id
SKRIPSI
Disusun Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Prof. Dr. Ir. H. Djoko Purnomo, MP Dr. Ir. Pardono, MS Ir. Panut Sahari, MP
NIP.19480426.197609.1.001 NIP. 19550806.198303.1.003 NIP.19490521.198003.1.001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
v Hadapi semua dengan kesabaran dan yakinlah semua akan indah pada
waktunya (Penulis).
v Lebih baik pulang daripada ragu-ragu dalam latihan (MENWA UNS)
v Disiplin adalah nafas ku, putus asa berarti mati, berfikir berbuat yang
terbaik (MENWA UNS)
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan
penulisan skripsi yang berjudul “Okulasi Tanaman Durian “Durio zibethinus
Murr.” Dengan Asal Tunas Batang Atas dan Cara Pemotongan Batang Bawah”
dengan optimal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan,
dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. H. Djoko Purnomo, MP selaku Dosen Pembimbing Utama dan
Dosen Pembimbing Akademik
3. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
4. Ir. Panut Sahari, MP selaku Dosen Pembahas.
5. Bapak Kodri Kasi Pemasaran KBH Salaman.
6. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN MOTO ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
RINGKASAN .................................................................................................. xi
SUMMARY ..................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Durian .................................................................................................. 4
B. Pengertian Okulasi .............................................................................. 6
C. Tahap Okulasi...................................................................................... 8
D. Entres Untuk Okulasi .......................................................................... 10
E. Pemotongan Batang Bawah................................................................. 11
F. Hipotesis .............................................................................................. 12
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 13
B. Bahan dan Alat Penelitian................................................................... 13
C. Rancangan Penelitian.......................................................................... 14
D. Tata Laksana Penelitian ...................................................................... 14
commit to user
E. Variabel penelitian ............................................................................. 18
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Analisis Data....................................................................................... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persentase Okulasi Jadi....................................................................... 20
B. Waktu Pecah Tunas............................................................................. 22
C. Saat Kemunculan Daun Pertama ........................................................ 24
D. Panjang Tunas Okulasi ....................................................................... 26
E. Jumlah Daun ....................................................................................... 27
F. Keberhasilan Okulasi Tumbuh ........................................................... 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 32
B. Saran.................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33
LAMPIRAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
Good economic prospect for durian seen from the increasing rate of
marketing year by year but the available of qualified planting material (seed) still
limited. The qualified seed can be improved by budding method which combines
vegetative and genetative propagation. The growth of the budding plant depends
on the maturity of branch wher the shoot growth and length of rootstok cutting.
The suitable leght of cutting is nesessary for faster growth of the budding shoot.
So the interaction of rootstok cutting and where the bud from have to find out.
The research was conducted from January untill May 2011 by experimen
method with randomized complete design (RCD). The factor treatments are kinds
of entres (apex, middle, and based) and length rootstok cutting (half of rootstock,
10 cm from apex, 15 and 5 cm upper of the budding). So the are 12 combination
treatments, each of them replicated 4 times. The observation variables are number
of budding succesion, time of bud broken, emergene of the frist leave, number of
leaves, and growth of budding.
The result of research show that the apex entres at the early growth, faster
than others, but at the following time the middle entries better. The best of
rootstock cutting is 10 cm from the apex. Over all, vegetative propagation of
durian by budding method better with middle entres and the length of rootstock 10
cm from apex.
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu buah yang
paling populer pada masyarakat Asia Tenggara termasuk Indonesia sehingga
durian di Indonesia disebut sebagai "Raja Buah" (Santoso et al., 2009).
Durian memiliki prospek ekonomi yang bagus sebab pemasaran dari tahun ke
tahun terus meningkat, karena buah durian semakin digemari masyarakat,
terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dari segi lingkungan pohon durian
digunakan dalam konservasi lingkungan karena dapat mencegah erosi, kulit
buah digunakan sebagai campuran media tanam, selain itu akar, daun, dan
kulit buah dapat digunakan sebagai obat (Irawan et al., 2007).
Dalam pengembangan agribisnis durian, ketersediaan benih bermutu
sangat diperlukan. Kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan benih
bermutu masih terbatas. Benih bermutu varietas unggul hanya dapat diperoleh
melalui perbanyakan sistem klonal, yaitu perbayakan dengan cara vegetatif
yang berasal dari satu pohon induk (PIT: Pohon Induk Tunggal). Bibit unggul
merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan tanaman durian.
Cara memperoleh bibit unggul tersebut dapat dilakukan dengan perbanyakan
secara vegetatif seperti okulasi, sambung, susuan, dan cangkok.
Berdasarkan permasalahan di atas perbanyakan benih durian dengan
cara gabungan (generatif dan vegetatif) merupakan pengembangan efektif.
Perbanyakan benih generatif dan vegetatif untuk menggabungkan bahan
tanam yang terdiri atas batang bawah (root stock) dan batang atas (entres).
Cara ini akan mempersatukan sifat-sifat unggul tanaman asal batang bawah
dan tanaman asal batang atas. Di samping itu, penyediaan benih bermutu
dalam jumlah yang banyak masih menjadi masalah.
Diantara metode tersebut, perbanyakan bibit durian yang efektif dan
efisien adalah dengan okulasi karena dapat menghasilkan bibit lebih banyak
dan berkualitas, menghemat biaya, tenaga, dan bahan dibanding cara lain.
Perbanyakan benih gabungancommit
yang to user dilakukan pada tanaman durian
umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mempelajari asal tunas yang tepat untuk meningkatkan keberhasilan
okulasi.
2) Mendapatkan panjang pemotongan batang bawah yang tepat untuk
mempercepat pertumbuhan tunas okulasi.
3) Mendapatkan kesesuaian diantara asal tunas batang atas dengan
pemotongan batang bawah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Durian
Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman asli
Asia Tenggara yang beriklim tropik basah, khususnya di Thailand, Malaysia,
dan Indonesia. Di Indonesia pusat keragaman genetik terutama di Kalimantan
(27 spesies) kemudian Sumatera (11 spesies) (Sumarsono et al., 2002).
Tinggi pohon durian dapat mencapai 30 meter, batang memiliki diameter 100
cm dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, berserat
kasar, ringan, dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai
lonjong. Panjang daun antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga
bergantung pada cabang atau batang yang sudah tua. Bunga muncul secara
bergerombol 3-30 bunga, panjang tangkai bunga antara 5-7 cm, panjang
bunga 5-6 cm dengan diameter 2cm. Kelopak bunga berwarna putih atau
hijau keputihan, mahkota bunga berjumlah 5 helai. Bunga akan mekar
sempurna pada sore hari. Kebanyakan durian bersifat menyerbuk silang
(Ashari, 1995).
Bentuk buah bundar atau bulat lonjong. Panjang buah dapat mencapai
25 cm dengan diameter 20 cm. Warna kulit buah hijau, kuning, hingga
kecoklatan, yang dikelilingi dengan duri tajam berbentuk kerucut. Panjang
biji dapat mencapai 4 cm yang tertutup oleh daging buah yang halus dan rasa
manis, berwarna putih atau putih kekuningan tergantung jenis durian
(Ashari, 1995).
Varietas durian yang banyak dibudidayakan dan termasuk durian
unggul ada enam jenis, yaitu Petruk, Sukun, Sunan, Si Tokong, Kani, dan
Otong. Sebetulnya tidak mudah mencari kekhasan setiap durian unggul dari
bibit. Tetapi bila dilakukan pengamatan dengan teliti akan diketahui
perbedaan yang mencirikan masing-masing.
Durian petruk berasal dari desa Randusari, Tahunan, Kabupaten Jepara.
Daun pohon ini tampak melebar dengan ujung meruncing, panjang daun
commit
berkisar 3,5 kali lebar. Warna to useratas daun hijau, sedangkan warna
permukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Pengertian Okulasi
Okulasi juga disebut menempel, budding (Inggris). Menurut Prastowo
(2006), okulasi adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh
sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka
sambungan atau tautan. Ada banyak jenis okulasi tetapi yang paling umum
digunakan adalah T budding dan chip budding. Pembiakan tanaman dengan
cara okulasi mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan stek dan
cangkok dimana hasil okulasi mempunyai kualitas lebih baik daripada
tanaman induk (Williamson, 1994).
Prinsip okulasi adalah penggabungan batang bawah dan batang atas,
dengan keunggulan tertentu. Batang bawah dan batang atas berasal dari
tanaman berbeda umur sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai
keberhasilan. Keunggulan dari batang bawah secara umum adalah sifat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perakaran yang baik, sedang batang atas adalah produksi yang tinggi. Bibit
hasil okulasi ini dinamakan tanaman okulasi (Simanjuntak, 2010).
Sama halnya dengan penyambungan okulasi menggunakan batang
bawah dan batang atas tanaman satu spesies yang berasal dari satu varietas.
Okulasi antar spesies tanaman biasa mengalami kesulitan, karena antara
batang atas dan batang bawah seringkali terjadi perbedaan fisiologis. Sesuai
dengan penjelasan Hartman dan Kester (1983) dalam Suprianto et.al., (2000)
bahwa pada okulasi terdapat proses pertautan antara batang atas dengan
batang bawah meliputi: pembelahan sel yang diikuti dengan pembentukan
kalus, differensiasi kambium kulit mata tempel, jaringan kulit mata tempel
dan jaringan kulit batang bawah, kemudian diikuti proses lignifikasi kalus.
Proses pertautan batang atas dan batang bawah menurut Utari (2005)
akan terjadi melalui empat tahap, yaitu pembesaran dan pembelahan sel
kambium baru yang menghubungkan kambium batang atas dan batang
bawah, pembentukan jaringan vaskuler yang mengalirkan nutrisi dan air dari
batang bawah ke batang atas, sel kambium baru dan vaskuler baru ke dalam
membentuk xilem dan ke luar membentuk floem.
Saat untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit
pohon mudah dikelupas dari kayu. Kulit mudah dikelupas dari kayu ini terjadi
pada waktu pembelahan sel, saat kambium berjalan aktif. Setiap jenis
tanaman mempunyai waktu pembelahan sel yang berbeda, ada yang aktif
pada musim kemarau ada pula yang aktif pada musim penghujan .
Menurut Lukman (2004) keberhasilan penyambungan bibit ditentukan
oleh kondisi tanaman (umur, besar, kesegaran, dan pertumbuhan) batang
bawah dan batang atas (entres) serta curah hujan dan kelembaban di sekitar
pembibitan. Lama penyimpanan dan media penyimpanan batang atas sebelum
dilakukan penyambungan juga berpengaruh dalam keberhasilan, selain itu
tingkat ketrampilan teknisi juga menentukan keberhasilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Tahap Okulasi
1. Persiapan Batang Bawah
Umur batang bawah sebagai bahan okulasi sangat beragam tergantung
kepada jenis tanaman. Sebagian dapat diokulasi saat berumur 9 bulan, yang
lain berumur lebih dari 4 tahun, tetapi pada umumnya tanaman dapat
diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabang sudah mencapai sebesar
ibu jari (Wudianto, 2001).
Menurut Darjanto (1975), pertautan antara batang atas dan batang
bawah akan lebih mudah terjadi pada batang bawah yang lebih muda,
karena dengan menggunakan batang bawah yang lebih muda (4-10 bulan)
keadaan tanaman masih aktif dalam pertumbuhan, sel-sel kambium aktif
dalam pembelahan dan akan segera membentuk kalus bila dilakukan
okulasi.
Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah pada umumnya
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sistem perakaran cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada keadaan
tanah yang kurang mendukung serta tahan terhadap penyakit akar dan
batang.
b. Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan,
sehingga dapat hidup bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu.
c. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang
atas (compatible).
d. Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas
terutama pada jenis tanaman berbuah lebat.
e. Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang
berbentuk sebagai hasil sambungan.
(Barus dan Syukri, 2008).
Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang memiliki
kulit mudah dikupas dari kayu, yaitu tanaman yang masih aktif dalam
pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berhasil atau mata tempel tidak timbul. Tetapi jika mata tempel masih
kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, berarti
pertanda okulasi berhasil. Semua pekerjaan tersebut di atas harus dilakukan
dalam waktu yang cepat. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah
yang sudah dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan
gagal pula atau tidak jadi.
rata-rata buah antara 1-1,5 kg. Produksi buah berkisar dari 50-150 buah per
pohon per tahun. Durian ini relatif tahan penyakit busuk akar dan hama
penggerek buah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Hipotesis
1. Kemampuan pertumbuhan tunas okulasi paling baik terjadi pada
penggunaan asal tunas pucuk sebagai batang atas.
2. Pemotongan batang bawah dengan cara dipotong 10 cm dari pucuk
tanaman akan mempercepat pertumbuhan tunas okulasi.
3. Akan terjadi kesesuaian antara asal tunas batang atas dengan pemotongan
batang bawah yang saling mendorong pertumbuhan tunas okulasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
disusun secara faktorial terdiri atas dua faktor perlakuan sebagai berikut:
a. Faktor pertama adalah asal tunas okulasi yang terdiri atas 3 macam, yaitu:
E0 : Dari Ranting Ujung (entres muda, 5 cm dari pucuk)
E1 : Dari Ranting Tengah (entres agak tua, 10 cm dari pucuk)
E2 : Dari Ranting Pangkal (entres tua, 20 cm dari pucuk).
b. Faktor ke dua adalah pemotongan batang bawah setelah pembukan plastik
okulasi, yang terdiri atas 4 macam, yaitu:
B0 : Dipotong ½ batang, 15 cm di atas okulasi, kemudian batang bawah
dilengkungkan.
B1 : Dipotong 15 cm di atas okulasi
B2 : Dipotong 5 cm di atas okulasi
B3 : Dipotong 10 cm dari ujung tunas
Dari kedua faktor tersebut, diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai
berikut:
E0B0 E1B0 E2B0
E0B1 E1B1 E2B1
E0B2 E1B2 E2B2
E0B3 E1B3 E2B3
Setiap kombinasi perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali sehingga
diperoleh 48 satuan percobaan.
D. Tata Laksana Penelitian
Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Batang Bawah
Batang bawah okulasi durian adalah tanaman yang tumbuh dari biji
sapuan (ilegetim) yaitu biji yang pohon induk tidak diketahui dengan jelas.
Biji durian sebagai batang bawah adalah biji yang sehat dan tua, dari
tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan
produktif. Biji yang dipilihcommit to userpada tempat terbuka, tidak terkena
dikeringkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Variabel Penelitian
a. Persentase okulasi jadi (%)
Pengamatan dilakukan setelah umur okulasi tiga minggu dan plastik
okulasi dilepas kemudian menghitung jumlah tanaman yang berhasil.
Okulasi dinyatakan berhasil bila mata okulasi masih berwarna hijau.
b. Saat pecah mata entres (hari)
Kriteria pecah mata entres adalah pada saat kuncup mata entres
commit to user
okulasi yang tadinya ditutupi oleh dua kelopak berwarna kecoklatan telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membuka. Saat pecah mata entres dapat diperoleh dengan menghitung hari
mulai saat okulasi sampai pada saat mata entres pecah.
c. Saat kemunculan daun pertama (hari)
Saat kemunculan daun pertama dihitung dari hari saat pelaksanaan
okulasi sampai muncul daun pertama pada tunas okulasi yaitu pada saat
daun terbuka dan terbentuk sehelai daun.
d. Panjang tunas okulasi (cm)
Pengukuran panjang tunas okulasi dimulai dari pangkal tunas
okulasi (dari perisai okulasi) sampai pangkal daun terakhir, pengamatan
dilakukan satu minggu sekali sampai umur 90 hari setelah okulasi.
e. Jumlah daun (helai)
Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian (90 hari setelah
okulasi) dengan cara menghitung jumlah daun pada tanaman hasil okulasi.
F. Analisis Data
Sehubungan dengan data yang diperoleh tidak memungkinkan untuk
dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, dikarenakan tingkat
keberhasilan kurang dari 20% sehingga data yang diperoleh dianalisis dengan
metode deskriptif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-
rata keberhasilan okulasi jadi (%)
Asal Tunas Pemotongan Batang Bawah Okulasi Jadi (%)
Ujung Dipotong ½ batang 100%
Ujung Dipotong 15 cm 100%
Ujung Dipotong 5 cm 100%
Ujung Dipotong 10 cm dari ujung tunas 100%
Tengah Dipotong ½ batang 100%
Tengah Dipotong 15 cm 100%
Tengah Dipotong 5 cm 100%
Tengah Dipotong 10 cm dari ujung tunas 100%
Pangkal Dipotong ½ batang 100%
Pangkal Dipotong 15 cm 100%
Pangkal Dipotong 5 cm 100%
Pangkal Dipotong 10 cm dari ujung tunas 100%
Okulasi Okulasi
jadi gagal
Gambar 2. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-
rata Saat Pecah Tunas (Hari)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Entres yang
sudah pecah
Gambar 4. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-
rata kemunculan daun pertama (hari)
Satu lembar
daun
membuka
E. Jumlah Daun
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan suatu proses
yang berkelanjutan. Letak pertumbuhan ada di dalam meristem ujung, lateral,
interkalar, dan batang tumbuh (buku-buku). Tonjolan pada sisi meristem
apikal semula dikenal sebagai penyangga daun, yang kemudian memanjang,
commit to user
menebal dan membentuk prokambium dan kemudian jaringan pengangkut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 8. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-
rata keberhasilan okulasi tumbuh (%)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Penelitian memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Entres ujung diawal pertumbuhan, tumbuh lebih cepat dibandingkan entres
tengah dan entres pangkal.
2. Entres tengah memberikan pertumbuhan yang lebih baik, dibandingkan
entres ujung dan entres pangkal terhadap saat pecah tunas, kemunculan
daun pertama, tinggi tunas okulasi, jumlah daun, dan jumlah okulasi
tumbuh.
3. Panjang pemotongan batang bawah yang tepat untuk mempercepat
pertumbuhan tunas okulasi adalah pemotongan 10 cm dari ujung batang
bawah.
4. Secara keseluruhan perbanyakan vegetatif dengan okulasi menggunakan
entres tengah dan pemotongan batang bawah 10 cm dari ujung
menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Perbanyakan vegetatif secara okulasi akan menghasilkan pertumbuhan
yang lebih baik dengan menggunakan entres tengah dan pemotongan
batang bawah 10 cm dari ujung.
2. Bila pertumbuhan bibit okulasi kurang baik dapat menggunakan alternatif
kedua yaitu menggunakan entres ujung dan pemotongan batang bawah 10
cm dari ujung, dengan menambah waktu pembukaan plastik okulasi
(30 hari setelah okulasi).
commit to user