id
SKRIPSI
Oleh :
Intan Rohma Nurmalasari
H0708170
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Oleh :
Intan Rohma Nurmalasari
H0708170
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia, nikmat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Intensitas Naungan dan Konsentrasi Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Porang (Amorphophallus oncophyllus)”. Skripsi ini
disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan
dan dukungan berbagai pihak, sehingga penulis tak lupa mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
UNS.
2. Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi selaku Ketua Program Studi Agroteknologi FP UNS.
3. Ir. Dwi Harjoko, MP selaku Pembimbing Utama.
4. Hery Widijanto, SP., MP. selaku Pembimbing Pendamping.
5. Muji Rahayu, SP., MP selaku Dosen Penguji.
6. Dra. Sri Rossati, MSi selaku Pembimbing Akademik.
7. Keluarga yang saya banggakan : bapak, ibu, kakak yang selalu memberikan
dukungan baik materi, semangat, dan doa.
8. Teman-teman Agroteknologi 2008 (SOLMATED) yang luar biasa.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini, yang tidak
bisa saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan karya ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL SKRIPSI ....................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
RINGKASAN ..................................................................................................... xi
SUMMARY ........................................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
A. Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Porang ...................................... 4
B. Naungan Pada Tanaman Porang ......................................................... 7
C. Pemupukan Pada Tanaman Porang ..................................................... 8
D. Hipotesis............................................................................................... 10
III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 11
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 11
B. Bahan dan Alat Penelitian .................................................................... 11
C. Cara Kerja Penelitian ........................................................................... 11
1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 11
2 Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 12
3 Variabel Penelitian ......................................................................... 13
4 Analisis Data .................................................................................. 14
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
commit to user
xiii
PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN
KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL PORANG
(Amorphophallus oncophyllus)
Intan Rohma Nurmalasari,1)
Dwi HarjokoHery Widijanto 2)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan intensitas naungan
dan konsentrasi pupuk daun yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman porang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
2011 sampai bulan April 2012 bertempat di screen house Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Split Plot dengan dua faktor perlakuan yaitu intensitas naungan
(N) dan konsentrasi pupuk daun (P). Analisis data menggunakan uji F taraf
5% dan apabila terdapat beda nyata akan dilanjutkan dengan Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT). Variabel penelitian meliputi tinggi tanaman,
jumlah daun, luas daun, kandungan klorofil, berat umbi, dan berat akar.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian naungan dengan intensitas 25%,
65%, 75% dan pupuk daun lengkap dengan konsentrasi 0, 1, 2,5, dan 3,5
mS/tanaman secara bersamaan belum mampu meningkatkan pertumbuhan
dan hasil porang. Intensitas naungan 75% dapat meningkatkan tinggi
tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman porang. Intensitas naungan
65% meningkatkan kandungan klorofil tanaman porang, sedangkan
intensitas naungan 25% mendukung peningkatan berat umbi dan berat akar.
Pupuk daun dengan konsentrasi 2,5 mS/tanaman mampu meningkatkan
tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman porang.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pangan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas sumber daya manusia yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pembangunan nasional agar seluruh penduduk Indonesia sejahtera (Sawit
2000). Merubah citra pangan secara alami inferior seperti porang, harus
dilakukan melalui tahapan pengembangan produk menjadi bentuk komoditas baru
yang lebih menarik, dan perlu diperkaya dengan nutrisi (Gunawan 1991). Tepung
tapioka dan porang yang mengandung protein rendah sekitar 2% diperkaya
dengan aneka daging dan ikan menjadi baso dan mie yang berprotein tinggi
merupakan kombinasi pangan serasi, bergizi dan diminati semua kalangan
masyarakat. Campuran tepung porang dan tepung dari ampas tahu (14-15 %
protein) yang biasa untuk pakan ternak terbukti dapat dibuat menjadi krupuk
yang renyah dan bergizi.
Salah satu tumbuhan yang dapat menjadi alternatif realisasi program
diversifikasi konsumsi pangan nonberas berbasis sumber daya lokal adalah
porang (Amorphopallus oncophyllus). Selain mudah didapatkan, porang juga
mampu menghasilkan karbohidrat yang cukup tinggi berupa glukomanan.
Budidaya umbi porang diyakini mampu meningkatkan taraf hidup warga yang
tinggal di tepi hutan yang dinilai memiliki tingkat kesejahteraan rendah.
Budidaya tanaman porang dapat dilakukan bekerjasama dengan Perum Perhutani
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan. Hal ini disebabkan umbi porang
hanya dapat tumbuh apabila berada di bawah tegakan hutan, terlebih pohon Sono
dan Jati. Hingga pertengahan tahun 2008, luas kawasan hutan yang digunakan
untuk budidaya porang telah mencapai 467 hingga 688 hektar. Produksi umbi
porang mengalami perbedaan tiap tahunnya karena menyesuaikan dengan luas
tegakan hutan yang berubah akibat penebangan berkala dan reboisasi hutan
(Mastuti et al. 2008).
Tantangan pengembangan tanaman porang saat ini adalah kurang dikenal
oleh masyarakat di luar kawasan perkebunan PERHUTANI, sedangkan pada
commit to user
kawasan wanatani itu sendiri yang saat ini terlihat adalah: (1) kurang pendidikan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan ketrampilan; (2) kurang modal; (3) kurang sarana dan prasarana untuk
pengembangan tanaman porang secara produktif dan kompetitif. Rendahnya
pengetahuan masyarakat menyebabkan kurangnya sumber daya dalam
manajemen organisasi, sehingga kepentingan individu lebih diutamakan,
ditambah dengan kurangnya promosi penggunaan porang oleh perusahaan dan
pedagang perantara menyebabkan harga porang sangat ditentukan oleh pedagang
perantara.
Dalam usaha budidaya tanaman, diperlukan penelitian mengenai faktor
tumbuh tanaman karena orientasi sasaran berupa kualitas dan produktivitas.
Selain kemampuan tanaman untuk beradaptasi pada faktor lingkungan, juga
diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor pertumbuhan untuk mendapat
produktivitas tanaman yang optimum. Faktor-faktor pertumbuhan tanaman yang
perlu diperhatikan meliputi intensitas naungan dan ketepatan dosis dalam
pemupukan.
Naungan dan pemupukan merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan budidaya disamping faktor-faktor pertumbuhan lainnya. Intensitas
naungan, diharapkan berpengaruh langsung terhadap hasil produksi kandungan
glukomanan dan pati yang tinggi. Untuk mengatur kebutuhan tanaman terhadap
intensitas cahaya, sangat diperlukan adanya pengaturan naungan. Naungan
berfungsi untuk mencegah sinar matahari dan air hujan yang langsung jatuh di
bedengan, dan pada tanaman muda perlu pencegahan dengan naungan. Tanaman
porang muda tidak tahan terhadap matahari yang terik karena dapat menyebabkan
pucuk tanaman kering dan tumbuh kerdil (Sumarwoto 2005).
Besarnya jumlah hara yang diserap oleh tanaman sangat bergantung pada
larutan pupuk yang diberikan, dimana hara yang diserap oleh tanaman akan
dimanfaatkan untuk proses fotosintesis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada pertumbuhan maupun hasil yang diperoleh (Sudjito, 1996). Pemupukan
melalui daun ditentukan dua faktor yaitu media tumbuh yang digunakan dan
teknik pemeliharaan tanaman sehingga pemupukan melalui daun pada umumnya
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Novizan 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tanaman porang dapat tumbuh optimal pada tanah subur disertai drainase yang
baik (Falch dan Rumawan 1996).
Ciri porang yang telah siap panen adalah tanaman mulai layu, daun
menguning, mengering, batang tumbang dan busuk. Panen dilakukan dengan cara
digali agar umbi tidak luka, karena jika mengalami kerusakan dikhawatirkan
menjadi sarana masuknya hama dan penyakit sehingga mempengaruhi bobot umbi
yang seharusnya dapat mencapai lebih dari 3 kg. Di Cina dan Jepang, porang jenis
konjac ditanam sebagai bahan pangan dan dipanen setahun sekali apabila umbi
telah tua dan berasa manis. Untuk keperluan industri konjac dipanen setelah
berumur tiga tahun.
Porang merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan
prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Porang juga mampu menghasilkan
karbohidrat yang cukup tinggi berupa glukomanan. Glukomanan adalah
polisakarida yang tersusun atas glukosa dan manosa yang bersifat multifungsi,
dapat digunakan sebagai bahan makanan pokok, berbagai macam industri,
laboratorium kimia, dan obat-obatan. Umbi segar diperoleh 13% materi kering
yang terdiri atas 70% glukomanan dan 30% sisanya adalah pati (Keithley dan
Swanson 2005).
Sebagai sumber bahan pangan dan bahan baku industri, porang memiliki
komposisi utama yaitu karbohidrat 80%. Setiap 100 gram porang mengandung
protein 1,2 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 19,0 g, kalsium 49 mg, besi 0,6 mg, fosfor
(P) 22 mg, serat 0,8 g, dan 340 kalori (Depkes 1967, Flach dan Rumawas 1996).
Dapat kita lihat di sini bahwa budidaya tanaman porang itu sendiri
mempunyai prospek yang baik dan bernilai ekonomis tinggi bagi masyarakat,
sehingga dapat membantu masyarakat dalam membuka lapangan kerja serta usaha
sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk
majemuk. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau
kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam
bobot pupuk daun yang harus dilarutkan ke dalam satuan volume air, misalnya
pada kemasan pupuk daun tertera angka konsentrasi 2 gram/l, artinya pupuk
sebanyak 2 gram dilarutkan ke dalam 1 liter air. Angka konsentrasi tertentu selalu
dicantumkan pada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk daun yang digunakan
melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar (Novizan 2002).
Pupuk daun umumnya mengandung unsur hara makro dan mikro
sehingga pemakaiannya dapat lebih efektif dan efisien. Peran pupuk daun selain
sebagai penyuplai nutrisi yang juga berperan sebagai komponen bioreaktor sangat
kompleks. Fungsi yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi
melalui mekanisme eksudat. Selain itu mampu menjaga stabilitas tanah, menuju
kondisi tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, bahkan kontrol terhadap
penyakit yang menyerang tanaman.
Secara umum pupuk daun sangat baik diberikan dalam budidaya tanaman
porang, sebab untuk tumbuh dan berproduksi tinggi, dengan kualitas kandungan
glukomanan dan pati yang tinggi, porang membutuhkan tanah yang kaya akan
hara dan humus. Salah satu pendukung adalah dengan pemberian pupuk daun
sebagai sumber unsur hara juga karena kandungan tersebut mampu menekan
terjadinya kekeringan pada tanah. Untuk lahan-lahan di Indonesia, pupuk
umumnya diberikan 1 minggu sebelum tanam bersamaan waktu pengolahan tanah
sebagai pupuk dasar sebanyak 10 ton/ha dengan cara dibenamkan sedalam 10 cm
(Anonim 1990).
Dalam rangka mendapatkan hasil produksi porang yang maksimal,
dengan mempelajari karakter porang terhadap asupan nutrisi yang lebih
dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas umbi dengan kandungan porang
misalnya glukomanan, pati dan memperoleh rasa porang yang manis dan enak,
maka tanaman porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek
(tergenang air), karena kadar air yang terlalu tinggi berakibat cepat busuk akar,
commit to user
mempengaruhi perkembangan organ-organ tanaman, dan kualitas rasa pada umbi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
porang. Porang membutuhkan tanah yang kaya akan hara dan humus. Salah satu
pendukung adalah dengan pemberian pupuk daun sebagai sumber unsur hara juga
karena produktivitas tanaman yang bersumber pada bagian daun.
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Intensitas naungan 40% dan konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman
mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman porang
2. Intensitas naungan 40% mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman porang.
3. Konsentrasi pupuk daun sebanyak 2,5 mS/tanaman meningkatkan
pertumbuhan dan hasil bagi tanaman porang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
13
Penyiangan
Penyiangan dilakukan jika ada tumbuhan pengganggu yang
tumbuh agar tidak mengganggu pertumbuhan porang.
Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian hama penyakit dilakukan apabila ditemukan
hama atau penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan porang.
f. Pemanenan
Tanaman porang dipanen pada saat tanaman telah berumur empat bulan.
3. Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini antara lain:
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur pada bagian batang dua minggu sekali,
dimulai satu minggu setelah tanam. Pengukuran dimulai dari permukaan
tanah hingga titik tumbuh (mata tunas), kemudian setelah muncul batang
dilanjutkan dengan pengukuran panjang batang, yang paling tinggi dengan
menggunakan satuan cm.
b. Jumlah daun
Menghitung jumlah daun tanaman pada saat daun berkembang
sempurna FEL (full expanded leaf). Pengamatan dilakukan dua minggu
sekali dengan menggunakan satuan helai.
c. Luas Daun
Pengukuran luas daun dilakukan saat muncul daun bukaan sempurna
menggunakan metode gravimetri. Metode ini dilakukan dengan
menggambar daun pada sebuah kertas yang menghasilkan replika daun.
Replika daun tanaman tersebut digunting dari kertasnya, berat dan luasnya
sudah diketahui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
4. Analisis Data
Data dianalisis dengan uji F taraf 5% untuk mengetahui keragaman yang
ditimbulkan oleh perlakuan, dan apabila terdapat beda nyata akan dilanjutkan
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk membandingkan nilai
rataan perlakuan pada masing-masing variabel pengamatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
dan tidak terdapat interaksi antara intensitas naungan dengan konsentrasi pupuk
daun terhadap tinggi tanaman porang (Lampiran 5; Tabel 11).
Tabel 2. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-
rata tinggi tanaman porang pada umur 2-16 MST
Intensitas naungan Konsentrasi pupuk daun (mS)
(N) 0 1 2,5 3,5 Rerata (cm)
75% 63,90 63,22 73,76 57,65 64,63a
65% 56,53 49,59 60,23 54,79 55,28b
25% 39,56 39,28 43,89 42,41 41,28c
Rerata (cm) 53,32pq 50,70p 59,29q 51,62p (-)
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%
(-) = Tidak terdapat interaksi
Berdasarkan hasil analisis lanjutan yang disajikan Tabel 2, intensitas naungan
memberikan hasil berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Pada konsentrasi pupuk
daun terhadap tinggi tanaman, diketahui tanpa pupuk daun 0 mS/tanaman
memberikan hasilvtidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk daun 1
mS/tanaman, pupuk daun 2,5 mS/tanaman, maupun pupuk daun 3,5 mS/tanaman.
Konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman dan pupuk daun konsentrasi 3,5
mS/tanaman berbeda nyata dengan pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan tidak
terdapat interaksi antara intensitas naungan 75%, 65%, dan 25% dengan
konsentrasi pupuk daun, konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman, konsentrasi
pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Tinggi
tanaman porang dengan intensitas naungan sebesar 75% menunjukkan hasil rata-
rata tertinggi sebesar 64,63 cm, sedangkan intensitas naungan 65% hasil rata-rata
sebesar 55,28 cm. Hasil terendah 41,28 cm dihasilkan pada intensitas naungan
25%.
Intensitas naungan 75% dapat menaikkan pertumbuhan dan hasil tanaman
porang. Intensitas naungan 75% menunjukkan peningkatan laju fotosintesis,
sehingga laju translokasi lebih cepat dan memacu laju fiksasi CO2. Semakin tinggi
fiksasi CO2, semakin efisien pula tanaman dalam mensintesis karbohidrat.
Perombakan protein dan asam-asam keton yang digunakan untuk memproduksi
commit to user
energi optimal. Energi yang diterima tersebut dimanfaatkan untuk pembelahan sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
dan akan membentuk sel-sel baru dalam jaringan. Dengan kondisi intensitas
cahaya rendah cenderung tumbuh lebih tinggi, hal ini disebabkan pengaruh
peningkatan aktivitas auksin pada meristem apikal. Kecepatan pembelahan sel dan
pembentukan sel-sel baru tanaman intensitas naungan 75% menunjukkan hasil
maksimal, tetapi dari segi kualitas sel-sel baru yang terbentuk relatif rendah dan
berpengaruh pada kekuatan batang.
Pada intensitas naungan 25% dihasilkan tinggi tanaman terendah, disebabkan
tanaman berada pada kondisi cekaman. Sinar matahari maksimal pada siang hari
akan berpengaruh pada laju fotosintesis yang terlalu tinggi, sehingga menghambat
translokasi fotosintesis dalam memacu laju fiksasi CO2 dalam mensintesis
karbohidrat. Proses pembentukan dan pembesaran sel lebih lama. Aktivitas auksin
menurun, sehingga tanaman porang tumbuh lebih pendek, dan kecil. Lakitan
(1993) menyatakan, tanaman dengan laju fotosintesis yang tinggi, juga
menunjukkan laju translokasi fotosintesis yang tinggi pula. Jadi, translokasi
fotosintat yang cepat akan memacu laju fiksasi CO2. Tinggi rendahnya fiksasi CO2
mempengaruhi efisiensi tanaman dalam mensintesis karbohidrat.
Lakitan (1993) menyatakan bahwa tanaman ternaungi mencapai titik jenuh
pada intensitas cahaya tinggi pada naungan 25% daripada tanaman pada intensitas
cahaya rendah pada naungan 75%. Laju fotosintesis tanaman berintensitas
naungan 75% lebih optimal dibandingkan tanaman berintensitas naungan 25%,
dan titik kompensasi cahaya tanaman berintensitas naungan 75% lebih tinggi
dibandingkan tanaman dengan intensitas naungan 25%.
Monteith (1990) berpendapat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya,
kelembaban udara dan lengas tanah semakin rendah, sedangkan temperatur tanah
dan temperatur udara semakin tinggi. Peningkatan intensitas cahaya pada naungan
25% menurunkan kelembapan udara, lengas tanah, serta menaikkan temperatur
udara, temperatur tanah, dan pH tanah. Kelembapan udara, temperatur udara,
temperatur tanah, pH tanah, konsentrasi larutan, dan tingkat aktivitas metabolisme
tanaman mempengaruhi kualitas penyerapan pupuk daun. Kecepatan penyerapan
pupuk daun juga dipengaruhi oleh status hara dan umur tanaman. Bila kadar hara
commit tounsur
dalam tanaman rendah maka penyerapan user hara melalui pupuk daun lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
cepat. Kecepatan penyerapan unsur hara oleh tanaman menurun seiring dengan
bertambahnya umur tanaman.
Penyerapan hara oleh daun dirangsang oleh adanya cahaya matahari.
Keberadaan intensitas cahaya berpengaruh terhadap peningkatan temperatur dan
penguapan. Intensitas cahaya tinggi pada naungan 25% menyebabkan penguapan
lebih tinggi, sehingga proses pengeringan larutan pupuk daun yang disemprotkan
menjadi lebih cepat (Afandie,2002)
Konsentrasi larutan tertinggi dalam penelitian ditunjukkan pada pemberian
pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman dianggap
terlalu pekat, sehingga kurang mendukung pertumbuhan dan hasil porang.
Konsentrasi larutan yang terlalu pekat dan melampaui batas toleransi,
dikhawatirkan mengakibatkan keracunan pada tanaman.
Efisiensi konsentrasi larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara dan
kebutuhan hara oleh tanaman. Bila konsentrasi terlalu tinggi maka larutan nutrisi
semakin pekat, terjadi kerusakan pada organ tanaman khususnya daun seperti
nekrotis dan cokelat terbakar, menurunkan tingkat penyerapan air dan potensial
daun. Sebaliknya jika pengaturan EC terlalu rendah dan ketersediaan unsur hara
sangat sedikit juga berdampak buruk bagi pertumbuhan tanaman, disebabkan
defisiensi hara.
Ketersediaan dan penyerapan nutrisi pada konsentrasi pupuk daun 2,5
mS/tanaman menunjukkan kesesuaian terhadap batas toleransi tanaman porang,
hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 2 yang menunjukkan hasil tertinggi pada
konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman. Diduga bahwa pengaturan EC pada
konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman terlalu rendah bagi tanaman porang,
sehingga efisiensi penyerapan dan penyimpanan unsur hara oleh tanaman akan
menurun disebabkan terlalu rendah mengalami titik jenuh.
Tinggi tanaman porang dapat dihitung pada saat tanaman mulai berumur 2
MST, saat belum muncul batang utama, yakni pembesaran tunas petiole
meruncing. Pengukuran tinggi tanaman berumur 2 MST tersebut, diukur dari
permukaan tanah polybag sampai ujung tunas petiole, sedangkan tanaman
berumur 4 MST telah memiliki commit
bentuk tobatang
user sempurna. Pertumbuhan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
tanaman porang mulai 2 Minggu Setelah Tanam (MST) sampai dengan 16 MST
disajikan dalam gambar 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
B. Jumlah daun
Tabel 3. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-
rata jumlah daun tanaman porang pada umur 4-12 MST
Pupuk daun (mS)
Tingkat naungan (N) 0 1 2,5 3,5 Rerata
(helai)
75% 35,33 37,00 53,66 34,33 40,08 a
65% 40,00 33,33 41,33 36,33 37,75 a
25% 24,66 27,66 32,00 29,66 28,50 a
Rerata (helai) 33,33p 32,66p 42,33q 33,44p (-)
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%
(-) = Tidak terdapat interaksi
Berdasarkan Tabel 3 pengaruh intensitas naungan terhadap jumlah daun
menunjukkan hasil rata-rata jumlah daun tertinggi sebesar 40,08 helai pada
intensitas naungan 75%. Untuk intensitas naungan 65% rata-rata tinggi tanaman
37,75 helai, sedangkan intensitas naungan 25% memiliki rata-rata terendah
dengan jumlah daun 28,50 helai. Hal tersebut dipengaruhi intensitas cahaya
rendah pada intensitas naungan 75% cenderung menunjukkan laju fotosintesis
commit to user
optimal, sehingga terjadi peningkatan laju translokasi. Laju translokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
22
C. Luas daun
Daun menjadi daerah pembagian asimilat, sehingga dimanfaatkan untuk
mendukung pertumbuhan, khususnya peningkatan luas daun. Pertumbuhan
tanaman berhubungan langsung dengan rerata luas daun. Peningkatan hasil
variabel luas daun akan meningkatkan pula hasil yang diperoleh (Ohno 1976).
Luas daun merupakan salah satu variabel pengamatan yang penting untuk
diketahui, karena luas daun menandakan bahwa tanaman mengalami
pertumbuhan. Selain itu, peningkatan luas daun mempermudah dalam
menganalisis pertumbuhan karena berhubungan erat dengan penentuan indeks
luas daun dan laju asimilasi bersih tanaman.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa intensitas naungan berpengaruh
nyata, sedangkan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata dan tidak
terdapat interaksi antara intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap
luas daun porang (Lampiran 5; Tabel 15). Hasil rata-rata luas daun akibat
intensitas naungan dan konsentrasicommit
pupuk to userdisajikan pada Tabel 4.
daun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Tabel 4. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-
rata luas daun tanaman porang pada umur 12 MST
Pupuk daun (mS)
Tingkat naungan (N) Rerata
0 1 2,5 3,5 (cm2)
75% 1714,26 2257,13 2914,28 1999,99 2221,41a
65% 1728,57 1445,71 2034,28 1834,28 1760,71a
25% 674,38 1114,28 1125,71 934,29 962,16 b
Rerata (cm2) 1372,40p 1605,70p 2024,75p 1589,52p (-)
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%
(-) = Tidak terdapat interaksi
Intensitas naungan 75%, 65%, dan 25% berbeda nyata terhadap luas daun.
Pada kontrol atau tanpa pupuk tidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk
daun 1 mS/tanaman, konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi
pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Tidak terdapat interaksi antara intensitas naungan
dan konsentrasi pupuk daun.
Berdasarkan Tabel 4, hasil rata-rata tertinggi luas daun ditunjukkan pada
intensitas naungan 75% sebesar 2221,4 cm2, sedangkan hasil rata-rata luas daun
intensitas naungan 65% sebesar 1760,71cm2. Rata-rata luas daun terendah
ditunjukkan pada intensitas naungan 25% sebesar 962,14 cm2. Hal ini disebabkan
intensitas cahaya yang tinggi pada naungan 25% cenderung menunjukkan
peningkatan laju fotosintesis mengakibatkan cadangan makanan dihabiskan lebih
cepat daripada yang disimpan. Intensitas cahaya yang diterima mempengaruhi
proses membuka dan menutupnya stomata. Terganggunya mekanisme membuka
dan menutupnya stomata berdampak pada peningkatan laju respirasi yang
memiliki kecenderungan menurunkan kualitas hasil fotosintesis. Intensitas
naungan 75% menunjukkan hasil rata-rata tertinggi, sebab dipengaruhi jumlah
daun. Semakin banyak jumlah daun, semakin banyak hasil asimilasi yang
diproduksi, selanjutnya dibagikan pada organ-organ tanaman, seperti akar dan
daun, sehingga mendukung pertambahan luas daun porang. Produktivitas tanaman
meningkat seiring dengan meningkatnya luas daun, karena lebih banyak cahaya
commit
yang ditangkap. Luas daun yang to user
tertinggi adalah tanaman yang berada pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
naungan paling rendah intensitasnya, diduga semakin banyak hasil asimilasi yang
dibagikan pada akar dan daun. Daun yang menjadi daerah pembagian asimilat
dimanfaatkan untuk membantu pertumbuhan, sehingga luas daun tanaman
meningkat.
Chabot dan Hicks (1992) memperkuat dugaan, dengan menyatakan bahwa
pada intensitas cahaya rendah menyebabkan ukuran daun menjadi lebih kecil,
tipis, jumlah daun lebih banyak dengan stomata lebih besar, sedangkan pada
intensitas cahaya yang tinggi, jumlah daun lebih sedikit dengan stomata lebih
kecil dan tekstur daun lebih keras dan tebal.
Peningkatan luas daun, pada dasarnya suatu bentuk kemampuan adaptasi
tanaman dalam mengatasi cekaman naungan. Peningkatan luas daun merupakan
upaya tanaman porang dalam mengefisienkan penangkapan energi cahaya yang
digunakan untuk fotosintesis secara normal pada kondisi intensitas cahaya terlalu
tinggi atau rendah sekalipun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiastuti 2004
bahwa intensitas cahaya tinggi pada naungan 25% menghasilkan daun lebih tebal
dengan tekstur keras, lapisan epidermis dan ruang antar sel lebih sempit,
sebaliknya tanaman yang menerima intensitas cahaya rendah menghasilkan daun
lebih luas dan lebih kompak lapisan kutikula dengan dinding sel lebih tipis dan
tekstur daun lebih halus.
Luas daun berbanding positif dengan jumlah daun sehingga besarnya luas
daun dipengaruhi oleh jumlah daun tiap tanaman. Hasil pengamatan secara visual
di lapang, diketahui bahwa naungan 75% memiliki luas daun lebih besar
dibanding luas daun 65% dan 25%. Semakin besar persentase intensitas naungan,
semakin besar luas daun sebagai bentuk mekanisme adaptasi tanaman porang
terhadap cekaman naungan.
Tabel 4 menunjukkan luas daun tanpa pemberian pupuk daun memiliki hasil
rata-rata terendah sebesar 1372,40 cm2. Pada konsentrasi pupuk daun 1
mS/tanaman menghasilkan rata-rata luas daun sebesar 1605,70 cm2, sedangkan
hasil rata-rata tertinggi ditunjukkan pada konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman
sebesar 2024,75 cm2. Konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman memiliki hasil
commit
rata-rata sebesar 1589,52 cm2. Hal ini to user
dipengaruhi konsentrasi dan kepekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
27
Tabel 5. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-
rata kandungan klorofil tanaman porang pada umur 6-15 MST
Pupuk daun (mS)
Tingkat naungan (N) 0 1 2,5 3,5 Rerata
75% 35,67 32,17 36,96 33,46 34,56a
65% 48,42 51,83 46,76 49,99 48,42b
25% 47,26 43,94 42,46 43,16 44,21c
Rerata 43,78p 42,64p 42,06p 42,20p (-)
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%
(-) = Tidak terdapat interaksi
Pada Tabel 5, rata-rata kandungan klorofil tertinggi dihasilkan pada
intensitas naungan 65% yaitu sebesar 48,42, sedangkan intensitas naungan 25%
memiliki rata-rata sebesar 44,21, dan intensitas naungan 75% memiliki rata-rata
terendah sebesar 34,56. Tingginya hasil rata-rata kandungan klorofil pada
intensitas naungan 65%, berkaitan dengan proses reaksi sintesis molekul klorofil
yang optimal dengan diimbangi kualitas cahaya, lama penyinaran dan fluktuasi
penutupan awan yang sesuai. Dasar tersebut berpengaruh terhadap proses
evapotranspirasi tanaman, sehingga dihasilkan fotosintesis optimal.
Intensitas cahaya tinggi pada naungan 25 % atau rendah pada naungan 75%
akan menghambat laju fotosintesis, menurunkan aliran hasil fotosintesis, sehingga
tidak sampai ke perakaran. Pada intensitas naungan 25% memiliki hasil rata-rata
terendah disebabkan terjadi proses fotooksidasi, dilanjutkan koagulasi protein
rendah sehingga keseimbangan metabolit terganggu.
Kondisi pada intensitas cahaya rendah pada naungan 75%, intensitas cahaya
terlalu rendah menghambat perkembangan klorofil, sehingga menurunkan aliran
hasil fotosintesis. Intensitas naungan 75% kurang mendukung reaksi sintesis
molekul klorofil pada tanaman porang. Kondisi cekaman naungan, terlalu tinggi
atau terlalu rendah intensitas naungan, mengakibatkan kecenderungan terjadinya
klorosis tanaman, kemudian mati jika menerima cahaya langsung serta terjadi
penghambatan fotosintesis yang diikuti penguraian pigmen kloroplas. Pada
dasarnya pigmen yang dihasilkan pada daun merupakan bentuk adaptasi daun agar
commit to user
dapat menyerap cahaya lebih efektif (Lakitan 1993). Daun pada intensitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
naungan 75%, lebih sedikit mengandung protein stroma total, termasuk rubisco,
dan mungkin lebih sedikit pula protein pengangkut elektron pada tilakoid. Secara
otomatis pigmen yang dihasilkan sedikit dan penyerapan cahaya kurang efektif.
Sinar matahari yang ditangkap klorofil meningkatkan energi elektron-
elektron yang dihasilkan dari oksidasi air dalam proses fotosintesis. Elektron yang
telah mempunyai tingkat energi tinggi yakni pada intensitas naungan 25%, setelah
kembali ke tingkat energi semula akan menghasilkan energi kembali. Energi yang
dihasilkan tersebut digunakan untuk keperluan biologis atau dapat dimanfaatkan
dalam sintesa makromolekul dalam sel.
Hasil rata-rata tertinggi ditunjukkan pada tanaman tanpa pemberian pupuk,
hal ini berhubungan dengan status hara tanaman yang telah memiliki kecukupan
unsur hara yang diperoleh dari tanah maupun udara, sehingga pemberian pupuk
daun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan sel tanaman yang terdiri atas
dinding sel dan kloroplas. Afandie (2002) menyatakan, kecepatan penyerapan
unsur hara dipengaruhi status hara dalam tanaman. Bila kadar hara dalam tanaman
rendah maka penyerapan unsur hara lewat daun lebih cepat, namun sebaliknya
jika status hara tanaman tercukupi tidak memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.
Kandungan klorofil pada kontrol (0 mS/tanaman) dan konsentrasi pupuk
daun 1 mS/tanaman tidak menunjukkan hasil berbeda. Hal ini menunjukkan unsur
hara dalam tanah telah mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga tidak diperlukan
penambahan pupuk daun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
30
intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap berat umbi (Lampiran 5;
Tabel 20).
Tabel 6. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-
rata berat umbi porang (gram)
Pupuk daun (mS)
Tingkat naungan (N) 0 1 2,5 3,5 Rerata(g)
75% 358,66 228,66 308,33 306,66 330,00a
65% 447,33 383,66 542,66 415,66 470,92b
25% 556,33 427,66 630,33 581,00 516,92b
Rerata (g) 454,11p 337,22q 490,00p 475,78p (-)
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%
(-) = Tidak terdapat interaksi
Berdasarkan hasil analisis lanjutan, intensitas naungan 75% tidak berbeda
nyata dengan intensitas naungan 65%. Intensitas naungan 75% dan intensitas
naungan 65% berbeda nyata dengan naungan 25% terhadap berat umbi. Tanpa
penggunaan pupuk tidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk daun 2,5
mS/tanaman, dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Namun tanpa pupuk
daun, konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi pupuk daun 3,5
mS/tanaman berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman.
Berdasarkan Tabel 6, hasil rata-rata tertinggi intensitas naungan ditunjukkan
pada intensitas naungan 25% sebesar 516,92 gram, sedangkan intensitas naungan
65% diperoleh hasil rata-rata sebesar 470,92. Untuk hasil rata-rata terendah
terdapat pada intensitas naungan 75% sebesar 330,00 gram.
Berat umbi awal sebelum tanam memiliki berat seragam dengan rata-rata
150 gram, dan terjadi kenaikan berat umbi saat panen. Hal ini dipengaruhi faktor
lingkungan khususnya cahaya yang berpengaruh langsung terhadap hasil
fotosintesis. Hasil rata-rata tertinggi berat umbi ditunjukkan pada intensitas
naungan 25% sebesar 516,92 gram, hal ini menunjukkan berat umbi mengalami
pertambahan, dan intensitas naungan 25% mendukung pertumbuhan maupun hasil
tanaman porang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Semakin besar energi matahari yang tertangkap oleh tanaman, semakin besar
pula hasil produksi tanaman dalam bentuk umbi yang diperoleh. Peningkatan hasil
produksi berupa umbi merupakan resultan dari fotosintesis. Wijayanto dan Emma
(2011) menyatakan bahwa fotosintesis lebih maksimal terjadi pada tanaman
porang yang berada di tegakan dengan intensitas naungan 30% dibandingkan
porang pada tegakan sengon dengan intensitas naungan 80%, karena intensitas
cahaya yang lebih besar, menyebabkan pertumbuhan umbi pada tegakan
berintensitas naungan 30% lebih cepat dibandingkan pertumbuhan umbi pada
tegakan berintensitas naungan 80%.
Tanaman yang tumbuh di bawah naungan dengan intensitas 25% memiliki
rata-rata tertinggi terhadap berat segar umbi. Hal ini menunjukkan energi yang
diperoleh dan digunakan dalam fotosintesis maupun penyerapan nutrisi dari
bagian bawah tanaman telah memenuhi cadangan makanan yang tersimpan di
dalam umbi dan akar. Selain itu, semakin optimal pula karbohidrat yang dimiliki
bahkan dimanfaatkan sebagai cadangan makanan.
Pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan
lamanya penyinaran Connor dan Loomis (1992). Pengaruh cahaya dalam
intensitas naungan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan vegetatif maupun
generatif tanaman porang. Hal tersebut berhubungan dengan optimalnya cahaya
yang diabsorpsi. Kualitas hasil fotosintesis mempengaruhi metabolisme dalam
tanaman untuk membentuk karbohidrat yang menggunakan karbondioksida (CO2)
dari udara dan air dalam tanah dengan bantuan sinar matahari dan klorofil.
Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi 2,5 mS/tanaman (P2)
menunjukkan ketersediaan nutrisi yang cukup dan terserap secara optimal oleh
akar, menyebabkan tanaman porang dapat tumbuh lebih baik dibandingkan
konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman maupun konsentrasi pupuk daun 3,5
mS/tanaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
F. Berat Akar
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral, dan
bahan-bahan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh udara, air dan kondisi mineral rizosfer
(lingkungan perakaran) relatif mudah diubah melalui praktek pertanian,
temperatur tanah, kelembaban yang dipengaruhi oleh irigasi, dan status nutrisi
yang dipengaruhi oleh pemupukan. Pertumbuhan akar yang kuat diperlukan untuk
kekuatan dan pertumbuhan pucuk.
Dwijoseputro (1980) menyatakan dengan terbentuknya akar, kegiatan
fisiologis tanaman dalam menyerap air untuk fotosintesis sehingga dapat
berlangsung dengan baik. Pertumbuhan akar yang cepat mempengaruhi
penyerapan unsur hara dan air dalam fotosintesis. Hasil asimilasi digunakan
optimal untuk laju perkembangan tanaman.
Kesuburan tanah diartikan sebagai kesanggupan tanah untuk menyediakan
unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman dapat menghasilkan secara
maksimal bila tanaman itu tumbuh dalam keadaan subur dan faktor-faktor di luar
kesuburan sekitar tanaman tersebut menunjang pertumbuhan akar secara optimal
(Jumin 1989).
Tabel 7. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-
rata berat akar tanaman porang
Pupuk daun (mS)
Tingkat naungan (N) 0 1 2,5 3,5 Rerata (g)
75% 33,83 32,00 31,63 29,28 31,69a
65% 71,58 64,85 80,82 49,30 66,48b
25% 136,75 110,28 124,71 140,27 127,98c
Rerata (g) 80,72p 69,04 p
79,04p 72,94p (-)
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5%
(-) = Tidak terdapat interaksi
33
Hasil analisis lanjut menunjukkan bahwa intensitas naungan 75%, 65% dan
25% berbeda nyata terhadap berat akar. Pada tanaman tanpa pupuk daun,
konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman, konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman,
dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman menunjukkan hasil tidak berbeda
nyata.
Berdasarkan Tabel 7, hasil rata-rata berat akar ditunjukkan pada intensitas
naungan 25% sebesar 127,98 gram, untuk berat akar intensitas naungan 65%
sebesar 66,64 gram dan rata-rata berat akar terendah pada intensitas naungan 75%
yaitu sebesar 31,69 gram. Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan seperti cahaya,
tanah, kelembaban, temperatur, kandungan nutrisi tanah. Selain itu dipengaruhi
pula faktor internal berupa genetik tanaman. Pertambahan berat akar optimal yang
ditunjukkan pada hasil rata-rata intensitas naungan 25% dipengaruhi komposisi
udara dalam tanah yang tergantung pada rongga tanah, reaksi metabolisme
mikroba tanah dan pertukaran gas. Tanaman yang tumbuh di bawah intensitas
cahaya penuh sampai tinggi pada intensitas naungan 25% akan menghasilkan akar
lebih besar, sebab kondisi intensitas cahaya tinggi dengan suhu meningkat
menyebabkan tanaman porang lebih banyak membutuhkan air tanah sehingga
mekanisme hidrasi dan penyerapan air lebih besar pada intensitas naungan 25 %,
dibandingkan intensitas naungan 65%, 75%.
Faktor tanah berpengaruh terhadap pemupukan antara lain kesuburan baik
fisik, kimia dan, biologi, tekstur, struktur, dan kapasitas memegang air.
Kandungan air tanah mempengaruhi transpor hara dari larutan tanah ke akar
tanaman dengan cara mempengaruhi laju difusi dan aliran masa air. Laju
perbesaran dan pemanjangan akar sangat tergantung pada ketersediaan air tanah,
karena pertumbuhan akar adalah proses hidrasi (Jumin 1998).
Ditinjau dari perbedaan morfologi sistem perakaran intensitas naungan 25%
yang lebih panjang dan kurus memiliki luas permukaan lebih besar dibandingkan
intensitas naungan 75% yang memiliki akar tebal dan pendek, hal ini berpengaruh
besar terhadap penyerapan hara dari tanah. Jumin (1989) menyatakan bahwa
tanaman akan mengubah atau menyesuaikan bentuk organ-organ seperti akar
commit
untuk memperoleh radiasi matahari to user
maupun air. Tanaman beradaptasi fisiologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
yaitu secara perlahan menyesuaikan dengan lingkungan baru yang kritis. Proses
ini berupa ketahanan terhadap kekeringan, absorpsi hara, pembatasan respirasi,
ketahanan terhadap ketersediaan hara yang minim dan efisiensi asimilasi serta
aktivitas enzim. Adaptasi morfologis adalah perubahan bentuk luar tanaman
secara perlahan-lahan ke arah sesuai lingkungan, berupa perubahan bentuk kanopi
(tajuk), perubahan jumlah pembuluh, dan susunan jaringan.
Berdasarkan faktor biologi, konsentrasi oksigen dan karbondioksida yang
terlalu rendah pada intensitas naungan 75% dalam tanah menghambat reaksi
biokimia. Penurunan oksigen dalam tanah dapat dipastikan menghambat
pertumbuhan akar. Intensitas cahaya rendah pada naungan 75% mengakibatkan
stomata tidak terbuka secara sempurna, sehingga difusi gas CO2 dari udara
terhambat. Akibatnya fotosintesis terganggu.
Selain unsur iklim dan komponen tanah, kesanggupan tanah menyediakan
unsur hara bagi pertumbuhan tanaman juga memegang peranan penting. Hal itu
dapat terlihat dari respon tanaman terhadap pemupukan. Setiap tanaman berbeda
responnya terhadap pemupukan, hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh faktor
tanah dan tanaman itu sendiri. Pada konsentrasi pemupukan yang sama, dengan
intensitas cahaya dan suhu yang berbeda serta pada jenis tanah yang sama yaitu
latosol, akan memperlihatkan pertambahan berat segar tanaman yang berbeda.
Pada tanaman kontrol atau tanpa pemberian pupuk daun menunjukkan hasil
terbesar dibandingkan pada konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman, 2,5
mS/tanaman, dan 3,5 mS/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa kesuburan tanah
telah memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman porang sehingga pemberian pupuk
daun pada berbagai konsentrasi tidak memberikan pengaruh yang nyata.
Tanah latosol pada penelitian memiliki karakter tanah bertekstur halus,
sehingga difusi lebih cepat. Penyerapan hara dapat terjadi dengan perpanjangan
akar ke tempat baru yang masih kaya hara. Untuk kelangsungan metabolismenya,
tanaman berusaha mengubah organ-organnya ke arah menguntungkan.
Tanah dinyatakan subur bila dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah
cukup dan seimbang serta memiliki aerasi optimum. Tingkat kesuburan kimiawi
tanah terhadap kandungan unsur commit to user
hara utama (NPK), kemasaman (pH), kapasitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
tukar kation (KTK), kandungan bahan organik (C/N ratio) merupakan suatu
petunjuk untuk menduga respon tanaman terhadap pemberian pupuk pada tanah.
Demikian pula unsur-unsur yang bersifat meracuni akar dalam tanah akan
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan akar (Jumin 1989).
Jumlah bahan organik, tipe tanah latosol dan jumlah mineral liat
menentukan kapasitas tukar kation pada kompleks absorbsi dan akan
mempengaruhi pergerakan hara dari tanah ke akar tanaman. Semakin tinggi
kapasitas tukar kation semakin tinggi kemampuan kompleks absorbsi tanah untuk
mengikat kation-kation. Kemampuan nilai tukar kation yang tinggi mencerminkan
nilai kesuburan tanah.
Berdasarkan analisis kimia tanah pada tanah latosol desa Klangon,
Nganjuk, Kabupaten Madiun, sebagai media tanam penelitian menunjukkan
bahwa tanah tersebut berbahan organik tinggi, sebesar 3,53%. Hal ini sesuai
harkat kimia tanah yang menunjukkan tanah berbahan organik >2% dikategorikan
tinggi. C/N ratio yang terkandung menunjukkan 13,67, dapat diartikan masih bisa
terurai. Berdasarkan harkat kimia tanah bahwa C/N ratio >12 menunjukkan
mineralisasi yang lebih besar dibandingkan imobilisasi sehingga dapat
dikategorikan tanah termasuk ber C/N ratio tinggi.
Kebutuhan konsentrasi pupuk daun disesuaikan dengan karakter dan status
hara tanaman, sehingga diperoleh pertumbuhan tanaman secara optimal. Harjadi
(1991) menyatakan bahwa membesarnya sel tanaman akan membentuk vakuola
sel yang besar sehingga mampu menyerap unsur hara yang diaplikasikan melalui
penyemprotan pupuk daun (cair) dalam jumlah banyak. Selain itu, pembentukan
protoplasma tanaman akan bertambah sehingga dapat menyebabkan peningkatan
berat segar tanaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
A. Kesimpulan
1. Pemberian naungan dengan intensitas 25%, 65%, 75% dan pupuk daun
lengkap dengan konsentrasi 0, 1, 2,5, dan 3,5 mS/tanaman secara
bersamaan belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
porang.
2. Intensitas naungan 75% dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun
dan luas daun tanaman porang. Intensitas naungan 65% meningkatkan
kandungan klorofil tanaman porang, sedangkan intensitas naungan 25%
meningkatkan berat umbi dan berat akar.
3. Pupuk daun lengkap dengan konsentrasi 2,5 mS/tanaman mampu
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman porang
B. Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai besarnya intensitas naungan dan
konsentrasi pupuk daun sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan
hasil porang
commit to user
36