FIRQAH INDZAR
H411 16 018
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PRODUKSI BIOMASSA YEAST Pichia kudriavzevii MELALUI
OPTIMALISASI NUTRISI FERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU
ENERGI TERBARUKAN BIODIESEL
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Universitas Hasanuddin
FIRQAH INDZAR
H411 16 018
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
FIRQAH INDZAR
H411 16 018
Disetujui oleh:
ii
NIP. 198901262014041001 NIP. 196005251986012001
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi
Selama proses perwujudan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan doa
yang tulus untuk penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang dengan
penuh suka cita memberikan semangat, motivasi dan bantuan selama proses
pencapaian gelar sarjana. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati, penulis
kepada kedua orang tua, ayahanda Mirwan dan ibunda Muamila. Terima kasih
atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik moril maupun materil.
Terima kasih untuk segala pengertian dan dukungan. Terima kasih karena selalu
menjadi motivasi dan alasan utama penulis untuk segera menyelesaikan skripsi
ini, semoga ini bisa membuat ayahanda dan ibunda bahagia dan bangga.
iii
Kepada Bapak Dr. Sulfahri S. Si, M.Si. selaku pembimbing utama dan Ibu
Pror. Dr. Dirayah Rauf Husain, DEA. selaku pembimbing pertama, penulis
dan saran yang membangun dan memotivasi yang telah diberikan selama penulis
Terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk terus memberi bimbingan dan
arahan demi arahan yang sangat membantu hingga selesainya skripsi ini.
1. Bapak Dr. Eng Amiruddin, M.Sc. selaku dekan Fakultas Matematika dan
Bapak Dr. Andi Ilham Latunra, M.Si. selaku Wakil Dekan 3 yang banyak
2. Ibu Dr. Nur Haedar M.Si. selaku ketua Departemen Biologi, Fakultas
dan Ibu Dr. Elis Tambaru, M.Si selaku penguji sidang sarjana terima kasih
memberikan ilmunya dengan tulus dan sabar kepada penulis selama proses
5. Kepada Fuad Gani S.Si. dan Nurul Qalby, S.Si. yang telah banyak
iv
membantu dan memberi arahan penulis dalam mengerjakan penelitian baik
Teruntuk sahabat saya Lisa Ainayal, Dewi Sartika dan Arcintya Dwi Novia,
menyelesaikan skripsi.
Shafira, Alma, Aida, Elfirah, dan Ekum, terima kasih selalu meluangkan
9. Kepada Fiqha Septia N dan Andi Nur Nasyfah, terima kasih telah membantu
10. Kepada teman-teman seperjuangan Biologi angkatan 2016, terima kasih atas
motivasi, serta bantuan yang tidak dapat penulis jabarkan satu per satu.
Saya mengucapkan terima kasih banyak untuk semua pihak yang terlibat,
semoga kedepannya skripsi ini dapat berguna sebagai referensi tambahan bagi
banyak orang
Penulis
v
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nutrisi dan durasi fermentasi
terhadap biomassa yeast Pichia kudriavzevii serta untuk mengetahui jumlah lipid
yang dihasilkan biomassa yeast tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
hidrolisis enzimatik, metode fermentasi dan metode sonikasi. Hidrolisiss
enzimatik dilakukan dengan penambahan 1.5 KNU/ml enzim α-amilase pada 20
ml larutan alga. Alga Spirogyra peipingensis difermentasi oleh yeast
Pichia kudriavzevii dengan penambahan nutrisi berupa air kelapa. Produksi
biomassa P. kudriavzevii yang paling optimum yaitu pada durasi 96 jam dengan
konsentrasi nutrisi 30g/L. Lipid diekstraksi dengan bantuan mikrowave
menghasilkan 19.90 % lipid dari 2,58 g/L jumlah biomassa sel yeast yang
digunakan. Hasil menunjukkan yeast P. kudriavzevii dengan sumber karbon
berupa Alga S. peipingensi berpotensi untuk sintesis lipid mikroba dalam produksi
bahan baku biodiesel.
vii
ABSTRACT
The research aims to determine the effect of nutrition and duration of fermentation
on the biomass of Pichia kudriavzevii yeast and to the determine the amount of
lipids production by the yeast bimass. This research uses enzymatic hydrolysis
method, fermentation method and sonication method. Enzymatic hydrolysis was
performd by adding 1.5 KNU enzym α amylase to 20 ml of algal solution.
Spirogyra peipingensis algae are fermented by P. kudriavzevii yeast with the
addition of nutrients in the from of coconut water. The most optimum production
of biomass P. kudriavzevii is 96 hours in duration with a nutrient concentration of
30 g/L. Lipids were extracted with the help of an microwave and produced 19.90
% lipids from 2.58 g/L of the amount of yeast cell biomas used. The results
showed than P. kudriavzevii with a carbon source in the from of S. peipingensis
has the potential for microbial lipid synthesis in biodiesel raw material biodiesel.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
ix
Halaman
III.2.1 Alat....................................................................................... 19
III.2.1 Alat....................................................................................... 19
fermentasi ............................................................................................. 27
V.2 Saran................................................................................................ 37
x
DAFTAR TABEL
1. Rancangan Penelitian..................................................................................... 22
2. Perbandingan Hasil Kadar Gula dari Penelitian ini dengan Beberapa referensi
penelitian terkait........................................................................................... 26
3. Perbandingan Biomassa Sel Yeast denga Lipid yang Dihasilka pada Penelitian
Ini dengan Perbandingan Beberapa Referensi Terkait................................. 35
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skema Kerja..................................................................................................
46
5. Proses Fermentasi.........................................................................................
50
xiii
15. Sterilisasi media fermentasi dengan menggunakan autoclave dan proses
penambahan nutrisi.....................................................................................
60
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
manusia. Secara umum kebutuhan bahan bakar masih diambil dari sumber alam
yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Sumber alam
peningkatan. Berdasarkan data dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
(BPH Migas) tahun 2018, ada sekitar 75 juta kilo liter penggunaan BBM nasional
berasal dari minyak tanaman dan lemak hewan (Sulfahri et al., 2019). Minyak
dari tanaman dan lemak hewan tersebut telah diteliti sebelumnya dan memiliki
sifat fisis yang sama dengan minyak solar sehingga bisa digunakan sebagai
pengganti bahan bakar diesel (Putri et al., 2012). Biodiesel biasanya diperoleh
melalui proses transesterifikasi lemak hewan dan minyak nabati dengan alkohol
menggunakan dua jenis katalis yaitu ester asam lemak metil (James) dan ester
asam lemak etil (FAEEs). Biodiesel ini berperan sebagai alternatif bahan bakar
1
diesel, tidak beracun dan biodegradable yang dapat digunakan dalam infrastruktur
kendaraan tanpa memberikan efek pada mesin kendaraan tersebut. Berbagai jenis
bahan baku seperti minyak sayur, limbah minyak goreng, lemak hewan yang
memiliki asam lemak bebas dan atau trigliserida dapat dikonversi menjadi
keterbatasan lahan, dan penggunaan tanaman pangan sebagai bahan bakar. Salah
mikroba sebagai bahan baku (Sankh et al., 2013). Menurut Rangaswamy et al.,
(2017) dibandingkan dengan minyak nabati dan lemak hewani lainnya produksi
memiliki siklus hidup yang pendek sehingga waktu panen lebih singkat, dan (2)
produksi minyak mikroba kurang dipengaruhi oleh tempat, musim dan iklim jika
palmitat, 8,89% stearat dan asam oleat 41,9% (Sulfahri et al., 2019). Komposisi
minyak yang terkandung dalam P. kudriavzevii semunya terdiri dari asam lemak
yang juga dikandung dalam minyak jarak yang dikenal luas sebagai sumber untuk
2
P. kudriavzevii dapat diproduksi menjadi biodiesel melalui ekstraksi
biomassa sel. Oleh karena itu, untuk memproduksi biodiesel dari biomassa sel
adalah sumber karbon, nutrisi dan durasi inkubasi. Salah satu sumber karbon yang
potensial dalam kultur yeast adalah alga Spirogyra. Hal ini disebabkan karena alga
di pirenoid sebagai bahan cadangan (yaitu pati), atau konstituen utama dari
dinding sel (Chen et al., 2011). Alga Spirogyra berpotensial sebagai subtrat
nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mineral. Nutrisi tersedia pada medium
(Kelbert et al., 2015). Salah satu nutrisi yang dapat menunjang pertumbuhan
fitonutrien lainnya. Air kelapa juga kaya akan asam amino esensial (lisin, histidin,
tirosin dan triptofan), asam lemak, glukosa, fruktosa, selulosa, sukrosa dan asam
organik seperti tartarat, sitrat dan asam malat (Sathiyavimal, et al., 2014). Mineral
juga terkandung dalam air kelapa seperti kalium, kalsium, magnesium, besi,
dan klorin (Appaiah et al., 2014) tetapi yang paling utama yaitu
3
kalium (Jean et al., 2009). Nutrisi-nutrisi yang ada pada air kelapa tersebut sudah
kudriavzevii ?
Pichia kudriavzevii.
4
2. Sebagai sumber informasi atau referensi dalam upaya mengembangkan
Pichia kudriavzevii.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Biofuel
Biofuel merupakan sumber bahan bakar yang berasal dari bahan organik
berupa lemak hewan, minyak goreng, arang, dan minyak sayur. Sementara ini
biofuel telah menjadi sumber bahan bakar yang cukup umum dan meluas
bahan bakar fosil sangat pesat untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas manusia
biofuel. Sebagai realitas deplesi bahan bakar fosil nanti dan efek terhadap
alternatif untuk bahan bakar fosil. Dalam waktu dekat ini, biofuel akan lebih
dikembangkan lagi dan disesuaikan baik secara kinerja maupun sifat fisisnya
yang akan mungkin dipancarkan ke lingkungan. Sehingga dari pernyataan itu bisa
disimpulkan bahwa biofuel ini dapat mengurangi emisi karbon hampir sebesar
80%. Biofuel yang cocok dengan apa yang dijelaskan di atas itu dapat diproduksi
dari minyak nabati, lemak hewan dan ganggang. Walaupun banyak sumber
diketahui sangat baik untuk digunakan dalam mesin tanpa adanya yang
dimodifikasi yaitu ester asam lemak metil atau biodiesel yang dihasilkan melalui
proses transesterifikasi yang melibatkan metanol. Ini adalah turunan dari minyak
6
nabati dan cukup mirip dengan dari karakteristik fisik bahan bakar diesel fosil
II.2 Biodiesel
Beberapa tahun terakhir ini, hampir seluruh peneliti dari pelosok dunia
menjelajahi sumber energi baru seperti bahan bakar. Lebih dari 100 tahun yang
lalu, seorang penemu brilian bernama Rudolph Diesel yang merancang mesin
diesel dengan menggunakan bahan bakar dari minyak nabati. Dr. Rudolph Diesel
menggunakan minyak kacang sebagai bahan bakar pada salah satu mesinnya di
Paris Exposition 1900. Dari hal tersebut, salah satu biodiesel yang dihasilkan dari
minyak nabati (kedelai dan bunga matahari) memiliki banyak keunggulan dan
(Bosbaz, 2005). Biodiesel ini dapat digunakan secara langsung atau dapat
gas-gas beracun seperti CO, HC, NO, SO, mengurangi senyawa karsinogenik dan
dan lingkungan (Aunillah & Dibyoh, 2012). Kelebihan lain dari biodiesel yaitu
dapat menggantikan minyak diesel di boiler dan mesin pembakaran internal tanpa
dilakukan penyesuaian besar, hampir nol emisi sulfat, sumbangannya kecil pada
7
biodiesel (Bosbaz, 2005).
Biodiesel adalah campuran dari ester asam lemak alkil atau ester
monoalkil dari minyak nabati atau lemak hewan (Sulfahri et al., 2019; Putri et al.,
2012). Minyak yang berasal dari tumbuhan dan lemak hewan serta turunannya
global, krisis energi dan persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Saat
ini, biodiesel (Ester metil asam lemak “FAMEs) adalah nama yang diberikan
sebagai bahan bakar alternatif, yang dihasilkan dari sumber daya hayati yang
Biodiesel yang dihasilkan dari minyak nabati dapat dibuat dari berbagai
macam tanaman baik itu dihasilkan secara langsung untuk penggunaan bahan
bakar maupun didaur ulang terlebih dahulu sehingga minyak nabatinya dapat
menggunakan minyak nabati seperti mustard, jarak, jagung, kelapa, kacang tanah,
kedelai, bunga matahari, rami, dan minyak biji kapas atau dengan minyak nabati
yang didaur ulang terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai sumber bahan bakar
seperti kacang nahor, susu semak, surga, dan minyak jojoba. Saat ini ada lebih
dimana sebagian besar sumber yang digunakan berasal dari tanaman pangan
dengan menggunakan mikroba. Minyak mikroba juga disebut minyak sel tunggal
8
yang diproduksi oleh beberapa mikroorganisme oleaginous seperti ragi, jamur,
menumpuk atau menyimpan minyak/lemak hingga 60% dari berat kering mereka,
ketika tumbuh di bawah kondisi nitrogen terbatas. Lipid ini biasanya terdiri dari
80-90% triasilgliserol dengan komposisi asam lemak mirip dengan minyak biji
minyak mikroba memiliki banyak keuntungan seperti siklus hidup mikroba yang
mikrobanya tidak terlalu di pengaruhi oleh cuaca dan iklim (Sankh et al., 2013).
Oleh karena itu, minyak mikroba memiliki potensi yang luar biasa untuk
menjadi salah satu bahan baku minyak utama untuk produksi biodiesel di masa
depan. Saat ini mikroba yang telah dipelajari kandungan minyaknya yaitu ragi
mengandung minyak hingga 60% dari berat kering selnya. Dimana dia
memanfaatkan sumber karbon murah seperti whey permeate dan limbah pertanian
berupa trigliserida yang didominasi oleat, linoleat, stearat, palmitat atau asam
produksi biodiesel belum tentu memiliki komposisi. Asam lemak dan profil
bervariasi, tergantung dari tanaman dan bagian dari tanaman yang digunakan.
9
Misalnya, komposisi asam lemak dari minyak yang diekstraksi dari kernel zaitun
berbeda dari komposisi minyak yang diekstraksi dari pomace zaitun tersebut.
bakar yang tinggi dapat mengakibatkan daya atomisasi rendah dan membuat
mesin kehilangan tenaga (Rodrigues et al., 2006). Oleh karena itu mesin diesel
nabati tersebut. Hal tersebut dianggap sangatlah rumit, sehingga inovasinya yaitu
membuat biodiesel yang karakteristik fisiknya hampir sama dengan bahan bakar
fosil standar. Caranya yaitu produksi biodiesel dari minyak nabati dengan
bervariasi dari segi jenis dan jumlah tergantung dari kebutuhan. Tujuan utama dari
sehingga sifat fisisnya dapat menyerupai bahan bakar fosil (Huynh et al., 2019).
dengan alkohol. Gugus alkil dalam alkohol akan menggantikan gugus hidroksil
pada struktur ester minyak dengan dibantu katalis. NaOH dan KOH adalah katalis
yang umum digunakan. Alkohol yang dapat digunakan antara lain metanol,
10
2. Tahapan kedua serangan nukleofilik dari alkoksida pada gugus karbonil dari
menghasilkan katalis aktif yang baru. katalis tersebut bereaksi kembali dengan
yang sama hingga menghasilkan alkil ester dan gliserol. Keseluruhan proses
tersebut merupakan suatu rangkaian tiga urutan reaksi dan merupakan reaksi
aseksual dari fungi biasa disebut anamorph. Ragi ini pertama kali bernama
Issatchenkia orientalis oleh V.I. Kudryavtsev pada tahun 1960 dan diubah
11
Ukuran sel sekitar 1.3-6 µm x 3.3-14 µm. Sel P. kudriavzevii teridiri dari
sitoplasma, nukleus, membran sel, dinding sel, mitokondria dan vakuola. Ragi
sebagai sumber karbon, namun glukosa adalah sumber karbon yang paling banyak
A B
berikut:
Domain : Eukaryota
Phylum : Ascomycota
Class : Saccharomycetes
Order : Saccharomycetales
Family : Pichiaceae
Genus : Pichia
12
dapat tetap aktif secara metabolik pada suhu setinggi 45 °C dan dalam pH yang
tinggi, yang sangat berguna untuk industri biofuel (Kurtzman et al., 2011).
menghidrolisis asam fitat dari phytase. Asam fitat tidak dapat dicerna oleh
sebagian besar mamalia sehingga asam ini sangat membantu pencernaan manusia.
xilosa. Xilosa adalah molekul gula yang ditemukan dalam kayu dan tidak banyak
ragi yang mampu memetabolisme gula jenis ini. Adapun jalur hidrolisisnya yaitu
Dalam kondisi yang tepat, strain P. kudriavzevii M12 dapat digunakan untuk
membentuk alkohol dari kayu melalui cara yang sangat kompleks menghasilkan
anggur dan bir karena ragi ini dapat memfermentasi glukosa (Kurtzman et al.,
2011). Gula yang dapat difermentasi oleh ragi ini sangat terbatas dimana hanya
Air kelapa adalah minuman alami yang menyegarkan berasal dari buah
13
kelapa (Pachori, dkk., 2014) dan banyak dikonsumsi di daerah tropis di dunia
(Sathiyavimal, dkk., 2014). Air kelapa ini tidak berwarna, manis, dan sedikit
(Appaiah, et al., 2014). Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa air kelapa
dapat digunakan sebahai bahan baku untuk minuman isotonik, seperti penelitian
yang telah dilakukan oleh Langkong et al., (2016). Menurut Langkong et al.,
(2016) air kelapa memiliki manfaat yaitu untuk menggantikan ion yang hilang
dalam tubuh akibat aktifitas fisik seperti olahraga. Cairan dalam minuman
isotonik, memiliki tekanan yang sama dengan dinding pembuluh darah yang
menyebabkan minuman ini lebih mudah diserap oleh tubuh daripada air biasa
karbohidrat (glukosa, fruktosa, selulosa, sukrosa,), asam lemak dan kaya asam
amino esensial (lisin, histidin, tirosin dan triptofan), serta asam organik seperti
tartarat, sitrat dan asam malat (Sathiyavimal, dkk., 2014). Air kelapa ini bebas
lemak dan rendah kalori serta mengandung banyak mineral seperti kalium,
aluminium, boron, selenium dan klorin (Appaiah et al., 2014). Enzim yang
(PPO) and peroxidase (POD) (Sathiyavimal et al., 2014). Menurut Pachori et al.,
(2014) mineral utama yang dikandung air kelapa yaitu kalium dan natrium
14
bersama dengan fitoplankton, lamun, dan mangrove. Alga tersebut ada yang
seperti karbohidrat. Ada banyak spesies alga yang heterotrofik dan mereka
mengambil molekul organik dari organisme lain dan mengubahnya menjadi lemak
dan protein. Ada spesies alga tertentu yang tidak dapat menggunakan karbon
anorganik (CO2) dari atmosfer maupun karbon organik dari lingkungan sebagai
sumber karbonnya dan proses ini disebut mixotrophy. Melalui salah satu dari tiga
ada di atmosfir (Abdurrachman et al., 2013). Alga juga memiliki nilai ekonomis
sebagai penghasil hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang secara luas
digunakan dalam industri makanan dan farmaseutika. Alga secara luas digunakan
hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang digunakan sebagai pengental dan
tidak lagi mencukupi untuk berbagai kebutuhan manusia (Basir et al., 2017)
Indonesia menjadi pemasok utama rumput laut dunia dengan pangsa pasar
sebesar 26,50% dari total permintaan dunia (Kemendag, 2015). Alga juga
15
untuk mengkaji senyawa bioaktif berbagai jenis alga di antaranya rumput laut
hijau sebagai antibakteri (Mishra et al., 2016), alga merah sebagai antikanker
(Duraikannu et al., 2014) dan rumput laut coklat sebagai antiinflamasi dan
antaranya termasuk dalam kelompok polisakarida, lemak dan asam lemak, pigmen
Manfaat lainnya dari Spirogyra sp. yaitu sebagai agen bioremediasi logam
berat (Singh et al., 2007; Kaonga et al., 2008). Agen fitoremediasi limbah
budidaya sidat (Apriadi et al., 2014). Alga spirogyra juga banyak dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan etanol (Sulfahri et al., 2011; Ge et al., 2017).
mengapung bebas pada habitat air tawar. Penggunaan alga berfilamen dalam
biomassa yang cepat sebagai asumsi dari pemanfatan nutrien yang optimal
nitrogen dan posfor yang ada dalam air hingga 50%. Alga Spirogyra juga
16
merupakan persyaratan yang dibutuhkan alga secara umum, dalam hal ini
menyebabkan perbedaan jumlah nuterien N dan P yang diserap oleh Spirogyra sp.
informasi bahwa Spirogyra sp. memiliki pertumbuhan yang lebih baik pada
perairan dengan kandungan nitrogen yang cukup tinggi. Hasil serupa juga
optimal.
Alga Spirogyra adalah salah satu ganggang hijau paling umum di musim
semi. Alga ini berwarna hijau terang dan ditemukan mengambang di kolam air
tawar yang tenang, kolam, danau dan parit dan juga di aliran sungai. Menurut
Randhawal genus ini mencakup sekitar 289 spesies dan 94 di antaranya telah
dilaporkan dari India. Tubuh tanaman alga Spirogyra berupa talus yang terdiri dari
benang silinder hijau panjang sekitar 1/10 mm dan panjang beberapa sentimeter.
Tekstur alga ini halus seperti rambut, tidak bercabang dan sering disebut filamen.
Setiap sel terdiri dari dinding sel yang menutupi protoplas, dinding sel terdiri dari
dua lapisan konsentris. Bagian dalam mengandung selulosa sedangkan bagian luar
ditutupi oleh lapisan pektosa (Eshaq et al., 2010). Tubuh alga S. peipingensis
dan lima sampai tujuh di dalam sel. Alga spirogyra bereproduksi secara vegetatif
17
dengan berfragmentasi sedangkan secara generatif dengan melalui konjugasi
A B
sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Devisio : Charophyta
Class : Zygnemophyceae
Subclass : Zygnometophycidae
Order : Zygnematales
Family : Zygnemataceae
Genus : Spirogyra
18
BAB III
METODE PENELITIAN
III.2.1 Alat
autoclave, laminair air flow, spektrofotometer, jarum ose, pipet mikro, tabung
reaksi, pH meter, hot plate, blender, batang pengaduk, gelas baker, timbangan,
III.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah tisu, kapas,
diayak dengan ukuran ayakan 80 mesh. Alga Spirogyra peipingensis yang lolos
19
ayakan ditimbang dengan biomassa 100 g dan ditambahkan aquades sebanyak 900
dengan suhu 100oC kemudian didinginkan hingga suhu mencapai ±45ºC (Zhang
kecepatan 9.000 rpm pada suhu 4 C selama 10 menit. Kemudian supernatan hasil
dengan kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu 30 ºC selama 24 jam (aktivasi I).
kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu 30 ºC selama 24 jam (aktivasi II). Sebanyak 5
dengan kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu 30 ºC selama 8 jam (aktivasi III).
konsentrasi 10% ke dalam botol fermentor 100 ml yang berisi 45 ml substrat alga
S. peipingensis yang telah diperkaya dengan nutrisi lalu diinkubasi selama 24 jam
20
III.3.3 Proses Fermentasi
((OD600nm = 0,5) ke dalam botol fermentor 100 ml yang berisi 45 ml substrat alga
yang telah diperkaya dengan air kelapa dengan jumlah yang bervariasi (0, 10, 20,
30, 40, 50 g/L) lalu diinkubasi dengan variasi durasi fermentasi, yaitu; 0 jam, 12
jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam pada suhu 30 ºC. Proses fermentasi dilakukan
pada kondisi anaerob (Zhang & Feng, 2010; Sulfahri et al., 2017).
2005).
21
suhu 60 °C sampai mencapai berat konstan.
lengkap) dengan pola faktorial dengan perlakuan jenis nutrisi dan lama waktu
fermentasi. Penelitian ini dilakukan dengan ulangan sebanyak tiga kali. Parameter
yang diamati adalah biomassa sel dan kadar gula total (%). Berdasarkan dengan
metode penelitian yang akan digunakan, berikut adalah rancangan penelitian yang
Nutrisi Waktu
Fermentasi 0 jam 12 jam 24 jam 36 jam 48 jam
Air kelapa 0 g/L
Air kelapa 10 g/L
Air kelapa 20 g/L
Air kelapa 30 g/L
Air kelapa 40 g/L
Air kelapa 50 g/L
(α=0,05) untuk mengetahui pengaruh variasi nutrisi fermentasi dan lama waktu
dilanjutkan dengan uji tukey pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05) untuk
mengetahui data yang sama dan yang berbeda nyata pada tiap perlakuan.
22
BAB IV
aksesbilitas enzim untuk selulosa (Malakar et al., 2020). Selain itu, pemanasan
meningkatkan penetrasi enzim untuk hidrolisis (Yuan et al., 2016). Setelah proses
Alga S. peipingensis memiliki kadar karbohidrat yang tinggi, yaitu mencapai 64%
(Pinto et al., 2018; Lee et al., 2011) dan jenis karbohidrat yang dikandung yaitu
(Nangin et al., 2015). Amilokpektin memiliki berat molekul yang tinggi dengan
percabangan rantai pendek yang terdiri dari α-1,6 glukosida sedangkan amilum
memiliki berat molekul yang lebih rendah dengan percabangan rantai panjang
Degradasi pati adalah proses hidrolitik dari glukan linear di plastid, yang
melibatkan aksi gabungan dari enzim seperti amilase, glukosidase enzim seperti
D-enzim dan transferase glukan (Vajravijayan et al., 2017). Enzim penting untuk
(Chen & Wang, 2017). Proses hidrolisis pada penelitian ini menggunakan 150
23
gram alga S. peipingensis dan aquades sebanyak 1350 ml, kemudian dipanaskan
selama 2 jam pada suhu 100 0C. Selanjutnya substrat diturunkan suhunya hingga
kadar enzim yang diberikan berdasarkan berapa konsentrasi KNU enzim tersebut.
hidrolase yang bekerja pada pati (polisakarida) dan mendegradasi ikatan α-1,4-
(Torabizadeh, 2019). Enzim ini bekerja dari ujung oligosakarida tetapi tidak
1,4-glikodisik, memecah dua unit glukosa (maltosa) sekaligus (Saini et al., 2017).
Konsentrasi enzim α-amilase yang digunakan yaitu 330 KNU/g, dimana KNU
(Kilo novo unit) merupakan satuan yang menggambarkan jumlah aktivitas enzim
yang digunakan. Menurut Arapoglou et al., (2010) 1 KNU adalah jumlah enzim
yang mampu melepas gula sebanyak 5,26 gram/menit. Enzim α-amilase berfungsi
Diperoleh kadar gula sebesar 0,4 g/g. Hal ini terjadi karena enzim memiliki sifat
24
Risnoyatiningsih (2011), semakin banyak konsentrasi enzim α-amilase yang
ditambahkan pada pati, akan menghasilkan kadar glukosa yang semakin banyak.
Namun kadar enzim yang tinggi juga dapat menghambat proses hidrolisis karena
dapat mematahkan ikatan yang khusus yaitu α-1 bond, dan 4-glukosida untuk
dilakukan oleh kumar et al., (2020) dan Ngamsirisomsakul et al., (2019) yang
sebesar 0.48 g/g dan 0.42 g/g. Penelitian dari Ramachandra dan Hebbale (2020)
sama sebesar 0.26 g/g. Penelitian dari Qarri dan Israel (2020) yang menggunakan
alga Ulva sp meghasilkan kadar gula sebesar 0.14 g/g. Penelitian dari Alam et al.,
sebesar 0.17 g/g. Penelitian dari Onay et al., (2019) yang menggunakan alga
Hindakia tetrachotoma menghasilkan kadar gula sebesar 0.22 g/g. Penelitian dari
dan Botryococcus brunii) menghasilkan kadar gula total sebesar 0.48 g/g. Pada
kadar gula total sebesar 0.4 g/g. Berikut adalah tabel perbandingan kadar gula
25
Tabel 2. Perbandingan Hasil Kadar Gula Dari Penelitian Ini Dengan
Beberapa Referensi Penelitian Terkait
Hidrolisis
Jenis Alga Laut
Kadar Referensi
gula (g
Jenis Enzim Tipe Gula
gula/g
biomassa)
Kumar et al.,
Chlorella sp Selulase 0.48 Glukosa
(2020)
Gula Qarri & Israel
Ulva sp Selulase 0.14
Reduksi (2020)
Enteromorphor Gula Ramachandra &
Selulase 0.26
a intestinalis reduksi Hebbale (2020)
Ngamsirisomsakul
Chlorella sp Glucoamylase 0.42 Glukosa
et al., (2019)
Selulase, α-
Scendesmus
amilase, 0.17 Glukosa Alam et al.,(2019)
raciborsnii
amyglukosidase
Glukosa
Kappaphycus selulase dan Sunwoo et al.
0.26 dan
alvarezii vikoszime (2019)
Galakatosa
Hindakia β-glukosidase Onay et al.,
0.22 Glukosa
tetrachotoma (2019)
Scendesmus sp
dan Shokrkar et al.,
Selulase 0.48 Glukosa
Botryococcus (2018)
brunii
Spirogyra Gula
α-amilase 0,4 Penelitian ini
peipingensis reduksi
enzim diantaranya konsentrasi enzim, konsentasi substrat, pH, dan suhu. Hal ini
26
disebabkan karena semakin lama waktu hidrolisis dan konsentrasi enzim yang
tinggi. Interaksi antara substrat dan enzim yang semakin tinggi mengakibatkan
semakin banyak ikatan peptida dari protein yang terputus menjadi molekul yang
lebih sederhana (Herlina et al., 2016). Pada penelitian ini hidrolisis dengan
yeast tersebut dioptimalisasi terlebih dahulu pada medium hasil hidrolisis alga
pertumbuhan yeast, oleh karena itu harus diadaptasikan pada medium alga
medium PDA (potato dextrosa agar) dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu
ruang. Peremajaan ini berfungsi agar isolat yeast yang akan digunakan untuk
aktivasi berada pada fase pertumbuhan yang sangat optimal. Selanjutnya dibuat
27
subkultur isoat yeast P. kudriavzevii di media agar miring supaya dapat digunakan
Penentuan usia starter merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena respon
pertumbuhan yeast harus diketahui pada medium untuk menentukan masa dimana
aktivitas sel dan kondisi paling optimal. Umur starter yang paling baik digunakan
dalam medium fermentasi yaitu pada saat sel mengalami fase eksponensial. Pada
fase ini sel mikroorganisme dalam keadaan stabil dan optimum untuk melakukan
pembelahan sel. Hal ini juga didukung oleh penelitian Karta et al., (2015) yang
aktivitas sel meningkat dan merupakan fase yang penting dalam pertumbuhan sel
mikroorganisme.
IV.3 Pengaruh Nutrisi dan Durasi Fermentasi Terhadap Biomassa Sel Yeast
Pichia kudriavzevii
dikatakan oleh Donny & Agustini (2016) bahwa fermentasi yang terus
metode berat kering sel (dry cell weight). Pengukuran biomassa sel dilakukan
selama proses fermentasi 0 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam. Adapun
grafik dari biomassa sel dengan penambahan nutrisi organik disajikan pada
28
gambar:
3.5
2.5
0 g/L
Biomassa Sel g/L
2 10 g/L
20 g/L
30 g/L
1.5
40 g/L
50 g/L
1
0.5
0
0 Jam 24 Jam 48 Jam 72 Jam 96 Jam
kudriavzevii.
29
berbeda. Hasil biomassa sel yeast P. Kudriavzevii terendah terjadi pada durasi
fermentasi 0 jam dikarenakan proses fermentasi baru dimulai (fase adaptasi). Hal
ini didukung oleh penelitian Sharah et al., (2015) bahwa pada fase adaptasi
menggambarkan sel membelah diri dengan laju yang konstan. Fase adaptasi pada
dengan medium fermentasi. Hal ini didukung oleh Sulfahri et al., (2016) dan
Sharah et al., (2015) yang menyatakan bahwa fase adapatasi relatif singkat atau
Hasil biomassa sel yeast P. kudriavzevii yang paling tinggi yaitu pada
waktu 96 jam durasi fermentasi yang mencapai 2.91 g/L. Berbeda dengan
penelitian Sulfahri et al., (2019) dimana biomassa sel yeast P. kudriavzevii yang
paling tinggi diproduksi pada 48 jam durasi inkubasi dan menghasilkan biomassa
sel 0,27 g/g. Dari data penelitian ini terlihat bahwa semakin lama proses
fermentasi maka semakin banyak pula biomassa sel yang dihasilkan. Hal ini juga
berpengaruh terhadap aktifitas yeast karena semakin lama fermentasi maka yeast
30
jumlah sel. Namun, pada penambahan nutrisi dengan konsentrasi 40 g/L, dan 50
g/L terlihat bahwa jumlah biomassa sel yang dihasilkan menurun pada durasi 72
jam. Dari data tersebut terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi nutrisi maka
semakin tidak stabil produksi biomassa sel yeast P.kudriavzevii. Hal ini dijelaskan
dalam penelitian Xu et al., (2019) bahwa jumlah penambahan nutrisi yang lebih
tinggi tidak menyebabkan biomassa yang lebih tinggi, bahkan akan menghambat
sumber nitrogen lebih efisien untuk mempercepat pertumbuhan ragi dan produksi
Berbeda dengan hasil penelitian dari Sulfahri et al., (2019) dan Sari et al., (2019)
biomassa sel yeast P.kudriavzevii. Hal tersebut terjadi karena penambah nutrisi
pada medium fermentasi yang telah memiliki nutrisi organik yang cukup tidak
mempengaruhi biomassa sel yeast P.kudriavzevi yang dihasilkan. Oleh karena itu,
maka dilakukan uji lanjut Tukey dengan selang kepercayaan 95%. Berdasarkan
lama waktu inkubasi, hasil analisis Uji Tukey selang kepercayaan 95%
perbedaan yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap selang waktu
durasi fermentasi, biomasa sel yang dihasilkan berbeda. Hal ini sesuai dengan
31
hasil penelitian dari Rahmadhani et al., (2017) yang menyatakan bahwa waktu
dan 50 g/L terdapat perbedaan yang signifikan terhadap biomassa sel. Hal tersebut
yang berbeda. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Indah (2016) yang
fermentasi, hasil Uji Tukey menunjukkan pada konsentrasi 40g/L dan 50 g/L
dengan durasi fermentasi 0 jam, 24 jam dan 48 jam, tidak terdapat perbedaan yang
40g/L dan 50 g/L menghasilkan biomassa sel yang sama. Pada durasi 24 jam
jumlah biomassa sel dengan konsentrasi 40 g/L dan 50 g/L juga sama, begitupun
pada durasi 48 jam dikonsentrasi 40g/L dan 50 g/L menghasilkan biomassa sel
yang sama. Hal ini sesuai dengan penelitian Kadita (2016) yang menyatakan nilai
growth rate merupakan respresentatif dari ratarata laju pertumbuhan semua sel
mikroba yang ada dalam media, namun tidak menunjukkan laju pertumbuhan
Hasil terbaik dari proses fermentasi pada penelitian ini akan diaplikasikan
32
penambahan konsentrasi nutrisi 30g/L selama 96 jam dengan 3 kali ulangan.
bagi yeast dalam memproduksi lipid untuk biodiesel. Biomassa sel yang
karena kemampuan mereka untuk menghasilkan 20% sampai 87% dari biomassa
total mereka sebagai lipid dan asam lemak (Calvey et al., 2016; Bharathiraja et
al., 2017). Selain itu, sebuah studi elemental membuktikan bahwa biodiesel
mikroba lebih murah (USD 0,76/L) saat dibandingkan dengan biodiesel standar
(USD 0.81/L). Hasil biodiesel mikroba ditemukan 6 kali lipat lebih tinggi dari
yang efisien agar sesuai dengan hasil yang diinginkan. Pada penelitian ini lipid
dari yeast dihasilkan dengan cara ekstraksi ultrasonik menggunakan pelarut etanol
dinding sel dari sel yeast (Sulfahri et al., 2019). Menurut Selvakumar dan
mengekstrak lipid dari biomassa mikroba karena waktu proses yang sangat
pendek, kemudahan operasi dan kualitas produk yang tinggi. Hal ini juga dapat
Prinsip dasar prosedur ekstraksi pelarut yaitu sifat kepolaran yang sama sehingga
pada penelitian ini digunakan pelarut etanol karena memiliki sifat kepolaran yang
sama dengan bahan ekstraksi (Vasconcelos et al., 2019). Berikut hasil dari
fermentasi dan ekstraksi lipid yeast P.kudrivzevii yang disajikan pada gambar:
33
3
Chart Title
2.5
DCW, Total Lipid (g/L)
1.5
0.5
0
DCW Lipid
dihitung dengan metode berat kering, memiliki rata-rata berat yaitu 2,58 g/L. Hal
34
(2019) yaitu bertambahnya biomassa sel ragi sejalan dengan berkurangnya
Adapun hasil total lipid yang diekstrak dari yeast yaitu 19.90%. Tingginya
banyaknya total lipid yang juga dihasilkan. Hal tersebut dijelaskan dalam
energi dalam metablisme sel yeast. Konsentrasi biomassa yang lebih rendah
lipid. Penurunan jumlah lipid pada konsentrasi biomassa yang lebih tinggi karena
energi yang diterima lebih sedikit oleh sel-sel yeast dan menyebabkan pecahnya
sel yang kurang intensif sehingga mengurangi jumlah lipid yang dihasilkan.
Berikut adalah tabel perbandingan jumlah lipid yang dihasilkan mikroba pada
35
Tabel 3. Perbandingan Biomassa Sel Dengan Lipid Yang Dihasilkan Pada
Penelitian Ini Dengan Perbandingan Beberapa Referensi Terkait
Total
Biomassa
Jenis Yeast Sumber Karbon Lipid Referensi
sel (g/L)
%
Meyerozyma
Gliserol Mentah 42.12 48.14 Chebbi et al (2019)
caribbica
Naganishia Selvakumar et al
TSEP mwa 17.85 65.4
liquefaciens (2019)
Chaiyaso &
Sporidiobolus
Gliserol Mentah 14.47 45.74 Manowattana
pararoseus
(2018)
Cryptococcus Carotta et al
Keju Ricotta whey 14.4 32.6
laurentii (2017)
Selvakumar &
Lipomyces
pre-digested WAS 17.52 64.3% Sivashanumugas
starkeyi
(2017)
Rhodotorula Taskin et al.,
Molase 16.2 64.8
glutinis (2017)
Cryptococcus
Kulit Kacang Tanah 11.52 46 Deeba et al (2017)
psychrotolerans
Malt extract glucose
Rhodosporidium
yeast extract peptone 23.36 53.31 Saran et al (2017)
toruloides
(MGYP)
36
dan total lipid yang dihasilkan setelah diekstrak. Terlihat bahwa setiap jenis ragi
memiliki hasil biomassa sel dan lipid yang berbeda-beda. Yeast Naganishia
liquefaciens menghasilkan lipid tertinggi 65.4% dengan biomassa 17.85 g/L hasil
menghasilkan biomassa tertinggi 42.12 g/L dengan total lipid 48.14% hasil
penelitian Chebbi et al., (2019). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah
bomassa sel yang tinggi belum tentu akan menghasilkan total lipid yang
kandungan lipid tiap jenis sel ragi dan adanya perbedaan media pertumbuhan
yang digunakan.
biomassa P. kudriavzevii yang paling optimum yaitu pada durasi 96 jam dengan
menghasilkan 19.90 % lipid dari 2,58g/L jumlah biomassa sel yeast yang
Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis asam lemak yang
37
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Biomassa yang paling optimal dicapai yaitu pada penambahan nutrisi dengan
2.58 g/L. Kandungan lemak yang dihasilkan yaitu 19.90% yang berpotensi
V.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis asam lemak yang
38
DAFTAR PUSTAKA
Appaiah, P., Sunil, L., Prasanth, P, K., Kumar & Gopala, A, G., 2014, Physico-
Chemical Characteristics And Stability Aspects Of Coconut Water And
Kernel At Different Stages Ofmaturity, Https://Doi 10.1007/S13197-014-
1559-4.
Apriadi, T., Pratiwi, N. T. M., & Hariyadi, S., 2014. Fitoremediasi Limbah
Budidaya Sidat Menggunakan Filamentous Algae ( Spirogyra Sp .)
Fitoremediation Of Eel Culture Wastewater Using Filamentous Algae
( Spirogyra Sp .). Depik Journal, 46–55.
Ariandi, Yopi, & Meryandini, A. (2017). Enzymatic Hydrolysis Of Copra Meal
By Mannanase From Streptomyces Sp. BF3.1 For The Production Of
Mannooligosaccharides. HAYATI Journal Of Biosciences, 22(2), 79–86.
Https://Doi.Org/10.4308/Hjb.22.2.79
Ariandi, Yopi, Anja, M., 2016. Enzymatic Hydrolysis Of Copra Meal By
Mannanase From Streptomyces Sp. BF3.1 For The Production Of
Mannooligosaccharides. HAYATI Journal Of Bioscience, 2(20): 79-86.
Carotta, E., Silvia, C., Alessandro, D., Anna, M. G., Silvia, R. S., Maurizio, P.,
2017. A Sustainable Use Of Ricotta Cheese Whey For Microbial Biodiesel
39
Production. Science Of The Total Environment, 584–585.
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Scitotenv.2017.01.068
Chebby, H., David, L-C., Miguel, C-C., Atef, J., Pilar, M.D., 2019. Biodiesel
Production From Microbial Oil Provided By Oleaginous Yeasts From
Olive Oil Mill Wastewater Growing On Industrial Glycerol. Industrial
Crops & Products, 1-9. Doi:
Https://Doi.Org/10.1016/J.Indcrop.2019.111535.
Chen, X., Cao, X., Sun, S., Yuan, T., Wang, S., Shi, Q., & Sun, R. (2019).
Hydrothermal Acid Hydrolysis For Highly Efficient Separation Of Lignin
And Xylose From Pre-Hydrolysis Liquor Of Kraft Pulping Process.
Separation And Purification Technology, 209, 741–747.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Seppur.2018.09.032.
Chen, H., & Wang, L. 2017. Enzymatic Hydrolysis Of Pretreated Biomass.
Technologies For Biochemical Conversion Of Biomass, 65-99.
Chan GF, Gan HM, Ling HL, Rashid NA. (2012) Genome Sequence Of P
Kudriavzevii M12, A Potential Producer Of Bioethanol And Phytase.
Eukaryot Cell, 11(10).
Deeba, F., Pruthi, V., Negi, Y.S., 2017. Fostering Triacylglycerol Accumulation
In Novel Oleaginous Yeast Cryptococcus Psychrotolerans IITRFD Utilizing
Groundnut Shell For Improved Biodiesel Production. Bioresource
Technology, Doi: Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Biortech.2017.04.001
Deeba, F., Vikas, P., Yuvraj, N. S., 2016. Converting Paper Mill Sludge Into
Neutral Lipids By Oleaginous Yeast Cryptococcus Vishniaccii For Biodiesel
Production. Bioresource Technology, 30.
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Biortech.2016.02.105
Deesuth, O., Laopaiboon, P., Klanrit, P., Laopaiboon, L., 2015. Improvement Of
Ethanol Production From Sweet Sorghum Juice Under High Gravity And
Very High Gravity Conditions: Effects Of Nutrient Supplementation And
Aeration. Ind Crops Prod, 74, 95–102.
40
Duraikannu K, Shameem RK, Anithajothi R, Umagowsalya G, Ramakritinan CM.
2014. In-Vivo Anticancer Activity Of Red Algae (Gelidiela Acerosa And
Acanthophora Spicifera). Pharmaceutical Sciences And Research, 5(8):
3347-3352.
Eshaq, F. S., Ali, M. N., & Mohd, M. K. (2010). Spirogyra Biomass A Renewable
Source For Biofuel ( Bioethanol ) Production. International Journal Of
Engineering Science And Technology, 2(12), 7045–7054.
Fonseca AM, Monte FJQ, Da Conceic M, De Oliveiraaão F, Coconut Water
(Cocosnucifera L.) – A New Biocatalyst System For Organic Synthesis,
Journal Of Molecular Catalysis B: Enzymatic, 57, 2009, 78-82.
Gallelo, I., Casas, J.J., Rodrigues, F.F., Juan, M., Castillo, P.S., & Martines, C.P.
2013. Culture Of Spirogyra Africana From Farm Ponds For Long-Term
Experiments And Stock Maintenance. Journal Of Biotechnology Agronomy
Social Environment. 17 (3) : 423-430.
Ge, S., Madill, M., & Champagne, P. (2018). Use Of Freshwater Macroalgae
Spirogyra Sp. For The Treatment Of Municipal Wastewaters And Biomass
Production For Biofuel Applications. Biomass And Bioenergy, 111: 213–223.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Biombioe.2017.03.014
Gozan, M., Fatimah, I., Nanda, C., & Haris, A. (2014). Produksi Biosurfaktan
Oleh Pseudomonas Aeruginosa Dengan Substrat Limbah Biodiesel
Terozonasi Untuk Peningkatan Perolehan Minyak Bumi. Journal Of Agro-
Based Industry, 31(2), 39–44.
Herlina, Bambang, H.P., Mukhammad, F., Fikry, A.R., 2016. Utilization Of Α-
Amylase And Variation Of Hydrolysis Time On Glucomannan Flour
Production From Gembili (Dioscorea Esculenta L.) Tuber. Jurnal
Agroteknologi, 10(1): 73-86.
Huynh, L. H., Kasim, N. S., & Ju, Y. H. (2011a). Biodiesel Production From
Waste Oils. Biofuels, 375–396. Https://Doi.Org/10.1016/B978-0-12-385099-
7.00017-6
Huynh, L. H., Kasim, N. S., & Ju, Y. H. (2011b). Biodiesel Production From
Waste Oils. In Biofuels (1 Ed.). Https://Doi.Org/10.1016/B978-0-12-385099-
7.00017-6
Jaya, D., Setiyaningtyas, R., & Prasetyo, S. (2018). Bioethanol Production From
Green Algae Spirogyra Sp. 15(1), 16–19.
Ji-Hyun O, Kim J, Lee Y. 2016. Antiinflammatory And Anti-Diabetic Effects Of
Brown Seaweeds In High-Fat Diet-Induced Obese Mice. Nutrition Research
And Practice, 10(1): 42-48.
Karta, Wayan, Ni M. Puspawati & Yenni Ciawi. 2015. Pembuatan Bioetanol Dari
Alga Codium Geppiorum Dan Pemanfaatan Batu Kapur Nusa Penida
41
Teraktivasi Untuk Meningkatkan Kualitas Bioetanol. Indonesian E-Journal
Of Applied Chemistry, 12(3).
Kurtzman CP, Fell JW, Boekhout T (2011) The Yeasts, A Taxonomic Study.
Volume 1. Fifth Edition.
Lee, Y.C., & Chang, S.P. 2011. The Biosorption Of Heavy Metals From Aqueous
Solution By Spirogyra And Cladophora Filamentous Microalgae.
Bioresource Technology, 102 : 5297–5304.
Li, Q., Du, W., & Liu, D. (2008). Perspectives Of Microbial Oils For Biodiesel
Production. Applied Microbiology And Biotechnology, 80(5): 749–756.
Https://Doi.Org/10.1007/S00253-008-1625-9
Mishra JK, Srinivas T, Madhusudan T, Sawhney S. 2016. Antibacterial Activity
Of Seaweed Halimeda Opuntia From The Coasts Of South Andaman. Global
Journal Of Bio-Science And Biotechnology, 5(3): 345-348.
Malakar, B., Debasish, D., Kaustubha, M., 2020. Optimization Of Glucose Yield
From Potato And Sweet Lime Peel Waste Through Different Pre-Treatment
Techniques Along With Enzyme Assisted Hydrolysis Towards Liquid
Biofuel. Renewable Energy, 145: 2723-2732.
Nangin, D., & A. Sutrisno. 2015. Raw Starch Degrading Amylase Enzyme From
Microbes. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(3) : 1032-1039.
Pachori, R., Lahoti, D., Kulkarni, N., Sadar, K., 2017, Studies On Development
Of Probioticated Coconat Water. Online International Interdisciplinary
Research Journal, ISSN 2249-9598, 07.
Pinto, T., Luia, G., Joana, O., Ganesh, D.S., Patricia, M., 2018. Enhancement Of
Fermentative Hydrogen Production From Spirogyra Sp. By Increased
Carbohydrate Accumulation And Selection Of The Biomass Pretreatment
Under A Biorefinery Model. Journal Of Bioscience And Bioengineering,
20(20): 1-9.
Putri, S. K., Supranto, & Sudiyo, R. (2012). Studi Proses Pembuatan Biodiesel
Dari Minyak Kelapa ( Coconut Oil ) Dengan Bantuan Gelombang
Ultrasonik. Jurnal Rekayasa Proses, 6(1), 20–25.
42
Rachman, S. A., K, A., & Septian, R. (2013). PEMBUATAN BIODIESEL DARI
MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS Cao DISINARI
DENGAN GELOMBANG MIKRO. Teknik Kimia, 19(4), 45–52.
Raoufi, Z., & Mousavi Gargari, S. L. (2018). Biodiesel Production From
Microalgae Oil By Lipase From Pseudomonas Aeruginosa Displayed On
Yeast Cell Surface. Biochemical Engineering Journal, 140, 1–8.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Bej.2018.09.008.
Risnoyatiningsih, S. 2011. Hydrolisis Of Starch Saccharides From Sweet Potaroes
Using Enzyme. Jurnal Teknik Kimia, 5(2):1-8.
Rochelle, D., & Najafi, H. (2019). A Review Of The Effect Of Biodiesel On Gas
Turbine Emissions And Performance. Renewable And Sustainable Energy
Reviews, 105(June 2018), 129–137.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Rser.2019.01.056.
Saini, S., Saini, H.S., Dahiya, A., 2017 Amylases: Characteristics And Industrial
Applications. Journal Of Pharmacognosy And Phytochemistry, 6(4): 1865-
1871.
Sankh, S., Thiru, M., Saran, S., & Rangaswamy, V. (2013). Biodiesel Production
From A Newly Isolated P Kudriavzevii Strain. Journal Fuel, 106, 690–696.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Fuel.2012.12.014
Saran, S., Arushi, M., Jyotsana, D., Saxena, R.K., 2017. Process Optimization For
Cultivation And Oil Accumulation In An Oleaginous Yeast Rhodosporidium
Toruloides A29. Journal Fuel, 188: 324-331.
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Fuel.2016.09.051
43
For Biodiesel Production. Journal Of Environmental Management, 198: 90-
98. Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Jenvman.2017.04.064
Sharah, A., Rahman, K., Desmalati, 2015. The Manufacture Of Lactic Acid
Bacteria Growth Curve In The Isolation Of Kembung (Rastrelliger Sp)
Peda. 145-162.
Singh, Devendra, P., & Rakesh Kumar Trivedi. 2013. Production Of Biofuel
From Algae: An Economic And Eco-Friendly Resource. International
Journal Of Science And Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064
Soccol, C.R., Dalmas, N.C.J., Soccol, V.T., Sydney, E.B., Da Costa, E.S.F.,
Medeiros, A.B.P., Vandenberghe L.P. De Souza, 2017. Pilot Scale Biodiesel
Production From Microbial Oil Of Rhodosporidium Toruloides DEBB 5533
Using Sugarcane Juice: Performance In Diesel Engine And Preliminary
Economic Study. Bioresour Technol., 223, pp. 259-268.
Souza, I. A., Orsi, D. C., Gomes, A. J., & Lunardi, C. N. (2019). Enzymatic
Hydrolysis Of Starch Into Sugars Is Influenced By Microgel Assembly.
Biotechnology Reports. https://doi.org/10.1016/j.btre.2019.e00342.
Stancheva, R., Hall, J.D., M.c. Court, R.M., & Sheath, R.G. 2013. Identity And
Phylogenetic Placement Of Spirogyra Species. J. Phycol. International
Journal Bioresour Technology. (49) : 588–607.
Tavallaie, S., Morteza, K., Maryam, M., Yahya, M., 2019. Starches From
Different Sources Hydrolysis Using A New Thermo-Tolerant Amylase
Complex Produced By Bacillus subtilis T41a: Characterization And
44
Efficiency Evaluation. Food Science and Technology. Hal: 1-10.
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2019.05.116
Vasconcelos, B., Jose, C.T., Giuliano, D., Jose, A.T., 2018. Optimization Of Lipid
Extraction From The Oleaginous Yeasts Rhodotorula glutinis and
Lipomyces kononenkoae. AMB Expr, 8:126
https://doi.org/10.1186/s13568-018-0658-4.
Xu, Y., Meixia, S., Xuyan, Z., Huirong, Y., Haifeng, Z., 2019. Potential Yeast
Growth And Fermentation Promoting Activity Of Wheat Gluten
Hydrolysates And Soy Protein Hydrolysates During High-Gravity
Fermentation, Industrial Crops & Products: 179–184.
https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2018.10.077.
Yuan, T., Xiekun, L., Shiyuan, X., Ying, G., Weizheng, Z., Jingliang, X.,
Zhenhong, Y., 2016. Microalgae Pretreatment with Liquid Hot Water to
Enhance Enzymatic Hydrolysis Efficiency. Bioresource Technology. doi:
http:// dx.doi.org/10.1016/j.biortech.2016.08.117.
Zarina, A., Hasana, M.U., & Shameel, M. 2012. Diversity of the Genus Spirogyra
(Zygnemophyceae Shameel) in the North-Eastern Areas of Pakistan.
Proceedings of The Pakistan Academy of Sciences, 44(4) : 225 – 248.
Zhang, X., Yan, S., Tyagi, R.D., Drogui, P., Surampalli, R.Y., 2014.
Ultrasonication assisted lipid extraction from oleaginous microorganisms.
Bioresour Technol., 158, pp.253-261.
45
Carbohydrate Polymers, doi:
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2019.115656.
Zwirn, M., Chen, C., Uher, B., & Schagerl, M. 2013. Induction Of Sexual
Reproduction In Spirogyra Clones – Does An Universal Trigger Exist.
Journal of Fottea Olomouc, 13 (1) : 77-85.
46
Lampiran 1. Skema Kerja
Sampel Alga
Spirogyra peipingensis
Fermentasi
Ekstraksi Sel
47
Tepung Alga
Spirogyra
Substrat Alga
Spirogyra
Hidrolisat Alga
48
Lampiran 3. Peremajaan Yeast Pichia kudriavzevii
Isolat Yeast
Pichia kudriavzevii
Media PDA
Kultur Yeast
Pichia kudriavzevii
Pembuatan Stock
Isolat Yeast
Pichia kudriavzevii
49
Lampiran 4. Pembuatan Starter Yeast Pichia kudriavzevii
Kultur Yeast
Pichia kudriavzevii
5 ml Hasil Hidrolisis
Alga (I)
9 ml Hasil Hidrolisis
Alga (II)
45 ml Hasil Hidrolisis
Alga
- Diinkubasi selama 8 jam
50
Lampiran 5. Proses Fermentasi
- Diinokulasikan sebanyak 5 ml
45 ml Substrat Alga
Steril
Media Fermentasi
51
Lampiran 6. Pengukuran Nilai OD
Media Fermentasi
Analisis Optical
Density
52
Lampiran 7. Media fermentasi durasi 0 jam
53
Lampiran 8. Media Fermentasi Durasi 24 Jam
54
Lampiran 9. Media Fermentasi Durasi 48 jam
55
Lampiran 10 Media fermentasi durasi 72 jam
56
Lampiran 11 Media fermentasi durasi 96 jam
57
Lampiran 12: Gambar Penyiapan Alga Spirogyra peipingensis
1 2
Keterangan Gambar:
berukuran 80 mesh
58
Lampiran 13: Gambar Proses Hidrolisis
1 2
3
4
Keterangan Gambar :
59
Lampiran 14: Pembuatan Starter Yeast Pichia kudriavzevii
1 2
3 4 5
Keterangan Gambar:
S. peipingensis
3. Aktivasi 1
4. Aktivasi 2
5. Aktivasi 3 (starter)
60
Lampiran 15: Sterilisasi Media Fermentasi dengan Menggunakan Autoclave,
dan Proses Penambahan Nutrisi Fermentasi
1 2
3 4
Keterangan Gambar:
61
Lampiran 16: Proses Pengukuran OD menggunakan Spektrofotometer UV
VIS
1 2 3
1
1
4 5
1
Keterangan Gambar
5. Isi tabung reaksi dimasukkan dalam kuvet dan diukur nilai Odnya
62
Lampiran 17. Tabel ANOVA
63
Lampiran 18. Tabel Hasil Analisis Uji Tukey
Waktu
Multiple Comparisons
Dependent Variable: OD
Tukey HSD
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) waktu (J) waktu (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
0 jam 24 jam -.0600 .04095 .592 -.1788 .0588
48 jam -.1575* .04095 .005 -.2763 -.0387
*
72 jam -.2575 .04095 .000 -.3763 -.1387
*
96 jam -.3342 .04095 .000 -.4529 -.2154
24 jam 0 jam .0600 .04095 .592 -.0588 .1788
48 jam -.0975 .04095 .148 -.2163 .0213
*
72 jam -.1975 .04095 .000 -.3163 -.0787
*
96 jam -.2742 .04095 .000 -.3929 -.1554
*
48 jam 0 jam .1575 .04095 .005 .0387 .2763
24 jam .0975 .04095 .148 -.0213 .2163
72 jam -.1000 .04095 .132 -.2188 .0188
*
96 jam -.1767 .04095 .001 -.2954 -.0579
*
72 jam 0 jam .2575 .04095 .000 .1387 .3763
24 jam .1975* .04095 .000 .0787 .3163
48 jam .1000 .04095 .132 -.0188 .2188
96 jam -.0767 .04095 .354 -.1954 .0421
*
96 jam 0 jam .3342 .04095 .000 .2154 .4529
24 jam .2742* .04095 .000 .1554 .3929
*
48 jam .1767 .04095 .001 .0579 .2954
72 jam .0767 .04095 .354 -.0421 .1954
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .010.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Konsentrasi
Multiple Comparisons
Dependent Variable: OD
Tukey HSD
(I) konsentrasi (J) konsentrasi Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
64
Mean Difference
(I-J) Lower Bound Upper Bound
0 g/l 10 g/l -.0390 .04486 .951 -.1754 .0974
20 g/l -.1000 .04486 .255 -.2364 .0364
30 g/l -.1050 .04486 .210 -.2414 .0314
40 g/l -.0870 .04486 .399 -.2234 .0494
50 g/l -.0980 .04486 .274 -.2344 .0384
10 g/l 0 g/l .0390 .04486 .951 -.0974 .1754
20 g/l -.0610 .04486 .750 -.1974 .0754
30 g/l -.0660 .04486 .684 -.2024 .0704
40 g/l -.0480 .04486 .889 -.1844 .0884
50 g/l -.0590 .04486 .774 -.1954 .0774
20 g/l 0 g/l .1000 .04486 .255 -.0364 .2364
10 g/l .0610 .04486 .750 -.0754 .1974
30 g/l -.0050 .04486 1.000 -.1414 .1314
40 g/l .0130 .04486 1.000 -.1234 .1494
50 g/l .0020 .04486 1.000 -.1344 .1384
30 g/l 0 g/l .1050 .04486 .210 -.0314 .2414
10 g/l .0660 .04486 .684 -.0704 .2024
20 g/l .0050 .04486 1.000 -.1314 .1414
40 g/l .0180 .04486 .999 -.1184 .1544
50 g/l .0070 .04486 1.000 -.1294 .1434
40 g/l 0 g/l .0870 .04486 .399 -.0494 .2234
10 g/l .0480 .04486 .889 -.0884 .1844
20 g/l -.0130 .04486 1.000 -.1494 .1234
30 g/l -.0180 .04486 .999 -.1544 .1184
50 g/l -.0110 .04486 1.000 -.1474 .1254
50 g/l 0 g/l .0980 .04486 .274 -.0384 .2344
10 g/l .0590 .04486 .774 -.0774 .1954
20 g/l -.0020 .04486 1.000 -.1384 .1344
30 g/l -.0070 .04486 1.000 -.1434 .1294
40 g/l .0110 .04486 1.000 -.1254 .1474
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .010.
65
66
Lampiran 19. Hasil Pengukuran OD Menggunakan Spektrofotmeter Uv vis
24 0.15 0.06 0.13 0.15 0.2 0.13 0.11 0.1 0.12 0.14 0.21 0.14
48 0.12 0.17 0.22 0.22 0.27 0.27 0.36 0.36 0.31 0.31 0.31 0.31
72 0.21 0.28 0.41 0.38 0.57 0.51 0.53 0.49 0.38 0.45 0.31 0.31
96 0.26 0.26 0.34 0.34 0.58 0.58 0.62 0.62 0.52 0.52 0.52 0.52
67