id
SKRIPSI
Oleh :
Angger Dewansyah
H 0506003
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
Angger Dewansyah
H 0506003
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat,
nikmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat melaksanakan dan akhirnya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini
penulis mendapatkan banyak sekali bimbingan dan bantuan baik secara moril
maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Bapak Ir. Sudiyono, MS. selaku Pembimbing Utama.
4. Bapak Dr. Ir. Sudibya, MS. selaku Pembimbing Pendamping.
5. Bapak Drh. Sunarto, MSi. selaku Penguji.
6. Bapak Ir. Ashry Mukhtar, MS selaku Pembimbing Akademik.
7. Bapak, ibu dan adik tercinta atas kasih sayang, bantuan dan doanya.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini dan akhirnya semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
RINGKASAN ................................................................................................. x
SUMMARY...................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis-jenis Puyuh.................................................................................. 3
B. Vitamin A ............................................................................................ 4
C. Pakan Puyuh ........................................................................................ 7
D. Proses Pembentukan Telur .................................................................. 8
E. Produksi Telur....................................................................................... 9
F. Kualitas Telur........................................................................................ 10
· Berat Telur .................................................................................... 10
· Kerabang Telur ............................................................................. 11
· Putih Telur ..................................................................................... 11
· Kuning Telur ................................................................................. 12
HIPOTESIS .................................................................................................... 14
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 15
B. Bahan dan Alat Penelitian commit to user
.................................................................... 15
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
oleh
Angger Dewansyah
H 0506003
Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan dan
ditingkatkan produksinya karena sangat potensial untuk cepat menghasilkan kebutuhan
protein hewani berupa telur bagi masyarakat. Kelebihan usaha puyuh adalah pada umur
enam minggu sudah berproduksi, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudah
pemeliharaan serta dapat diusahakan pada lahan yang terbatas. Untuk menghasilkan
produksi dan kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kandungan nutrien dalam
ransum secara lengkap seperti energi, protein, vitamin, mineral, dan air. Vitamin
merupakan salah satu unsur nutrien yang dibutuhkan oleh burung puyuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek suplementasi vitamin A dalam
ransum terhadap produksi dan kualitas telur burung puyuh. Penelitian ini dilaksanakan di
Kandang Percobaan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
bertempat di Desa Jatikuwung Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Rt/Rw :
001/007 pada tanggal 13 Februari sampai dengan 25 April 2010. Materi yang digunakan
adalah 80 ekor puyuh betina Coturnix coturnix japonica fase layer yang berumur 46 hari
dengan rata-rata bobot badan 99,9 + 8,09 gram. Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Searah dengan 4 perlakuan, 5 ulangan dengan
masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor puyuh betina.
Ransum yang digunakan adalah jagung putih, konsentrat Pt. Gold Coin, dedak padi
dan mineral dengan perbandingan 36% : 42% : 20% : 2%. Perlakuan yang diberikan yaitu
P0 (36% Jagung putih, 42% konsentrat, 20% dedak padi, dan 2% mineral) sebagai kontrol,
P1 (Ransum kontrol + 1500 IU Vitamin A), P2 (Ransum kontrol + 3000 IU Vitamin A), P3
(Ransum kontrol + 4500 IU Vitamin A). Parameter yang diamati adalah Produksi Telur,
Konversi Pakan, Berat Telur, Tebal Kerabang Telur, Warna Kuning Telur, dan nilai Haugh
Unit (HU).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A dalam ransum sampai
aras 4500 International Unit (IU) berpengaruh tidak nyata terhadap Produksi Telur,
Konversi Pakan, Berat Telur, Tebal kerabang Telur dan nilai Haugh Unit (HU), namun
berpengaruh sangat nyata terhadap warna kuning Telur. Rerata produksi Telur (HDA%)
selama penelitian adalah 75,25; 75,71; 76,81; dan 81,56 (%). Konversi Pakan 5,03; 4,14;
3,64; dan 3,29. Berat Telur 10,84; 10,88; 10,96; dan 11,24 (g). Tebal Kerabang Telur 0,27;
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
0,27; 0,28; dan 0,29 (mm). Warna Kuning Telur 1,19; 1,24; 2,35; dan 2,51. Nilai Haugh
Unit (HU) 77,61; 77,84; 78,25; dan 78,53.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi vitamin A dalam ransum sampai
aras 4500 IU belum mampu memperbaiki produksi telur, konversi pakan, berat telur, tebal
kerabang telur, dan nilai haugh unit (HU), namun mampu memperbaiki warna kuning telur.
Kata kunci : puyuh Coturnix coturnix japonica, Vitamin A, Produksi dan kualitas telur
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
by
Angger Dewansyah
H 0506003
Quail is one poultry necessary to be developed and improved for its production
because it is very potential to produce animal protein in the form of egg. The advantage of
quail cultivation is that the quail produces egg in six-week age, do not need large capital, is
easily to care, and can be done in limited area. In order to produce the good production and
quality of egg, the complete nutrients content such as energy, protein, vitamin, mineral and
water in the ration are needed. Vitamin is one of nutrient elements needed by the quail.
This research aimed to find out the effect of vitamin A supplementation in the ration
on the production and quality of quail egg. This study was carried out in Experimental cage
of Animal Husbandry Department of Agricultural Faculty of Sebelas Maret University
located in Jatikuwung Village of Gondangrejo, Karanganyar Regency from February 13 to
April 25, 2010. The material used included female Coturnix coturnix japonica quail at 46
days age with the average body weight of 99.9 ± 8.09 gram. The design used was One-Way
Completely Random Design (CRD) with 4 treatments, 5 repetitions consisted of 4 female
quails each.
The ration used consisted of white corn, concentrate produced of Pt. Gold Coin, rice
bran, and mineral with the ratio of 36% : 42% : 20% : 2%. The treatment given included P0
(36% white corn, 42% concentrate, 20% rice bran, and 2% mineral) as the control, P1
(control ration + 1500 IU vitamin A), P2 (Control ration + 1500 IU vitamin A), P3 (Control
ration + 4500 IU vitamin A). The parameters observed were egg production, feed
conversion, egg weight, eggshell thickness, yolk color, and Haugh Unit (HU) value.
The result of research showed that vitamin A supplementation up to 4500
international unit (IU) in the ration affected insignificantly the egg production, feed
conversion, egg weight, eggshell thickness, and Haugh Unit value (HU) but affected
significantly the yolk color. The mean egg productions (HDA) during the research were
75.25, 75.71, 76.81, and 81.56 (%); feed conversions were 5.03, 4.14, 3.64, and 3.29; egg
weight were 10.84, 10.88, 10.96, and 11.24 (g); eggshell thickness were 0.27, 0.27, 0.28,
and 0.29 (mm); yolk color were 1.19, 1.24, 2.35, and 2.51; and Haugh Unit (HU) value
were 77.61, 77.84, 78.25, and 78.53.
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keywords: Coturnix coturnix japonica quail, vitamin A, production and quality of egg.
commit to user
xiii
EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM Kata kunci : puyuh Coturnix coturnix japonica, Vitamin A, Produksi dan kualitas telur
TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG
1)
PUYUH Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Angger Dewansyah1) 2)
Dosen Pembimbing Utama
Ir. Sudiyono, MS2) 3)
Dosen Pembimbing Pendamping
Dr. Ir. Sudibya, MS3)
ABSTRAK
Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan dan
ditingkatkan produksinya karena sangat potensial untuk cepat menghasilkan kebutuhan
protein hewani berupa telur bagi masyarakat. Kelebihan usaha puyuh adalah pada umur
enam minggu sudah berproduksi, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudah
pemeliharaan serta dapat diusahakan pada lahan yang terbatas. Untuk menghasilkan produksi
dan kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kandungan nutrien dalam ransum secara
lengkap seperti energi, protein, vitamin, mineral, dan air. Vitamin merupakan salah satu
unsur nutrien yang dibutuhkan oleh burung puyuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek suplementasi vitamin A dalam
ransum terhadap produksi dan kualitas telur burung puyuh. Penelitian ini dilaksanakan di
Kandang Percobaan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
bertempat di Desa Jatikuwung Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Rt/Rw :
001/007 pada tanggal 13 Februari sampai dengan 25 April 2010. Materi yang digunakan
adalah 80 ekor puyuh betina Coturnix coturnix japonica fase layer yang berumur 46 hari
dengan rata-rata bobot badan 99,9 + 8,09 gram. Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Searah dengan 4 perlakuan, 5 ulangan dengan
masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor puyuh betina.
Ransum yang digunakan adalah jagung putih, konsentrat Pt. Gold Coin, dedak padi
dan mineral dengan perbandingan 36% : 42% : 20% : 2%. Perlakuan yang diberikan yaitu
P0 (36% Jagung putih, 42% konsentrat, 20% dedak padi, dan 2% mineral) sebagai kontrol,
P1 (Ransum kontrol + 1500 IU Vitamin A), P2 (Ransum kontrol + 3000 IU Vitamin A), P3
(Ransum kontrol + 4500 IU Vitamin A). Parameter yang diamati adalah Produksi Telur,
Konversi Pakan, Berat Telur, Tebal Kerabang Telur, Warna Kuning Telur, dan nilai Haugh
Unit (HU).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A dalam ransum sampai
aras 4500 International Unit (IU) berpengaruh tidak nyata terhadap Produksi Telur, Konversi
Pakan, Berat Telur, Tebal kerabang Telur dan nilai Haugh Unit (HU), namun berpengaruh
sangat nyata terhadap warna kuning Telur. Rerata produksi Telur (HDA%) selama penelitian
adalah 75,25; 75,71; 76,81; dan 81,56 (%). Konversi Pakan 5,03; 4,14; 3,64; dan 3,29. Berat
Telur 10,84; 10,88; 10,96; dan 11,24 (g). Tebal Kerabang Telur 0,27; 0,27; 0,28; dan 0,29
(mm). Warna Kuning Telur 1,19; 1,24; 2,35; dan 2,51. Nilai Haugh Unit (HU) 77,61; 77,84;
78,25; dan 78,53.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi vitamin A dalam ransum sampai
aras 4500 IU belum mampu memperbaiki produksi telur, konversi pakan, berat telur, tebal
kerabang telur, dan nilai haugh unit (HU), namun mampu memperbaiki warna kuning telur.
THE EFFECT OF VITAMIN A SUPPLEMENTATION IN RATION
ON PRODUCTION AND QUALITY OF QUAIL EGG
Angger Dewansyah1)
Ir. Sudiyono, MS2)
Dr. Ir. Sudibya, MS3)
ABSTRACT
Quail is one poultry necessary to be developed and improved for its production
because it is very potential to produce animal protein in the form of egg. The advantage of
quail cultivation is that the quail produces egg in six-week age, do not need large capital, is
easily to care, and can be done in limited area. In order to produce the good production and
quality of egg, the complete nutrients content such as energy, protein, vitamin, mineral and
water in the ration are needed. Vitamin is one of nutrient elements needed by the quail.
This research aimed to find out the effect of vitamin A supplementation in the
ration on the production and quality of quail egg. This study was carried out in Experimental
cage of Animal Husbandry Department of Agricultural Faculty of Sebelas Maret University
located in Jatikuwung Village of Gondangrejo, Karanganyar Regency from February 13 to
April 25, 2010. The material used included female Coturnix coturnix japonica quail at 46
days age with the average body weight of 99.9 ± 8.09 gram. The design used was One-Way
Completely Random Design (CRD) with 4 treatments, 5 repetitions consisted of 4 female
quails each.
The ration used consisted of white corn, concentrate produced of Pt. Gold Coin,
rice bran, and mineral with the ratio of 36% : 42% : 20% : 2%. The treatment given included
P0 (36% white corn, 42% concentrate, 20% rice bran, and 2% mineral) as the control, P1
(control ration + 1500 IU vitamin A), P2 (Control ration + 1500 IU vitamin A), P3 (Control
ration + 4500 IU vitamin A). The parameters observed were egg production, feed
conversion, egg weight, eggshell thickness, yolk color, and Haugh Unit (HU) value.
The result of research showed that vitamin A supplementation up to 4500
international unit (IU) in the ration affected insignificantly the egg production, feed
conversion, egg weight, eggshell thickness, and Haugh Unit value (HU) but affected
significantly the yolk color. The mean egg productions (HDA) during the research were
75.25, 75.71, 76.81, and 81.56 (%); feed conversions were 5.03, 4.14, 3.64, and 3.29; egg
weight were 10.84, 10.88, 10.96, and 11.24 (g); eggshell thickness were 0.27, 0.27, 0.28, and
0.29 (mm); yolk color were 1.19, 1.24, 2.35, and 2.51; and Haugh Unit (HU) value were
77.61, 77.84, 78.25, and 78.53.
The conclusion of research was that the vitamin A supplementation up to 4500
international unit (IU) in the ration could not improve the egg production, feed conversion,
egg weight, eggshell thickness, and Haugh Unit value (HU) but improved the yolk color.
Keywords: Coturnix coturnix japonica quail, vitamin A, production and quality of egg.
1)
University Student of Study Program Animal Husbandry Faculty of Agriculture Sebelas
Maret University Surakarta.
2)
Lecturer Examiners.
3)
Lecturer Guide.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun selalu
meningkat, hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
selama dua puluh lima tahun mendatang meningkat dari 205,1 juta pada tahun
2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Data Statistik Indonesia, 2010).
Peningkatan pertumbuhan penduduk memaksakan penyediaan pangan produk
peternakan harus dihasilkan dengan cepat agar dapat mengimbangi kebutuhan
masyarakat tersebut. Sektor peternakan yang paling cepat menghasilkan
produk pangan adalah dunia perunggasan karena memerlukan waktu yang
singkat untuk menghasilkan produk pangan berupa telur dan daging. Salah
satu contohnya adalah burung puyuh.
Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan
dan ditingkatkan produksinya karena produksinya cepat, dalam waktu kurang
lebih 41 hari puyuh mampu menghasilkan telur, dalam setahun puyuh mampu
menghasilkan 250-300 butir telur. Telur puyuh mempunyai kandungan gizi
yang tinggi, karena telur puyuh mengandung 13,1% protein dan lemak sebesar
11,1%, ini lebih baik daripada telur ayam ras dimana mengandung 12,7%
protein dan 11,3% lemak. (Listiyowati dan Roospitasari, 1992). Untuk
memperoleh produksi dan kualitas telur yang baik maka kebutuhan nutrien
yang dibutuhkan puyuh di dalam ransum harus lengkap diantaranya kebutuhan
protein, energi, vitamin, mineral, dan air harus tersedia (Rasyaf, 1983).
Vitamin masuk kedalam salah satu nutrien yang dibutuhkan puyuh.
Vitamin merupakan komponen zat kimia penyusun kehidupan yang tidak
dapat disintesis oleh tubuh, berperan penting yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil, berfungsi sebagai menjaga secara normal jaringan tubuh, untuk
kesehatan, maintenance, dan pertumbuhan jaringan. Secara klasik vitamin
dibagi atas dasar kelarutannya, yaitu vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E,
K) dan vitamin yang larut dalam air (kelompok vitamin B) (Prawirokusumo,
1990). Vitamin A merupakancommit
bagiantodari
uservitamin larut dalam lemak yang
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
B. Rumusan Masalah
Produksi dan kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kualitas
ransum secara lengkap, ransum lengkap merupakan ransum yang mengandung
semua unsur gizi yang dibutuhkan ternak. Unsur gizi tersebut diantaranya
protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Sehingga dalam menyusun ransum
perlu diperhatikan kandungan bahan pakannya.
Pada umumnya peternak dalam menyusun ransum menggunakan bahan
pakan jagung kuning yang memiliki kandungan vitamin A yang tinggi
sehingga kebutuhan vitamin A untuk ternak puyuh tercukupi. Namun dalam
penelitian ini penyusunan ransum menggunakan jagung putih kemungkinan
kandungan vitamin A untuk ternak puyuh akan mengalami defisiensi.
Jagung kuning bila digunakan untuk pakan ayam broiler berpengaruh
terhadap warna kuning kulit sehingga disenangi konsumen, bila digunakan
pada ransum ayam petelur biasanya berpengaruh terhadap warna kuning telur
yang berdampak pada lebih disukai oleh konsumen. Saat ini keberadaan
jagung putih di lapangan berkurang bahkan tidak ada karena para petani
enggan menanam jagung putih. Padahal kandungan nutrien antara jagung
putih dan jagung kuning relatif hampir sama hanya yang membedakan adalah
kandungan xantofil. Dengan demikian suplementasi vitamin A dalam ransum
perlu dilakukan karena kemungkinan akan terjadi defisiensi vitamin A.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi
commit to userdan kualitas telur burung puyuh.
vitamin A dalam ransum terhadap produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Jenis-jenis Puyuh
Coturnix coturnix japonica
Puyuh termasuk family Phasianidae dan ordo Galliformes, dapat
menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir per ekor selama setahun.
Betinanya mulai bertelur pada umur 41 hari. Telurnya berwarna coklat tua,
biru, putih dengan bintik-bintik hitam, coklat dan biru. Jantan dewasa
didentifikasikan dengan bulu-bulu berwarna coklat muda pada bagian atas
kerongkongan dan dada yang merata. Betina dewasa warnanya mirip dengan
jantan, kecuali bulu pada kerongkongan dan pada dada bagian atas warna
coklat muda lebih terang, dihiasi totol-totol coklat tua (Listiyowati dan
Roospitasari, 2009).
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
B. Vitamin A
Vitamin A mempunyai hubungan dengan beberapa macam proses tubuh
yaitu (1) stereoisomer dari retinol, disebut retinen, memegang peranan utama
dalam penglihatan. Vitamin A diperlukan untuk ; (2) mencegah ataxia hebat
pada ayam muda; (3) pertumbuhan; (4) memelihara membran mukosa yang
normal; (5) reproduksi; (6) pertumbuhan yang baik dari matrix tulang; dan (7)
tekanan cairan cerebrospinal yang normal (Wahyu, 1997).
Fungsi vitamin A adalah untuk menjaga struktur dan fungsi normal sel
epithel dan jaringan syaraf, untuk pertumbuhan, menjaga sekresi mukosa dan
menjaga berat badan (Anggorodi, 1995). Sedangkan menurut Rasyaf (1983)
fungsi vitamin A antara lain adalah meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit. Selain itu penting dalam metabolisme tubuh (Anggorodi, 1985).
Vitamin A terdiri atas empat macam bentuk, yaitu vitamin A acetate :
retinyl acetat, vitamin A alcohol : retinol, vitamin A aldehyde : retinal,
vitamin A acid : retinoic acid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
CH = CH C = 0
CH3
8 10 12 14
Vitamin A aldehyde (retinal)
Kristal vitamin A berwarna kuning orange. Bentuk prekursor vitamin A
commit
adalah karoten dan mempunyai tigatobentuk
user isomer yakni alpha, beta, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
gama karoten. Vitamin A terurai oleh oksidasi atau oleh sinar matahari.
Pemanasan pada temperatur tinggi tanpa udara hanya sedikit menimbulkan
pengaruh. Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam alkohol absolute,
minyak, methanol, dan ether (Maynard and Loosli, 1975). Vitamin A
ditemukan oleh Mc Collum dan Davis ketika mereka mengamati hewan-
hewan yang sakit karena makanannya tidak mengandung lemak atau minyak.
(Anggorodi, 1995).
Karoten dan Provitamin A lainnya diubah menjadi retinol, dan ester
retinil dalam mukosa dinding usus. Sampai sekarang telah diketahui bahwa
hanya satu molekul vitamin A didapat dari satu molekul β-Karoten. Meskipun
demikian telah diperlihatkan bahwa β-Karoten dipecah pada asam karbon
15=15’ oleh enzim β-15,15’ dioxygenase yang menghasilkan dua molekul
vitamin A untuk setiap molekul β-Karoten (Wahyu, 1997).
Vitamin A mempunyai fungsi yang cukup banyak, antara lain berperan
pula dalam daya tahan terhadap penyakit. Vitamin A dapat disintesa dalam
tubuh dari karoten yang terdapat dalam jagung kuning. Pemberian karoten
juga sebagai salah satu alternatif pemberian selain vitamin A itu sendiri.
Vitamin A yang dibutuhkan untuk puyuh adalah 3300 I.U/Kg ransum dan
mungkin dapat lebih tinggi untuk daerah tropis (Rasyaf, 1983).
Wahyu (1997) menyatakan bahwa untuk menstabilkan vitamin A ini,
ditempuh dua jalan yaitu : 1. Dengan cara mekanis dalam artian dimana
tetesan vitamin A dibungkus oleh lemak yang stabil, gelatine atau wax,
membentuk seperti biji kecil untuk mencegah sebagian besar dari vitamin A
terhadap kontak dengan oksigen sampai dicerna dalam saluran pencernaan
dari hewan, 2. Mengunakan antioksidan yang efektif dalam memperpanjang
periode induksi yang mendahului oksidasi dari vitamin A. Antioksidan yang
sering dipakai adalah 6-ethoxy -1,2-dihydro-2,2,4-trimethyl quinoline
(ethoxyquine).
Beberapa jenis bahan pakan yang bisa digunakan untuk meramu pakan
puyuh adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung daging, tepung ikan, grit,
commit
garam dan vitamin. Jenis vitamin to user
yang dapat digunakan diantaranya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
C. Pakan Puyuh
Semua kebutuhan puyuh harus dipenuhi dari luar tubuhnya, yaitu
kebutuhan akan protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Kesemua unsur gizi
digunakan untuk kebutuhan hidup, menggantikan bagian-bagian tubuh yang
rusak, pembentukan daging dan lemak, pembentukan telur, dan bagian tubuh
yang lain seperti pembentukan bulu (Rasyaf, 1983).
Menurut peternak, puyuh jantan dan betina dewasa setiap hari
membutuhkan ransum buatan pabrik masing-masing sebanyak 50 gram dan
20-30 gram. Sedangkan menurut peneliti, seekor puyuh yang sedang bertelur
hanya membutuhkan 17,8 g/ekor/hari. Ada pendapat lain yang menyebutkan
bahwa kebutuhan ransum puyuh selama dua bulan pertama adalah 0,8 kg.
Pada dua bulan berikutnya, dibutuhkan 1,36 kg. Untuk mencegah pemborosan
pemberian ransum disesuaikan menurut umur yaitu umur 0-1 minggu jumlah
ransum diberikan 2 g, umur 1-2 minggu jumlah ransum diberikan 4 g, umur 2-
4 minggu jumlah ransum diberikan 8 g, umur 4-5 minggu jumlah ransum
diberikan 13 g, umur 5-6 minggu jumlah ransum diberikan 15 g, umur 7-18
minggu jumlah ransum diberikan 19 g. (Listiyowati & Roospitasari, 1992).
Anak puyuh yang baru berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25
persen dan energi metabolis 2900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu, kadar
pakannya dikurangi menjadi 20 persen protein dan 2600 kkal/kg energi
metabolis. Puyuh dewasa yang berumur lebih dari 5 minggu, kebutuhan
protein dan energinya sama dengan puyuh umur 3-5 minggu, sedangkan
puyuh untuk pembibitan (sedang bertelur, dewasa kelamin) tingkat proteinnya
sebesar 18-20 persen. (Listiyowati dan Roospitasari, 2009).
Pengurangan kadar protein dan energi metabolis disebabkan karena
commit
puyuh kecil yang baru berumur to usermasih belum dapat mengkonsumsi
0-3 minggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
E. Produksi Telur
Telur burung puyuh berbeda dengan telur-telur unggas lainnya, sebab telur
burung puyuh mempunyai warna yang bermacam-macam. Warna tersebut
adakalanya coklat tua, biru, putih, dan kekuning-kuningan. Telur-telur tadi
mempunyai bercak-bercak hitam, coklat dan biru. (Listiyowati dan
Roospitasari, 2009)
Menurut Rasyaf (1991), produksi telur adalah upaya untuk memadukan
sumber daya yang terpilih agar menghasilkan telur melalui suatu teknik
beternak yang telah ditentukan. Dalam produksi telur ternak membutuhkan
makanan, ketenangan, dan kesehatan. Selain itu produksi telur tergantung
pada kemampuan genetis unggas dan kualitas serta kuantitas ransum yang
dimakan.
Untuk kebutuhan hidupnya, unggas terutama ayam membutuhkan
sejumlah unsur-unsur gizi seperti : protein, energi, vitamin, mineral, air, dan
commit
unsur tak diketahui, semua itu to useruntuk kebutuhan hidup pokoknya
dibutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
F. Kualitas Telur
Penentuan dan pengukuran kualitas telur mencakup dua hal yakni kualitas
eksterior dan interior. Kualitas eksterior meliputi berat telur, tebal kerabang,
warna kerabang, kebersihan, bentuk serta ukuran telur (indeks telur),
sedangkan kualitas interior meliputi nilai haugh unit (HU), indeks putih telur,
indeks kuning telur dan warna kuning telur. (Stadelman and Cotterill, 1995).
Berat Telur
Besar telur ditentukan oleh banyak faktor termasuk genetik, tahap
kedewasaan, umur, beberapacommit to user dan beberapa zat-zat makanan
obat-obatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
dalam ransum. Faktor yang sangat penting yang mempengaruhi besar telur
adalah protein dan asam amino dalam ransum yang cukup, dan asam linoleat
(Wahyu, 1997).
Penurunan besar telur yang hebat dapat disebabkan oleh defisiensi asam
linoleat. Defisiensi yang hebat pada ayam dewasa, menyebabkan berat telur
hanya 40 gram. Defisiensi asam linoleat terdapat pada ransum yang
mengandung jagung kuning rendah dan tidak ditambahkan dengan lemak
(Wahyu, 1997).
Kerabang Telur
Kualitas kerabang Telur dilakukan dengan pengukuran kerabang telur
yang terbagi di dalam dua katagori yaitu katagori destruktif dan non destruktif.
metode destruktif terdiri atas : tebal kerabang telur, berat dan persentase
kerabang telur, indeks kerabang telur, dan kekuatan tekan. Sedangkan metode
non destruktif terdiri atas grafitasi spesifik, dan elastisitas kerabang telur
(Yuwanta, 2007).
Telur yang baik yaitu telur yang mempunyai ketebalan kerabang yang
kuat sehingga dapat terhindari dari resiko pecah selama perjalanan. Ketebalan
kerabang sangat menentukan kualitas telur karena dapat melindungi kualitas
bagian dalam (Anggorodi, 1985).
Kualitas kerabang ditentukan oleh ketebalan kerabang dan struktur
kerabang kemudian Ca dan P dalam ransum serta vitamin D yang cukup
dalam ransum berperan dalam kualitas kerabang telur. Lebih lanjut dikatakan
bahwa pembentukan kerabang telur memerlukan pemasukan ion-ion Ca yang
cukup dan ion-ion karbonat untuk pembentukan CaCO3 dari kerabang telur
(Wahyu, 1997).
Putih Telur
Karakter spesifik terhadap putih telur adalah kandungan protein
(lisosom) yang berperan terhadap kualitas putih telur yang digambarkan pada
kekentalan putih telur yangcommit to user
meliputi putih telur kental dan encer yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
merupakan pembungkus dari kuning telur. Ketika telur dipecah pada kaca,
maka terlihat bahwa putih telur kental melekat pada kuning telur dan menutupi
semua permukaan kuning telur (Yuwanta, 2007).
Untuk menentukan kualitas putih telur digunakan kriteria haugh unit.
haugh unit merupakan satuan nilai dari putih telur dengan cara menghitung
secara logaritma terhadap tinggi putih telur kental dan kemudian
ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi berat telur (Yuwanta,
2007).
Yuwanta (2007) menambahkan bahwa putih kental dibentuk oleh β-
ovomusin yang berinteraksi dengan lisosom secara elektrostatik dengan ion
kalsium dan magnesium sehingga terbentuk komplek putih telur kental. Cara
untuk mengukur sifat fisik putih telur terdiri atas proporsi putih telur kental
dan encer khususnya tinggi atau ketebalan putih telur setelah dipecah, indeks
albumen, perbandingan secara visual antara telur yang sudah dipecah pada
kaca tersebut dengan standar yang dikeluarkan USDA (United States
Department Of Agriculture) dari Amerika, dan haugh unit.
Kuning Telur
Pengukuran nilai dari kuning telur dilakukan dengan menggunakan
indeks kuning telur yaitu perbandingan antara tinggi dengan diameter kuning
telur. Daya tahan membran vitelina dari kuning telur terhadap pecahnya
kuning telur penting untuk menyatakan kualitas kuning telur (Yuwanta, 2007).
Yuwanta (2007) menyatakan bahwa warna kuning telur merupakan
kriteria ketiga tentang kualitas isi telur. Warna kuning telur yang baik
bervariasi antara nilai 9-10 pada skala roche. Rata-rata warna kuning telur
yang beredar di pasaran adalah 8. Sementara di Eropa menginginkan nilai 10-
11 roche.
Warna kuning telur ditentukan oleh pakan yang mengandung karotenoid
yang mempunyai struktur seperti vitamin A. Diantara karotenoid tersebut
adalah xantofil dan lutein (75% pigmen dari luzerne dan 53% jagung kuning)
serta zeaxantin (29% pigmen commit to user
jagung). Pakan yang mengandung 20 ppm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HIPOTESIS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
Ket : Ransum Basal terdiri atas jagung putih 36% + konsentrat 42% + bekatul
20% + mineral 2%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
C. Persiapan Penelitian
1. Persiapan kandang
Kandang terlebih dahulu dibersihkan dengan cara disemprot formalin
yang bertujuan untuk menjaga kebersihan kandang dari mikrobia
pathogen. Tempat pakan dan minum dibersihkan dengan cara direndam
dalam formalin.
2. Persiapan puyuh
Puyuh yang baru datang diberikan Vitasetres untuk mengembalikan
stamina yang berkurang setelah perjalanan selanjutnya Puyuh terlebih
dahulu diadaptasikan selama dua minggu, kemudian dilakukan proses
pemeliharaan.
3. Pemberian vitamin A dalam ransum
Pemberian vitamin A disesuaikan dengan jumlah perlakuan kemudian
ditumbuk hingga halus dan dicampurkan ke dalam ransum, urutan
penyusunan ransum adalah mineral, vitamin A, konsentrat, bekatul, dan
jagung putih.
D. Cara Penelitian
1. Macam penelitian
Penelitian tentang Suplementasi Vitamin A dalam Ransum terhadap
Produksi dan Kualitas Telur Burung Puyuh dilakukan secara
eksperimental.
2. Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola searah dengan 4 perlakuan ( P0, P1, P2, P3). Setiap perlakuan terdiri
dari 5 kali ulangan, dan setiap ulangan terdiri dari 4 ekor puyuh.
Macam perlakuan sebagai berikut :
P0 = Ransum Basal + vitamin A 0 IU per kg ransum
P1 = Ransum Basal + vitamin A 1500 IU per kg ransum
P2 = Ransum Basal + vitamin A 3000 IU per kg ransum
commit
P3 = Ransum Basal + vitamin to user
A 4500 IU per kg ransum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
3. Peubah penelitian
a. Rataan Produksi telur (HDA%)
Rata-rata produksi telur dihitung dengan cara :
HDA (%) = Jumlah telur dalam satu hari X 100%
Jumlah puyuh yang ada setiap hari
b. Rataan Konversi Pakan
Rata-rata konversi pakan dihitung dengan cara :
Konversi Pakan = Jumlah pakan yang dihabiskan
Jumlah berat telur yang dihasilkan
c. Rataan Berat Telur (g/ekor/hari)
Rata-rata berat telur dihitung dengan cara :
Berat telur (g) = Jumlah berat telur yang dihasilkan
Jumlah telur yang dihasilkan
d. Tebal Kerabang Telur (mm)
Telur terlebih dahulu dipecahkan, kemudian diukur Tebal
kerabangnya dengan alat dial shell thicknes pada bagian ujung runcing,
ujung tumpul, dan bagian tengah, barulah dirata-ratakan. Dinyatakan
dalam satuan mm.
e. Warna Kuning Telur
Nilai warna kuning telur diperoleh dengan cara membandingkan
warna kuning telur puyuh dengan Yolk Colour Fan.
f. Nilai Haugh Unit (HU)
Nilai Haugh Unit diperoleh dengan cara telur dipecahkan terlebih
dahulu untuk dicari tinggi albumennya dengan alat Deepth Micrometer.
Setelah mendapatkan nilai tinggi albumen, selanjutnya dikonversikan
dalam satuan HU dengan rumus :
HU = 100 log (H+7,57-1,7 W0,37)
Keterangan : HU = Haugh Unit
H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur (Card, 1975) disitasi Sudibya (1989).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
4. Pelaksanaan penelitian
Pengumpulan data rataan produksi telur, rataan konversi pakan, dan
rataan berat telur dilakukan ketika puyuh sudah bertelur yaitu pada umur
46 hari. Sedangkan data rataan tebal kerabang telur, warna kuning telur,
dan tinggi albumen dilakukan tiga kali dalam tiga hari pada tanggal akhir
bulan periode penelitian. Pemberian pakan dan minum dilakukan satu kali
sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB secara ad libitum
Tabel 5. Anava
Sumber Variasi db jk KT Fhit Ftab
5% 1%
Perlakuan 3 JkP KTp KTp/KT6
P0 Vs P1, P2, P3 1 Jkp1 KTp1
P1 Vs, P2, P3 1 Jkp2 KTp2
P2, Vs, P3 1 Jkp3 KTp3
Galat/Eror 16 Jk6 KT6 Sd = ….
Total 19 19 Jkk KTk KK=…..%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Produksi Telur
Rata-rata produksi telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata produksi telur (HDA%)
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3 4 5
P0 75,52 76,79 72,55 78,06 73,33 75,25
P1 76,50 77,57 75,56 74,43 74,49 75,71
P2 73,31 81,62 62,19 84,31 82,61 76,81
P3 85,50 75,02 81,48 81,25 84,57 81,56
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
B. Konversi Pakan
Rata-rata Konversi Pakan puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata konversi pakan
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3 4 5
P0 4,74 3,30 5,70 5,62 5,81 5,03
P1 3,48 3,83 4,72 3,68 5,00 4,14
P2 2,89 5,92 2,92 3,33 3,12 3,64
P3 3,34 3,01 4,49 2,72 2,90 3,29
C. Berat Telur
Rata-rata berat telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata berat telur (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3 4 5
P0 10,53 11,11 11,21 10,72 10,62 10,84
P1 10,84 10,55 10,73 11,19 11,10 10,88
P2 11,15 11,19 10,76 10,57 11,12 10,96
P3 10,98 11,14 11,25 11,48 11,36 11,24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Nilai ketebalan kerabang telur yang didapat pada penelitian ini berkisar
antara 0,27 mm hingga 0,29 mm, sedangkan Stadelman dan Cotteril (1995)
menyatakan tebal kerabang normal adalah 0,20 mm hingga 0,33 mm, oleh
karena itu rata-rata tebal kerabang dalam penelitian ini masih dalam batas
yang normal.
Hasil analisis statistik tercantum pada lampiran 4, sedangkan rata-rata
Tebal Kerabang Telur dapat dilihat pada Gambar 4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Rata-rata nilai Haugh Unit (HU) yang diperoleh selama penelitian untuk
masing-masing perlakuan P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 77,61;
77,84; 78,25; dan 78,53. Hasil analisis variansi nilai HU menunjukan hasil
yang berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini berarti suplementasi vitamin A
dalam ransum hingga 4500 IU berpengaruh tidak nyata terhadap nilai HU, ini
disebabkan karena nilai haugh unit (HU) merupakan logaritma terhadap tinggi
albumen dan kemudian ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi
berat telur, sehingga apabila nilai berat telur yang diperoleh berbeda tidak
nyata, maka dapat menyebabkan nilai haugh unit berbeda tidak nyata, seperti
pernyataan Stadelman and Cotterill (1995) faktor yang mempengaruhi nilai
HU adalah tinggi putih telur dan berat telur.
Hasil penelitian nilai haugh unit ini memiliki rata-rata antara 77,61
hingga 78,53 sehingga telur puyuh tersebut tergolong kedalam kualitas A
commit to user
sesuai pendapat Yuwanta, (2007). Telur yang mempunyai nilai HU>79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah suplementasi vitamin A sampai aras
4500 IU ke dalam ransum belum mampu memperbaiki produksi telur,
konversi pakan, berat telur, ketebalan kerabang telur, dan nilai Haugh Unit,
namun mampu memperbaiki terhadap nilai warna kuning telur (Yolk).
B. Saran
Saran dari penelitian adalah suplementasi vitamin A ke dalam ransum
puyuh dapat dilakukan dengan aras 3300 IU. sampai 4500 IU.
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Wahyu, J., 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Wells, R. G. and C.G. Belyavin, 1987. Egg Quality-current Problems and Recent
Advances. Poultry Science Symposium 20. Butterworth and Co. Publ.
England.
Yuwanta, T., 2007. Telur dan Produksi Telur. Universitas Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.
commit to user