bobot dan pertumbuhan Spirogyra sp. (Apriadi et al., 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hmaidan et al., (2011) diperoleh

informasi bahwa Spirogyra sp. memiliki pertumbuhan yang lebih baik pada

perairan dengan kandungan nitrogen yang cukup tinggi. Hasil serupa juga

didapatkan dari penelitian Brubaker et al., (2011) bahwa keberadaan N pada

konsentrasi yang cukup akan memberikan pertumbuhan Spirogyra sp. yang

optimal.

Alga Spirogyra adalah salah satu ganggang hijau paling umum di musim

semi. Alga ini berwarna hijau terang dan ditemukan mengambang di kolam air

tawar yang tenang, kolam, danau dan parit dan juga di aliran sungai. Menurut

Randhawal genus ini mencakup sekitar 289 spesies dan 94 di antaranya telah

dilaporkan dari India. Tubuh tanaman alga Spirogyra berupa talus yang terdiri dari

benang silinder hijau panjang sekitar 1/10 mm dan panjang beberapa sentimeter.

Tekstur alga ini halus seperti rambut, tidak bercabang dan sering disebut filamen.

Setiap sel terdiri dari dinding sel yang menutupi protoplas, dinding sel terdiri dari

dua lapisan konsentris. Bagian dalam mengandung selulosa sedangkan bagian luar

ditutupi oleh lapisan pektosa (Eshaq et al., 2010). Tubuh alga S. peipingensis

memiliki lebar 104-57 mm dan panjang 156-200 mm yang mengandung kloroplas

dan lima sampai tujuh di dalam sel. Alga spirogyra bereproduksi secara vegetatif

17
dengan berfragmentasi sedangkan secara generatif dengan melalui konjugasi

(Sulfahri et al., 2016).

A B

Gambar 3. Alga Spirogyra : (a) Morfologi S. peipingensis pada ukuran


mikroskopis, dan (b) Morfologi S. peipingensis pada ukuran
makroskopis (Sumber: Sulfahri et al., 2016)
Adapun klasifikasi alga S. peipingensis C.C.Jao menurut AlgaBase 2018

sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Devisio : Charophyta

Class : Zygnemophyceae

Subclass : Zygnometophycidae

Order : Zygnematales

Family : Zygnemataceae

Genus : Spirogyra

Spesies : Spirogyra peipingensis C.C.Jao

18
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2019 di

Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Laboratorium Bioteknologi Fakultas Peternakan, Universitas

Hasanuddin Makassar, dan Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah fermentor,

autoclave, laminair air flow, spektrofotometer, jarum ose, pipet mikro, tabung

reaksi, pH meter, hot plate, blender, batang pengaduk, gelas baker, timbangan,

erlenmayer, spektrofotometer uv-vis, glucosa refractometer, Microwave, Rotary

Evaprator, thermometer, rotary shaker dan hummer mill

III.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah tisu, kapas,

kertas saring, kertas whatmann, Alga S. peipingensis, kultur P. kuadriavzevii,

medium PDA (Potato Dextrosa Agar) dan akuades.

III.3 Prosedur Kerja

III.3.1 Persiapan dan Hidrolisis Alga Spirogyra peipingensis

Alga Spirogyra peipingensis dikeringkan dan diblender hingga hancur dan

diayak dengan ukuran ayakan 80 mesh. Alga Spirogyra peipingensis yang lolos

19
ayakan ditimbang dengan biomassa 100 g dan ditambahkan aquades sebanyak 900

ml kemudian dipanaskan. Pemanasan dilakukan sambil diaduk-aduk selama 2 jam

dengan suhu 100oC kemudian didinginkan hingga suhu mencapai ±45ºC (Zhang

& Feng, 2010) dan ditambahkan enzim α-amilase (Novozymes, Denmark)

sebanyak 4,6 g kemudian diinkubasi selama 80 menit (Bascar et al., 2008;

Sulfahri et al., 2017). Setelah hidrolisis, hidrosilat kemudian disentrifugasi pada

kecepatan 9.000 rpm pada suhu 4 C selama 10 menit. Kemudian supernatan hasil

sentrifugasi disaring dan disterilisasi

III.3.2 Pembuatan Starter Pichia kudreavzevii

Pichia kudreavzevii diambil 1 ose yang sebelumnya telah dikultur pada

medium SDA pada tabung reaksi diinokulasi ke dalam Erlenmeyer 50 ml yang

berisi 5 ml substrat Spirogyra peipingensis steril yang telah diatur pH menjadi 4

dengan penambahan buffer Na-citrate 0,1 M, diinkubasi dalam rotary shaker

dengan kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu 30 ºC selama 24 jam (aktivasi I).

Sebanyak 1 ml dari aktivasi I dan diinokulasi kembali kedalam Erlenmeyer 50 ml

yang berisi 9 ml substrat S. peipingensis, diinkubasi dalam rotary shaker dengan

kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu 30 ºC selama 24 jam (aktivasi II). Sebanyak 5

ml (10%) dari aktivasi II (OD600nm = 0,5) diinokulasi kembali ke Erlenmeyer 100

ml yang berisi 45 ml substrat S. peipingensis, diinkubasi dalam rotary shaker

dengan kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu 30 ºC selama 8 jam (aktivasi III).

Hasil aktivasi III kemudian ditambahkan dengan konsentrasi inokulum dengan

konsentrasi 10% ke dalam botol fermentor 100 ml yang berisi 45 ml substrat alga

S. peipingensis yang telah diperkaya dengan nutrisi lalu diinkubasi selama 24 jam

pada suhu kamar (±30 ºC).

20
III.3.3 Proses Fermentasi

Starter hasil aktivasi III ditambahkan dengan konsentrasi inokulum 10%

((OD600nm = 0,5) ke dalam botol fermentor 100 ml yang berisi 45 ml substrat alga

yang telah diperkaya dengan air kelapa dengan jumlah yang bervariasi (0, 10, 20,

30, 40, 50 g/L) lalu diinkubasi dengan variasi durasi fermentasi, yaitu; 0 jam, 12

jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam pada suhu 30 ºC. Proses fermentasi dilakukan

pada kondisi anaerob (Zhang & Feng, 2010; Sulfahri et al., 2017).

III.3.4 Produksi Biodiesel

III.3.4.1. Produksi Biomassa Yeast

Perlakuan terbaik yang telah diperoleh pada tahapan fermentasi kemudian

diaplikasikan pada tahapan produksi biodiesel. Produksi biodiesel dilakukan

dengan menggunakan fermentasi sistem batch. Hasil hidrolisis alga

S.peipingensis yang telah diperkaya nutrisi ditambahkan starter P. kudreavzevii

(Aktivasi III). Fermentasi dilakukan pada suhu 30 ºC. Biomassa sel P.

kudreavzevii diperoleh dengan menggunakan teknik sentrifugasi dan dikeringkan

kedalam oven hingga beratnya konstan. Biomassa sel P.kudreavzevii diekstraksi

kandungan minyaknya dengan gelombang mikro (Barros et al., 2006; Hogg,

2005).

III.3.4.2. Ekstraksi Sel Yeast

Ekstraksi sel P.kudriavzevii dilakukan dengan memasukkan 1,0 gram

biomassa P. kudriavzevii kering ke dalam gelas kimia yang berisi 25 mL etanol

96%. Kemudian dimasukkan ke dalam mikrowave pada suhu 60 °C selama 5 jam.

Ekstrak yang mengandung lipid akan diperoleh setelah diuapkan menggunakan

rotari vaporator. Minyak mikroba yang dihasilkan kemudian dikeringkan pada

21
suhu 60 °C sampai mencapai berat konstan.

III.4 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL (rancangan acak

lengkap) dengan pola faktorial dengan perlakuan jenis nutrisi dan lama waktu

fermentasi. Penelitian ini dilakukan dengan ulangan sebanyak tiga kali. Parameter

yang diamati adalah biomassa sel dan kadar gula total (%). Berdasarkan dengan

metode penelitian yang akan digunakan, berikut adalah rancangan penelitian yang

disajikan pada Tabel 1

Tabel 1 Rancangan Penelitian

Nutrisi Waktu
Fermentasi 0 jam 12 jam 24 jam 36 jam 48 jam
Air kelapa 0 g/L
Air kelapa 10 g/L
Air kelapa 20 g/L
Air kelapa 30 g/L
Air kelapa 40 g/L
Air kelapa 50 g/L

III.5 Analisis Data

Data yang berupa biomassa sel dianalisis secara statistik dengan

menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95%

(α=0,05) untuk mengetahui pengaruh variasi nutrisi fermentasi dan lama waktu

fermentasi terhadap produksi biomassa sel. Jika terdapat pengaruh maka

dilanjutkan dengan uji tukey pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05) untuk

mengetahui data yang sama dan yang berbeda nyata pada tiap perlakuan.

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Proses Pretreatment dan Hidrolisis Alga S. peipingensis

Sebelum alga S. peipingensis menjadi media fermentasi, terlebih dahulu

melewati proses pretreatmen dan hidrolisis. Selama proses pretreatmen terjadi

degradasi pada lignin dan struktur kristal selulosa sehingga meningkatkan

aksesbilitas enzim untuk selulosa (Malakar et al., 2020). Selain itu, pemanasan

dalam pretreatmen memungkinkan kelarutan selektif hemiselulosa dan

meningkatkan penetrasi enzim untuk hidrolisis (Yuan et al., 2016). Setelah proses

pretreatmen alga Spirogyra selanjutnya masuk pada tahap hidrolisis. Proses

hidrolisis bertujuan untuk memecah molekul karbohidrat dari alga S. peipingensis.

Alga S. peipingensis memiliki kadar karbohidrat yang tinggi, yaitu mencapai 64%

(Pinto et al., 2018; Lee et al., 2011) dan jenis karbohidrat yang dikandung yaitu

pati. Pati dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu amilum dan amilopektin

(Nangin et al., 2015). Amilokpektin memiliki berat molekul yang tinggi dengan

percabangan rantai pendek yang terdiri dari α-1,6 glukosida sedangkan amilum

memiliki berat molekul yang lebih rendah dengan percabangan rantai panjang

yaitu ikatan α-1,4-D-glukosa (Zhu et al., 2019).

Degradasi pati adalah proses hidrolitik dari glukan linear di plastid, yang

melibatkan aksi gabungan dari enzim seperti amilase, glukosidase enzim seperti

D-enzim dan transferase glukan (Vajravijayan et al., 2017). Enzim penting untuk

proses degradasi biomassa terutama meliputi selulase, hemiselulase, sistem enzim

degradasi lignin dan enzim cutin dan kofaktor enzim selulosa

(Chen & Wang, 2017). Proses hidrolisis pada penelitian ini menggunakan 150

23
gram alga S. peipingensis dan aquades sebanyak 1350 ml, kemudian dipanaskan

selama 2 jam pada suhu 100 0C. Selanjutnya substrat diturunkan suhunya hingga

45 oC kemudian ditambahkan enzim alfa amilase sebanyak 4,6 gram. Dilanjutkan

dengan menginkubasi substrat selama 80 menit pada suhu kamar. Penentuan

kadar enzim yang diberikan berdasarkan berapa konsentrasi KNU enzim tersebut.

Menurut Sulfahri et al., (2016) setiap 1 gram enzim α-amilase Liquozyme-Supra-

Novozymes memiliki aktivitas sebanyak 135 KNU/ml.

Pada penelitian ini proses hidrolisis dilakukan dengan penambahan enzim

α-amilase. Enzim α-amilase (α-1,4-glucan-glucanohydrolase) adalah enzim endo-

hidrolase yang bekerja pada pati (polisakarida) dan mendegradasi ikatan α-1,4-

glukosidik dalam mode endo dan menghasilkan oligosakarida

(Torabizadeh, 2019). Enzim ini bekerja dari ujung oligosakarida tetapi tidak

mereduksi secara habis, enzim mengkatalisis dengan cara menghidrolisis ikatan α-

1,4-glikodisik, memecah dua unit glukosa (maltosa) sekaligus (Saini et al., 2017).

Konsentrasi enzim α-amilase yang digunakan yaitu 330 KNU/g, dimana KNU

(Kilo novo unit) merupakan satuan yang menggambarkan jumlah aktivitas enzim

yang digunakan. Menurut Arapoglou et al., (2010) 1 KNU adalah jumlah enzim

yang mampu melepas gula sebanyak 5,26 gram/menit. Enzim α-amilase berfungsi

sebagai hidrolisator glukosida dan menghidrolisis ikatan β-1,4 glikosidik sehingga

amilum terurai menjadi monosakarida (Tavallaie et al., 2019; Ariandi, 2015)

Metode hidrolisis dengan penambahan enzim α-amilase pada penelitian ini

Diperoleh kadar gula sebesar 0,4 g/g. Hal ini terjadi karena enzim memiliki sifat

sebagai biokatalisator yang membantu dalam mempercepat proses reaksi

(Yalcin et al., 2013). Banyaknya enzim α-amilase yang digunakan akan

mempengaruhi kadar gula yang dihasilkan. Hal ini juga dijelaskan

24
Risnoyatiningsih (2011), semakin banyak konsentrasi enzim α-amilase yang

ditambahkan pada pati, akan menghasilkan kadar glukosa yang semakin banyak.

Namun kadar enzim yang tinggi juga dapat menghambat proses hidrolisis karena

dapat mematahkan ikatan yang khusus yaitu α-1 bond, dan 4-glukosida untuk

menghasilkan glukosa (Larnaudie et al., 2019; Singh et al., 2013).

Penelitian dengan menggunakan metode hidrolisis enzimatik juga

dilakukan oleh kumar et al., (2020) dan Ngamsirisomsakul et al., (2019) yang

menggunakan alga Chlorella sp dan menghasilkan kadar gula masing-masing

sebesar 0.48 g/g dan 0.42 g/g. Penelitian dari Ramachandra dan Hebbale (2020)

yang menggunakan alga Enteromorpha intestinalis dan Sunwoo et al., (2019)

yang menggunakan alga Kappaphycus alvarezii menghasilkan kadar gula yang

sama sebesar 0.26 g/g. Penelitian dari Qarri dan Israel (2020) yang menggunakan

alga Ulva sp meghasilkan kadar gula sebesar 0.14 g/g. Penelitian dari Alam et al.,

(2019) menggunakan alga Scenedesmus raciborsnii menghasilkan kadar gula

sebesar 0.17 g/g. Penelitian dari Onay et al., (2019) yang menggunakan alga

Hindakia tetrachotoma menghasilkan kadar gula sebesar 0.22 g/g. Penelitian dari

Shokrkar et al., (2018) yang menggunakan kultur alga campuran (Scendesmus sp

dan Botryococcus brunii) menghasilkan kadar gula total sebesar 0.48 g/g. Pada

penelitian ini yang juga menggunakan alga Spirogyra peipingensis menghasilkan

kadar gula total sebesar 0.4 g/g. Berikut adalah tabel perbandingan kadar gula

yang dihasilkan dari proses hidrolisis enzimatik beberapa referensi:

25
Tabel 2. Perbandingan Hasil Kadar Gula Dari Penelitian Ini Dengan
Beberapa Referensi Penelitian Terkait

Hidrolisis
Jenis Alga Laut
Kadar Referensi
gula (g
Jenis Enzim Tipe Gula
gula/g
biomassa)
Kumar et al.,
Chlorella sp Selulase 0.48 Glukosa
(2020)
Gula Qarri & Israel
Ulva sp Selulase 0.14
Reduksi (2020)
Enteromorphor Gula Ramachandra &
Selulase 0.26
a intestinalis reduksi Hebbale (2020)
Ngamsirisomsakul
Chlorella sp Glucoamylase 0.42 Glukosa
et al., (2019)
Selulase, α-
Scendesmus
amilase, 0.17 Glukosa Alam et al.,(2019)
raciborsnii
amyglukosidase
Glukosa
Kappaphycus selulase dan Sunwoo et al.
0.26 dan
alvarezii vikoszime (2019)
Galakatosa
Hindakia β-glukosidase Onay et al.,
0.22 Glukosa
tetrachotoma (2019)
Scendesmus sp
dan Shokrkar et al.,
Selulase 0.48 Glukosa
Botryococcus (2018)
brunii

Spirogyra Gula
α-amilase 0,4 Penelitian ini
peipingensis reduksi

Menurut Sukadarti et al., (2015) kondisi yang mempengaruhi aktifitas

enzim diantaranya konsentrasi enzim, konsentasi substrat, pH, dan suhu. Hal ini

26
disebabkan karena semakin lama waktu hidrolisis dan konsentrasi enzim yang

semakin meningkat menyebakan interaksi antara subtrat dan enzim semakin

tinggi. Interaksi antara substrat dan enzim yang semakin tinggi mengakibatkan

semakin banyak ikatan peptida dari protein yang terputus menjadi molekul yang

lebih sederhana (Herlina et al., 2016). Pada penelitian ini hidrolisis dengan

menggunakan enzim amilase akan membuat karbohidrat dari S. peipingensis akan

pecah menjadi polimer monosakarida. Monosakarida yang dihasilkan nantinya

akan digunakan oleh yeast sebagai sumber C dalam proses fermentasi.

IV.2 Optimalisasi Viabilitas Yeast Pada Medium Fermentasi

Pichia kudriavzevii merupakan yaest yang diperoleh dari Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI). Yeast tersebut berperan sebagai agen fermentasi

dan biomassa selnya akan menghasilkan biodiesel. Sebelum proses fermentasi,

yeast tersebut dioptimalisasi terlebih dahulu pada medium hasil hidrolisis alga

S. peipingensis. Oleh karena itu optimalisasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan

viabilitas sel sebelum diinokulasikan ke dalam medium fermentasi. Selain itu,

medium alga S. peipingensis bukan merupakan medium umum untuk

pertumbuhan yeast, oleh karena itu harus diadaptasikan pada medium alga

S. peipingensis melalui proses aktivasi dan penentuan usia starter.

Pada penelitian ini, dilakukan aktivasi sebanyak 3 kali untuk

mengadaptasikan yeast pada medium fermentasi. Langkah pertama yang

dilakukan sebelum masuk ketahap aktivasi yaitu meremajakan isolat yeast di

medium PDA (potato dextrosa agar) dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu

ruang. Peremajaan ini berfungsi agar isolat yeast yang akan digunakan untuk

aktivasi berada pada fase pertumbuhan yang sangat optimal. Selanjutnya dibuat

27
subkultur isoat yeast P. kudriavzevii di media agar miring supaya dapat digunakan

untuk penelitian lainnya.

Yeast yang telah diaktivasi selanjutnya ditentukan usia starternya.

Penentuan usia starter merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena respon

pertumbuhan yeast harus diketahui pada medium untuk menentukan masa dimana

aktivitas sel dan kondisi paling optimal. Umur starter yang paling baik digunakan

dalam medium fermentasi yaitu pada saat sel mengalami fase eksponensial. Pada

fase ini sel mikroorganisme dalam keadaan stabil dan optimum untuk melakukan

pembelahan sel. Hal ini juga didukung oleh penelitian Karta et al., (2015) yang

menyatakan bahwa fase eksponensial merupakan fase perbanyakan jumlah sel,

aktivitas sel meningkat dan merupakan fase yang penting dalam pertumbuhan sel

mikroorganisme.

IV.3 Pengaruh Nutrisi dan Durasi Fermentasi Terhadap Biomassa Sel Yeast

Pichia kudriavzevii

Penambahan nutrisi dan durasi waktu dapat mempengaruhi efesiensi

fermentasi (Larnaudie et al., 2019). Keberhasilan fermentasi dapat dilihat dari

respon pertumbuhan mikroorganisme pada medium fermentasi. Hal tersebut juga

dikatakan oleh Donny & Agustini (2016) bahwa fermentasi yang terus

berlangsung akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa karena aktivitas

mikroba, sehingga meningkatkan pembentukan biomassa sel. Pada penelitian ini

pengukuran biomassa sel yeast P. kuadriavzevii dilakukan dengan menggunakan

metode berat kering sel (dry cell weight). Pengukuran biomassa sel dilakukan

selama proses fermentasi 0 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam. Adapun

grafik dari biomassa sel dengan penambahan nutrisi organik disajikan pada

28
gambar:

3.5

2.5
0 g/L
Biomassa Sel g/L

2 10 g/L
20 g/L
30 g/L
1.5
40 g/L
50 g/L
1

0.5

0
0 Jam 24 Jam 48 Jam 72 Jam 96 Jam

Gambar 4. Histogram Hasil Pengukuran Biomassa Sel Yeast Pichia

kudriavzevii.

Gambar 3 menunjukkan bahwa pembentukan bimassa sel selama proses

fermentasi dengan penambahan nutrisi menghasilkan jumlah biomassa sel yang

29
berbeda. Hasil biomassa sel yeast P. Kudriavzevii terendah terjadi pada durasi

fermentasi 0 jam dikarenakan proses fermentasi baru dimulai (fase adaptasi). Hal

ini didukung oleh penelitian Sharah et al., (2015) bahwa pada fase adaptasi

menggambarkan sel membelah diri dengan laju yang konstan. Fase adaptasi pada

yeast P. kudriavzevii relatif singkat dikarenakan medium pembuatan starter sama

dengan medium fermentasi. Hal ini didukung oleh Sulfahri et al., (2016) dan

Sharah et al., (2015) yang menyatakan bahwa fase adapatasi relatif singkat atau

tidak terjadi jika medium starter sama dengan medium fermentasi.

Hasil biomassa sel yeast P. kudriavzevii yang paling tinggi yaitu pada

waktu 96 jam durasi fermentasi yang mencapai 2.91 g/L. Berbeda dengan

penelitian Sulfahri et al., (2019) dimana biomassa sel yeast P. kudriavzevii yang

paling tinggi diproduksi pada 48 jam durasi inkubasi dan menghasilkan biomassa

sel 0,27 g/g. Dari data penelitian ini terlihat bahwa semakin lama proses

fermentasi maka semakin banyak pula biomassa sel yang dihasilkan. Hal ini juga

didukung oleh penelitian Rahmadhani et al., (2017) bahwa durasi fermentasi

berpengaruh terhadap aktifitas yeast karena semakin lama fermentasi maka yeast

akan semakin aktif berkembangbiak atau membelah. Semakin lama durasi

fermentasi maka produksi biomassa sel meningkat, artinya yeast telah

menggunakan karbohidrat dari media fermentasi untuk bereproduksi

(Donny & Agustini 2016)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa sel yeast P. kudriavzevii

dengan penambahan nutrisi berupa air kelapa pada konsetrasi berbeda

menghasilkan hasil yang berbeda pula. Pada penambahan nutrisi dengan

konsentrasi 0 g/L, 10 g/L, 20 g/L dan 30 g/L selalu mengalami peningkatan

30
jumlah sel. Namun, pada penambahan nutrisi dengan konsentrasi 40 g/L, dan 50

g/L terlihat bahwa jumlah biomassa sel yang dihasilkan menurun pada durasi 72

jam. Dari data tersebut terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi nutrisi maka

semakin tidak stabil produksi biomassa sel yeast P.kudriavzevii. Hal ini dijelaskan

dalam penelitian Xu et al., (2019) bahwa jumlah penambahan nutrisi yang lebih

tinggi tidak menyebabkan biomassa yang lebih tinggi, bahkan akan menghambat

pertumbuhan ragi yang mungkin disebabkan karena rasio C/N.

Penggunaan air kelapa sebagai nutrisi tambahan sumber nitrogen pada

penelitian ini berpengaruh terhadap produksi biomassa sel. Suplementasi dengan

sumber nitrogen lebih efisien untuk mempercepat pertumbuhan ragi dan produksi

bimassa dibandingkan dengan suplementasi asam amino (Deesuth et al., 2015).

Berbeda dengan hasil penelitian dari Sulfahri et al., (2019) dan Sari et al., (2019)

yang menyatakan bahwa penambahan nutrisi tidak berpengaruh terhadap

biomassa sel yeast P.kudriavzevii. Hal tersebut terjadi karena penambah nutrisi

pada medium fermentasi yang telah memiliki nutrisi organik yang cukup tidak

mempengaruhi proses fermentasi.

Berdasarkan uji ANOVA pada selang kepercayaan 95% menunjukkan

bahwa variasi konsentrasi nutrisi dan durasi fermentasi berbeda nyata

mempengaruhi biomassa sel yeast P.kudriavzevi yang dihasilkan. Oleh karena itu,

maka dilakukan uji lanjut Tukey dengan selang kepercayaan 95%. Berdasarkan

lama waktu inkubasi, hasil analisis Uji Tukey selang kepercayaan 95%

menunjukkan bahwa 0 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam terdapat

perbedaan yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap selang waktu

durasi fermentasi, biomasa sel yang dihasilkan berbeda. Hal ini sesuai dengan

31
hasil penelitian dari Rahmadhani et al., (2017) yang menyatakan bahwa waktu

fermentasi akan berpengaruh terhadap pembelahan sel yeast.

Berdasarkan konsentrasi nutrisi, hasil analisis Uji Tukey pada selang

kepercayaan 95% menunjukkan bahwa konsentrasi 10 g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L

dan 50 g/L terdapat perbedaan yang signifikan terhadap biomassa sel. Hal tersebut

menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi nutrisi menghasilkan biomassa sel

yang berbeda. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Indah (2016) yang

menyatakan bahwa penambahan nutrisi (sebagai sumber nitrogen) memiliki

pengaruh terhadap biomassa sel yeast yang dihasilkan.

Jika dilihat interaksi antara konsentrasi nutrisi di masing-masing durasi

fermentasi, hasil Uji Tukey menunjukkan pada konsentrasi 40g/L dan 50 g/L

dengan durasi fermentasi 0 jam, 24 jam dan 48 jam, tidak terdapat perbedaan yang

signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada 0 jam dengan konsentrasi

40g/L dan 50 g/L menghasilkan biomassa sel yang sama. Pada durasi 24 jam

jumlah biomassa sel dengan konsentrasi 40 g/L dan 50 g/L juga sama, begitupun

pada durasi 48 jam dikonsentrasi 40g/L dan 50 g/L menghasilkan biomassa sel

yang sama. Hal ini sesuai dengan penelitian Kadita (2016) yang menyatakan nilai

growth rate merupakan respresentatif dari ratarata laju pertumbuhan semua sel

mikroba yang ada dalam media, namun tidak menunjukkan laju pertumbuhan

maksimum dari masing-masing sel mikroba.

IV.4 Produksi Biodiesel

Hasil terbaik dari proses fermentasi pada penelitian ini akan diaplikasikan

dalam produksi biomassa sel. Selanjutnya dilakukan fermentasi lanjutan pada

32
penambahan konsentrasi nutrisi 30g/L selama 96 jam dengan 3 kali ulangan.

Menurut Vasconcelos et al., (2019) pemilihan medium fermentasi sangat penting

bagi yeast dalam memproduksi lipid untuk biodiesel. Biomassa sel yang

dihasilkan dari proses fermentasi akan diisolasi kandungan lipidnya untuk

memproduksi biodiesel. Biomassa sel yeast digunakan untuk produksi biodiesel

karena kemampuan mereka untuk menghasilkan 20% sampai 87% dari biomassa

total mereka sebagai lipid dan asam lemak (Calvey et al., 2016; Bharathiraja et

al., 2017). Selain itu, sebuah studi elemental membuktikan bahwa biodiesel

mikroba lebih murah (USD 0,76/L) saat dibandingkan dengan biodiesel standar

(USD 0.81/L). Hasil biodiesel mikroba ditemukan 6 kali lipat lebih tinggi dari

biodiesel standar (Soccol et al., 2017).

Proses mengekstrak lipid dari yeast diperlukan pemilihan metode ekstraksi

yang efisien agar sesuai dengan hasil yang diinginkan. Pada penelitian ini lipid

dari yeast dihasilkan dengan cara ekstraksi ultrasonik menggunakan pelarut etanol

96%. Metode Ultrasonik ini berperan penting untuk menghancurkan komposisi

dinding sel dari sel yeast (Sulfahri et al., 2019). Menurut Selvakumar dan

Sivashanmugam (2019) metode ultrasonikasi sekarang diminati untuk

mengekstrak lipid dari biomassa mikroba karena waktu proses yang sangat

pendek, kemudahan operasi dan kualitas produk yang tinggi. Hal ini juga dapat

mengurangi penggunaan pelarut dalam proses ekstraksi (Zhang et al., 2014).

Prinsip dasar prosedur ekstraksi pelarut yaitu sifat kepolaran yang sama sehingga

pada penelitian ini digunakan pelarut etanol karena memiliki sifat kepolaran yang

sama dengan bahan ekstraksi (Vasconcelos et al., 2019). Berikut hasil dari

fermentasi dan ekstraksi lipid yeast P.kudrivzevii yang disajikan pada gambar:

33
3
Chart Title
2.5
DCW, Total Lipid (g/L)

1.5

0.5

0
DCW Lipid

Gambar 5 Histogram Hasil Produksi Biomassa Sel dan Total Lipid


Gambar 4 menunjukan produksi biomassa sel dan total lipid yeast

P.kurdiavzevii. Hasil fermentasi yeast memperoleh produksi biomassa sel yang

dihitung dengan metode berat kering, memiliki rata-rata berat yaitu 2,58 g/L. Hal

ini menunjukkan bahwa medium fermentasi efisien bagi yeast P. kudriavzevii

untuk memperbanyak sel. Sesuai dengan hasil penelitian Selvakumar et al.,

34
(2019) yaitu bertambahnya biomassa sel ragi sejalan dengan berkurangnya

komponen karbohidrat dalam medium fermentasi.

Adapun hasil total lipid yang diekstrak dari yeast yaitu 19.90%. Tingginya

konsentrasi biomassa sel yeast P. kudriavzevii yang dihasilkan tidak menentukan

banyaknya total lipid yang juga dihasilkan. Hal tersebut dijelaskan dalam

penelitian Selvakumar dan Sivashanmugam (2019) bahwa dalam konsentrasi

produksi lipid dengan konsentrasi biomassa dapat dikolerasikan dengan transfer

energi dalam metablisme sel yeast. Konsentrasi biomassa yang lebih rendah

dalam proses ekstraksi mengurangi kemungkinan tabrakan antara sel-sel dan

mengakibatkan sedikit gangguan metabolisme menyebabkan penurunan ekstraksi

lipid. Penurunan jumlah lipid pada konsentrasi biomassa yang lebih tinggi karena

energi yang diterima lebih sedikit oleh sel-sel yeast dan menyebabkan pecahnya

sel yang kurang intensif sehingga mengurangi jumlah lipid yang dihasilkan.

Berikut adalah tabel perbandingan jumlah lipid yang dihasilkan mikroba pada

beberapa referensi penelitian:

35
Tabel 3. Perbandingan Biomassa Sel Dengan Lipid Yang Dihasilkan Pada
Penelitian Ini Dengan Perbandingan Beberapa Referensi Terkait

Total
Biomassa
Jenis Yeast Sumber Karbon Lipid Referensi
sel (g/L)
%

Pichia Alga Laut Spirogyra


2.58 19.90 Penelitian ini
kudriavzevii peipingensis

Meyerozyma
Gliserol Mentah 42.12 48.14 Chebbi et al (2019)
caribbica

Naganishia Selvakumar et al
TSEP mwa 17.85 65.4
liquefaciens (2019)
Chaiyaso &
Sporidiobolus
Gliserol Mentah 14.47 45.74 Manowattana
pararoseus
(2018)

Cryptococcus Carotta et al
Keju Ricotta whey 14.4 32.6
laurentii (2017)
Selvakumar &
Lipomyces
pre-digested WAS 17.52 64.3% Sivashanumugas
starkeyi
(2017)
Rhodotorula Taskin et al.,
Molase 16.2 64.8
glutinis (2017)

Cryptococcus
Kulit Kacang Tanah 11.52 46 Deeba et al (2017)
psychrotolerans
Malt extract glucose
Rhodosporidium
yeast extract peptone 23.36 53.31 Saran et al (2017)
toruloides
(MGYP)

Cryptococcus Ekstrak Limbah


14.6 53.40 Deeba et al (2016)
vishniaccii Pabrik Kertas

Data yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan hubungan biomassa sel

36
dan total lipid yang dihasilkan setelah diekstrak. Terlihat bahwa setiap jenis ragi

memiliki hasil biomassa sel dan lipid yang berbeda-beda. Yeast Naganishia

liquefaciens menghasilkan lipid tertinggi 65.4% dengan biomassa 17.85 g/L hasil

penelitian Selvakumar et al (2019). Sedangkan yeast Meyerozyma caribbica

menghasilkan biomassa tertinggi 42.12 g/L dengan total lipid 48.14% hasil

penelitian Chebbi et al., (2019). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah

bomassa sel yang tinggi belum tentu akan menghasilkan total lipid yang

dihasilkan. Hal tersebut bisa saja terjadi dikarenakan adanya perbedaan

kandungan lipid tiap jenis sel ragi dan adanya perbedaan media pertumbuhan

yang digunakan.

Hidrolisis enzimatik dengan menggunakan enzim α-amilase

mengoptimalkan fungsi alga Spirogyra sebagai media fermentasi. Produksi

biomassa P. kudriavzevii yang paling optimum yaitu pada durasi 96 jam dengan

konsentrasi nutrisi 30g/L. Lipid diekstraksi dengan bantuan ultrasonic

menghasilkan 19.90 % lipid dari 2,58g/L jumlah biomassa sel yeast yang

digunakan. Dengan demikian, yeast P. kudriavzevii dengan sumber karbon alga

S. peipingensi berpotensi untuk sintesis lipid mikroba untuk produksi biodiesel.

Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis asam lemak yang

dikandung dari sel yeast P.kudriavzevii.

37
BAB V

KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan

1. Fermentasi hasil hidrolisis alga S. peipingensis melalui penambahan nutrisi

fermentasi berpengaruh terhadap produksi biomassa sel yeast P. kudrivzevii.

Biomassa yang paling optimal dicapai yaitu pada penambahan nutrisi dengan

konsentrasi 30 g/L, menghasilkan biomassa sel yaitu 2.91 g/L.

2. Durasi fermentasi nampak berpengaruh terhadap produksi biomassa sel yeast

P. kudriavzevii yang dihasilkan. Biomassa yang yang paling optimal dicapai

pada durasi fermentasi 96 jam. Lama waktu fermentasi meningkatkan

biomassa sel yang dihasilkan.

3. Pada fermentasi diperoleh hasil biomassa sel yeast P.kudriavzevii sebanyak

2.58 g/L. Kandungan lemak yang dihasilkan yaitu 19.90% yang berpotensi

sebagai bahan baku biodiesel.

V.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis asam lemak yang

terkandung pada lipid yeast P. kudriavzevii.

38
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Basir, Kustiariyah Tarman, D., 2017. Aktivitas Antibakteri Dan


Antioksidan Alga Hijau Halimeda Gracilis From Seribu Island District.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 20 (Aktivitas Antibakteri Dan
Antioksidan Alga Hijau Halimeda Gracilis Dari Kabupaten Kepulauan
Seribu), 211–218.

Appaiah, P., Sunil, L., Prasanth, P, K., Kumar & Gopala, A, G., 2014, Physico-
Chemical Characteristics And Stability Aspects Of Coconut Water And
Kernel At Different Stages Ofmaturity, Https://Doi 10.1007/S13197-014-
1559-4.
Apriadi, T., Pratiwi, N. T. M., & Hariyadi, S., 2014. Fitoremediasi Limbah
Budidaya Sidat Menggunakan Filamentous Algae ( Spirogyra Sp .)
Fitoremediation Of Eel Culture Wastewater Using Filamentous Algae
( Spirogyra Sp .). Depik Journal, 46–55.
Ariandi, Yopi, & Meryandini, A. (2017). Enzymatic Hydrolysis Of Copra Meal
By Mannanase From Streptomyces Sp. BF3.1 For The Production Of
Mannooligosaccharides. HAYATI Journal Of Biosciences, 22(2), 79–86.
Https://Doi.Org/10.4308/Hjb.22.2.79
Ariandi, Yopi, Anja, M., 2016. Enzymatic Hydrolysis Of Copra Meal By
Mannanase From Streptomyces Sp. BF3.1 For The Production Of
Mannooligosaccharides. HAYATI Journal Of Bioscience, 2(20): 79-86.

Aunillah, A., & Pranowo, D. (2012). Karakteristik Biodiesel Kemiri Sunan


[Reutealis Trisperma ( Blanco ) Airy Shaw] Menggunakan Proses
Transesterifikasi Dua Tahap. Buletin RISTRI, 3, 193–200.
Bharathiraja, B., Sowmya, V., Sridharan, S., Yuvaraj, D., Jayamuthunagai, J.,
Praveenkumar, R., 2017. Biodiesel Production From Microbial Oil
Derived From Wood Isolate Trichoderma reesei, Bioresource Technology,
Doi: Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Biortech.2017.05.078

Bozbas, K. (2008). Biodiesel As An Alternative Motor Fuel: Production And


Policies In The European Union. Renewable And Sustainable Energy
Reviews, 12(2), 542–552. Https://Doi.Org/10.1016/J.Rser.2005.06.001.
Calvey, C.H., Su, Y.K., Willis, L.B., Mcgee, M., Jeffries, T.W., 2016. Nitrogen
Limitation, Oxygen Limitation, And Lipid Accumulation In Lipomyces
Starkeyi. Bioresour Technol,200: 780-788.

Carotta, E., Silvia, C., Alessandro, D., Anna, M. G., Silvia, R. S., Maurizio, P.,
2017. A Sustainable Use Of Ricotta Cheese Whey For Microbial Biodiesel

39
Production. Science Of The Total Environment, 584–585.
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Scitotenv.2017.01.068

Chaiyaso, T., Manowattana, A., 2017. Enhancement Of Carotenoids And Lipids


Production By Oleaginous Red Yeast Sporidiobolus Pararoseus KM281507,
Preparative Biochemistry And Biotechnology, DOI:
10.1080/10826068.2017.1381620

Chebby, H., David, L-C., Miguel, C-C., Atef, J., Pilar, M.D., 2019. Biodiesel
Production From Microbial Oil Provided By Oleaginous Yeasts From
Olive Oil Mill Wastewater Growing On Industrial Glycerol. Industrial
Crops & Products, 1-9. Doi:
Https://Doi.Org/10.1016/J.Indcrop.2019.111535.

Chen, X., Cao, X., Sun, S., Yuan, T., Wang, S., Shi, Q., & Sun, R. (2019).
Hydrothermal Acid Hydrolysis For Highly Efficient Separation Of Lignin
And Xylose From Pre-Hydrolysis Liquor Of Kraft Pulping Process.
Separation And Purification Technology, 209, 741–747.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Seppur.2018.09.032.
Chen, H., & Wang, L. 2017. Enzymatic Hydrolysis Of Pretreated Biomass.
Technologies For Biochemical Conversion Of Biomass, 65-99.

Chan GF, Gan HM, Ling HL, Rashid NA. (2012) Genome Sequence Of P
Kudriavzevii M12, A Potential Producer Of Bioethanol And Phytase.
Eukaryot Cell, 11(10).

Deeba, F., Pruthi, V., Negi, Y.S., 2017. Fostering Triacylglycerol Accumulation
In Novel Oleaginous Yeast Cryptococcus Psychrotolerans IITRFD Utilizing
Groundnut Shell For Improved Biodiesel Production. Bioresource
Technology, Doi: Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Biortech.2017.04.001

Deeba, F., Vikas, P., Yuvraj, N. S., 2016. Converting Paper Mill Sludge Into
Neutral Lipids By Oleaginous Yeast Cryptococcus Vishniaccii For Biodiesel
Production. Bioresource Technology, 30.
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Biortech.2016.02.105

Deesuth, O., Laopaiboon, P., Klanrit, P., Laopaiboon, L., 2015. Improvement Of
Ethanol Production From Sweet Sorghum Juice Under High Gravity And
Very High Gravity Conditions: Effects Of Nutrient Supplementation And
Aeration. Ind Crops Prod, 74, 95–102.

Donny, A.W., Rudiana, A., 2016. Effect Of Fermentation Time On Tapioca


Residue Fermentation To Produce Biohydrogen Through
Photofermentation Using Rhodospirillum Rubrum. UNESA Journal Of
Chemistry, 1 (50): 36-40.

40
Duraikannu K, Shameem RK, Anithajothi R, Umagowsalya G, Ramakritinan CM.
2014. In-Vivo Anticancer Activity Of Red Algae (Gelidiela Acerosa And
Acanthophora Spicifera). Pharmaceutical Sciences And Research, 5(8):
3347-3352.

Eshaq, F. S., Ali, M. N., & Mohd, M. K. (2010). Spirogyra Biomass A Renewable
Source For Biofuel ( Bioethanol ) Production. International Journal Of
Engineering Science And Technology, 2(12), 7045–7054.
Fonseca AM, Monte FJQ, Da Conceic M, De Oliveiraaão F, Coconut Water
(Cocosnucifera L.) – A New Biocatalyst System For Organic Synthesis,
Journal Of Molecular Catalysis B: Enzymatic, 57, 2009, 78-82.
Gallelo, I., Casas, J.J., Rodrigues, F.F., Juan, M., Castillo, P.S., & Martines, C.P.
2013. Culture Of Spirogyra Africana From Farm Ponds For Long-Term
Experiments And Stock Maintenance. Journal Of Biotechnology Agronomy
Social Environment. 17 (3) : 423-430.
Ge, S., Madill, M., & Champagne, P. (2018). Use Of Freshwater Macroalgae
Spirogyra Sp. For The Treatment Of Municipal Wastewaters And Biomass
Production For Biofuel Applications. Biomass And Bioenergy, 111: 213–223.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Biombioe.2017.03.014
Gozan, M., Fatimah, I., Nanda, C., & Haris, A. (2014). Produksi Biosurfaktan
Oleh Pseudomonas Aeruginosa Dengan Substrat Limbah Biodiesel
Terozonasi Untuk Peningkatan Perolehan Minyak Bumi. Journal Of Agro-
Based Industry, 31(2), 39–44.
Herlina, Bambang, H.P., Mukhammad, F., Fikry, A.R., 2016. Utilization Of Α-
Amylase And Variation Of Hydrolysis Time On Glucomannan Flour
Production From Gembili (Dioscorea Esculenta L.) Tuber. Jurnal
Agroteknologi, 10(1): 73-86.

Huynh, L. H., Kasim, N. S., & Ju, Y. H. (2011a). Biodiesel Production From
Waste Oils. Biofuels, 375–396. Https://Doi.Org/10.1016/B978-0-12-385099-
7.00017-6
Huynh, L. H., Kasim, N. S., & Ju, Y. H. (2011b). Biodiesel Production From
Waste Oils. In Biofuels (1 Ed.). Https://Doi.Org/10.1016/B978-0-12-385099-
7.00017-6
Jaya, D., Setiyaningtyas, R., & Prasetyo, S. (2018). Bioethanol Production From
Green Algae Spirogyra Sp. 15(1), 16–19.
Ji-Hyun O, Kim J, Lee Y. 2016. Antiinflammatory And Anti-Diabetic Effects Of
Brown Seaweeds In High-Fat Diet-Induced Obese Mice. Nutrition Research
And Practice, 10(1): 42-48.
Karta, Wayan, Ni M. Puspawati & Yenni Ciawi. 2015. Pembuatan Bioetanol Dari
Alga Codium Geppiorum Dan Pemanfaatan Batu Kapur Nusa Penida

41
Teraktivasi Untuk Meningkatkan Kualitas Bioetanol. Indonesian E-Journal
Of Applied Chemistry, 12(3).
Kurtzman CP, Fell JW, Boekhout T (2011) The Yeasts, A Taxonomic Study.
Volume 1. Fifth Edition.

[KEMENDAG]. 2015. Siaran Pers Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.


Tiongkok Dan Singapura Borong Rumput Laut Indonesia Rp 850,19 Miliar.
[Diunduh 2016 Des 15]. Tersedia Pada: Http://Www. Kemendag.Go.Id/
Id/News/2015/08/02/ T Iongkok-Dan-Singapura-Borongrumput-Laut-
Indonesia-Rp-78271-Miliar.
Larnaudie, V., Mario, D.F., Caludia, L. 2019. Techno-Economic Analysis Of A
Liquid Hot Water Pretreated Switchgrass Biorefinery: Effect Of Solids
Loading And Enzyme Dosage On Enzymatic Hydrolysis. Biomass And
Bioenergy, 1-11. Doi: Https://Doi.Org/10.1016/J.Biombioe.2019.105394.

Lee, Y.C., & Chang, S.P. 2011. The Biosorption Of Heavy Metals From Aqueous
Solution By Spirogyra And Cladophora Filamentous Microalgae.
Bioresource Technology, 102 : 5297–5304.
Li, Q., Du, W., & Liu, D. (2008). Perspectives Of Microbial Oils For Biodiesel
Production. Applied Microbiology And Biotechnology, 80(5): 749–756.
Https://Doi.Org/10.1007/S00253-008-1625-9
Mishra JK, Srinivas T, Madhusudan T, Sawhney S. 2016. Antibacterial Activity
Of Seaweed Halimeda Opuntia From The Coasts Of South Andaman. Global
Journal Of Bio-Science And Biotechnology, 5(3): 345-348.
Malakar, B., Debasish, D., Kaustubha, M., 2020. Optimization Of Glucose Yield
From Potato And Sweet Lime Peel Waste Through Different Pre-Treatment
Techniques Along With Enzyme Assisted Hydrolysis Towards Liquid
Biofuel. Renewable Energy, 145: 2723-2732.
Nangin, D., & A. Sutrisno. 2015. Raw Starch Degrading Amylase Enzyme From
Microbes. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(3) : 1032-1039.
Pachori, R., Lahoti, D., Kulkarni, N., Sadar, K., 2017, Studies On Development
Of Probioticated Coconat Water. Online International Interdisciplinary
Research Journal, ISSN 2249-9598, 07.
Pinto, T., Luia, G., Joana, O., Ganesh, D.S., Patricia, M., 2018. Enhancement Of
Fermentative Hydrogen Production From Spirogyra Sp. By Increased
Carbohydrate Accumulation And Selection Of The Biomass Pretreatment
Under A Biorefinery Model. Journal Of Bioscience And Bioengineering,
20(20): 1-9.

Putri, S. K., Supranto, & Sudiyo, R. (2012). Studi Proses Pembuatan Biodiesel
Dari Minyak Kelapa ( Coconut Oil ) Dengan Bantuan Gelombang
Ultrasonik. Jurnal Rekayasa Proses, 6(1), 20–25.

42
Rachman, S. A., K, A., & Septian, R. (2013). PEMBUATAN BIODIESEL DARI
MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS Cao DISINARI
DENGAN GELOMBANG MIKRO. Teknik Kimia, 19(4), 45–52.
Raoufi, Z., & Mousavi Gargari, S. L. (2018). Biodiesel Production From
Microalgae Oil By Lipase From Pseudomonas Aeruginosa Displayed On
Yeast Cell Surface. Biochemical Engineering Journal, 140, 1–8.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Bej.2018.09.008.
Risnoyatiningsih, S. 2011. Hydrolisis Of Starch Saccharides From Sweet Potaroes
Using Enzyme. Jurnal Teknik Kimia, 5(2):1-8.

Rochelle, D., & Najafi, H. (2019). A Review Of The Effect Of Biodiesel On Gas
Turbine Emissions And Performance. Renewable And Sustainable Energy
Reviews, 105(June 2018), 129–137.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Rser.2019.01.056.
Saini, S., Saini, H.S., Dahiya, A., 2017 Amylases: Characteristics And Industrial
Applications. Journal Of Pharmacognosy And Phytochemistry, 6(4): 1865-
1871.

Sankh, S., Thiru, M., Saran, S., & Rangaswamy, V. (2013). Biodiesel Production
From A Newly Isolated P Kudriavzevii Strain. Journal Fuel, 106, 690–696.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Fuel.2012.12.014
Saran, S., Arushi, M., Jyotsana, D., Saxena, R.K., 2017. Process Optimization For
Cultivation And Oil Accumulation In An Oleaginous Yeast Rhodosporidium
Toruloides A29. Journal Fuel, 188: 324-331.
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Fuel.2016.09.051

Sathiyavimal, Vasantharaj, Jagannathan, Senthilkumar, R., Vijayaram, 2014,


Natural Sources Of Coconut Component Used For Microbial Culture
Medium (NSM), International Journal Of Pharmaceutical Sciences Review
And Research, ISSN 0976 – 044X, 26(2), 28-32.
Selvakumar, P., Arunagiri A., Sivashanmugam, P. 2019. Thermo-Sonic Assisted
Enzymatic Pre-Treatment Of Sludge Biomass As Potential Feedstock For
Oleaginous Yeast Cultivation To Produce Biodiesel. Renewable Energy
1400-1411. Https://Doi.Org/10.1016/J.Renene.2019.03.040

Selvakumar, P., & Sivashanmugam, P., 2019. Ultrasound Assisted Oleaginous


Yeast Lipid Extraction And Garbage Lipase Catalyzed Transesterification
For Enhanced Biodiesel Production. Energy Conversion And Management,
179: 141–151. Https://Doi.Org/10.1016/J.Enconman.2018.10.051

Selvakumar, P., & Sivashanmugam, P., 2017. Thermo-Chemo-Sonic Pre-


Digestion Ofwaste Activated Sludge For Yeast Cultivation To Extract Lipids

43
For Biodiesel Production. Journal Of Environmental Management, 198: 90-
98. Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Jenvman.2017.04.064

Sharah, A., Rahman, K., Desmalati, 2015. The Manufacture Of Lactic Acid
Bacteria Growth Curve In The Isolation Of Kembung (Rastrelliger Sp)
Peda. 145-162.

Singh, Devendra, P., & Rakesh Kumar Trivedi. 2013. Production Of Biofuel
From Algae: An Economic And Eco-Friendly Resource. International
Journal Of Science And Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064

Soccol, C.R., Dalmas, N.C.J., Soccol, V.T., Sydney, E.B., Da Costa, E.S.F.,
Medeiros, A.B.P., Vandenberghe L.P. De Souza, 2017. Pilot Scale Biodiesel
Production From Microbial Oil Of Rhodosporidium Toruloides DEBB 5533
Using Sugarcane Juice: Performance In Diesel Engine And Preliminary
Economic Study. Bioresour Technol., 223, pp. 259-268.

Souza, I. A., Orsi, D. C., Gomes, A. J., & Lunardi, C. N. (2019). Enzymatic
Hydrolysis Of Starch Into Sugars Is Influenced By Microgel Assembly.
Biotechnology Reports. https://doi.org/10.1016/j.btre.2019.e00342.
Stancheva, R., Hall, J.D., M.c. Court, R.M., & Sheath, R.G. 2013. Identity And
Phylogenetic Placement Of Spirogyra Species. J. Phycol. International
Journal Bioresour Technology. (49) : 588–607.

Sulfahri, Nurfadillah, Taufan, W. L., & Aska, M. S. (2019). Biodiesel Production


From P Kudriavzevii Using Algae Kappaphycus Alvarezii As A
Fermentation Substrate. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 243, 012095. https://doi.org/10.1088/1755-1315/243/1/012095
Sulfahri, S., Amin, M., Sumitro, S. B., & Saptasari, M. (2017). Comparison Of
Biomass Production From Algae Spirogyra hyalina and Spirogyra
peipingensis. Biofuels, 8(3), 359–366.
https://doi.org/10.1080/17597269.2016.1231954
Sulfahri, Ni’matuzahroh & Manuhara, S.W. 2012. Optimization of the
Bioconversion of Spirogyra hyalina Hydrolysates to Become Ethanol Using
Zymomonas mobilis. Journal of Applied Envoronmental and Biological
Science. 2(8) : 374 – 379.
Taskin, M., Serkan, O., Mehmet, N. A., Nazli, P.A., 2017. Lipid Production From
Sugar beet molasses under non-aseptic culture conditions using the
oleaginous yeast Rhodotorula glutinis TR29. Renewable Energy, 99: 198-
204. http://dx.doi.org/10.1016/j.renene.2016.06.060

Tavallaie, S., Morteza, K., Maryam, M., Yahya, M., 2019. Starches From
Different Sources Hydrolysis Using A New Thermo-Tolerant Amylase
Complex Produced By Bacillus subtilis T41a: Characterization And

44
Efficiency Evaluation. Food Science and Technology. Hal: 1-10.
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2019.05.116

Torabizadeh, H., 2020. Nano Co-Immobilization Of Α-Amylase And Maltogenic


Amylase By Nanomagnetic Combi-Cross-Linked Enzyme Aggregates
Method For Maltose Production From Corn Starch. Carbohydrate
Research, doi: https://doi.org/10.1016/j.carres.2019.107904

Vajravijayan, S., S. Pletnev, N. Mani, N. Pletneva, N. Nandhagopal, K.


Gunasekaran, 2017. Structural Insights On Starch Hydrolysis By Plant
Βamylase And Its Evolutionary Relationship With Bacterial Enzymes.
Biomac, 9195 doi:10.1016/j.ijbiomac.2018.02.138.

Vasconcelos, B., Jose, C.T., Giuliano, D., Jose, A.T., 2018. Optimization Of Lipid
Extraction From The Oleaginous Yeasts Rhodotorula glutinis and
Lipomyces kononenkoae. AMB Expr, 8:126
https://doi.org/10.1186/s13568-018-0658-4.

Xu, Y., Meixia, S., Xuyan, Z., Huirong, Y., Haifeng, Z., 2019. Potential Yeast
Growth And Fermentation Promoting Activity Of Wheat Gluten
Hydrolysates And Soy Protein Hydrolysates During High-Gravity
Fermentation, Industrial Crops & Products: 179–184.
https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2018.10.077.

Yalcin, H. T., & Corbaci, C. 2013. Isolation and Characterization Of Amylaze


Producing Yeast and Improvement Of Amylase Production. Turkish Journal
Of Biochemistery, 38(1): 101-108.

Yuan, T., Xiekun, L., Shiyuan, X., Ying, G., Weizheng, Z., Jingliang, X.,
Zhenhong, Y., 2016. Microalgae Pretreatment with Liquid Hot Water to
Enhance Enzymatic Hydrolysis Efficiency. Bioresource Technology. doi:
http:// dx.doi.org/10.1016/j.biortech.2016.08.117.

Zarina, A., Hasana, M.U., & Shameel, M. 2012. Diversity of the Genus Spirogyra
(Zygnemophyceae Shameel) in the North-Eastern Areas of Pakistan.
Proceedings of The Pakistan Academy of Sciences, 44(4) : 225 – 248.
Zhang, X., Yan, S., Tyagi, R.D., Drogui, P., Surampalli, R.Y., 2014.
Ultrasonication assisted lipid extraction from oleaginous microorganisms.
Bioresour Technol., 158, pp.253-261.

Zhang, Kunn & Feng Hong. 2010. Fermentation Potentials Of Zymomonas


Mobilis And Its Application In Ethanol Production From Low-Cost Raw
Sweet Potato. African Journal of Biotechnology, 9-37.
Zhu J, Yu W, Zhang C, Zhu Y, Xu J, Li E, 2019. Gilbert RG, Liu Q, New Insights
Into Amylose And Amylopectin Biosynthesis In Rice Endosperm,

45
Carbohydrate Polymers, doi:
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2019.115656.

Zwirn, M., Chen, C., Uher, B., & Schagerl, M. 2013. Induction Of Sexual
Reproduction In Spirogyra Clones – Does An Universal Trigger Exist.
Journal of Fottea Olomouc, 13 (1) : 77-85.

46
Lampiran 1. Skema Kerja

Sampel Alga
Spirogyra peipingensis

Persiapan dan Hidrolisis


Alga

Pembuatan Starter Yeast

Fermentasi

Produksi Biomassa Sel

Ekstraksi Sel

Lampiran 2. Hidrolisis Alga Spirogyra peipingensis

47
Tepung Alga
Spirogyra

- Diinokulasi sebanyak 1 ose

Substrat Alga
Spirogyra

- Dipanaskan pada suhu 100 0C


selama 2 jam
- Diturunkan suhunya hingga 45 0C
kemudian ditambah enzim dan
dipertahankan suhunya selama 80
menit

Hidrolisat Alga

- Disentrifugasi selama 10 menit


pada kecepatan 9000 rpm
- Diambil supernatannya kemudian
disterilkan

Hidrolisat Alga Steril

48
Lampiran 3. Peremajaan Yeast Pichia kudriavzevii

Isolat Yeast
Pichia kudriavzevii

- Diinokulasi sebanyak 1 ose

Media PDA

- Diinkubasi selama 1×24 jam

Kultur Yeast
Pichia kudriavzevii

Pembuatan Stock
Isolat Yeast
Pichia kudriavzevii

49
Lampiran 4. Pembuatan Starter Yeast Pichia kudriavzevii

Kultur Yeast
Pichia kudriavzevii

- Diinokulasi sebanyak 1 ose

5 ml Hasil Hidrolisis
Alga (I)

- Diinkubasi selama 1×24 jam


- Diinokulasiakan sebanyak 1 ml

9 ml Hasil Hidrolisis
Alga (II)

- Diinkubasi selama 1x24 jam


- Diinokulasikan sebanyak 5 ml

45 ml Hasil Hidrolisis
Alga
- Diinkubasi selama 8 jam

Starter Pichia kudriavzevii (III)

50
Lampiran 5. Proses Fermentasi

Starter aktivasi III

- Diinokulasikan sebanyak 5 ml

45 ml Substrat Alga
Steril

- Ditambahkan nutrisi fermentasi


- Dinkubasi selama 96 jam

Media Fermentasi

51
Lampiran 6. Pengukuran Nilai OD

Media Fermentasi

- Dimasukkan 3 ml media di tube


spektrofotometer

- Diukur nilai OD pada panjang


gelombang 573 nm

Analisis Optical
Density

52
Lampiran 7. Media fermentasi durasi 0 jam

53
Lampiran 8. Media Fermentasi Durasi 24 Jam

54
Lampiran 9. Media Fermentasi Durasi 48 jam

55
Lampiran 10 Media fermentasi durasi 72 jam

56
Lampiran 11 Media fermentasi durasi 96 jam

57
Lampiran 12: Gambar Penyiapan Alga Spirogyra peipingensis

1 2

Keterangan Gambar:

1. Alga S. peipingensis yang telah dihancurkan menggunakan Hummer mill

2. Proses pengayakan alga S. peipingensis dengan menggunakan ayakan

berukuran 80 mesh

3. Tepung alga S. peipingensis

58
Lampiran 13: Gambar Proses Hidrolisis

1 2

3
4

Keterangan Gambar :

1. Proses pemanasan selama ± 2 jam dilakukan pada suhu 100°C

2. Enzim α-amilase (Liquozyme Supra, Novozymes, Denmark) ditimbang

sebanyak 4,6 gram

3. Sampel dimasukkan ke dalam sentrifugasi

4. Hasil sampel yang telah disentrifugasi

59
Lampiran 14: Pembuatan Starter Yeast Pichia kudriavzevii

1 2

3 4 5

Keterangan Gambar:

1. Isolat yeast P. kudriavzevii pada media PDA

2. Proses pemindahan 1 ose isolat P. kudriavzevii ke dalam subtrat alga

S. peipingensis

3. Aktivasi 1

4. Aktivasi 2

5. Aktivasi 3 (starter)

60
Lampiran 15: Sterilisasi Media Fermentasi dengan Menggunakan Autoclave,
dan Proses Penambahan Nutrisi Fermentasi

1 2

3 4

Keterangan Gambar:

1. Media fermentasi di sterilisasi menggunakan autoclave

2. Hasil media fermentasi setelah disterilisasi

3. Nutrisi fermentasi limbah cair tahu

4. Proses penambahan nutrisi fermentasi pada media fermentasi

61
Lampiran 16: Proses Pengukuran OD menggunakan Spektrofotometer UV

VIS

1 2 3
1
1

4 5
1

Keterangan Gambar

1. Media feremntasi di ambil sebanyak 1 ml

2. Dimasukkan Kedalam tabung reaksi

3. Diambil aquades sebanyak 2 ml

4. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sama

5. Isi tabung reaksi dimasukkan dalam kuvet dan diukur nilai Odnya

menggunakan spektrofotometer uv-vis

62
Lampiran 17. Tabel ANOVA

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: OD
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1.071a 29 .037 3.672 .000
Intercept 3.133 1 3.133 311.353 .000
Waktu .905 4 .226 22.490 .000
konsentrasi .090 5 .018 1.798 .143
waktu * konsentrasi .076 20 .004 .376 .987
Error .302 30 .010
Total 4.506 60
Corrected Total 1.373 59
a. R Squared = .780 (Adjusted R Squared = .568)

63
Lampiran 18. Tabel Hasil Analisis Uji Tukey

Waktu
Multiple Comparisons
Dependent Variable: OD
Tukey HSD
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) waktu (J) waktu (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
0 jam 24 jam -.0600 .04095 .592 -.1788 .0588
48 jam -.1575* .04095 .005 -.2763 -.0387
*
72 jam -.2575 .04095 .000 -.3763 -.1387
*
96 jam -.3342 .04095 .000 -.4529 -.2154
24 jam 0 jam .0600 .04095 .592 -.0588 .1788
48 jam -.0975 .04095 .148 -.2163 .0213
*
72 jam -.1975 .04095 .000 -.3163 -.0787
*
96 jam -.2742 .04095 .000 -.3929 -.1554
*
48 jam 0 jam .1575 .04095 .005 .0387 .2763
24 jam .0975 .04095 .148 -.0213 .2163
72 jam -.1000 .04095 .132 -.2188 .0188
*
96 jam -.1767 .04095 .001 -.2954 -.0579
*
72 jam 0 jam .2575 .04095 .000 .1387 .3763
24 jam .1975* .04095 .000 .0787 .3163
48 jam .1000 .04095 .132 -.0188 .2188
96 jam -.0767 .04095 .354 -.1954 .0421
*
96 jam 0 jam .3342 .04095 .000 .2154 .4529
24 jam .2742* .04095 .000 .1554 .3929
*
48 jam .1767 .04095 .001 .0579 .2954
72 jam .0767 .04095 .354 -.0421 .1954
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .010.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

Konsentrasi

Multiple Comparisons
Dependent Variable: OD
Tukey HSD
(I) konsentrasi (J) konsentrasi Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

64
Mean Difference
(I-J) Lower Bound Upper Bound
0 g/l 10 g/l -.0390 .04486 .951 -.1754 .0974
20 g/l -.1000 .04486 .255 -.2364 .0364
30 g/l -.1050 .04486 .210 -.2414 .0314
40 g/l -.0870 .04486 .399 -.2234 .0494
50 g/l -.0980 .04486 .274 -.2344 .0384
10 g/l 0 g/l .0390 .04486 .951 -.0974 .1754
20 g/l -.0610 .04486 .750 -.1974 .0754
30 g/l -.0660 .04486 .684 -.2024 .0704
40 g/l -.0480 .04486 .889 -.1844 .0884
50 g/l -.0590 .04486 .774 -.1954 .0774
20 g/l 0 g/l .1000 .04486 .255 -.0364 .2364
10 g/l .0610 .04486 .750 -.0754 .1974
30 g/l -.0050 .04486 1.000 -.1414 .1314
40 g/l .0130 .04486 1.000 -.1234 .1494
50 g/l .0020 .04486 1.000 -.1344 .1384
30 g/l 0 g/l .1050 .04486 .210 -.0314 .2414
10 g/l .0660 .04486 .684 -.0704 .2024
20 g/l .0050 .04486 1.000 -.1314 .1414
40 g/l .0180 .04486 .999 -.1184 .1544
50 g/l .0070 .04486 1.000 -.1294 .1434
40 g/l 0 g/l .0870 .04486 .399 -.0494 .2234
10 g/l .0480 .04486 .889 -.0884 .1844
20 g/l -.0130 .04486 1.000 -.1494 .1234
30 g/l -.0180 .04486 .999 -.1544 .1184
50 g/l -.0110 .04486 1.000 -.1474 .1254
50 g/l 0 g/l .0980 .04486 .274 -.0384 .2344
10 g/l .0590 .04486 .774 -.0774 .1954
20 g/l -.0020 .04486 1.000 -.1384 .1344
30 g/l -.0070 .04486 1.000 -.1434 .1294
40 g/l .0110 .04486 1.000 -.1254 .1474
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .010.

65
66
Lampiran 19. Hasil Pengukuran OD Menggunakan Spektrofotmeter Uv vis

Jam Nutrisi 0 Nutrisi 10 Nutrisi 20 Nutrisi 30 Nutisi 40 Nutrisi 50


g/L g/L g/L g/L g/L g/L
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
0 0.03 0.03 0.06 0.08 0.1 0.08 0.1 0.1 0.09 0.11 0.09 0.11

24 0.15 0.06 0.13 0.15 0.2 0.13 0.11 0.1 0.12 0.14 0.21 0.14

48 0.12 0.17 0.22 0.22 0.27 0.27 0.36 0.36 0.31 0.31 0.31 0.31

72 0.21 0.28 0.41 0.38 0.57 0.51 0.53 0.49 0.38 0.45 0.31 0.31

96 0.26 0.26 0.34 0.34 0.58 0.58 0.62 0.62 0.52 0.52 0.52 0.52

67

Anda mungkin juga menyukai