id
TUGAS AKHIR
Oleh :
Dwi Martanto
H 3408016
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Ahli Madya Peternakan Di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Dwi Martanto
H 3408016
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji I Penguji II
Dekan
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan segala rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini dengan judul “Manajemen Breeding Sapi Potong Di Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Sragen”, untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna
memperoleh derajat Ahli Madya di Program Studi Agribisnis Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyelesaian Tugas Akhir ini tak lepas dari bantuan dan kerjasama
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, kami sampaikan banyak terima
kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program Diploma III Agribisnis Minat Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. Lutojo MP dan Bapak Ir. YBP. Subagyo MS Selaku Dosen
Pembimbing
4. Ir. Eka Rini M.T.L.dan Bapak Joko Isgiyanto, SST Selaku Kepala Dinas
dan kepala UPTD Aneka Usaha Ternak
5. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan do’a
6. Semua pihak yang penulis tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkannya. Kritik dan saran sangat saya harapkan untuk menyempurnakan
laporan ini.
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Magang Perusahaan ................................................................. 2
1. Tujuan Umum .................................................................................. 2
2. Tujuan Khusus ................................................................................. 2
C. Perumusan Masalah ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
A. Bangsa Sapi Potong ............................................................................ 4
B. Perkandangan ....................................................................................... 5
C. Pakan .................................................................................................... 6
D. Reproduksi/Perkawinan ...................................................................... 7
E. Kesehatan dan Penyakit Hewan .......................................................... 8
F. Penanganan Limbah ............................................................................ 8
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN .............................................. 10
A. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan ............................................. 10
B. Materi dan Metode ............................................................................... 10
1. Materi ............................................................................................... 10
2. Metode ............................................................................................. 10
C. Cara Pengambilan Data ........................................................................ 11
1. Pengamatan ...................................................................................... 11
2. Wawancara ...................................................................................... 11
2. Studi Pustaka .................................................................................... 11
commit to user
D. Sumber Data ......................................................................................... 12
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur Organisasi ..................................................................................... 16
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang peternakan merupakan salah satu potensi yang penting diindonesia untuk
diusahakan serta mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan menjadi industri
peternakan yang sangat berarti dimasa mendatang. Kebutuhan akan konsumsi daging sapi
setiap tahunnya selalu meningkat, sementara pemenuhan akan kebutuhan daging sapi selalu
negatif artinya jumlah permintaan lebih tinggi dari pada peningkatan daging sapi sebagai
konsumsi sehingga usaha peternakan sapi potong perlu dikembangkan (Murtidjo, 1990).
Seiring dengan permintaan masyarakat akan produk peternakan ini yang semakin
meningkat, maka diperlukan teknologi yang baik. Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008),
umumnya para peternak di Indonesia di dalam usahanya masih menggunakan cara
tradisional, mereka banyak menyerahkan kepada alam. Pengadaan bibit, pemberian pakan
dan pemeliharaan belum menggunakan teknologi modern. Pemeliharaan sapi yang mereka
lakukan hanyalah sebagai usaha sampingan saja. Dalam usaha pemeliharaaan tersebut
umumnya tanpa dilandassi ilmu pengetahuan. Mereka kurang mengenal apa yang disebut
breeding sapi, feeding dan management.
Padahal untuk melakukan perbaikan dan peningkatan produksi sapi potong memang
tidak mudah karena menyangkut banyak faktor yaitu : pemilihan bibit atau bakalan, makanan
yang baik, pengelolaan yang baik, penanganan terhadap penyakit dan pemasaran. Unsur -
unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus mutlak
diusahakan sebagai pendukung untuk mencapai produksi yang maksimal.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Aneka Usaha Ternak merupakan salah satu unit
usaha milik Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen yang bergerak dalam bidang
pembibitan sapi. UPTD Aneka Usaha Ternak berlokasi di Dusun Kliro, Desa Dawung,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. UPTD Aneka Usaha Ternak sampai
tanggal 18 Maret 2011 memiliki ternak sapi 154 ekor dengan indukan sejumlah 88 ekor,
dengan rincian : bunting 8 ekor dengan kebuntingan 3-6 bulan 4 ekor, sedangkan 4 ekor
dengan kebuntingan 6-8 bulan dan yang laktasi 10 ekor, sapi dara 39 ekor, lepas sapih 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ekor dan pedet 15 ekor. Jumlah ternak tidak selalu sama karena jumlahnya selalu berubah
tiap tahunnya.
Dalam kegiatan magang ini diharapkan menjadi sarana belajar mahasiswa tentang
semua hal yang belum dipelajari diperkuliahan. Karena dalam kegiatan magang, mahasiswa
akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja dilingkungan yang baru dan bagaimana
berinteraksi serta beradaptasi dengan masyarakat perusahaan. Sehingga dapat menambah
ketrampilan sebagai lulusan dari perguruan tinggi yang akan berkompetensi didunia kerja.
C. Perumusan Masalah
Seiring dengan perkembangan penduduk yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang
cukup tinggi maka kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani turut
meningkat. Masyarakat yang semakin maju, kini telah menyadari arti dari peningkatan nilai
gizi dalam makanan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan daging, terutama daging sapi maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
peluang usaha ini banyak diminati pengusaha untuk membuka usaha peternakan khususnya
peternakan sapi potong.
Semua aktivitas yang berhubungan dengan perbaikan populasi atau kelompok ternak
bibit dapat dilaksanakan dengan meningkatkan kualitas genetik ternak. Dengan adanya
kemajuan teknologi, peningkatan kualitas genetik diupayakan melalui Inseminasi Buatan
(IB) atau perkawinan buatan dengan menggunakan seperma dari pejantan-pejantan unggul.
Perumusan masalah mengenai manajemen breeding sapi potong di peternakan UPTD
Aneka Usaha Ternak yang dapat diuraikan, antara lain:
1.Bagaimana sistem pemberian pakan pada ternak
2. Bagaimana sistem perkawinan yang dilaksanakan, apakah dengan alam atau secara IB
3.Bagaimana menejemen pembibitan ternak sapi potong yang dijalankan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Brahman Cross (ABC) yang biasa dilengkapi sertifikat untuk menunjukkan presentase genetik
sapi Brahman (Abidin, 2002).
B. Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal ternak sepanjang waktu, sehingga pembangunan
kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa menjamin hidup yang
sehat dan nyaman. Bangunan kandang harus memberikan jaminan hidup yang nyaman bagi
sapi dan tidak menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaan tata laksana. Oleh karena itu
konstruksi, bentuk, macam kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna.
Dinding, atap, lantai, tempat pakan serta tempat minum serta adanya saluran drainase yang
menuju bak penampung kotoran (Anonimus, 1991).
Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal dan kandang
ganda. Kandang tunggal terdiri satu baris kandang yang dilengkapi lorong jalan dan selokan
atau parit. Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling berhadapan head to head dan sapi
saling bertolak belakang tail to tail yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian
pakan dan pengontrolan ternak (Ngadiyono, 2007). Fungsi kandang adalah melindungi sapi
potong dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol agar sapi
tidak merusak tanaman di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi
dari hewan pengganggu, dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut (Abidin,
2006).
Perlengkapan kandang untuk ternak sapi potong adalah tempat pakan dan tempat
minum permanen dari semen, lebih menghemat tenaga kerja dan tahan lama. Saluran
pembuangan air, air kencing dan tempat penampungan kotoran, sisa-sisa pakan tersedia diluar
kandang. Peralatan kandang seperti sekop, sapu lidi, arit atau parang untuk memotong hijauan
( BPTP, 2001 ).
C. Pakan
Pakan mempunyai peranan yang penting, baik diperlukan bagi ternak-ternak untuk
mempertahankan hidupnya dan menghasilkan suatu produksi serta tenaga, bagi ternak dewasa
berfungsi untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada
seekor ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa pakan yang
diberikan pada ternak tersebut harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh
commit to user
dengan kualitas yang baik (Sugeng, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yang unggul dapat
dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez, 1993).
Letak kebuntingan pada ternak sapi biasanya pada daerah perut bagian kanan. Hal ini
disebabkan aktivitas ovarium kanan dan kiri tidak sama ovarium kanan pada sapi lebih aktif
dan besar bila dibandingkan dengan Ovarium kiri. Volume uterus mengembang mengikuti
pertumbuhan embrio atau foetus yang dikandungnya. Bagian cornu uterus akan berangsur
turun, biasanya terjadi pada usia kebuntingan 90 hari. Pada umur 4 bulan ujung uterus sampai
kedasar ruang perut. Pada usia 5 bulan dasar perut dipenuhi oleh uterus yang bunting. Pada
usia 9 bulan, dinding uterus bersentuhan dengan dinding rektum (Sugeng, 2003).
Pemeriksaan kebuntingan pada sapi selain dapat untuk menentukan usia kebuntingan
ternak sapi juga sekaligus dapat untuk menentukan diagnosa perbedaan antara kebuntingan
dengan kelainan atau gangguan pada organ reproduksi. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan
secara teratur dengan interval waktu antara 30-40 hari dari inseminasi terakhir. Sapi yang
kemudian dinyatakan bunting, diperiksa kembali setelah 90-120 hari setelah pemeriksaan
kebuntingan yang terakhir. Dengan demikian dapat untuk menghindari inseminasi ulang pada
sapi yang sedang bunting (Partodiharjo, 1980).
sapi potong antara lain vaksinasi untuk pencegahan terhadap penyakit brucellosis dan anthrax
yang pernah berjangkit di jawa barat dan jawa tengah (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Metode recording digunakan untuk identifikasi pada ternak dengan memberi tanda
pada bagian tubuh hewan ternak. Pemberian tanda dapat secara permanen ataupun secara
sementara. Pemberian tanda secara sementara diperlukan untuk mementau masa birahi,
pembasmian penyakit untuk di keluarkan (culling) (Williamson,1993).
F. Penanganan Limbah
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti
usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya.
Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,
embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain
(Sihombing, 2000).
Limbah kandang yang berupa kotoran ternak, baik padat (feses) maupun cair (air
Kencing, air bekas mandi sapi, air bekas mencuci kandang dan prasarana kandang) serta sisa
pakan yang tercecer merupakan sumber pencemaran lingkungan paling dominan diarea
peternakan. Limbah kandang dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan bau yang
menyengat, sehingga perlu penaganan khusus agar tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan (Sarwono dan Arianto, 2002).
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik
seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk
disebut pula pupuk organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik (Indriani,
1999).
Limbah sapi dapat berupa kotoran atau feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi yang
dijadikan kompos atau pupuk organic banyak diminati masyarakat. Hal ini disebabkan harga
pupuk kimia relatif mahal dan merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi
kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi sumber penghasilan tambahan. Pengolahan
limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang
digunakan (Sudono et.al,2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN
D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada dua
jenis yaitu :
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Dalam
pelaksanaa kegiatan magang perusahaan ini data primer didapat dari wawancara dengan
kepala UPTD Aneka Usaha Ternak, penanggung jawab divisi sapi, penanggung jawab
divisi pakan, staf dan anak kandang UPTD Aneka Usaha Ternak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Dalam kegiatan magang perusahaan ini yang menjadi data skunder adalah data yang
diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada diperusahaan dan jurnal yang
berhubungan dengan kegiatan magang perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Lokasi Perusahaan
Lokasi UPTD Aneka Usaha Ternak berada di Dusun Kliro Desa Dawung
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah. Menempati lahan
seluas kurang lebih 5700 m2, lokasi dipilih dengan mempertimbangkan faktor-faktor
primer dan juga sekunder. Faktor primer yaitu dekat dengan pasar, mudah
mendapatkan bahan baku, tersedianya fasilitas pengangkutan yang mudah dan
tersedianya tenaga kerja yang cukup. Sedangkan faktor sekunder yaitu lokasi
perusahaan terletak pada area yang cukup luas dan masih memungkinkan untuk
mengadakan ekspansi yang akan datang serta ditunjang dengan adanya jaminan
keamanan lingkungan bisnis.
Lokasi UPTD Aneka Usaha Ternak berjarak kurang lebih 15 Km dari pusat
kota sragen. Keadaan topografi terletak didaerah berbukit-bukit, dekat dengan gunung
lawu Jawa Timur, dengan ketinggian lokasi kurang lebih 320 m diatas permukaan
laut, kelembapan udara berkisar 60-70 % sedangkan untuk suhunya berkisar 27-30 0C.
Luas keseluruhan area pada UPTD Aneka Usaha Ternak 5700 m2 yang meliputi :
kantor, kandang sapi, kandang domba, kandang isolasi, kandang ayam, kandang kuda,
kandang cacing, gudang pakan, gudang jerami, pabrik pakan mini, gudang pupuk, pos
jaga dan tower air.
3. Populasi Ternak
Jenis sapi yang dipelihara di UPTD Aneka Usaha Ternak yakni sapi Brangus,
Brahman dan PO (Peranakan Ongole). Namun sekarang banyak didominasi oleh sapi
PO, karena terkait dari proyek pemerintah. Keseluruhan sapi yang diusahakan berupa
sapi indukan (betina) karena bidang yang diusahakan adalah pembibitan. Sapi-sapi
tersebut dikelompokan dari sapi pedet, sapi dara serta indukan bunting dan menyusui.
Pedet yang dihasilkan di UPTD Aneka Usaha Ternak merupakan hasil dari Inseminasi
Buatan (IB) dan Embrio Transfer, namun yang lebih banyak keberhasilannya adalah
dengan IB.
Jumlah sapi yang terdapat di UPTD Aneka Usaha Ternak sampai tanggal 18
commit
Maret 2011 memiliki ternak sapi 154 ekortodengan
user indukan sejumlah 88 ekor, dengan
rincian : bunting 8 ekor dengan kebuntingan 3-6 bulan 4 ekor, sedangkan 4 ekor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan kebuntingan 6-8 bulan dan yang laktasi 10 ekor. sapi dara 39 ekor, lepas
sapih 12 ekor dan pedet 15 ekor. Jumlah ternak tidak selalu sama karena jumlahnya
selalu berubah tiap tahunnya.
B. Manajemen Perusahaan
1. Struktur Organisasi
Jumlah tenaga kerja di UPTD Aneka Usaha Ternak yaitu 23 orang. Adapun
struktur organisasi di UPTD Aneka Usaha Ternak dinas peternakan dan perikanan
kabupaten sragen dapat dilihat pada gambar berikut:
KEPALA DINAS
1. Pemilihan Bibit
a. Pejantan dan ciri – ciri spesifikasi
Jenis sapi yang digunakan dalam usaha pembibitan pada UPTD Aneka Usaha
Ternak adalah jenis sapi potong terutama sapi PO (Peranakan Ongole) dan Brangus.
Sapi brangus yang dikembangkan di UPTD Aneka Usaha Ternak merupakan
persilangan jenis sapi Brahman dengan jenis sapi angus yang direproduksi secara
Inseminasi Buatan (IB). Hal tersebut dilakukan karena perkawinan sesama sapi
Brangus untuk menghasilkan pedet tergolong sulit.
Ciri-ciri sapi Brahman adalah warnanya bervariasi mulai dari abu-abu muda,
belang-belang pada bagian punuk. Sapi Brahman memiliki punuk dibelakang
kepala. Kelebihan sapi Brahman adalah memiliki ketahanan terhadap kondisi
tatalaksana lingkungan yang minimal yaitu: toleransi terhadap suhu lingkungan
commit
yang tinggi, memiliki kemampuan untuktomengasuh
user anak dan memiliki daya tahan
terhadap penyakit dan parasit. Kelemahan dari sapi Brahman adalah memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
toleransi yang rendah terhadap suhu udara yang rendah dan memiliki fertilitas yang
rendah (Blakely dan Bade, 1991).
Sapi Angus memiliki ciri-ciri antara lain berwarna hitam, tidak bertanduk,
mempunyai bulu yang halus dan ukuran badannya relatif kecil. Kelebihan dari sapi
Angus adalah mempunyai ketahanan terhadap hawa dingin, mempunyai
kemampuan memelihara anak dan menyusui yang baik, tidak mengalami kesulitan
pada waktu melahirkan, memiliki fertilitas yang tinggi, memiliki kualitas karkas
yang baik dengan tulang yang kecil. Kekurangan dari sapi Angus adalah ukuran
badannya yang kecil, dan pada padang pengembalaan jantan tidak suka membuntuti
betina (Blakely dan Bade 1991).
Komposisi darah dari sapi Brangus yang merupakan persilangan antara sapi
Brahman dengan sapi Angus adalah 3/8 bagian darah Brahman dan 5/8 bagian darah
Angus. Ciri-ciri sapi Brangus adalah memiliki warna bulu yang hitam, memiliki
punuk dan tidak bertanduk. Kelebihan dari sapi brangus adalah memiliki
konformasi yang bagus, pertumbuhan yang cepat, memiliki daya tahan terhadap
panas, memiliki daya tahan terhadap parasit serta memiliki kemampuan untuk
mengasuh anak yang baik. Kelemahan sapi Brangus adalah keadaan didaerah paha
belakang kurang tebal (Blakely dan Bade, 1991).
b. Pemilihan Indukan
Pemilihan sapi indukan pada UPTD Aneka Usaha Ternak mengikuti beberapa
kriteria pemilihan yang harus dipenuhi diantaranya :
1) Bangsa sapi adalah bangsa sapi brangus dan PO
2) Memiliki tubuh proposional
3) Umur minimal 2 tahun atau keadaan sapi siap beranak
4) Sapi tidak banyak bergerak
5) Sapi sehat kondisi badanya tidak terlalu kurus
6) Nafsu makan tinggi
Pemilihan indukan sapi Brangus dilakukan oleh Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Sragen. UPTD Aneka Usaha Ternak hanya menerima sapi
indukan dan melakukan tugas untuk memelihara indukan tersebut dan
melaksanakan manajemen reproduksi sehingga induk tersebut dapat bunting dan
dapat menghasilkan anak.
commit to user
2. Sistem Perkawinan / Reproduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Usaha Ternak akan menghubungi pada staf UPTD yang tidak lain Inseminator
untuk selanjutnya akan dilakukan IB.
2.2 Perkawinan
Perkawinan yang dilakukan pada pembibitan sapi potong di UPTD Aneka
Usaha Ternak adalah dengan perkawinan Inseminasi Buatan (IB). Pelaksana
perkawinan atau insenminator IB pada UPTD Aneka Usaha Ternak berasal dari
staf UPTD sendiri.
Pelaksanaan IB memerlukan beberapa peralatan diantaranya :
a. Container untuk menyimpan straw
b. Straw yang berisi semen beku dari bangsa sapi tertentu
c. Pipet insenminasi untuk menembakan atau melepaskan semen beku dari straw
d. Plastic seat digunakan untuk menutup pipet inseminasi
e. Plastik meaten digunakan untuk melindungi tangan dari kotoran sekaligus
mencegah kontak langsung kulit tangan dengan organ reproduksi sapi
f. Gunting
g. Penjepit untuk mengambil straw
Tabel 1. Waktu Optimum Untuk Inseminasi
Pertama Kali Harus Diinseminasi Terlambat
Terlihat Estrus Pada
Pagi Sore hari yang sama Hari
berikutnya
Sore Hari berikutnya Sesudah jam
(pagi) 15.00
besoknya
Sumber : Toelihere (1981)
Straw yang digunakan pada UPTD Aneka Usaha Ternak berasal dari BIB
Lembang Bandung, BIB Ungaran dan BIB Singosari. Kebanyakan straw yang
dipakai di UPTD Aneka Usaha Ternak adalah dari BIB Lembang Bandung,
karena memiliki struktur yang kental dan memiliki kualitas yang baik
dibandingkan dari BIB lain. Straw yang digunakan berasal dari bangsa sapi
Angus, Limosin dan Simental dengan dosis straw 0,25 cc. Setiap straw memiliki
warna yang berbeda-beda tergantung dari jenis bangsa sapi. Straw warna biru
untuk sapi bangsa Brahman, hijau untuk sapi bangsa Brangus, oranye untuk sapi
bangsa Angus, merah untuk sapi bangsa Limosin, putih untuk sapi bangsa
Simental dan biru muda untukcommit to user
sapi bangsa PO. Pelaksanaan IB di UPTD Aneka
Usaha Ternak adalah 9 jam dan 6 jam setelah birahi berakhir. Setiap hari sapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dikontrol untuk mengetahui sapi yang mengalami birahi. Untuk mengetahui gejala
birahi, UPTD Aneka Usaha Ternak menggunakan parameter yaitu dengan melihat
keluarnya cairan bening dari vulva.
Pemberian tanda pengenal pada ternak sangat penting karena untuk
mengetahui recording suatu ternak. Pemberian tanda pengenal ternak di UPTD
Aneka Usaha Ternak menggunakan tanda pengenal yang dikalungkan dan diberi
kode yang berupa angka.
2.3 Kebuntingan
Kebuntingan merupakan hasil dari perkawinan yang berhasil. Oleh karena
itu perlu dilaksanakan pemeriksaan kebuntingan. Pemeriksaan kebuntingan
dilakukan 60-90 hari setelah tidak terjadi birahi kembali. Tanda-tanda
kebuntingan yang nampak pada sapi adalah membesarnya perut bagian kanan. Hal
ini disebabkan kerja ovarium kanan lebih aktif dan besar dibandingkan dengan
kiri. Tanda-tanda lainnya adalah terjadi pembengkakan pada ambing, pantat
nampak membesar, dan vulva mulai membengkak.
Pemeriksaan kebuntingan di UPTD Aneka Usaha Ternak dilakukan 3
bulan sekali. Pemeriksaaan kebuntingan dengan palpasi rektal. Saat pemeriksaan
kebuntingan recording perlu dilaksanakan untuk menghindari inseminasi ulang
pada sapi yang telah bunting. Sapi yang bunting umur 6 bulan lebih akan
dipindahkan pada kandang yang lebih luas. Hal ini selain bertujuan untuk exercise
juga untuk memudahkan dalam penanganan dan pengawasan.
3. Manajemen Pemeliharaan
3.1 Manajemen Pemeliharaan Sapi Bunting
Sapi dinyatakan bunting setelah dilakukan pemeriksaan kebuntingan
apabila dalam 60-90 hari setelah IB sapi tersebut tidak tejadi birahi kembali
(return heat) maka sapi tersebut akan masuk program pemeliharan sapi bunting.
Pemeliharaan sapi bunting di UPTD Aneka Usaha Ternak terdapat 2 kelompok
yaitu sapi bunting muda antara (3-6 bulan) dan sapi yang masuk dalam kebutingan
tua antara (6-9 bulan). Sapi yang bunting tua akan dipindahkan ke kandang
tersendiri agar lebih memudahkan dalam pengawasan.
Hal-hal yang dilakukan dalam pemeliharaan sapi bunting antara lain :
a. Pembersihan sisa pakai dan air minum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pembersihan sisa pakan dan sisa air minum pada sapi bunting dilakukan satu
kali sehari yaitu pada pagi hari mulai pukul 07.30 WIB.
b. Pemberian pakan
Tabel 2. Pemberian Pakan Pada Sapi Bunting
Jenis Pakan Pemberian
Sapi bunting (3-6 bulan) Konsentrat 4 kg/ekor/hari
Hijauan segar 6 kg/ekor/hari
Jerami Adlibitum
Sapi bunting (6-9 bulan) Konsentrat 5 kg/ekor/hari
Hijauan segar 6 kg/ekor/hari
Jerami Adlibitum
Sumber: UPTD Aneka Usaha Ternak (2011)
Dasar pemberian pakan pada sapi bunting di UPTD Aneka Usaha
Ternak adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok induk sapi memenuhi
nutrien embrio sapi. Pakan yang diberikan adalah konsentrat, hijauan dan
jerami. Konsentrat diberikan sebanyak 4 kg/ekor/hari untuk sapi bunting muda
yang diberikan dalam bentuk kering dan untuk sapi yang bunting tua
pemberian konsentrat sebanyak 5 kg/ekor/hari diberikan dalam bentuk kering.
Untuk hijauan segar diberikan sama untuk setiap ternak 6 kg/ekor/hari.
Konsentrat dan hijauan segar diberikan sehari satu kali yaitu pada pagi hari.
Sedangkan untuk jerami diberikan secara adlibitum pada siang dan sore hari.
Perbedaan jumlah pakan yang diberikan antara sapi bunting muda
dengan sapi bunting tua bertujuan untuk meningkatkan asupan nutrisi bagi
induk dan foetus. Saat memasuki umur kebuntingan tua (6-9 bulan) induk
dipindahkan kekandang yang lebih luas dan tali kekangnya juga dikendurkan
agar bergerak lebih leluasa dan bertujuan untuk exercise.
c. Pemberian Air Minum
Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum yaitu dengan cara mengisi
bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan sendirinya air mengalir
memenuhi bak tersebut. Pemberian air minum dilakukan satu hari sekali yaitu
pada pagi hari mulai pukul 07.30 WIB atau setelah pembersihan tempat pakan
dan minum.
3.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Pedet
Tujuan usaha pemeliharaan sapi potong di UPTD Aneka Usaha Ternak,
commit to user
Kabupaten Sragen adalah menghasilkan produk yang berupa anakan atau Pedet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pedet ini didapat dari hasil perkawinan indukan yang dilakukan dengan IB dengan
menggunakan sperma dari pejantan unggul murni. Pedet-pedet inilah yang
nantinya dijual sebagai bakalan atau bibit. Sapi bibit merupakan sapi yang
dipelihara dengan tujuan agar memperoleh anakan, sedangkan bakalan dipelihara
sebagai ternak potong penghasil daging.
Perawatan pedet setelah pedet dilahirkan yaitu dengan membersihkan sisa-
sisa lendir yang terdapat dibagian mulut, hidung dan tubuh pedet dengan kain dan
air hangat. Selanjutnya tali pusar pedet dipotong sekitar 2,5 cm dan bekas
potongan diberikan antibiotik agar tidak terjadi infeksi atau radang pusar yang
dapat menyebabkan penyakit bahkan sampai kematian pedet. Berat badan pedet
lahir untuk pedet jantan kurang lebih antara 20-25 kg sedangkan untuk pedet
betina kurang lebih 15-20 Kg.
Pemeliharaan pedet tidak dipisah dengan indukan dikandang laktasi dan
bebas berkeliaran di dalam dan diluar kandang. Hal ini dilakukan agar
pertumbuhan pedet tidak terhambat. Pedet disapih mulai umur 4 bulan dan setelah
itu dipisah dari induknya dan dilakukan pengeluhan. Pengeluhan biasanya
dilakukan pada umur 4-6 bulan. Hal ini dilakukan karena pada umur tersebut
pedet masih jinak dan selaput hidungnya masih muda atau lunak sehingga mudah
dilakukan pengeluhan. Pada saat pengeluhan, hidung pedet akan mengalami
pendarahan maka perlu dilakukan pemberian antibiotik untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Adapun kegiatan pemeliharaan sapi pedet yang dilakukan di UPTD Aneka
Usaha Ternak, antara lain :
a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan air minum
Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan air minum pada pedet dilakukan
sehari satu kali yaitu pada pukul 07.30 WIB.
b. Pemberian Pakan
Dasar dari pemberian pakan untuk pedet di UPTD Anek Usaha Ternak
adalah untuk kebutuhan nutrien pedet guna memenuhi kebutuhan pokok dan
pertumbuhannya. Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008) jika diharapkan
pedet yang sehat dan baik, cepat tumbuh dan bisa memberikan hasil akhir
yang baik, maka pada bulan-bulan pertama awal hidupnya pedet harus diberi
pakan awal yang memenuhicommit
syarat.toPada
userperiode awal pertumbuhan terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pembersihan sisa pakan dan minum dilakukan satu kali sehari yaitu
mulai pukul 07.30 WIB sampai selesai.
b. Pemberian pakan
Dasar pemberian pakan untuk sapi dara di UPTD Aneka Usaha Ternak
adalah untuk memenuhi hidup pokok dan pertumbuhan.
Tabel 5. Pemberian pakan sapi dara
Jenis Pakan Pemberian
Sapi Dara Konsentrat 4 kg/ekor/hari
Hijauan 6 kg/ekor/hari
Jerami Adlibitum
Sumber : UPTD Aneka Usaha Ternak (2011)
Pemberian pakan pada sapi dara dengan menggunakan konsentrat,
hijauan segar dan jerami. Konsentrat diberikan satu kali sehari pada pagi hari
sebanyak 4 kg/ekor/hari. Pemberian hijauan dilakukan setelah pemberian
konsentrat habis, pemberian hijauan diberikan sebanyak 6 kg/ekor/hari.
Sedangkan pemberian jerami diberikan secara adlibitum yaitu pada siang dan
sore hari.
c. Pemberian air minum
Pemberian air minum pada sapi dara diberikan secara adlibitum yaitu
dengan cara pengisian bak air munum dengan memutar kran sehingga dengan
sendirinya air dapat memenuhi bak tersebut.
4. Pakan
Pakan merupakan kebutuhan yang penting yang harus selalu diperhatikan
dalam setiap usaha peternakan. Setiap hewan ternak membutuhkan unsur-unsur pakan
yang memenuhi syarat yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin
dan air. Unsur tersebut didalam tubuh sapi berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok, memelihara fungsi jaringan tubuh dan menghasilkan energi sehingga sapi
mampu menghasilkan metabolisme yang baik.
Pakan yang digunakan pada pembibitan sapi potong di UPTD Aneka Usaha
Ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat yaitu :
a. Pakan Hijauan
Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun
commit to user
tumbuhan berupa daun-daunan (leguminosa). Pakan hijauan yang digunakan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
UPTD Aneka Usaha Ternak adalah hijauan kering berupa jerami dan hijauan segar
berupa rumput gajah. Untuk jerami diambil dari daerah sragen dan sekitarnya. Pada
musim panen jumlah jerami melimpah akan tetapi pada musim kemarau terdapat
kesulitan untuk mencarinya. Maka di UPTD Aneka Usaha Ternak mengantisipasi
pada musim panen menimbun jerami yang difermentasi supaya dapat mencukupi
kebutuhan sapi. Pemberian jerami di UPTD Aneka Usaha Ternak yaitu secara
adlibitum, waktu pemberiannya pada pukul 12.00 WIB dan sore hari pada pukul
16.00 WIB. Rumput gajah diambil dari kebun sendiri dengan luas ± 3 ha. Rumput
gajah diberikan setiap satu hari sekali pada pukul 10.30 WIB atau setelah
pemberian konsentrat habis. Pemberian hijauan segar sebanyak ± 6 kg untuk
masing-masing sapi tergantung umur sapi dan harus mencukupi semua ternak sapi
sebanyak 154 ekor.
b. Pakan Penguat (Konsentrat)
Pakan penguat adalah pakan yang bernutrisi tinggi dengan serat kasar yang
relatif rendah. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan makanan yang berasal dari
biji-bijian dan hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti jagung giling, bungkil
wijen, dedak, tetes dan onggok. Fungsi pakan penguat (Konsentrat) ini adalah
untuk meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai
gizinya rendah. Pemberian konsentrat dilakukan 1 kali sehari yaitu pada pagi hari
sekitar pukul 08.00 WIB. Jumlah pemberian konsentrat yang diberikan yaitu
kurang lebih 4-5 kg per ekor per hari, tergantung umur sapi. Konsentrat yang
diberikan pada UPTD Aneka Usaha Ternak pada awal pelaksanaan magang terdiri
dari 2 campuran bahan pakan yaitu kulit kacang dan onggok. Akan tetapi campuran
tersebut akan berubah-ubah tergantung dari persediaan bahan pakan yang ada. Hal
ini dikarenakan kurangnya persediaan bahan pakan yang lain untuk campuran.
UPTD Aneka Usaha Ternak memiliki pabrik pakan mini. Pabrik tersebut
digunakan untuk membuat pakan konsentrat, pakan konsentrat tersebut dijual dan
diberi label “Matery Feed”. Pakan tersebut dijual dengan harga Rp 800 per
kilogram. Bahan pakan yang digunakan untuk membuat Matery Feed terdiri dari
bekatul, wheat brand, CGM, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit, onggok dan
tetes tebu. Bahan pakan tersebut didatangkan dari daerah sekitar misalnya
Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri dan Surakarta.
commit to user
5. Perkandangan dan Sanitasi Kandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Diare
Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Eschericia Coli.
Penyakit ini dapat menular apabila kebersihan kandang dan pengelolaan
lingkungan kurang baik. Gejala klinis yang sering nampak adalah diare, dehidrasi,
lesu yang dalam beberapa hari dapat mengakibatkan kematian pada pedet. Sapi
yang terserang penyakit ini akan mengeluarkan feses yang banyak dan encer, bila
tidak segera ditangani dapat mengakibatkan kematian. Bila pedet terserang diare
akan merebah dalam waktu 12-24 jam.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
kandang dan lingkungan sekitar, serta dengan memberikan pakan yang baik untuk
sapi. Pengobatan kasus diare ini dengan menggunakan antibiotik berupa Penstrep
atau Medoxin.
b. Kembung (bloat)
Kembung merupakan keadaan rumen (perut pertama) yang mengembang,
membesar akibat kelebihan gas yang tidak bisa cepat keluar (Soedarmono dan
commitadalah
Sugeng, 2008). Gejala yang tampak to userlambung sebelah kiri atas membesar
dan terasa kencang. Pada bagian itu bila dipukul dengan jari berbunyi seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
drum akibat rentangan perut yang begitu kencang. Pernafasan berat dan kontraksi
rumen sangat kuat sehingga hewan sering terhuyung-huyung atau sebentar-
sebentar berbaring dan berdiri.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan pelayuan atau penjemuran
hijauan, menghindarkan pemberian pakan yang berasal dari jenis leguminosa yang
terlalu banyak dan diusahakan penggembalan ternak tidak terlalu pagi karena
rumput masih basah akibat embun atau air hujan. Pengobatan dilakukan dengan
menggunakan Anti Blot untuk membasmi bakteri penghasil gas. Dan jika keadaan
sudah parah maka dilakukan menusuk perut sebelah kiri dengan trocar.
7. Penaganan Limbah
Limbah khususnya dibidang peternakan dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Limbah yang berupa kotoran sapi (feses dan urine) dan sisa pakan ternak
merupakan media penyebar luasan mikroorganisme pathogen seperti jamur, bakteri
dan parasit yang dapat merugikan manusia maupun ternak itu sendiri. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut maka perlu diadakan penaganan dan pengolahan
limbah ternak menjadi pupuk organik baik padat maupun cair. Pengolahan limbah
tersebut selain untuk mengurangi atau membersihkan mikroorganisme juga dapat
menambah penghasilan tambahan dari penjualan pupuk.
UPTD Aneka Usaha Ternak telah menangani dan mengolah limbah
commit
peternakannya menjadi pupuk organik cair to user pupuk organik padat.
maupun
a. Pengolahan pupuk organik cair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pupuk organik cair yang ada di UPTD Aneka Usaha Ternak dibuat dari
bahan-bahan alami seperti tetes, urin sapi murni, kunyit, lengkuas, temu ireng,
jahe, kencur dan putrowali. Untuk membuat pupuk cair kurang lebih 100 liter
dibutuhkan tetes 5 liter, urin sapi murni 100 liter, kunyit 2 kg, lengkuas, temu
ireng, jahe, kencur dan putrowali masing-masing 2 kg.
Penjualan pupuk cair di UPTD Aneka Usaha Ternak adalah dalam bentuk
pengemasan produk botol. Setiap botol berisi 1 liter yang dijual dengan harga Rp.
10.000,- per botolnya. Sasaran pasar dari penjualan pupuk cair ini adalah petani,
pecinta tanaman hias dan pecinta bunga. Setiap bulan UPTD Aneka Usaha Ternak
mampu menjual 30-40 botol. Produksi tersebut dapat meningkat atau menurun
tergantung permintaan pasar. Dalam pemasaran produk pupuk cair UPTD Aneka
Usaha Ternak menggunakan metode dari mulut ke mulut sebagai media
promosinya. Selain itu juga dilakukan promosi lewat pameran-pameran.
b. Pengolahan pupuk organik padat
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan pupuk organik padat ini
meliputi serbuk gergaji, abu sekam, kalsit stardec dan kotoran ternak. Dengan
prosentase serbuk gergaji 5 %, abu sekam 10%, kalsit 2%, stardec 0,25% dan
kotoran ternak 82,75%.
Ciri-ciri pupuk organik yang telah jadi adalah :
1. Pupuk berwarna coklat kehitam-hitaman
2. Tidak berbau menyengat
3. Tekstur remah dan lembut
4. Suhu telah menjadi dingin
5. Tidak timbul adanya jamur
Pupuk organik padat yang dihasilkan akan dijual untuk menambah
penerimaan dari sisi pengolahan limbah. Penjualan pupuk di UPTD Aneka Usaha
Ternak ini dalam bentuk kemasan 5 kg, dengan harga Rp 350,- per Kg dalam
bentuk halus, sedangkan dalam bentuk pril dengan harga Rp 500,- per kg. namun
untuk pembeli yang membeli dalam jumlah besar pengemasannya dengan
menggunakan karung 50 kg. sasaran dari penjualan pupuk organik padat ini
adalah petani, pecinta bunga, pengusaha tanaman dan instansi pemerintah. Setiap
bulannya UPTD Aneka Usaha Ternak mampu memproduksi pupuk organik padat
commit
sebanyak 1 ton. Namun dapat to user atau meningkat sesuai kebutuhan
menurun
konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengelolaan Breeding sapi potong di UPTD AUT Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Sragen dapat dikatagorikan cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari :
1. UPTD Aneka Usaha Ternak merupakan unit pelaksana teknis Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Sragen, sebagai salah satu usaha pembibitan dan percontohan
sapi sekaligus sebagai tempat untuk studi banding atau tempat magang.
2. Ternak sapi yang dikembangkan adalah sapi Brangus dan sapi Peranakan Ongole
(PO).
3. Sistem perkawinan yang digunakan adalah Inseminasi Buatan (IB) dengan
menggunakan straw produksi BIB Lembang, Ungaran dan Singosari.
4. Limbah yang dihasilkan diolah menjadi produk yang dapat menambah penerimaan,
misalnya dibuat pupuk cair dan pupuk padat.
5. Pakan yang diberikan berupa konsentrat, hijauan segar dan jerami fermentasi.
6. Sistem kandang yang digunakan adalah kandang sistem ganda dengan kandang head
to head dengan bentuk bangunan kandang yang setengah terbuka.
B. Saran
1. Pengontrolan manajemen kesehatan sebaiknya lebih diperhatikan lagi, terutama pada
ternak yang sedang bunting.
2. Pakan konsentrat yang diberikan pedet sebaiknya disesuaikan dengan umur pedet
karena kebutuhan nutrisinya tidak sama dengan induknya.
3. Pengontrolan manajemen perkawinan hendaknya lebih diintensifkan karena masih
banyak terdapat keterlambatan deteksi birahi, serta banyak birahi tersembunyi (silent
heat).
4. Pedet lepas sapih sebaiknya ditempatkan dikandang khusus pedet karena kandang
sebelumnya merupakan kandang indukan sehingga terdapat kesulitan untuk
menjangkau tempat pakan dan minum.
commit to user