id
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
INTAN ASIH DAMAYANTI
H0105064
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2010
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
KAJIAN MORFOLOGI DAN AGROEKOLOGI TUMBUHAN
SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness) DI BERBAGAI HABITAT
Surakarta,
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Penulis
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
RINGKASAN .............................................................................................. ix
SUMMARY ................................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
A. Karakteristik Sambiloto ( Andrographis paniculata Ness) ............ 4
B. Ekologi Tumbuhan .......................................................................... 6
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 9
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 9
B. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 9
C. Cara Kerja Penelitian ...................................................................... 9
D. Variabel Pengamatan ..................................................................... 10
E. Analisa Data ................................................................................... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 14
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 14
1. Morfologi Sambiloto .................................................................. 14
2. Agroekologi Sambiloto ............................................................... 17
3. Analisis Vegetasi......................................................................... 21
commit to user
B. Pembahasan .................................................................................... 28
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
viii
THE STUDY OF CREAT’S (Andrographis paniculata Ness.)
MORPHOLOGY AND AGROECOLOGY IN THE VARIOUS
HABITAT
ABSTRACT
Creat is one of potential medicinal flora in Indonesia. All part of creat can be used as
medicine because of andrograpolid that usefull for medicating some diseases such as to
cure fever, cholera, diabetes, anti-bacterial, liver disorder and maintan endurance. This
plant commonly found wildly in the open area or under the tree and it has not been
cultivated properly. It makes no assurance of quality and threatens the sustainability of
creat germplasm. So the proper cultivation of creat is needed for preventing genetic
erosion. The aim of this research is to identify the morphology and agroecological of creat
and to determine the most suitable area for its growth.
The research is conducted in three altitude differences (Bromo: <400 masl,
Jumantono: 400-700 masl, Tawangmangu: >700 masl) from June until September 2009.
Two types of land use system (yard and under the tree) are taken at every elevation.
Purposive random sampling is used for determining sample plot (20 m x 20 m for tree, 5m
x 5 m for herbaceous, 1 m x 1 m for grass). There is no different morphology of creat in the
three altitudes with the following description of herbs form, seeds, leafy single, square
stems, taproot, compound interest shape bunches of white patches of reddish purple. This
plant can be found at altitude of 0-864 masl both on yard and under the tree except at >700
masl just found in yard. Creat grows 0-13 % of slope, 13.64 until 206.7 watt m-2 of light
intensity, 31-36°C of temperatures, and 52-62 % of humidity. Creat can grow on all soil
types with organic C content of low to high (1.04-4.44 %) and low to high organic matter
(1.88-7.66 %). N total is very low to high (0.1-0.52 %), available P is low to moderate
(11.38-20.66 ppm), exchangable K is low to moderate (0.29-0.42 me%) and pH slightly
sour to slighqtly alkaline (5.7-7.85). The highest INP of creat (1.265) is found at 400-700
masl under the tree and the lowest is at <400 masl beneath the tree (0.2702).
ABSTRAK
Pemanenan sambiloto secara langsung dari alam tanpa ada tindakan budidaya untuk
menjaga kelestarian plasma nutfah sambiloto dapat menyebabkan erosi genetik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi dan agroekologi tumbuhan sambiloto serta
untuk mengidentifikasi habitat yang paling sesuai untuk budidaya sambiloto.
Penelitian dilaksanakan pada tiga ketinggian tempat (Bromo: <400 mdpl,
Jumantono: 400-700 mdpl, Tawangmangu: >700 mdpl) mulai bulan Juni-September 2009.
Setiap elevasi diambil dua tipe penggunaan lahan yaitu di bawah tegakan dan pekarangan.
Petak sampel ditetapkan secara acak memihak (purposive Random Sampling) dengan luas
petak sampel untuk pohon 20m x 20m, herba 5m x 5m, dan rumput 1m x 1m. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa morfologi sambiloto di berbagai habitat tidak berbeda
dengan deskripsi yang tersedia yaitu berupa herba, berbiji, berdaun tunggal, batang segi
empat, akar tunggang, bunga majemuk berbentuk tandan berwarna putih bercak ungu
kemerahan. Sambiloto dapat ditemukan pada ketinggian 0-864 mdpl pada kedua jenis
penggunaan lahan kecuali pada dataran tinggi hanya ditemukan pada lahan pekarangan.
Kemiringan lereng 0-13%, intensitas cahaya 13,64-206,7 watt m-2, suhu 31-36°C,
kelembaban udara 52-62%. Sambiloto dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan
kandungan C organik rendah sampai tinggi (1,04-4,44%) dan bahan organik rendah
sampai tinggi (1,88-7,66%). N total sangat rendah sampai tinggi (0,1-0,52%), P tersedia
rendah sampai sedang (11,38-20,66 ppm), K tertukar rendah sampai sedang (0,29-0,42
me%) dan pH agak masam sampai agak basa (5,7-7,85). INP sambiloto tertinggi terdapat
pada dataran menengah di bawah tegakan (1,265) dan terendah pada dataran rendah di
bawah tegakan (0,2702).
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) merupakan salah satu
kekayaan flora yang cukup potensial di Indonesia. Tumbuhan sambiloto
hampir seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Tumbuhan
sambiloto mengandung senyawa andrographolid yang bermanfaat untuk
mengobati beberapa jenis penyakit diantaranya sebagai bahan obat tradisional
untuk obat penguat, demam, disentri, kolera, diabetes, sakit paru-paru,
influenza, bronkitis, anti diare, anti fertilitas, dan anti bakteri. Selain itu dapat
juga menyembuhkan gangguan liver serta menjaga ketahanan tubuh. Simplisia
sambiloto merupakan 50 simplisia utama yang digunakan dalam industri obat
tradisional.
Akhir-akhir ini kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam
demi pola hidup yang sehat dan alami semakin besar termasuk di dalamnya
melalui eksplorasi dan optimalisasi pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan obat.
Indonesia merupakan salah satu daerah tropis yang sangat potensial untuk
menghasilkan sambiloto. Sambiloto dapat hidup di dataran rendah sampai
dataran tinggi. Tumbuhan ini banyak tumbuh secara liar di daerah terbuka
maupun di bawah tegakan. Namun demikian, tumbuhan ini belum banyak
dibudidayakan oleh masyarakat bahkan sering dianggap sebagai tumbuhan
pengganggu atau gulma, sehingga lambat laun tanaman sambiloto mengalami
erosi genetik.
Pada umumnya sambiloto dipanen secara langsung dari alam sehingga
mengancam kelestarian plasma nutfah tumbuhan ini. Berhubung sambiloto
banyak dijumpai tumbuh secara liar, maka ketersediaan tumbuhan ini masih
sangat terbatas. Dalam lingkup yang lebih luas, pemanenan sambiloto tidak
memiliki jaminan kualitas produk yang baik (produksi sambiloto sangat
dipengaruhi oleh lingkungan). Dengan demikian, kepastian mutu produk tidak
dapat ditentukan. Pengambilan sambiloto yang dilaksanakan terus memerus
commit
tanpa upaya budidaya yang tepat akantomengancam
user keberadaan plasma nutfah
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
3) Lebar daun
Lebar daun diukur dari sisi daun yang ada di bagian tengah dari
sisi kiri sampai sisi kanan daun.
c. Akar
1) Sistem perakaran
Pengamatan dilakukan dengan mencabut tanaman dan melihat
apakah sistem perakarannya tunggang atau serabut.
2) Warna akar
Warna akar diketahui langsung dengan pengamatan terhadap
akar.
d. Bunga
1) Bentuk bunga
Bentuk bunga diketahui langsung dengan pengamatan terhadap
bunga.
2) Warna bunga
Pengamatan dilakukan dengan melihat apakah warna bunganya
putih atau merah muda.
2. Habitus/ Perawakan Tumbuhan
a. Tinggi tumbuhan
Tinggi tumbuhan diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh.
b. Diameter batang
Diameter batang diketahui dengan mengukur diameter pada batang.
c. Jumlah cabang primer
Cabang primer adalah cabang yang keluar dari batang.
d. Jumlah daun
Jumlah daun diketahui dengan menghitung seluruh daun yang ada
dalam tumbuhan.
e. Panjang akar
Panjang akar diketahui dengan mengukur akar dari pangkal akar
sampai ujung akar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
(6)
10. Indeks Nilai Penting
Nilai penting diketahui dengan menjumlahkan kerapatan relatif (KR),
frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR), dengan rumus:
INP : KR+FR +DR (7)
E. Analisis Data
Data dianalisis menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan
secara sistematis organ-organ dan karakteristik sambiloto. Membandingkan
tanaman dari setiap lokasi pengamatan dilakukan dengan cara identifikasi
morfologi. Menjelaskan perbedaan morfologi di masing-masing habitat dan
penggunaan lahan sesuai dengan kondisi lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Hasil penelitian
1. Morfologi Sambiloto
Sambiloto yang ditemukan terdiri atas sambiloto muda dan
sambiloto dewasa. Sambiloto dewasa lebih besar dan sudah menghasilkan
bunga dan biji. Batang sambiloto berbentuk segi empat dan batang yang
tua membulat. Jenis batang sambiloto termasuk batang yang berkayu
dengan satu batang yang tumbuh lurus ke atas (Gambar 1). Sambiloto
memiliki bentuk percabangan yang saling bersilang berhadapan. Cabang
tumbuh serong ke atas pada batang utama (Gambar 2). Pada batang tua
yang keras memiliki internodia yang lebih pendek daripada batang muda
yang memiliki internodia lebih panjang. Tinggi tumbuhan sambiloto dapat
mencapai 91,8 cm (Tabel 1.2).
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
B. DAUN
Lanset, ujung dan Lanset, ujung dan Lanset, ujung dan Lanset, ujung dan Lanset, ujung dan
pangkal runcing, tepi pangkal runcing, tepi pangkal runcing, tepi pangkal runcing, tepi pangkal runcing,
a. Bentuk Daun rata, bersilang rata, bersilang rata, bersilang rata, bersilang tepi rata, bersilang
berhadapan, warna berhadapan, warna berhadapan, warna berhadapan, warna berhadapan, warna
hijau hijau hijau hijau hijau kemerahan
b. Panjang Daun 8,2-10,8 cm 6,9-10,9 cm 7,9-10,3 cm 11-13 cm 2,8-6,7 cm
c. Lebar Daun 2-2,6 cm 1,7-2,9 cm 1,9-2,5 cm 2,7-3,1 cm 0,9-1,4 cm
C. AKAR
a. Sistem Perakaran Tunggang Tunggang Tunggang Tunggang Tunggang
b. Warna Akar Coklat Coklat Coklat muda- Coklat Coklat Coklat
D. BUNGA
Majemuk, tandan di Majemuk, tandan di Majemuk, tandan di Majemuk, tandan di Majemuk, tandan di
ketiak daun, kelopak ketiak daun, kelopak ketiak daun, kelopak ketiak daun, kelopak ketiak daun,
berujung runcing berujung runcing berujung runcing berujung runcing kelopak berujung
berjumlah 5 dengan berjumlah 5 dengan berjumlah 5 dengan berjumlah 5 dengan runcing berjumlah 5
pangkal berlekatan, pangkal berlekatan, pangkal berlekatan, pangkal berlekatan, dengan pangkal
benang sari 2, kepala benang sari 2, kepala benang sari 2, kepala benang sari 2, kepala berlekatan, benang
a. Bentuk Bunga sari membulat ungu, sari membulat ungu, sari membulat ungu, sari membulat ungu, sari 2, kepala sari
putik 1, kepala putik putik 1, kepala putik putik 1, kepala putik putik 1, kepala putik membulat ungu,
berwarna ungu, berwarna ungu, berwarna ungu, berwarna ungu, putik 1, kepala putik
mahkota berbelah 4 mahkota berbelah 4 mahkota berbelah 4 mahkota berbelah 4 berwarna ungu,
dengan pangkal dengan pangkal dengan pangkal dengan pangkal mahkota berbelah 4
berlekatan berlekatan berlekatan berlekatan dengan pangkal
berlekatan
dalam : putih bercak dalam : putih bercak dalam : putih bercak dalam : putih bercak dalam : putih bercak
ungu kemerahan. ungu kemerahan. ungu kemerahan. ungu kemerahan. ungu kemerahan.
b. Warna Bunga Luar : putih Luar : putih Luar : putih Luar : putih Luar : putih
berambut halus berambut halus berambut halus berambut halus berambut halus
E. BUAH
a. Bentuk Buah Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing Meruncing
b. Panjang Buah 1,2-1,9 cm 1,6-1,8 cm 1,4-1,9 1,6 cm 1,6-2,1 cm
c. Jumlah Biji Per
Buah 10-12 biji 11-12 biji 11-12 biji 12 biji 11-12 biji
Muda : hijau, Tua : Muda : hijau, Tua : Muda : hijau, Tua : Muda : Hijau, Tua : Muda : Hijau, Tua :
d. Warna Buah coklat kehitaman coklat coklat kehitaman Coklat Coklat
diantaranya adalah daun, batang, cabang primer, bunga, buah, biji dan
akar.
Tanaman sambiloto di dataran tinggi memiliki tinggi tanaman
paling rendah tetapi memiliki jumlah cabang yang lebih banyak. Selain itu,
jumlah daun lebih banyak tetapi ukuran daun baik panjang maupun lebar
daun paling kecil. Tipe percabangan pada sambiloto di dataran tinggi
Tawangmangu lebih tegak dibanding sambiloto yang tumbuh di tempat
lain. Warna daun pada sambiloto yang tumbuh di Bromo dan Jumantono
baik di bawah tegakan maupun pekarangan berwarna hijau. Tetapi
sambiloto yang tumbuh di Tawangmangu memiliki warna daun
kemerahan.
Tabel 1.2. Habitus Sambiloto di Berbagai Habitat
DATARAN RENDAH DATARAN MENENGAH DAT. TINGGI
Variabel BROMO JUMANTONO TAWANG
Pengamatan MANGU
Di Bawah Agroforestri Di Bawah Pekarangan Pekarangan
Tegakan Tegakan
A. Tinggi 66,2-70,7 cm 26,4-91,8 cm 60-62 cm 50,6-77,3 cm 34,8-44,6 cm
Tanaman
B. Diameter 0,2-0,4 cm 0,3-0,7 cm 0,3-0,4 cm 0,7 cm 0,2-0,3 cm
Batang
C. Jumlah
Cabang 4 4 4 4 6
Primer
D. Jumlah 50-157 12-124 70-157 52-89 32-257
Daun
E. Panjang 8,8-16,7 cm 2,5-23 cm 15,5-18,9 cm 10,2-21,6 cm 9,8-12,9 cm
Akar
F. Jumlah 12-16 buah 4-14 buah 12-14 buah 8-15 buah 14-16 buah
Cabang Akar
2. Agroekologi Sambiloto
a. Topografi
1. Dataran Rendah (Bromo, Karanganyar)
a) Di Bawah Tegakan (Hutan)
Dataran rendah Bromo terletak pada 07°34.946' LS dan
110°59.671' BT sampai 07°35.030' LS dan 110°59.700' BT.
Topografi lokasi penelitian agak bergelombang dan berbukit.
Penelitian ini dilaksanakan menjelang musim kemarau. Petak-
petak penelitian dibuat pada bagian kiri dan kanan jalan. Bagian
commit
kanan lebih rendah to userjalan sedangkan bagian kiri jalan
daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
lebih tinggi daripada jalan dan terjal. Posisi sebelah selatan dan
barat hutan terdapat sungai yang mengalir ke arah barat
kemudian berbelok ke utara dan pada waktu penelitian air yang
mengalir sangat sedikit. Sambiloto lebih banyak ditemukan pada
bagian kiri suatu bangunan daripada di bagian kanan bangunan.
Bagian depan bangunan merupakan areal hutan yang bebas dari
semak dan hanya terdiri dari pohon pinus dan mahoni sehingga
tidak ditemukan adanya sambiloto di daerah tersebut.
b) Pekarangan (Agroforestri)
Topografi agroforestri dataran rendah Bromo terletak
pada 07°34.946' LS dan 110°59.671' BT sampai 07°35.030' LS
dan 110°59.700' BT. Topografi lokasi penelitian agak
bergelombang dan berbukit. Petak-petak penelitian dibuat di sisi
kanan jalan mengikuti arah jalan ke arah timur (pada sisi jalan
juga terdapat parit). Parit tersebut tidak terdapat aliran maupun
genangan air. Sambiloto dapat ditemukan di sekitar parit dengan
tanah yang lebih lunak daripada bagian lain.
2. Dataran Menengah (Jumantono, Karanganyar)
a) Di Bawah Tegakan (Tegal)
Topografi daerah Jumantono terletak pada ketinggian
501 m dpl dan posisi 07°40’.145'’ LS dan 111°02’.602’' BT.
Lokasi penelitian sedikit bergelombang dan berbukit. Di sebelah
selatan, tanah lebih tinggi dan banyak ditumbuhi bambu.
Sedangkan ke arah utara tanah semakin menurun dan banyak
tumbuh pepohonan antara lain pohon durian, alpukat dan
cengkeh. Bagian lahan yang datar di sebelah utara lokasi
penelitian terdapat sebuah rumah penduduk (pemilik lahan).
Sambiloto dapat ditemukan secara tersebar dari bawah rumpun
bambu sampai di sekitar rumah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
b) Pekarangan
Topografi daerah Jumantono terletak pada ketinggian
503 mdpl dan posisi 07°39’842'’ LS dan 111°02’890’' BT.
Lahan yang diamati berupa tanah pekarangan dari rumah
penduduk yang datar. Pada tanah pekarangan tersebut terdapat
taman yang ditanami berbagai macam tanaman hias. Sambiloto
tumbuh diantara tanaman hias di taman tersebut.
3. Dataran Tinggi (Tawangmangu, Karanganyar)
a) Di Bawah Tegakan (Tegal)
Topografi daerah Tawangmangu terletak pada
ketinggian 721-797 mdpl dan posisi 07°34.946' LS dan
110°59.671' BT sampai 07°35.030' LS dan 110°59.700' BT.
Lahan yang digunakan merupakan tanah tegal dari penduduk
setempat. Lahan tegal tersebut terdapat berbagai jenis pohon
antara lain pohon mangga, cengkeh, dan pisang. Selain itu
terdapat juga tanaman ketela pohon, tetapi pada daerah
Tawangmangu tidak ditemukan adanya tumbuhan sambiloto
yang tumbuh di bawah tegakan.
b) Pekarangan
Topografi dataran tinggi Tawangmangu terletak pada
ketinggian 721-864 mdpl dan posisi 07°34.946' LS dan
110°59.671' BT sampai 07°35.030' LS dan 110°59.700' BT.
Lokasi penelitian berupa tanah pekarangan beberapa rumah
penduduk yang terdapat tumbuhan sambiloto. Penelitian dimulai
dari terminal Tawangmangu ke arah utara kemudian ke arah
timur menelusuri jalan-jalan perkampungan. Tanah pekarangan
yang dijadikan lokasi penelitian terdapat taman dengan berbagai
tanaman hias. Sambiloto tumbuh diantara tanaman hias di taman-
taman tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
b. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan sambiloto sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi diantaranya adalah
suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, kelembaban tanah
dan kemiringan lahan. Faktor lingkungan tersebut berbeda-beda sesuai
dengan ketinggian tempat dan penggunaan lahan (di bawah tegakan
dan pekarangan) (Tabel 2.1).
Tabel 2. 1. Faktor Lingkungan Berbagai Habitat Sambiloto
Dataran Menengah Dataran
Dataran Rendah Bromo Jumantono Tinggi
Faktor Tawangmangu
Lingkungan Di Di
Bawah Pekarangan Bawah Pekarangan Pekarangan
Tegakan Tegakan
Suhu Udara 33 32 32 36 31
(°C)
Kelembaban
Udara (RH) 57 58 52 52 62
(%)
Intensitas
Cahaya 13,64 107,57 26,55 206,7 103,78
(Watt/m²)
Kelembaban 2 1 2 2 3
Tanah
Kemiringan 12 11 13 0 0
(%)
c. Kimia Tanah
Tanah di Tawangmangu di bawah tegakan memiliki kandungan
C Organik dan BO yang sangat tinggi. Namun demikian, di daerah
Tawangmangu tegakan tidak ditemukan sambiloto. Kandungan N total
tertinggi juga terdapat pada daerah Tawangmangu Tegakan.
Kandungan P tersedia tertinggi terdapat pada daerah Tawangmangu
pekarangan dan kandungan K tertukar tertinggi terdapat pada daerah
Bromo agroforestri. Data lengkap disajikan pada gambar 7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
3. Analisis Vegetasi
a. Dataran Rendah (Bromo, Karanganyar)
1) Di Bawah Tegakan (Hutan)
Dataran rendah Bromo di bawah tegakan berupa hutan
sehingga memiliki keragaman vegetasi yang tinggi. Pada daerah ini
ditemukan 38 jenis tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki nilai INP
tertinggi adalah Chimanoronsoe (puspa) 0,469; Cleodendron
seratum (senggugu) 0,359 dan Helicteres isora L. (puteran) 0,250
(Tabel 3.1)
2) Pekarangan (Agroforestri)
Pekarangan di dataran rendah Bromo berupa lahan
agroforestri. Pada penggunaan lahan ini ditemukan 21 jenis
tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki nilai INP tertinggi pada lahan
ini adalah Cleodendron seratum (senggugu) 0, 402; Caesalpinia
sapan (secang) 0,376 dan Balleria prionitis (landep kuning) 0,324
(Tabel 3.2).
b. Dataran Menengah (Jumantono, Karanganyar)
1) Di Bawah Tegakan (Tegal)
Dataran menengah di bawah tegakan berupa lahan tegal
sehingga keragaman vegetasi cukup tinggi. Pada penggunaan lahan
ini ditemukan 23 jenis tanaman. Tumbuhan dengan nilai INP
tertinggi adalah Andrographis paniculata Ness. (sambiloto) 1,265;
Ageratum conidaes (rumput bandotan) 1,133 dan Urena lobata
Linn. (pulutan) 1,133 (Tabel 3.3).
2) Pekarangan
Dataran menengah pekarangan berupa sebuah taman
sehingga vegetasinya sedikit. Pada penggunaan lahan ini
ditemukan 14 jenis tumbuhan. Tumbuhan yang paling dominan
dengan nilai INP tertinggi adalah rumput Elasgrostis tenella L.
1,223; Cosmos caudatus Kunth. (kenikir) 0,880 dan Andrographis
paniculata Ness. (sambiloto) 0,494 (Tabel 3.4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Tabel 3.1. Tabel Vegetasi Sambiloto di Bawah Tegakan Dataran Rendah Bromo
No Spesies K KR F FR D DR INP
1 Ficus sp. (Gondang) 0,027 0,009 0,167 0,012 0,002 0,010 0,032
2 Ageratum sp. (Wedusan) 0,013 0,005 0,167 0,012 0,002 0,007 0,024
4 Andrographis paniculata (Sambiloto) 0,293 0,103 0,667 0,049 0,007 0,028 0,181
5 Arenga pinata (Lewung Kayu) 0,020 0,007 0,167 0,012 0,005 0,021 0,041
6 Caesalpania sapan (Secang) 0,107 0,037 0,833 0,062 0,010 0,041 0,140
9 Cleodendron seratum (Senggugu) 0,547 0,192 1,000 0,074 0,022 0,093 0,359
10 Clitoria ternatea (Kembang Teleng) 0,067 0,023 0,500 0,037 0,002 0,006 0,067
14 Eugenia jambos (Jambu Hutan) 0,020 0,007 0,333 0,025 0,005 0,021 0,053
15 Ficus ribes (Preh) 0,020 0,007 0,167 0,012 0,001 0,003 0,023
18 Hibiscus tiliaceus L. (Waru) 0,007 0,002 0,167 0,012 0,002 0,007 0,022
19 Jacobinia carnea (Air Mancur) 0,007 0,002 0,167 0,012 0,000 0,001 0,016
20 Lantana camara L (Tembelekan) 0,007 0,002 0,167 0,012 0,001 0,003 0,017
21 Letsia sinensis (Adem Ati) 0,060 0,021 0,500 0,037 0,005 0,023 0,081
22 Moringa oleifera (Kelor) 0,007 0,002 0,167 0,012 0,002 0,007 0,022
24 Ricinus communis (Jarak) 0,007 0,002 0,167 0,012 0,002 0,010 0,025
25 Rubus niveus (Arbei) 0,013 0,005 0,167 0,012 0,000 0,001 0,018
26 Sauropus androgynus (Katu) 0,093 0,033 0,667 0,049 0,023 0,099 0,182
27 Solanum torvum (Terung Pokak) 0,033 0,012 0,167 0,012 0,001 0,005 0,029
28 Stachytarpheta jamaicensis L.vahl. (Pecut Kuda) 0,013 0,005 0,167 0,012 0,002 0,007 0,024
29 Syzgium cumini (Duwet) 0,073 0,026 1,000 0,074 0,003 0,012 0,112
30 Urena lobata Linn. (Pulutan) 0,080 0,028 0,500 0,037 0,007 0,031 0,096
Rumput
1 Cyperus rotundus (Teki) 0,042 0,085 0,667 0,333 0,042 0,085 0,503
3 Pennisetum purpureum (Rumput Gajah) 0,017 0,034 0,167 0,083 0,017 0,034 0,151
Pohon
Herba
1 Ageratum conyzoides L. (Bandotan) 0,11 0,06 0,86 0,14 0,0026 0,026 0,23
2 Andrographis paniculata (Sambiloto) 0,35 0,19 0,86 0,14 0,0077 0,078 0,41
3 Avverhoa bilimbi L. (Belimbing Wuluh) 0,03 0,02 0,29 0,05 0,0026 0,026 0,09
4 Balleria prionitis (Landep Kuning) 0,17 0,09 0,86 0,14 0,0041 0,042 0,27
5 Bouganvillea sp (Duri Sisir) 0,01 0,00 0,29 0,05 0,0540 0,548 0,60
6 Caesalpinia sapan (Secang) 0,60 0,33 0,14 0,02 0,0004 0,004 0,36
7 Chimanoronsoe (Puspa) 0,01 0,01 0,29 0,05 0,0096 0,097 0,15
8 Cleodendron seratum (Senggugu) 0,24 0,13 0,29 0,05 0,0010 0,010 0,19
9 Clitoria ternatea L (Kembang Teleng) 0,05 0,03 0,14 0,02 0,0002 0,002 0,0
10 Elephantopus scaber L. (Tapak Liman) 0,11 0,06 0,71 0,11 0,0005 0,005 0,18
11 Mimosa pudica (Putri Malu) 0,05 0,03 0,43 0,07 0,0082 0,084 0,18
12 Ruellia tuberosa(Ceplikan) 0,03 0,02 0,29 0,05 0,0003 0,003 0,06
13 Stacytarpheta jamaicensis L. Vahl. (Pecut Kuda) 0,01 0,01 0,14 0,02 0,0014 0,014 0,04
14 Syzgium cumini (Duwet) 0,01 0,01 0,14 0,02 0,0002 0,002 0,03
15 Urena lobata Linn. (Pulutan) 0,01 0,01 0,29 0,05 0,0051 0,052 0,10
16 Zodia sp (Zodia) 0,03 0,02 0,29 0,05 0,0006 0,007 0,07
Rumput
1 Brachiaria reptans L. (Rumput Rayapan) 0,31 1,00 1,00 1,00 0,0126 1,000 3,00
Pohon
1 Cocos nucifera (Kelapa) 0,05 0,02 1,00 0,02 313,00 0,0500 0,006 0,05
2 Pinus merkusii (Pinus) 0,50 0,23 10,00 0,23 42,49 1,1250 0,138 0,59
3 Swietenia macrophylla King (Mahoni) 0,75 0,34 15,00 0,34 31,21 4,6875 0,574 1,26
4 Toona sinensis Merr. (Surian) 0,90 0,41 18,00 0,41 23,28 2,3040 0,282 1,10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Herba
1 Ageratum conidaes L. (Bandotan) 0,24 0,023 0,5 0,034 0,004 0,667 0,725
2 Andrographis paniculata (Sambiloto) 3,36 0,694 1 0,154 0,038 0,417 1,265
3 Alpinia galanga (Lengkuas) 0,12 0,025 0,5 0,077 0,004 0,041 0,143
4 Colocasia esculenta (Talas) 0,32 0,066 0,5 0,077 0,006 0,071 0,214
5 Crotalaria striata (Orok-orok) 0,04 0,008 0,5 0,077 0,005 0,055 0,140
6 Curcuma longa (Kunyit) 0,04 0,008 0,5 0,077 0,001 0,009 0,094
7 Davallia denticulata (Paku-pakuan) 0,68 0,140 0,5 0,077 0,031 0,338 0,555
8 Dioscorea asculenta L. (Gembili) 0,08 0,017 1 0,154 0,002 0,018 0,188
9 Dioscorea sp. (Gondang-Gandung) 0,04 0,008 0,5 0,077 0,002 0,020 0,105
10 Pachyrhizus erosus (Bengkoang) 0,12 0,025 1 0,154 0,002 0,026 0,205
11 Phyllanthus nururi (Meniran) 0,04 0,008 0,5 0,077 0,000 0,005 0,090
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Pohon
Mimusops elengi (Pohon Tanjung) 0,167 1 1 1,000 130,6 0,05 1,000 3,000
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
Herba
1 Andrographis paniculata (Sambiloto) 1,667 0,149 1,000 0,088 0,008 0,067 0,304
2 Begonia glabra (Begonia) 0,067 0,006 0,667 0,059 0,018 0,158 0,223
3 Capsicum annum (Cabai) 0,200 0,018 0,333 0,029 0,001 0,011 0,058
4 Coryline fruticosa Linn. (Andong) 0,800 0,071 0,333 0,029 0,002 0,014 0,115
5 Cosmos caudatus Kunth. (Kenikir) 1,800 0,161 0,667 0,059 0,020 0,176 0,395
6 Dahlia pinata (Dahlia) 0,400 0,036 0,333 0,029 0,008 0,073 0,138
7 Digitalis spp. (Digitalis) 0,133 0,012 0,667 0,059 0,013 0,115 0,186
8 Fuchsia speciosa (Antang-anting) 0,067 0,006 0,333 0,029 0,000 0,002 0,038
9 Gladiolus hybridus (Gladiol) 0,667 0,060 0,333 0,029 0,001 0,008 0,097
10 Impatiens balsamina Linn. (Pacar Air) 0,133 0,012 1,000 0,088 0,003 0,027 0,127
11 Jasminum officinale (Melati) 0,067 0,006 0,333 0,029 0,001 0,005 0,041
12 Kalanchoe pinnata Syn. (Cocor Bebek) 0,067 0,006 0,333 0,029 0,005 0,043 0,078
13 Lavandula angustifolia (Lavender) 0,200 0,018 0,333 0,029 0,001 0,005 0,052
14 Nothoscordum bivalve (Bawang-bawangan) 1,667 0,149 0,333 0,029 0,003 0,022 0,201
15 Orthosiphon aristatus (Kumis Kucing) 0,133 0,012 0,333 0,029 0,001 0,005 0,046
16 Orthosiphon grandiflorus Bold. (Remujung Hutan) 0,267 0,024 0,333 0,029 0,000 0,000 0,053
17 Philodendron bipinnatifidum (Philodendron) 0,067 0,006 0,333 0,029 0,001 0,010 0,045
18 Philodendron sp. (Tokesia) 0,200 0,018 0,333 0,029 0,000 0,003 0,050
19 Plantago lanceolata L. (Daun Sendok) 1,000 0,089 0,667 0,059 0,002 0,019 0,167
20 Portulaca laevis (Trocot) 0,067 0,006 0,333 0,029 0,002 0,019 0,055
21 Portulaca oleracea (Ding-ding) 0,467 0,042 0,333 0,029 0,013 0,112 0,183
22 Rhus javanica (Manggis Jepang) 0,067 0,006 0,333 0,029 0,001 0,007 0,043
23 Schefflera arbicola (Puring Wali 9) 0,067 0,006 0,333 0,029 0,004 0,032 0,068
24 Taraxacum officinale (Jombang) 0,200 0,018 0,333 0,029 0,002 0,014 0,062
25 Valeriana javanica (BL.) DC (Valeriana) 0,067 0,006 0,333 0,029 0,000 0,003 0,038
Rumput
1 Cyperus rotundus (Teki) 0,003 0,143 0,333 0,500 0,017 0,143 0,786
2 Vitex trifolia L. (Legundi) 0,020 0,857 0,333 0,500 0,100 0,857 2,214
Pohon
1 Casuarina montana Jungh. Ex Miq (Cemara) 0,067 0,111 0,333 0,333 62,420 0,003 0,258 0,702
2 Musa sp. (Pisang) 0,467 0,778 0,333 0,333 412,739 0,008 0,649 1,761
3 Sesbania grandiflora Syn. (Turi) 0,067 0,111 0,333 0,333 35,111 0,001 0,093 0,537
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
B. Pembahasan
1. Morfologi Tumbuhan Sambiloto
Sambiloto merupakan tumbuhan herba yang dapat tumbuh di
hampir semua jenis tanah dan lingkungan. Morfologi sambiloto memiliki
perbedaan sesuai dengan habitatnya. Ciri-ciri morfologi tersebut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan iklim setempat. Keragaman
sambiloto diduga rendah, yang ada sekarang masih berupa keragaman
yang dibentuk oleh alam (perbedaan lingkungan tumbuh) (Wahyuni et al
2005).
Secara morfologis, bentuk herba sambiloto tidak memiliki
perbedaan yang mencolok pada bentuk batang, akar, bunga dan buah.
Secara umum bentuk batang sambiloto di semua habitat yang diamati baik
di dataran rendah (Bromo), dataran menengah (Jumantono) maupun
dataran tinggi (Tawangmangu) pada lahan pekarangan maupun di bawah
tegakan memiliki persamaan yaitu batang berwarna hijau, berkayu,
berbentuk segi empat dan batang tua membulat. Begitu pula dari akar dan
buah dari sambiloto pada berbagai habitat yang diamati tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata, yaitu akar tunggang dan buah
berbentuk meruncing.
Perbedaan ciri tumbuhan sambiloto yang tumbuh pada berbagai
habitat yang diamati meliputi perbedaan kualitas tanaman yaitu tinggi
tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun, panjang akar dan warna
daun. Batang sambiloto memiliki ciri monopodial, yaitu memiliki sistem
percabangan dengan satu sumbu utama yang tumbuh terus di ujung,
dengan arah yang sama dengan pertumbuhan sebelumnya, sedangkan
cabang sampingnya dibentuk satu per satu secara akropetal (Mulyani,
2006).
Cabang tumbuhan sambiloto tumbuh secara kuadrangularis yaitu
cabang tumbuh setelah pasangan cabang pertama tumbuh dan tumbuhnya
berlawanan arah dengan cabang pertama sehingga batang akan berbentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Morfologi tumbuhan sambiloto di berbagai habitat tidak berbeda dengan
deskripsi secara umum yaitu memiliki daun, batang, akar, bunga, dan biji.
Daun tunggal berbentuk lanset. Batang kuadrangularis berbentuk segi
empat. Akar berupa akar tunggang dan bunga majemuk berbentuk tandan
pada ujung cabang dan ketiak daun. Buah berisi 10-12 biji.
2. Sambiloto dapat tumbuh di berbagai habitat dari dataran rendah (0-400
mdpl) sampai dataran tinggi (>700 mdpl), tepatnya terletak pada elevasi
0-864 m dpl, kemiringan 0-13%, intensitas cahaya 13,64-206,7 Watt/m2,
suhu udara 31-36°C, kelembapan udara 52-62%.
3. Pertumbuhan sambiloto dipengaruhi oleh iklim mikro. Sambiloto dapat
tumbuh pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah sampai tinggi dengan
berbagai jenis pohon sebagai naungan. Sambiloto dapat tumbuh pada pH
5,70-7,85 dengan kandungan C organik 1,09-4,44%, BO tanah 1,88-
7,66%, N total 0,10-0,52%, P tersedia 11,33-20,66 ppm, K tertukar 0,29-
0,42 me%, dan kadar air 5,53-10,38 %.
B. Saran
Sambiloto perlu segera dibudidayakan dengan teknologi budidaya yang
tepat karena seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku obat dan
untuk mencegah eksploitasi di alam yang semakin meningkat. Budidaya
sambiloto yang paling sesuai ialah pada dataran menengah (400-700 mdpl) di
bawah tegakan dengan intensitas cahaya 26,55 Watt/m2, suhu udara 32°C,
kalambapan udara 52 %.
commit to user
38