oleh :
Ridhwan Ahmad Karyana / 1907673
oleh :
Ridhwan Ahmad Karyana/ 1907673
i
Lembar Pengesahan
Program Studi Biologi
Departemen Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
oleh :
ii
Lembar Pengesahan
Program Studi Biologi
Departemen Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
oleh :
iii
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Allah SWT. Atas berkat dan karunia-nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Praktik Latihan Akademik (PLA) dan
menyusun laporan akhir yang berjudul “PERBANYAKAN AGENS
PENGENDALIAN HAYATI JAMUR Metarhizium anisopliae DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA PADAT DAN METABOLIT SEKUNDER ”.
Pelaksanaan dan penyusunan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada nama/pihak berikut :
1. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Balai Perlindungan Perkebunan
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan
Praktik Latihan Akademik (PLA);
2. Ketua Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia, Dr. Bambang Supriatno, M. Si;
3. Kepada ketua program studi Biologi ibu Dr. Hj. Diah Kusumawaty, M. Si
4. Kepada Dr Any Aryani, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan bimbingan,
arahan, saran, serta ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan PLA dan laporan akhir;
5. Kepada pembimbing PLA Intan Dwi Riandini, S.P.
6. Seluruh staff dan karyawan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Balai
Perlindungan Perkebunan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan
dan suasana bekerja yang menyenangkan kepada penulis selama
melaksanakan kegiatan PLA;
7. Teman seperjuangan selama PLA yakni Adit, M Bagja, dan Renanda yang
telah bekerja sama dalam melaksanakan PLA di Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Barat Balai Perlindungan Perkebunan
8. Siswa SMKN 7 Bandung
9. Pak Ujang selaku penasihat PLA
10. Orang tua yang selalu memberikan do’a, dukungan, dan Materi untuk
kebutuhan selama PLA;
iv
11. Seluruh pihak yang turut membantu penulis dalam melaksankan Praktik
Latihan Akademik (PLA) dan penyusunan laporan akhir ini yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun untuk kelancaran penulis dalam
penyusunan lainnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukannya.
v
Abstrak
Praktik Lapangan Akademik (PLA) mandiri merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan serta pelatihan keterampilan yang diikuti oleh
mahasiswa dengan bekerja secara langsung pada dunia industri. Kegiatan PLA
dilakukan oleh penulis di Balai Perlindungan Perkebunan Provinsi Jawa Barat
yang memiliki tugas pokok di bagian OPT. Tujuan pelaksanaan PLA ini yaitu,
dapat melakukan perbanyakan jamur Metarhizium anisopliae pada media padat
dan metabolit sekundernya, dapat mengetahui dan melakukan pengujian kualitas
M. anisopliae serta dapat melakukan identifikasi Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) Perkebunan dan M. anisopliae. Jamur M. anisopliae merupakan
jamur entomopatogen yang artinya memiliki sifat parasit terhadap serangga.
Perbanyakan M. anisopliae dapat menggunakan media jagung, PDA, dan beras.
Salah satu hama yang dapat diatas dengan jamur M.anisopliae yaitu Oryctes
rhinoceros.Hama Oryctes rhinoceros dapat menyebabkan kematian pada tanaman
muda. Pada hasil penelitian yang dilakukan praktikan pada media padat dilakukan
sebanyak sebanyak 112 bungkus pada media beras sedangkan pada media jagung
10 bungkus. Jumlah keberhasilan dari media beras sebanyak 39 dari 112 maka di
persentase sebesar 18,24 %, sedangkan pada media jagung jumlah keberhasilan
sebanyak 1 bungkus dari 10 bungkus maka di persentase sebesar 10 %. Pada media
agar jumlah keberhasilan sebanyak 12 tabung dari 13 tabung di persentase sebesar
92,5 %. Pembuatan metabolit sekunder mengalami keberhasilan sebanyak 15 L
dari pembuatan 15 L maka di persentase sebesara 100%. Uji viabilitas yang
dilakukan dengan 3 pengulangan tidak terdapat jamur M. anisopliae yang
berkecambah, pada uji kerapatan spora mendapat hasil sebesar 1 × 10⁸. Pada M
anisopliae terdapat 3 struktur yaitu hifa, konidia dan konidiafor. Terdapat 3 OPT
yang ditemukan yaitu karat kopi, karat merah cengkeh, dan embun jelaga.
Kata Kunci: PKL, Metarhizium anisopliae, Media padat, Oryctes rhinoceros
vi
Daftar Isi
vii
Penutup................................................................................................................... 30
IV.1 Kesimpulan ................................................................................................. 30
IV.2 Saran ........................................................................................................... 31
Bab V ..................................................................................................................... 32
Referensi ................................................................................................................ 32
viii
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
Tabel 1 Data pada media padat Metarhzium anisopliae ………………………18
Tabel 2 Data pada media agar Metarhizium anisopliae ……………………… 19
Tabel 3 Data pada metabolit sekunder Metarhizium anisopliae …………………21
Tabel 4 Uji Viabilitas Metarhizum anisopliae………………………………………22
Tabel 5 Uji Kerapatatan Spora Metarhizum anisopliae………………………….. 22
x
Bab I Pendahuluan
Praktik Lapangan Akademik (PLA) mandiri merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan serta pelatihan keterampilan yang diikuti oleh
mahasiswa dengan bekerja secara langsung pada dunia industri. Pada kegiatan PLA
ini dilaksanakan di Balai Perlindungan Perkebunan (BPP) Provinsi Jawa Barat
dilakukan dalam kurun waktu selama 4 bulan dari tanggal 12 September 2022- 12
Januari 2023. BPP sendiri merupakan dinas yang dibawah naungan Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Terdapat fasilitas yang mendukung kegiatan PLA
20 SKS sesuai dengan topik project yang dilaksanakan yaitu Laboratorium
Metarhizium anisoopliae, ruang shaker, dan kebun edukasi OPT.
Pada kegiatan PLA ini mahasiswa turut dalam pembuatan beberapa produk
dari BPP yaitu APH padat dengan media beras serta jagung, APH cair yaitu
metabolit sekunder, dan media agar potato dextrose agar (PDA). Produk yang telah
dibuat nantinya akan menjadi data bagi mahasiswa serta akan di sebarkan kepada
para lembaga atau instansi yang membutuhkan.
BPP sendiri memiliki tugas pokok serta fungsi berdasarkan Peraturan Gubernur
Jawa Barat No. 54 Tahun 2010 Tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas
di bidang proteksi tanaman perkebunan. Serta mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis di bidang proteksi
tanaman perkebunan; dan
b. Penyelenggaraan koordinasi dan pelaksanaan proteksi tanaman perkebunan.
I.1 Latar belakang
Dalam lingkup perkebunan petani memiliki banyak kendala, salah satunya
yaitu adanya serangan hama yang dapat menurunkan produksi tanaman. Hama
dapat menyerang berbagai bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga dan
buah. Sebagai contoh, hama Oryctes rhinoceros dapat menurunkan produksi salah
satu tanaman yaitu kelapa sekitar 2000-3000 ton pada setiap tahunnya. Hama
Oryctes rhinoceros dapat menibulkan kematian tanaman muda sebanyak 25 %
(PPKS, 2009 ).
Hama ini dapat dikendalikan untuk menekan perkembangannya. Petani
biasanya melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia. Namun,
penggunaan pestisida kimia dapat berdampak buruk terhadap lingkungan dan
1
kesehatan penggunanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Kementan, 2007)
penggunaan pestisida kimia dapat menyebabkan keracunan pada manusia.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian alternatif yang ramah lingkungan
dan aman terhadap kesehatan penggunanya. Salah satu pengendalian alternatif yang
dapat dilakukan adalah dengan pemanfaatan jamur Metarhizium anisopliae sebagai
musuh alami dari hama di tanaman.
Jamur M. anisopliae merupakan jamur entomopatogen yang artinya memiliki
sifat parasit terhadap serangga. Pemanfaatan dari jamur entomopatogen untuk
mengendalikan serangga terdapat kelebihan dalam kapasitas produksi yang tinggi
siklus dari jamur entomopatogen relatif singkat serta dapat membentuk spora yang
dapat tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk (Rosmayuningsih et al., 2005).
Terdapat lebih dari 700 spesies jamur entomopatogen yang dapat menginfeksi
serangga hama (Lacey et al., 2001). Jamur Metarhizium anisopliae dapat ditemui
pada bagian dalam tanah yang memiliki saprofit dan tumbuh pada suhu 18,3 ° C –
29,5° C. Jamur tersebut dapat menjadi salah satu jamur entomopatogen yang
terbukti efektif melawan berbagai serangga dan hama termasuk rayap, kumbang,
dan belalang (Singh, et. al., 2017).
M. anisopliae ini selain ramah terhadap lingkungan dan aman bagi kesehatan
penggunanya juga mudah untuk diperbanyak secara masal. Perbanyakan M.
anisopliae dapat menggunakan media jagung, PDA, dan beras (Prayogo dan
Tengkano, 2002). Perbanyakan M. anisopliae pada media jagung dan beras dapat
disebut juga dengan Metarhizium padat.
Metarhizium padat yang diproduksi dapat digunakan secara langsung baik
dengan cara ditabur ataupun diencerkan ke dalam air dan disemprotkan ke tanaman.
Selain itu, Metarhizium padat dapat pula dibuat ke dalam bentuk metabolit
sekunder.
Metabolit sekunder dari formula cair jamur M. anisopliae terdapat beberapa
senyawa yaitu diantaranya senyawa pendegradasi pati, pendekomposisi khitin,
pendekomposisi lemak dan glikogen, antagonis ke jamur patogen, enzim khitinase,
protease dan berbagai senyawa lainnya (Soesanto, 2017). M. anisopliae dapat
mengendalikan salah satu hama kelapa yaitu Oryctes rhinoceros yang termasuk
2
dalam famili Scarabaeidae dan ordo Coleoptera, atau disebut juga hama penggerek
pucuk kelapa. O. rhinoceros tersebar merata disetiap daerah di Indonesia.
O. rhinoceros pada stadium dewasa menyerang titik tumbuh sehingga terjadi
kerusakan pada daun muda kelapa. O. rhinoceros pada fase telur, larva dan pupa
berada di tanah, hidup pada media yang memiliki banyak sisa-sisa bahan organik di
sekitar pohon kelapa (Mulyono, 2007 ). M anisopliae dapat menyebabkan gejala
dehidrasi pada tubuh serangga yang terinfeksu (Gustiana., et al,2019). Penelitian
yang dilakukan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak, aplikasi infus
metabolit sekunder Metarhizium anisopliae pada pohon kakao secara signifikan
dapat memberikan pengaruh terhadap menurunnya tingkat serangan busuk buah
kakao. Keadaan buah kakao pada kebun perlakuan setelah aplikasi pada pengujian
ini lebih baik secara kualitas dan kuantitas jika dibandingkan dengan kebun kontrol.
(Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak, 2018). Berdasarkan latar belakang
tersebut, diperlukan perbanyakan M. anisopliae baik dalam bentuk padat maupun
dalam bentuk metabolit sekunder. Dalam PLA ini akan dibahas mengenai proses
perbanyakan M. anisopliae padat dan metabolit sekundernya beserta cara pengujian
kualitas dari jamur tersebut.
I.2 Lingkup
Berdasarkan tujuan awal pratikan lingkup pekerjaan mahasiswa untuk
mengikuti seluruh kegiatan yang terdapat di Balai Perlindungan Perkebunan Dinas
Perkebunaan Provinsi Jawa Barat khususnya dalam penyediaan serta pengelolaan
pada sektor pengendalian OPT berbentuk agen pengendali hayati, pestisida nabati
serta melestariskan jamur Entomapatogen. Untuk beberapa kegiatan di BPP juga
menyesuaikan dengan permintaan di lapangan, kebutuhan lapangan serta program
dari pemerintah Provinsi Jawa Barat.
3
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan Praktik Latihan Akademik (PLA) ini sebagai
berikut :
1. Dapat melakukan perbanyakan jamur Metarhizium anisopliae pada media
padat dan metabolit sekundernya.
2. Dapat mengetahui dan melakukan pengujian kualitas M. anisopliae
3. Dapat melakukan identifikasi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Perkebunan dan M. anisopliae
4
Bab II
Organisasi Balai Perlindungan Perkebunanan
5
II.2 Lingkup Pekerjaan
Lingkup kegiatan Praktik Latihan Akademik (PLA) di Balai Perlindungan
Perkebunan terletak di Laboratorium karena menunjang proyek yang dilakukan
oleh mahasiswa dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu inokulasi, pembuatan
metabolit sekunder, analisis jamur dengan menggunakan mikroskop dan kegiatan
laboratorium lainnya.
II.3 Deskripsi Pekerjaan
Dalam kegiatan Praktik Lapangan Akademik (PLA) mahasiswa ditempatkan
pada sektor POPT (Pengendali Organisme Penggagu Tanaman). Yang bertugas
dalam melakukan beberapa kegiatan yaitu seperti pembuatan media padat yang
menggunakan media jagung serta beras, pada tahapan awal dilakukan pembersihan
media padat, lalu distrerilisasi ke dalam autoclave, media padat yang telah
disterilasi diangkat dan diletakan di tempat yang steril.
Media padat yang telah di steril dapat dilakukan inokulasi dengan
menggunakan media jamur yang berasal dari media agar, selain dengan media
padat dapat dilakukan pula inokulasi dengan menggunakan media agar. Media
padat yang telah di inokulasi serta tidak terdapat kontaminasi dapat dipanen serta
di manfaatkan menjadi media cair berbentuk metabolit sekunder yang prosesnya
diawali dengan direbus nya bahan-bahan seperti air beras, air kelapa, gula dan
bahan lainnya ke dalam panci,ketika sudah matang letakan media cair tersebut ke
dalam jerigen dan dinginkan media cair , ketika sudah dingin dapat digunakan
untuk menjadi metabolit sekunder dengan memasukan media padat yang terdapat
jamur Metarhizium anisopliae ke dalam media cair. Waktu panen untuk media cair
ini sekitar 1-2 minggu. Untuk mengetahui kualitas dari jamur M anisopliae dapat
dilakukan uji kerapatan spora serta uji viabilitas dengan penggunaan mikroskop.
II.4 Jadwal Kerja
Waktu pelaksanaan kegiatan Praktik Latihan Akademik (PLA) di Dinas
Perkebunan Balai Perkebunan Provinsi Jawa Barat yaitu selama 4 bulan , terhitung
dari tanggal 12 September 2022 sampai 12 Januari 2022. Pelaksanaan PLA dimulai
dari tahap pengenalan dinas, pelaksanaan PLA dan penyusunan laporan akhir.
Kegiatan PLA dilaksanakan dengan jam kerja setiap hari senin-jum’at. kegiatan
6
PLA dilaksanakan mulai dari pukul 08.00-16.00 WIB, Adapun tempat pelaksanaan
kegiatan PLA yaitu :
Lokasi : Balai Perlindungan Perkebunan Provinsi Jawa Barat
Alamat : Jl. Pasir Jati, Jatiendah, Kec. Ujung Berung, Kota Bandung, Jawa
Barat 40616
7
Bab III
PERBANYAKAN AGENS PENGENDALIAN HAYATI JAMUR
Metarhizium anisopliae DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA PADAT DAN METABOLIT SEKUNDER
8
pertanian. Beberapa penelitiam lainnya telah berhasil melakukan penelitian dalam
menemukan media alternatif untuk pertumbuhan jamur menggunakan berbagai
sumber karbohidrat yang berbeda seperti singkong dextrose agar (Octavia &
Wantini, 2017). Pada pembuatan media agar diawali dengan persiapan alat dan
bahan serta dipastikan alat dan bahan tersebut dalam kondisi baik serta layak untuk
di pergunakan sebelum memulai kegiatan. Pada pembuatan 1 L media PDA
dibutuhkan PDA instan sebanyak 44 g lalu dilarutkan ke dalam 1 L aquadest.
Larutan media PDA dipanaskan dengan menggunakan metode double boiling yaitu
gelas kimia yang berisi larutan dimasukkan ke dalam panci yang berisi air dan
dididihkan secara bersamaan. Larutan media PDA diaduk sampai konsistensi
sedikit mengental.
9
Gambar 3. Hasil Media Agar PDA Yang Dapat Digunakan
(Dokumentasi pribadi, 2022)
Media agar yang telah mengeras dapat dilakukan untuk proses inokulasi
dengan cara menggunakan media jamur M anisopliae dengan tahapan awal
menyiapkan alat dan bahan. Laminar air flow disterilkan dengan disemprotkan
alkohol 70% lalu dikeringkan menggunakan kapas. Bunsen dinyalakan dengan
menggunakan korek api. Jarum ose dimasukan ke dalam alkohol 70 % lalu
dipanaskan di atas api. Mulut kedua tabung reaksi dilewatkan di atas api bunsen.
Spora diambil menggunakan ose dan diinokulasikan ke media agar. Tabung reaksi
yang sudah diinokulasi ditutup dengan kapas dan alumunium foil. Kemudian tabung
reaksi diberi label yang ditulis dengan identitas,nama jamur dan tanggal. Pada
tahapan akhir tabung reaksi disimpan di nampan inkubasi.
III.2.2 Media padat
Media padat untuk perbanyakan Metarhizium anisopliae dapat menggunakan
jagung ataupun beras menir. Pemilihan media yang digunakan sangat menentukan
keberhasilan perbanyakan dan pengendalian hama (Gusnawaty et al., 2013). Biji
jagung merupakan salah satu biji yang umum digunakan dalam pembuatan media
bibit. Kandunga dalam biji jagung memiliki rata rata kadar air 24 g, kalori 307%,
protein 7,9 %, lemak 3,4%, dan karbohidrat 63,6%. (Tjahja ., et al 2012), Biji
jagung memiliki rata-rata protein dari endosperma yaitu 8,0%, kandungan lemak
1,62% - 1,85%.
10
Gambar 4 Pembuatan Media Padat Jagung dan Beras
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
Pembuatan media padat diawali dengan pembersihan jagung atau beras
dengan air bersih hingga tidak terdapat sisa kulit jagung, kutu dan kotoran lainnya.
Setelah itu media padat dikukus menggunakan dandang hingga setengah matang
atau sekitar 30 menit sejak air mendidih untuk media jagung sedangkan pada media
beras selama 20 menit sejak air mendidih. Untuk proses pengukusan dapat
dipengaruhi salah satunya oleh usia media jagung atau beras serta kualitasnya.
Setelah setengah matang, media padat diangkat menggunakan piring plastik
yang telah steril lalu dipindahkan ke dalam nampan dan didinginkan menggunakan
kipas angin sambil diaduk dengan menggunakan centong. Media jagung yang telah
dingin dimasukkan ke dalam plastik tahan panas masing-masing sebanyak 100 g.
Media jagung sudah dibungkus ke dalam plastik anti panas kemudian disterilisasi
menggunakan autoclave pada suhu 1210 C dalam kurun waktu 60 menit.
Media padat yang telah steril diangkat dan plastik media dibuka lalu media
di dalamnya dikocok dan ditutup kembali kemudian disusun si atas nampan. Tujuan
pembukaan plastik anti panas setelah disterilisasi adalah agar memudahkan ketika
proses inokulasi.Media padat dapat digunakan pada jangka waktu 12 jam setelah
proses sterilisasi.
11
Tahapan selanjutnya media dapat dipergunakan untuk inokulasi, dengan
tahap awal yaitu menyiapkan alat dan bahan. Laminar air flow disterilkan
menggunakan alkohol 70% lalu dikeringkan dengan kapas. Bunsen dinyalakan
dengan menggunakan korek api. Sebelum diinokulasi isolat jamur APH
Metarhizium anisopliae bungkusan media jagung atau beras dibersihkan dengan
menggunakan kapas yang diberi alkohol 70%.
12
III.2.3 Metabolit sekunder
Metabolit sekunder pada jamur Metarhizhium anisopliae didalamnya
terkandung beberapa senyawa yang berperan salah satunya yaitu dapat menjadi
antagonis terhadap jamur patogen (Soesanto, 2014). Pada proses pembutan
metabolit sekunder dengan jamur M.anisopliae diawali dengan persiapan alat dan
bahan sebelum memulai kegiatan. Tahapan selanjutnya siapkan air cucian beras
pertama dan kedua lalu disimpan ke dalam ember. Jerigen disterilkan dengan dibilas
menggunakan air panas atau menggunakan kloroks dan dibilas hingga bersih.
Dalam satu resep pembuatan media metabolit sekunder dibutuhkan 1 L air kelapa,
4 L air beras dan 5 sendok gula pasir. Air kelapa, air beras dan gula ditakar sesuai
dengan kebutuhan kemudian direbus hingga mendidih. Larutan media metabolit
sekunder disaring dan dimasukkan ke dalam jerigen masing-masing sebanyak 2,5
L. Beberapa jerigen diikat menggunakan tali rafia dan didinginkan di dalam air
hingga dingin.
4 L air beras dan 5 sendok gula pasir. Air kelapa, air beras dan gula ditakar
sesuai dengan kebutuhan kemudian direbus hingga mendidih.
13
Dan ketika berhasil dapat di panen dimasukan ke dalam wadah botol kemudian di
kemas.
Hambatan dalam proses pembuatan metabolit sekunder adalah mengembung
jerigen yang berisi media cair, hal ini dapat diatasi dengan cara yaitu rutin membuka
tutup jerigen untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam jerigen sehingga
tidak akan mengembung, selain itu hambatan yang ditemui adalah terjadinya
kontaminasi yang diakibatkan oleh bakteri, sehingga akan timbul bau busuk pada
media cair maka dari itu perlu mengemas cairan metabolit sekunder pada jerigen
secara tertutup rapat hingga tidak terdapat cela untuk udara masuk sehingga dapat
menghindari masuknya bakteri ke dalam cairan metabolit sekunder, Selain itu
dilakukan pengocokan secara rutin dilakukan setiap hari selama kurun waktu 7- 14
hari.
14
korek api sebagai penopang kaca preparat dan kapas yang telah dibasahi aquadest
steril sebagai penjaga kelembaban di dalam cawan petri selama 15 jam. Setelah 15
jam preparat diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler dan dihitung
menggunakan hand counter. Jika setelah 15 jam spora belum berkecambah, maka
pengamatan dilakukan satu jam berikutnya.Pada uji viabilitas terdapat hambatan
jika isolat yang di pakai telah tua maka sulit untuk melihat perkecambahan pada
jamur M. anisopliae karena kualitas dari jamur tersebut telah menurun, maka dari
itu diperlukan isolat yang masih muda.
15
Larutan stok dihomogenkan selama 15 menit menggunakan vortex, lalu
diencerkan ke dalam pengenceran 10-1 dengan cara 1 mL larutan stok dimasukkan
ke dalam tabung berisi 9 mL aquadest. Larutan dalam pengenceran 10-1
dihomogenkan menggunakan vortex selama 3 menit. Langkah pengenceran ini
dilakukan secara berulang hingga pengenceran 10-2. Tabung diberi label berisi
keterangan pengenceran. Larutan pemgenceran 10-2 sebanyak 0.2 mL dimasukkan
ke dalam kanal haemocytometer ditutup dengan cover glass. Haemocytometer
diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Spora jamur yang
terlihat pada bidang hitung dihitung dengan menggunakan hand counter. Viabilitas
spora dapat menurun apabila selama subkultur terjadi penurunan sumber karbon,
seperti glukosa, glukosamin, khitin, pati, nitrogen untuk hifa tumbuh (Tanada &
Kaya, 1993). Selain itu, kurangnya asupan protein dari media biakan dapat
menurunkan kemampuan spora berkecambah (Rosalind, 2000).
Hambatan yang ditemui dalam uji kerapatan spora yaitu jika menggunakan
isolat yang telah tua maka akan sulit melihat perkecambahan dari jamur karena
menurunnya kualitas dari jamur tersebut maka dari itu perlu menggunakan isolat
yang muda.
III.2.6 Identifikasi APH
Identifikasi APH ini dapat dilakukan untuk mengetahui struktur sera bagian-
bagian yang terdapat di jamur Metarhizium anisopliae. Pada tahap awal siapkan
alat dan bahan, kemudia ambil agar yang sudah mengeras diambil dengan
menggunakan corkborer dan pinset, pada proses ini agar dipindahkan ke kaca
preparat sebanyak 3 kali ulangan.
16
Isolat diambil menggunakan jarum ose setipis mungkin dan disimpan di
kacar preparat yang berisi agar. Preparat diinkubasikan di dalam cawan petri yang
sebelumnya sudah diberi tusuk gigi sebagai penopang kaca preparat dan kapas
yang telah dibasahi aquadest steril sebagai penjaga kelembaban di dalam cawan
petri. Setelah diinkubasi preparat diamati dengan menggunakan mikroskop. Jika
konidiafor belum terbentuk maka pengamatan dilakukan di hari berikutnya.
Hambatan dari identifikasi APH adalah penggunaan takaran bahan jika terlalu
banyak maka akan tidak terlihat struktur dari jamur tersebut sehingga diperlukan
ketelitian dalam pengambilan isolat.
III.2.7 Identifikasi OPT
Pada tahapan awal mempersiapkan alat dan bahan. Kemudian gejala
penyakit diamati pada bagian – bagian tanaman ( akar, batang, daun dan buah ).
Bagian tanaman yang terdapat penyakit ataupun hama dapat diambil dengan secara
hati – hati dan secukupnya. Setelah itu diamati gejala yang ditimbulkan oleh hama
dan penyakit serta dilakukan proses identifikasi.
Jenis penyakit dan hama diamati secara makroskopis dan mikroskopis, setelah itu
jenis hama dan penyakit diidentifikasi lalu di catat di buku.Pada proses identifikasi
OPT terdapat hambatan yaitu tidak terlihatnya struktur dari penyakit yang terdapat
pada daun yang dilihat melalui mikroskop, maka dari itu perlu dilakukan secara
perlahan serta tipis dalam pengambilan sampel nya sehingga dapat terlihat dengan
jelas di mikroskop.
17
III.3 Hasil dan Data Metarhzium anisopliae
III.3.1 Media Padat
Jamur APH pada media pada media padat jagung atau beras yang berhasil
ditumbuhkan memiliki ciri adanya pertumbuhan koloni jamur pada permukaan
media jagung atau beras, warna jamur yang tumbuh sesuai dengan jamur yang
diinokulasi, pada jamur Metarhizium anisopliae berwarna hijau olive serta tidak
terdapat pertumbuhan mikroorganisme lainnya pada media padat beras dan jagung.
Pada proses pembuatan media padat jagung dan beras mendapatkan hasil oleh
praktikan yaitu dengan jumlah produksi pada media beras sebanyak 112 bungkus
sedangkan pada media jagung 10 bungkus. Jumlah keberhasilan dari media beras
sebanyak 39 dari 112 maka di persentase sebesar 18,24 %, sedangkan pada media
jagung jumlah keberhasilan sebanyak 1 bungkus dari 10 bungkus maka di
persentase sebesar 10 %.
Tabel 1. Data pada media padat Metarhzium anisopliae
Jumlah Media
Jumlah Jumlah Presentase
No Jenis Media Beras yang
berhasil kontaminasi keberhasilan
diproduksi
1. Beras 112 39 73 18,24 %
2. Jagung 10 1 9 10 %
Akan tetapi terdapar Jamur APH di media padat yang dikatakan tidak berhasil
apabila tidak ada pertumbuhan jamur pada media jagung atau beras, warna jamur
yang tumbuh tidak sesuai dengan jamur yang diinokulasikan, media padat jagung
atau beras memiliki tekstur lembek yang dapat diakibatkan oleh bakteri dan adanya
pertumbuhan mikroorganisme lain pada isolat yang akan digunakan. Warna
kontaminan biasanya berwarna selain dari warna jamur yang diinokulasi (seperti
warna hitam, hijau muda, kuning dan putih). Terdapat faktor -faktor yang dapat
memengaruhi terjadinya kontaminasi adalah melakukan pekerjaan yang kurang
aseptik, tempat inokulasi yang kurang aseptik, adanya kemungkinan terkontaminasi
lewat udara, pengerjaan inokulasi yang kurang terampil, berbicara saat melakukan
inokulasi, bagian ujung plastik media yang tidak dilewatkan pada api, dan isolat
yang tidak murni dapat memungkinkan terjadinya kontaminasi. Pada proses
pembuatan media padat jagung dan beras terdapat kontaminasi pada media beras
sebanyak 73 bungkus dari 112 bungkus, sementara pada media jagung sebanyak 9
bungkus dari 10 bungkus.Maka dari itu hasil pembuatan media padat ini lebih
18
banyak jumlah kontaminasinya dibandingkan dengan jumlah keberhasilan dari
pembuatan media padat. Cara penanganan APH pada media jagung dan beras yang
terkontaminasi dapat dilakukan dengan memilah dan memisahkan APH yang
terkontaminasi pada rak inkubasi, lalu APH yang terkontaminasi bisa diaplikasikan
pada tanaman sekitar.
19
Pada proses pembuatan media agar praktikan melakukan produksi sebanyak 13
buah dengan jumlah keberhasilan sebanyak 12 buah jika dipersentase sebesar
92,5%.
20
III.3.3 Metabolit Sekunder
Pada media metabolit sekunder terdapat beberapa faktor yang dapat
memengaruhi persen keberhasilan yaitu keterampilan dalam bekerja,
keaseptikan dalam melaksanakan kerja, kualitas APH padat yang dipakai
untuk membuat APH di media cair, intensitas pengocokan APH metabolit
sekunder, dan tingkat kesukaran jenis jamur yang diinokulasikan.
Tabel 3 . Data pada metabolit sekunder Metarhizium anisopliae
Jumlah APH yang Jumlah Jumlah Presentase
diproduksi (liter) berhasil kontaminasi keberhasilan
15 Liter 15 Liter 0 liter 100 %
Ciri metabolit sekunder yang berhasil yaitu memiliki aroma seperti tape,
warna menjadi lebih gelap dibandingkan pada saat setelah diinokulasikan pada
jamur Metarhizium anisopliae berwarna hijau kecokltatan .Pada proses
pembuatan media cair metabolit sekunder praktikan membuat sebanyak 15 L
dengan total keberhasilan dalam persentase yaitu sebanyak 100% dan tidak
terdapat kontaminasi. Hal ini terjadi karena faktor faktor yang memengaruhi
keberhasilan produksi APH di media cair yaitu penggunaan jerigen yang akan
digunakan harus dicuci bersih serta disterilisasi dengan pemutih pakaian dan
air mendidih, melakukan inokulasi secara aseptik, pengocokan larutan
dilakukan secara teratur, dan isolat jamur yang diinokulasi tidak
terkontaminasi.
21
inokulasi yang kurang aseptik, pengocokan larutan yang tidak teratur, dan
isolat jamur yang diinokulasi sebelumnya sudah terkontaminasi serta kualitas
dari isolat sudah menurun karena telah tua. Cara penanganan APH yang
terkontaminasi di media cair dengan cara diaplikasikan pada pohon sekitar
atau dibuang.
III.3.4 Uji Viabilitas
Tabel 4. Uji Viabilitas Metarhizum anisopliae
Jumlah spora yang
Jumlah seluruh spora berkecambah Presentase keberhasilan
Perhitungan
X
S= x 103
22
𝐿(𝑚𝑚2)𝑥 𝑡(𝑚𝑚)𝑥 𝑑
Keterangan:
S = Jumlah spora/mL
X = Jumlah spora yang dihitung
L = Luas kotak hitung (0,04 x 5 = 0,2 mm2 )
T = Kedalaman bidang hitung (0,1 mm)
d = Faktor pengenceran
103 = Volume suspensi yang diambil (1mL = 103 mm3)
standar kualitas agensia hayati BPT- BUN yang terletak di Provinsi Jawa Tengah
23
(Putri, 2016). Konidiofor merupakan salah satu dari hifa reproduktif yang
berfungsi untuk menghasilkan konidiospora, konidiofor yang terdapat pada
jamur Metarhizium anisopliae tersusun tegak. Bagian selanjutnya yang
ditemukan pada mikroskp adalah hifa dengan ciri bersekat, sekat pada hifa
disebut juga dengan septa. Hifa sendiri didefinisikan yaitu suatu struktur
fungus berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang yang terbentuk
dari pertumbuhan spora atau konidium (Gandjar et al., 2006). Fungsi dari hifa
sendiri yaitu untuk penyerapan nutrisi.
penyakit/hama
Tanaman : Kopi
inang
Makroskopis
Foto :
Mikroskopis
24
2 Nama : Embun Jelaga
Penyakit/Ham
Tanaman : Kopi
Inang
Makroskopis
Foto :
Mikroskopis
. Penyakit/Ham
Tanaman : Cengkeh
Inang
25
Foto :
Makroskopis
Foto :
Mikroskopis
(Dokumentasi Pribadi,
2022)
a.Karat daun
karat daun adalah salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman
kopi, disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix. Jamur H. Vastatrix
merupakan parasit obligat dan tidak memiliki inang lain, berkembang biak
menggunakan spora ringan sehingga sangat mudah terbawa oleh angin.
Penyebaran jamur ini sangat cepat melalui spora, baik dengan bantuan angin
atau percikan air hujan. Sehingga ketika salah satu tanaman terserang maka
tanaman disekitarnya akan dengan mudah tertular jamur ini.
Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak-bercak berwarna kuning
muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah menjadi kuning tua. Pada
bercak tersebut terdapat kumpulan kumpulan spora berwarna orange
(urediospora). Bercak yang sudah tua berwarna coklat tua sampai hitam, dan
kering (nekrosis). Daun-daun yang terserang parah kemudian gugur dan
tanaman menjadi gundul. Jamur membentuk spora dalam jumlah banyak
26
kemudian terjadi penetrasi ke dalam jaringan daun. Infeksi terjadi melalui
permukaan bawah daun. Perkecambahan spora memerlukan air dengan waktu
perkecambahan tergantung dari suhu lingkungan. Suhu optimum untuk
perkecambahan spora jamur ini yaitu berkisar antara 21oC- 15 oC dalam waktu
1-3 jam (Mahfud, 2012).
Faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangan penyakit adalah
suhu, kelembaban udara, curah hujan dan sinar matahari. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan patogen yaitu, air berperan dalam penyebaran
penyakit, angin berperan dalam penyebaran spora, umur daun menentukan
kerentanan terhadap penyakit dan pohon atau cabang yang berbuah lebat lebih
rentan. Penyakit ini dapat mengganggu metabolisme tanaman dalam
menyediakan fotosintat yang optimal. Penyakit karat daun sangat sering
meyerang tanaman kopi arabika, penyakit ini dapat menyebabkan kerontokan
daun hingga tanaman menjadi gundul (Mahfud, 2012).
b.Embun jelaga
Embun jelaga merupakan lapisan tipis berwarna hitam pada permukaan
daun, namun jaringan daun bawahnya tetap berwarna hijau. Lapisan tersebut
sebenarnya adalah miselia jamur yang meluas dan mudah terkelupas. Penyakit
embun jelaga disebabkan oleh jamur jenis Capnodium sp. (Anggraeni et al,
2011).
Gejala yang nampak adalah terdapat lapisan hitam pada permukaan daun
seperti kotoran yang merupakan koloni jamur, banyak semut hitam dan kutu
hijau yang berkumpul. Agraeni dan Lelana (2011), gejala penyakit embun
jelaga berupa lapisan tipis berwarna hitam pada permukaan daun, namun
jaringan daun dibawahnya tetap hijau. Lapisan hitam tersebut sebenarnya
adalah miselia jamur yang meluas dan mudah terkelupas karena angin.
Lapisan jamur embun jelaga hanya menutupi permukaan daun dan tidak
bersifat sebagai parasit, tetapi tetap merugikan karena menghambat
metabolisme terutama proses fotosintesis (Fiani., et al 2017).
Lapisan embun jelaga akan menghambat proses fotosintesis, sehingga
pertumbuhan tanaman akan terganggu yang mengakibatkan daun menguning,
layu dan gugur (Tarigan,2016). Pada tanaman kopi, jamur embun jelaga pada
27
umumnya tumbuh dari hasil sekresi serangga penghisap seperti kutu daun,
kutu kebul dan kutu daun sisik. Hal ini dikarenakan kotoran tersebut
mengandung glukosa, asam amino, protein, vitamin dan mineral. Selanjutnya
jamur akan berkembang pada perkebunan yang memiliki kondisi terlalu rapat,
naungan terlalu banyak, suhu hangat sampai tinggi dan udara cukup (Abidin,
2015). Tingkat keparahan serangan jamur embun jelaga pun berhubungan
dengan tingkat ketuaan daun. Pada umumnya serangan embun jelaga terjadi
pada daun yang sudah berkembang dan masak sempurna. Pada saat tumbuh
tunas-tunas dengan daun baru maka tingkat keparahan rendah, sedangkan
ketika daun-daun dalam satu batang tanaman semakin tua, maka tingkat
keparahan juga semakin tinggi (Fiani., et al 2017).
c.Karat merah
Karat merah atau yang disebut ganggang daun merupakan penyakit yang
ditemukan pada semua stadia umur tanaman. Intensitas hujan dan kelembaban
yang tinggi dapat mendukung perkembangan dari penyakit ini. Biasanya pada
keadaan tanaman yang kurang nutrisi, drainase tanah yang kurang atau terlalu
basah, kurang pemeliharaan, terlalu gelap atau terlalu terik menyebabkan
timbulnya serangan ganggang hijau ini. Penyebaran patogen ini melalui
percikan air hujan dan bantuan angin Selain menyerang cengkeh,
Cephaleuros sp. dapat menyerang pada tanaman kopi.
Gejala serangan dari karat merah berupa bercak-bercak merah berbentuk
bulat tidak beraturan berukuran 1-3 mm dan tidak dibatasi oleh tulang daun.
Koloni menembus jaringan daun sehingga membentuk spora di permukaan
bawah daun pada serangan berat daun bisa gugur tetapi tidak mematikan
pohon patogen ini merupakan parasit lemah sehingga serangan akan lebih
menonjol pada bagian tanaman yang lemah karena berada pada bagian
tumbuh yang kurang menguntungkan seperti rendahnya aliran panas.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan
penyakit ini adalah dengan pemupukan yang seimbang, mengatur tanaman
peneduh/naungan, sehingga tanaman tidak terlalu teduh/terlalu banyak
menerima sinar matahari saat dipersemaian. Selain itu, pemangkasan tanaman
disekitar tanaman cengkeh juga berfungsi untuk mengurangi kelembaban dan
28
meningkatkan penguapan daun setelah hujan (Nelson, 2008). Meningkatkan
kesehatan atau ketahanan tanaman terhadap peyakit, misalnya dengan
penyemprotan tanaman dengan ekstrak kompos yang mengandung chitosan
dan dengan dan dengan perbaikan kesuburan tanah melalui pemberian bahan
organik (pupuk kandang atau kompos) dan pemulasan, menghindari panen
yang berlebihan di musin kemarau serta membakar cabang sakit dapat
dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini. Jika penyakit masih tetap
menyerang, penyemprotan dengan fungisida tembaga (tembaga oksiklorida
atau tembaga hidroksida) dapat dianjurkan untuk pengendalian penyakit ini
(Suwandi , 2003).
29
Bab IV
Penutup
IV.1 Kesimpulan
Pada kegiatan Praktik Lapangan Akademik (PLA) mandiri ini penulis dapat
memperoleh pengetahuan di luar dari yang telah diajarkan selama di kampus.
Penulis memperoleh pengetahuan tentang teori dan praktek mengenai perbanyakan
jamur APH untuk kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT), identifikasi jamur, dan uji kualitas spora jamur. Selain itu juga, penulis
dapat mengetahui bagaimana pengalaman bekerja di suatu Instansi serta mendapat
hard skills serta soft skills.Maka dari itu penulis menjadi lebih menghomati hasil
kerja keras orang tua untuk dimanfaatkan sebaik mungkin dengan melakukan
segala sesuatu dengan giat serta kerja keras
Selain itu mendapatkan pengalaman dalam bekerja juga dapat memahami
konsep-konsep non-akademis dan non-teknis di dunia kerja, seperti menjaga
hubungan atasan dengan bawahan, menjaga hubungan relasi, mempertahankan
sifat kerja keras dalam bekerja dan lain sebagainya
Pada project yang dilakukan praktikan dapat menyimpukan sebagai berikut:
1. Media beras lebih baik dibandingkan dengan media jagung dalam melakukan
perbanyakan agens hayati karena jumlah tingkat keberhasilan lebih tinggi yaitu
18,24% dengan jumlah berhasil sebanyak 39 bungkus dari 112 bungkus sedangkan
pada media jagung sebesar 10 % dengan jumlah berhasil 1 bungkus dari 10
bungkus.
2. Media agar Potato Dextrose Agar merupakan media yang baik untuk dilakukan
perbanyakan agens hayati karena tingkat keberhasilannya mencapai 92,5 %.
Dengan jumlah 12 tabung dari 13 tabung
3. Media cair metabolit sekunder yang dilakukan dengan menggunakan APH dari
jamur M.anisopliae menunjukan hasil yang baik dimana tingkat keberhasilannya
mencapai 100 % tanpa adanya kontaminasi yang terjadi pada media metabolit
sekunder dengan pembuatan 15 liter dengan keberhasilan 15 liter
30
4. Uji viabilitas pada jamur m. anisopliae dilakukan dengan 3 pengulangan dengan
hasil perkecambahan sebanyak 0 % hal ini tentu hasil yang tidak baik. Hal ini
terjadi karena salah satu faktornya adalah usia jamur yang telah tua
5. Uji kerapatan spora pada jamur m. anisopliae dilakukan dengan
Haemocytometer dengan hasil yaitu dengan kerapatan 1 x 108 diartikan hasil ini
telah baik sesuai standar kualitas agensia hayati BPT- BUN yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah di Salatiga, menyebutkan bahwa standar kerapatan konidia
jamur dengan kategori baik, yaitu lebih dari 106.
6. Identifikasi APH pada jamur m. anisopliae yang dilakukan dengan
menggunakan mikroskop mendapatkan hasil terdapat 3 struktur yang terdapat pada
jamur m. anisopliae yaitu hifa, konidia, dan konidiafor
7. Identifikasi OPT yang ditemukan berjumlah 3 yaitu embun jelaga, karat daun
kopi dan karat merah.
IV.2 Saran
Pelaksanaan kegiatan praktik latihan akademik yang dilakukan oleh praktikan
masih mengalami berbagai kendala terutama dalam kegiatan praktik kerja di
Lapangan, oleh karena itu bagi peserta praktikan selanjutnya diharapkan melakukan
persiapan secara maksimal baik dalam hal teori dan pemahaman serta keterampilan
dalam kegiatan praktik lapangan.
Dalam kegiatan project ini terdapat saran yang harus dilakukan dalam seluruh
kegiatan yaitu sebagai berikut :
Praktikan
1. Melakukan dokumentasi pada setiap kegiatan
2. Melakukan praktikum di lab dengan aseptik
3. Menulis data setiap kegiatan yang dilakukan
Balai
1. Lebih memperhatikan kualitas alat dan bahan yang dipergunakan untuk
meminimalisir kontaminasi
2. Memakai isolat dengan kualitas baik serta muda.
31
Bab V
Referensi
Aini, N., & Rahayu, T. (2015). Media alternatif untuk pertumbuhan jamur
menggunakan sumber karbohidrat yang berbeda (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Arifah, A.A. (2019). Gula Pasir Sebagai Pengganti Dektrosa Pada Komposisi PDA
untuk Efisiensi Biaya Praktikum dan Penelitian di Laboratorium Fitopatologi.
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Tamapela)
Arulanantham, R., Pathmanathan, S., Ravimannan, N., and Niranjan, K. 2012.
Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different Formulation
of Protein Sources. Journal of Natural Product and Plant Resourse, 2
(6):697-700
Athifa, S., Anwar, S., & Kristanto, B. A. (2018). Pengaruh keragaman jamur
Metarhizium anisopliae terhadap mortalitas larva hama Oryctes rhinoceros
dan Lepidiota stigma. J. Agro Complex, 2(2), 120-127
Barri, L.N, Abner L, Hosang A.L, Lolong A.A, Kumaunang J, Matana R.Y, &
Manaroinsong E, 2015. Petunjuk Teknis Budidaya Kelapa. Manado.
Balitpalma.
Bintang A.S., A. Wibowo dan T. Harjaka. (2015). Keragaman genetik Metarhizium
anisopliae dan virulensinya pada larva kumbang badak (Oryctes rhinoceros).
Jurnal perlindungan tanaman Indonesia. 19(1):12-18.
Cappuccino, James G., Sherman, Natalie. (2013). Manual Laboratorium Biologi.
Jakarta: EGC.
Erawati, D.N. dan W. Irma. (2016). Teknologi pengendali hayati Metarhizium
anisopliae dan Beauveria bassiana terhadap hama kumbang kelapa sawit
(Oryctes rhinoceros). Seminar Nasional Hasil Penelitian. Jurusan Produksi
Pertanian, Politeknik Negeri Jember.
Fiani, A., & Hadiyan, Y. (2017). Respon Populasi Asal Cendana (Santalum album
L) Terhadap Serangan Embun Jelaga. In Proceeding Biology Education
32
Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning (Vol. 14, No. 1,
pp. 106-108).
Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A (2006). Mikologi Dasar Dan Terapan. Jakarta,
Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.
Harahap, R. (2010). Kepadatan Jumlah Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.)
pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Lapangan (Skripsi)
Medan: USU
Kwoseh, C.K., Darko. M. A., & Adubofour, K. (2012). Cassava Starch-Agar Blend
as Alternative Gelling Agent for Mycological Culture Media. Bots. J.
AgricApplSci, 8 (1), 815.
Martyniuk, Stefan, O., & Jadwiga. (2011). Use of Potato Extract Broth for Culturing
Root-Nodule Bacteria. Polish Journal of Microbiology, 60 (4), 323–327
Novianti, D. (2017). Efektivitas Beberapa Media untuk Perbanyakan Jamur
Metarhizium anisopliae. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, 14(2), 81-88.
Permana, E. I., & Diyasti, F. (2022). Uji Metabolit Sekunder Metarhizium spp.
untuk Pengendalian Kumbang Janur Kelapa. AGROSCRIPT: Journal of
Applied Agricultural Sciences, 4(2), 94-105.
Riyanto, F. (2010). Pembibitan Jamur Tiram. Sleman. Yogyakarta
Santiaji, B., & Gusnawaty, H. S. (2007). Potensi Ampas Sagu sebagai Media
Perbanyakkan Jamur Agensia Biokontrol untuk Pengendalian Patogen Tular
Tanah. Jurnal Agriplus, 17, 20-25.
Zimmermann, G. (1993). The entomopathogenic fungus Metarhizium anisopliae
and its potential as a biocontrol agent. Pesticide Science, 37(4), 375-379.
33
Lampiran A. TOR
A-1
A-1
A-1
Lampiran B. Log Activity
Pada Bagian ini berisi log activity dengan format sebagai berikut
1. Senin/12-09-2022 Laboratorium BPTP Orientasi Dinas dan Laboratorium Pengenalan Dinas, Lingkup Kerja,
dll.
B-1
● Laboratorium ● Inokulasi jamur
Trichoderma Trichoderma sp. Pada
sp. media SDA
B-2
11 Senin/26-09-2022 Laboratorium Pembuatan media jagung steril ● Jumlah bahan : 10 gayung
. Trichoderma sp. ● Hasil: 94 pcs
B-3
● Laboratorium ● Pengamatan jamur
Paecilomyces biakkan Paecilomyces sp.
sp. pada media jagung steril
B-4
● Inokulasi jamur
Metarhizium sp pada
media beras
B-5
● Laboratorium Metarhizium sp., dan ● PDA : 89 Tabung
Metarhizium Beauveria bassiana
sp. ● Pembuatan media agar
36 Senin/31-10-2022 Laboratorium Uji kerapatan spora jamur Nilai kerapatan jamur Paecilomyces
Trichoderma sp. Paecilomyces sp. sp. sebesar 1,85 x 109
B-6
● Ulangan 3 : 34 kecambah
dari total 63 spora = 54%
38 Rabu/02-11-2022 Laboratorium Pembuatan media beras steril 7 gayung : 115 pcs media beras steril
Metarhizium sp.
40 Jumat/04-11-2022 Laboratorium Pembuatan media agar 500 ml PDA : 74 tabung dan 3 botol
Trichoderma sp.
41 Senin/07-11-2022 Laboratorium Pembuatan media jagung steril 11,5 gayung : 96 pcs media jagung
Trichoderma sp steril
42 Selasa/08-11-2022 Laboratorium Inokulasi jamur Metarhizium sp. 10 pcs inokulasi Metarhizium sp.
Metarhizium sp. pada media beras dan agar pada media beras dan 5 pcs inokulasi
Metarhizium sp. pada media agar
B-7
43 Rabu/09-11-2022. ● Laboratorium ● Pembuatan media beras ● 8 gayung : 125 pcs media beras
Metarhizium ● Pembuatan APH cair
sp. ● 4 jamur Trichoderma sp, 4 jamur
Beauveria bassiana, 1 jamur
● Laboratorium Paecilomyces sp., dan 1 jamur
Trichoderma Metarhizium sp.
sp.
47 Senin/14-11-22 Laboratorium Pembuatan Media Jagung Steril 8 gayung : 76 pcs media jagung steril
Trichoderma sp.
B-8
dan 2 jamur Metarhizium
sp.
B-9
56 Jumat/25-11-22 Membuat laporan magang
57 Senin/28-11-22 Laboratorium Pembuatan media jagung steril 82 pcs media jagung steril
Trichoderma sp.
58 Selasa/29-11-22 Laboratorium ● Inokulasi pada media 30 pcs pada media jagung steril
Metarzhizum sp jagung steril
59 Rabu/30-11-22 Laboratorium Inokulasi pada media agar dan ● Media beras : 17 pcs
Metarhizhium sp beras ● Media agar : 3 pcs
B-10
64 Rabu/7/12/22 Laboratorium ● Pembuatan media jagung 10 gayung:91 pcs
Trichoderma sp
4 pcs:Beauveriana Bassiana sp
B-11
71 Jumat/16/12/22 Tidak hadir karena
seminar proposal skripsi
B-12
80 Rabu/28/12/22 Balai Perlindungan Menyusun Laporan Magang
Perkebunan
83 Senin/02/01/23 Balai Perlindungan Membuat media Jagung dan 8 Gayung: 58 bungkus pada tanggal
hingga 03/01/23 Perkebunan menyusun laporan 02/01/23
magang
B-13
i. Surat pengajuan Magang 20 SKS
Nomor : 7307/UN40.F4.D1/KM/2022
Perihal : Permohonan Ijin Praktik Latihan Akademik (PLA)
Kepada Yth.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat
Bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia di bawah ini,
Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu dan kerjasamanya, kami mengucapkan terimakasih.
NIP. 196512301992021001
C-1
ii. Surat Penerimaan Magang 20 SKS
Kepada
PROGRAM
NO NAMA NPM TELP
STUDI
1. Aditya Rizky Fauzi 1907885 S-1 Biologi
Muhammad Bagja
2. 1902696 S-1 Biologi
Alviansyah
Renanda Alief Aditya
3. Putra 1908126 S-1 Biologi
Kusumah
4. Febby Nurfadilah 1900991 S-1 Biologi
Ridhwan Ahmad
5. 1907673 S-1 Biologi 082120784454
Karyana
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai
Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara. Dokumen digital yang asli dapat diperoleh dengan
memindai QR Code atau memasukkan kode pada Aplikasi NDE Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
1E88B7768F
C-2
iii.Dokumen PKS/IOA
DAN
Nomor: 43/KPG.03.01/BPP
Nomor: 300/UN40.F4/HK.07.00/2023
TENTANG
Pada hari ini, Senin Tanggal Dua Belas Bulan September Tahun Dua Ribu Dua Puluh
Dua, bertempat di Pasir Jati, yang bertandatangan di bawah ini:
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama dalam Perjanjian Kerja Sama
ini selanjutnya disebut PARA PIHAK, dan masing-masing disebut PIHAK.
Dengan memperhatikan peraturan perundangan sebagai berikut:
C-4
(1) Perjanjian Kerja Sama ini dimaksudkan untuk menjalin kemitraan strategis melalui
Praktik Kerja Lapangan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.
(2) Perjanjian Kerja Sama ini bertujuan untuk melakukan penyelenggaraan Praktik Kerja
Lapangan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
Pasal 2
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi:
(1) PIHAK KESATU sebagai penyelenggara Praktik Kerja Lapangan Mahasiswa Program
Studi Biologi yang akan melaksanakan program-program sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi potensi, kebutuhan sasaran program;
b) Menyiapkan Dosen Pembimbing Lapangan yang diperlukan;
c) Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Mahasiswa;
d) Bertanggung jawab mempersiapkan kebutuhan administrasi (persuratan) yang
diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan; dan
e) Menyusun laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia.
C-5
(2) Apabila Perjanjian Kerja Sama ini tidak diimplementasikan sebagai akibat force
majeure, maka pihak yang terkena force majeure harus memberitahukan kepada
pihak lainnya dalam jangka waktu yang layak mengenai ketidakmampuan dalam
melaksanakan kewajibannya, sehingga berdasarkan alasan tersebut kegiatan atau
sebagian dari kegiatan akan ditunda selama berlakunya force majeure.
Pasal 5
JANGKA WAKTU
Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu (satu) tahun, terhitung mulai sejak naskah
Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani dan berakhir setelah para pihak melaksanakan
kerjasama sebagaimana tercantum pada pasal 2 Surat Perjanjian Kerjasama ini.
Pasal 6
LAIN-LAIN
Apabila terjadi perubahan dan atau penambahan hal-hal yang belum diatur dalam Surat
Perjanjian Kerja Sama ini, akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK dalam suatu
addendum yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari naskah Surat Perjanjian
Kerja Sama ini.
Pasal 7
PENUTUP
Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK, pada hari,
tanggal, bulan, tahun sebagaimana yang disebutkan pada awal naskah, dibuat dalam
rangkap 2 (dua) masing-masing bermaterai cukup.
Lampiran
C-6
C-7
iv.Luaran luaran tambahan dari Mata Kuliah Generik dan Mata Kuliah
Keahlian Pilihan Program Studi.
iv.a. Essay Pengembangan diri
Pengembangan diri tentu diperlukan dalam setiap individu manusia
dengan pengembangan diri tentu dapat berdampak baik terhadap kehidupan
individu dari manusia.Pengembangan diri didefinisikan yaitu
pengembangan segala potensi yang terdapat dalam diri sendiri dalam usaha
meningkatkan potensi berfirkir dan berprakarsa serta meningkatkan
kapastitas intelektual yang diperoleh dengan jalan melakukan berbagai
aktivitas (Fanani , 2003 ).
Pengembangan diri perlu dilakukan sejak usia dini ketika pertama
kali manusia mendapat pendidikan dari kedua orang tua, maka orang tua
perlu memaksimalkan pendidikan tersebut karena dapat menggali potensi
dari individu seseorang. Selain itupun orang tua perlu mengajarakan
bagaimana menguasai lingkungan disekitar dan menjaga lingkungannya
karena lingkungan merupakan tempat dimana setiap individu akan
melakukan sebuah aktivitas yaitu seperti menimba ilmu, bermain, bekerja
dan kegiatan lainnya.Untuk meraih pengembagan diri pada individu
manusia perlu tetap menjaga motivasi pada individu tersebut jika
mengalami kegagalan orang tua tidak boleh serta merta memarahi tanpa
alasan yang kuat diperlukannya arahan dan motivasi yang baik untuk
individu manusia tersebut. Motivasi pun tentu dapat berdampak baik yaitu
meningkatkan moral, meningkatkan produktifitas pada manusia, dan
meninkatkan kedisiplinan (Malayu , 2015 ).
Orang tua pun perlu menyekolahkan anaknya dengan tenaga pendidik yang
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anaknya , tenaga pendidik pun
perlu melakukan hal - hal baik terhadap individu manusia karena tenaga
pendidik merupakan pengganti orang tua di lingkungan sekolah. Tenaga
pendidik pun perlu berperan dalam hal pengembangan pendidikan karena
tenaga pendidik dapat menjadi salah satu peran yang dapat membuat
seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Potensi pada
individu tentu dapat lahir dengan adanya didikan dari tenaga pendidik
D-1
semisal seorang siswa yang sebelumnya tidak mengerti dengan penggunaan
alat lukis dapat menjadi mengerti dan bahkan lebih berkembang menjadi
seorang seniman yang handal dan bahkan dapat membuat lapangan
pekerjaan bagi seorang individu tersebut dikemudian hari. Maka dari itu
tenaga pendidik perlu secara rata mendidik potensi yang dimiliki oleh setiap
individu manusia tanpa menghiraukan hal – hal lainnya seperti taat
beragama, berprilaku baik , dan patuh terhadap orang tua. Jika semua
elemen dapat dilakukan secara baik tentu individu manusia dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya serta dapat meraih kesuksesan
yang membuat kedua orang tua serta tenaga pendidikan akan mendapatkan
suatu kebahagian karena telah berhasil mendidik seorang individu.
Pada kegiatan magang yang dilakukan di Balai Perlindungan
Perkebunan Provinsi Jawa Barat tentu dapat mengembangka potensi dari
individu manusia. Tidak hanya seputaran biologi akan tetapi mendapatkan
hal – hal baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam sehari – hari di
tempat magang tentu berinterasksi dengan beberapa individu manusia
seperti dengan karyawan, security ,Cleaning service , pedagang dan individu
lainnya. Tentu dengan banyaknya interaksi dengan individu kita dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh kita yaitu cara berbicara yang
baik dengan benar, cara sopan santun dan dapat digali potensi ini seperti
nantinya dapat mengikuti public speaking bahkan dapat pula menjadi
seorang wartawan karena memiliki cara berbicara yang baik dan tidak lupa
untuk menggali hal – hal yang baru lainnya. Pengembangan diri lainnya
yang didapatkan dalam kegiatan magang ini adalah dapat membagikan ilmu
biologi yang di dapatkan selama masa kuliah kepada para peserta petani
milenial tentu hal ini menjadi hal postitif bagi setiap individu sebagai contoh
yaitu mengajarkan teknik di laboratorium yang baik dan benar, melakukan
kegiatan pembuatan metabolit sekunder secara steril untuk meminimalisir
kontaminasi pada metabolit sekunder.
Tentu individu mahasiswa pun dapat menggali potensi walaupun
dari prodi murni dapat menjadi seorang tenaga pendidik bahkan bukan tidak
mungkin suatu saat mendapat pekerjaan menjadi tenaga pendidik yaitu
D-2
sebagai guru , dosen , laboran dan tenaga pendidik lainnya. Tenaga pendidik
pun perannya tidak dapat kita anggap sepele karena salah satu faktor
kebehasilan dari seorang siswa dari seorang tenaga pendidik salah satunya
yaitu guru. Bahkan guru termasuk salah satu pekerjaan paling mulia
(Khrisna , 2007 ). Maka dari itu diperlukan kembali pengembang diri pada
individu mahasiswa yaitu cara menyampaikan sesuatu kepada seseorang
agar mudah untuk di pahami sehingga dapat bermanfaat pada setiap
individu. Dalam kegiatan magang inipun dapat mengembangkan potensi
lainnya yaitu dapat menggunakan gadget seperti handphone dan laptop
untuk dipergunakan secara baik dan benar salah satu contohnya yaitu
kita dapat
mengetahui teknik menggambil foto dengan posisi yang baik ketika
memoto sample dari jamur. Selain itu pun dapat mengetahui cara menulis
yang baik yaitu dengan kata – kata yang baik serta mudah untuk dipahami.
Potensi lainnya yang dapat dikembangkan dalam kegiatan megang ini
yaitu dapat menjadi seorang entrepreneur yang didefinisikan yaitu
penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan
dan upaya memanfaatkan peluang – peluang yang dihadapi orang dalam
kehidupan sehari – hari ( Thomas , 2008).
Ditempat magang ini mendapatkan ilmu – ilmu yang dapat menjadi
ladang bisnis seperti dalam dunia perkebunan yaitu membuat perkebunan
sawit, perkebunan kelapa dan lain sebagainnya. Selain itu di tempat magang
inipun di ajarkan bagaimana perbanyakan dari jamur yang nantinya akan
dimanfaatkan sebagai pengendali hama dan penyakit maka kita dapat
mempelajarinnya dan membuat produk semisal agensi pengendali hama
berbentuk cair dan padat dari jamur Metarhizium sp . Tentu hal ini dapat
berdampak baik lainnya baik untuk masyarakat seperti menciptakan lahal
pekerjaan , memudahkan para petani untuk membasmi hama serta bahkan
dapat menjadi ladang untuk mencari ilmu yang membuat seseorang dapat
mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Untuk pengembangan potensi
diperlukan proses untuk mencapai kebehasilannya yaitu dengan tidak cepat
puas dengan apa yang telah diperoleh dari seorang individu karena jika
D-3
seseorang cepat puas dapat berdampak buruk yaitu menjadi tidak
berkembang potensinya dan dapat menimbulkan rasa malas yang dapat
menghancurkan karir dari seorang individu. Diperlukan hal – hal baik untuk
menghidari sifat dari malas tersebut seperti rutin berolahraga, bersosialisasi
dengan individu lainnya, melakukan hobi yang dapat berpotensi untuk
pengembangan diri dan menjauhi hal – hal yang bersifat merugikan bagi
seluruh masyarakat.
Dalam proses pengembangan diri tentu kita akan mendapat berbagai
pengalaman yang didapatkan dalam proses dimulai dari proses belajar,
kegagalan dan pada suatu saat jika seseorang tersebut sungguh - sungguh
tentu dapat meraih kesuksesan dengan berbagai pengembangan potensi
yang dimilikinnya.Maka dari itu individu manusia perlu berpegang teguh
kepada tuhan yang maha esa untuk dapat meningkatkan potensi yang
dimilikinya, jika seseorang memiliki iman yang baik maka hal baik lain
nyapun akan saling bergantian berdatangan
Dapat disimpukan bahwa dari seluruh ilmu tentu dapat bermanfaat
bagi kehidupan individu manusia yang kedepannya akan menjadi bekal
untuk pengembangan potensi dan akan memiliki pekerjaan pada suatu saat.
Dalam kegiatan magang ini terdapat potensi yang dapat dikembangkan yaitu
public speaking,mengajar, ilmuwan, dan entrepreneur. Peran dari orang tua
dan tenaga pendidiki tentu penting dalam keberhasilan dari pengembangan
diri dan individu pun harus tetap memiliki keyakinan iman kepada Tuhan
yang maha Esa agar hal – hal baik berdatangan.
D-4