Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN DOSIS

BERBEDA YANG DIFORMULASI DARI TEPUNG MAGGOT


(Hermetia illucens) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PROPOSAL PENELITIAN

ADJI SUGANDA

JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
2

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN DOSIS


BERBEDA YANG DIFORMULASI DARI TEPUNG MAGGOT
(Hermetia illucens) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Melakukan Penelitian pada Jurusan Akuakultur
Universitas Tadulako

ADJI SUGANDA
O 271 16 119

JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020

2
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN DOSIS BERBEDA YANG


DIFORMULASI PADA TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN
NILA (Oreochromis niloticus)

Nama : Adji Suganda


Stambuk : O 271 16 119

Palu, Juli 2020

Adji suganda

Menyetujui Menyetujui
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota

Ir. Desiana Trisnawati Tombigo, Ir. Septina F. Mangitung, M.Si


M.Si
Nip:19680201 199403 2 001 Nip :19630903 198803 2 002

Disahkan Oleh
Ketua Jurusan Akuakultur

Rusaini, S.Pi., M.Sc., Ph.D


Nip:19690627 199903 1 001

iii
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul PENGARUH

PEMBERIAN PAKAN DENGAN DOSIS BERBEDA YANG DIFORMULASI PADA TEPUNG

MAGGOT (Hermetia illucens) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

IKAN NILA (Oreochromis niloticus). Penulis menyadari tanpa adanya arahan dari

dosen pembimbing, dukungan dari keluarga dan kontribusi yang bermanfaat dari

banyak pihak, maka penulis tidak dapat menyelesaikan penulisan proposal

penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Orang tua yang telah memberikan banyak dukungan, do’a dan motivasi

kepada penulis.

2. Ibu Ir. Desiana Trisnawati Tobigo, M.Si selaku Dosen Pembimbing utama

dan Ibu Ir. Septina F. Mangitung, M. Si selaku Dosen Pembimbing

Anggota yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan selama

penysunan proposal penelitian.

3. Seluruh dosen Jurusan Akuakultur, Fakultas Peternakan dan Perikanan,

Universitas Tadulako, yang telah memberikan banyak ilmu yang

bermanfaat kepada penulis.

4. Teman-teman yang telah memberikan banyak dukungan dan ikut

membantu hingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis temui dalam penyusunan

proposal penelitian ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan

iv
kritik dan saran yang membangun demi proposal ini. Semoga proposal penelitian

ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Palu, Juli 2020

Adji suganda

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................. 3
1.3 Manfaat................................................................................................ 3
1.4 Hipotesis.............................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioekologi Ikan Nila(Oreochromis niloticus)......................................... 4
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi.........................................................
2.1.2 Habitat dan Penyebaran............................................................ 6
2.1.3 Kebutuhan nutrisi...................................................................... 6
2.2 Bioekologi Maggot (Hermetia illucens)............................................. 8
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi......................................................... 8
2.2.2 Siklus Hidup.............................................................................
2.2.3 Kandungan Nutirisi Maggot (Hermetia illucens)..................... 9
2.3 Kualitas Air......................................................................................... 10
2.3.1 Suhu.......................................................................................... 12
2.3.2 Derajat Keasaman (pH)............................................................ 12
2.3.3 Oksigen terlarut........................................................................ 12
2.3.4 Amonia..................................................................................... 12
BAB 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 12
3.2 Materi Penelitian................................................................................. 12
3.2.1 Organisme Uji........................................................................... 12
3.2.2 Alat dan Bahan......................................................................... 12

vi
3.3 Prosedur Penelitian.............................................................................. 13
3.3.1 Persiapan wadah ...................................................................... 13
3.3.2 Persiapan Organisme Uji.......................................................... 13
3.3.3 Pemelihraan Organisme Uji...................................................... 13
3.4 Rancangan Penelitian.......................................................................... 14
3.5 Peubah yang Diamati.......................................................................... 14
3.5.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak...................................................... 15
3.5.2 Laju Pertumbuhan Spesifik....................................................... 15
3.5.3 Efisiensi Pemanfaatan Pakan.................................................... 15
3.5.4 Rasio Konversi Pakan............................................................... 16
3.5.5 Kelangsungan Hidup................................................................ 14
3.6 Analisa Data........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3-1 Alat yang digunakan dalam penelitian...................................... 12
Tabel 3-2 Bahan yang digunakan dalam penelitian.................................. 12
Tabel 3-3 Alat yang digunakan dalam pembuatan pakan......................... 12
Tabel 3-4 Bahan yang digunakan dalam penelitian.................................. 12
Tabel 3-5 Komposisi formulasi pakan...................................................... 12

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2-1 Siklus hidup Ikan Nila(Oreochromis niloticus).......................... 4

Gambar 2-2 Morfologi Ikan Nila(Oreochromis niloticus).............................. 6

Gambar 2-3 Larva, Pupa dan Lalat Dewasa................................................ 9

Gambar 2-4 Siklus Hidup Maggot (Hermetia illucens).............................. 10

Gambar 3-1 Tata letak wadah pemeliharaan............................................... 14

ix
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang telah banyak

dikonsumsi oleh masyarakat dan menjadi target pasar produksi perikanan

nasional. Salah satunya adalah dari jenis ikan nila Geneticaly Improvement of

Farmed Tilapia (GIFT). Ikan nila GIFT merupakan ikan air tawar hasil seleksi

pertama dunia yang mempunyai pertumbuhan cepat (World Fish Center 2010) .

Keunggulan lain dari ikan nila GIFT yaitu relatif tahan dan tumbuh baik pada

lingkungan ekstrim. (Gustiano et al. 2008) Produksi ikan nila dari tahun ke tahun

teus mengalami penignkatan produksi dan data yang di ambill dari tahun 2010

hingga 2013 terus mengalami peningkatan produksi yaitu dari tahun 2010 data

yang di dapatkan 26,36% dengan jumlah produksi ikan nila dan terus meningkat

pada tahun 2013 sebesar 1.105.000 ton (KKP 2013). Pemerintah Kabupaten

Bogor menyebutkan produksi ikan nila nasional pada tahun 2014 mencapai

8.095,41 ton dengan pertumbuhan produksi 18,48% (Dinas Perikanan dan

Peternakan 2017).

Indonesia diyakini menjadi produsen sumber daya benih ikan nila terbesar

di dunia (Sudaryono dkk.,2014) Akan tetapi produksi benih ikan yang terus

meningkat mempengaruhi kebutuhan akan pakan (Fahmi et al. 2009) Kebutuhan

akan pakan ikan yang baik yaitu dapat memenuhi kebutuhan energi dan nutrisinya

(Centyana et al. 2014) Pakan dengan komposisi yang baik dapat mengoptimalkan

pertumbuhan dan sintasan ikan (Affandi 2005 dalam Henditama, 2015) Oleh
2

sebab itu perlu dicari bahan baku sumber protein alternatif dalam formulasi

pembuatan pakan ikan

Salah satu bahan baku alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

protein hewani pada pakan adalah maggot. Hasil analisis proksimat menunjukan

bahwa maggot mengandung protein 43,42%, lemak 17,24%, serat kasar 18,82%,

abu 8,70% dan kadar air 10,79% (Rachmawati dan Samidjan, 2013). Maggot yang

diolah menjadi bentuk tepung dapat menggantikan tepung ikan sebagai pakan

(Bondari dan Shepard, 1987 dalam Sugianto, 2007). Berdasarkan permasalahan

tersebut, untuk mengefisienkan biaya produksi dan mempercepat pertumbuhan

ikan nila, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penberian pakan

dosis berbeda yang diformulasi di tepung maggot terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan nila.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan

dan kelangsungan hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) diberikan pakan dosis

berbeda yang diformulasi di tepung maggot (Hermetia illucens).

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pelaku

usaha budidaya dalam mencari alternatif pakan yang dapat digunakan untuk

budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


3

1.4 Hipotesis

Pemberian pakan dosis berbeda yang diformulasi di tepung maggot

(Hermetia illicens) berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup

Ikan Nila(Oreochromis niloticus)


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bioekologi Ikan Nila(Oreochromis niloticus)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Mubinun dkk (2004), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut;
Kingdom Animalia, Filum Chordata, Subfilum Vertebrata, Kelas Pisces, Subkelas
Teleostei, Ordo Perchomorphi, Subordo Perchoidae, Famili Chiclidae, Genus
Oreochromis, Spesies Oreochromis sp, Strain GIFT

Gambar 2-1. Morfologi Ikan Nila(Oreochromis niloticus)

Ikan nila memiliki ciri morfologi, yaitu berjari-jari keras, sirip perut

torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda

lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak

keputihan. Bagian bawah tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal,

putih agak kehitaman bahkan ada yang kuning.. Sepertiga sisik belakang

menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateris yang terputus

antara bagian atas dan bawahnya. Line lateralis bagian atas memanjang mulai dari

tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran
5

kepalanya relative kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai

mata yang besar (Kottelat et al. 1993). Ikan nila memiliki kemampuan

menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini juga

memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa

dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi

dengan suhu yang rendah (Trewavas 1986)

2.1.2 Habitat dan Penyebaran

Ikan nila hidup diperairan luas dan dalam juga terdapat di kolam yang

sempit dan dangkal. Ikan nila juga biasanya hidup di danau, waduk, rawa, sawah,

dan tambak air payau (Djarijah,1995) Ikan nila juga memiliki nilai toleransi

optimal untuk di budidaya yaitu nilai ph optimal 6,5 – 8,5 sedangkan kadar

oksigen minimal 3 ppm dan salinitas optimal untuk ikan nila yaitu 0 – 10 ppt

(Suyanto, 1994) sedangkan menurut (Ghufran dan Tancung, 2010) menyatakan

kualitas air ideal dalam budi daya ikan nila adalah pada kondisi pH 7-9, Suhu 25-33 o C,

kadar Oksigen 5-6 ppm dan salinitas 0-30 ppt

2.1.3 Kebutuhan Nutrisi

Menurut (Amri dan Khairuman , 2003), ikan Nila tergolong ikan pemakan

segala (Omnivore), sehingga bisa mengkonsumsi makanan, berupa hewan dan

tumbuhan. Larva ikan Nila makanannya adalah, zooplankton seperti Rotifera sp.,

Daphnia sp., serta alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat

hidupnya. Apabila telah dewasa ikan Nila diberi makanan tambahan dapat berupa,

dedak halus, bungkil kelapa, pelet, ampas tahu dan lain–lain.


6

Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan Nila yaitu protein,

karbohidrat, dan lemak. Kandungan nutrisi yang tidak tepat dapat mempengaruhi

pertumbuhan seperti kurangnya protein yang menyebabkan ikan hanya

menggunakan sumber protein untuk kebutuhan dasar dan kekurangan untuk

pertumbuhan. Kandungan protein yang berlebih, menyebabkan protein akan

terbuang dan menyebabkan bertambahnya kandungan amoniak dalam perairan.

Kebutuhan nutrisi ikan akan terpenuhi dengan adannya protein dalam pakan.

Protein merupakan kompleks yang terdiri dari asam amino esensial yang

merupakan senyawa molekul mengandung gugus fungsional amino (-NH2)

maupun karboksil (-CO2H) dan non esensial (NRC, 1993).

Kandungan karbohidrat merupakan kelompok organik terbesar yang

terdapat pada tumbuhan, terdiri dari unsur Cn (H2O) dan karbohidrat salah satu

komponen yang berperan sebagai sumber energi bagi ikan serta bersifat sparing

effect bagi protein. Karbohidrat lebih mudah larut dalam air dan dapat digunakan

sebagai perekat untuk memperbaiki stabilitas pakan. Kekurangan karbohidrat dan

lemak dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat karena ikan menggunakan

protein sebagai sumber energi lemak dan karbohidrat yang seharusnya sebagai

sumber energi. Kebutuhan karbohidrat yang memiliki kecernaan tinggi dan aktitas

enzim amilase pada ikan Nila akan mempengaruhi daya cerna karbohidrat yang

meningkat (Pascual, 2009).

Kandungan lemak merupakan senyawa organik yang mengandung unsur

karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) sebagai unsur utama. Beberapa di

antaranya ada yang mengandung nitrogen dan fosfor. Lemak berguna sebagai
7

sumber energi dalam beraktifitas dan membantu penyerapan mineral tertentu.

Lemak juga berperan dalam menjaga keseimbangan dan daya apung pakan dalam

air. Kandungan lemak pakan yang dibutuhkan ikan Nila antara 3 - 6% dengan

energi dapat dicerna 85 - 95% (Mahyuddin, 2008).

2.2 Bioekologi Maggot (Hermetia illucens)

Maggot adalah organisme yang berasal dari telur lalat black soldier dan

salah satu organisme pembusuk karena mengkonsumsi bahan-bahan organik

untuk tumbuh. Fase pada siklus hidup lalat black soldier yaitu maggot (larva),

prepupa, pupa dan serangga dewasa (Fauzi dkk., 2018). Maggot sebagai pakan

alternatif dalam kegiatan budidaya ikan memiliki banyak keuntungan, diantaranya

mudah dibudidayakan, memiliki anti jamur dan mikroba serta tidak membawa

penyakit pada organisme budidaya (Santoso, 2019).

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Kikuchi (1992) dalam Santoso (2019) mengklasifikasikan maggot dalam

kingdom animalia, filum anthropoda, kelas insect, ordo dipteral, famili

stratiomyidae, subfamili hermetiinae, genus hermetia, spesies hermetia illucens.

Gambar 2-3. Morfologi Maggot (Hermetia illucens) (Fauzi dkk., 2018)


8

Black soldier fly berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya

berwarna transparan (waspwaist) sehingga sekilas menyerupai abdomen lebah.

Panjang lalat berkisar antara 15-20 mm dan mempunyai waktu hidup lima sampai

delapan hari. Saat lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi sayap masih

terlipat kemudian mulai mengembang sempurna hingga menutupi bagian torak.

Lalat dewasa tidak memiliki bagian mulut yang fungsional, karena lalat dewasa

hanya beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi sepanjang hidupnya. Kebutuhan

nutrien lalat dewasa tergantung pada kandungan lemak yang disimpan saat masa

pupa. Ketika simpanan lemak habis, maka lalat akan mati (Makkar dkk., 2014

dalam Wardhana, 2016).

2.2.2 Habitat dan Siklus Hidup

Maggot merupakan larva lalat dari family stratiomydae yang menjadi

salah satu jenis pakan alternatif yang digunakan oleh para pembudidaya untuk

menekan biaya produksi pakan (Hartami dkk., 2015). Sheppard dan Newton

(2000) menyebutkan bahwa maggot bisa menggantikan tepung ikan sebagai bahan

dalam formulasi pembuatan pakan dan memberikan pertumbuhan yang sama

walaupun diberikan dengan kondisi larva.

Maggot umumnya dapat ditemukan di rumput-rumput dan daun-daun,

maggot bekerja mengkonversi limbah organik menjadi biomassa yang lebih

sederhana (Hartami dkk., 2015). Maggot dapat tumbuh dan berkembang pada

media yang mengandung nutirisi yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya (Aldi

dkk., 2018). Maggot hidup pada media yang mengandung bahan organik dan

berbasis limbah ataupun hasil sampingan kegiatan agroindustri (Tomberlin, 2009


9

dalam Santoso, 2019). Hasil penelitian Fahmi dkk (2015) dalam Indariyanti dan

barades (2018) menunjukan bahwa magot sebagai agen biokonversi dapat hidup

menggunakan media ampas kelapa sawit dan kombinasi ampas kelapa sawit,

limbah pasar dan limbah ikan. Santoso (2019) menyatakan bahwa ampas tahu dan

campuran ikan asin juga dapat digunakan sebagai media hidup untuk maggot.

Gambar 2-4. Siklus Hidup Maggot (Hermetia illucens)

Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier fly

yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum

fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa (Santoso, 2019). Siklus

hidup lalat balck soldier fly dari telur sampai menjadi dewasa membutuhkan

waktu sekitar 40-43 hari (Tumberlin dkk., 2002 dalam Tumanggor, 2019).

Tumberlin dkk (2002) dalam Tumanggor (2019) menyatakan bahwa lalat

betina black soldier fly akan bertelur disekitar sumber makanan seperti pada

tumpukan limbah bungkil sawit, bongkahan kotoran hewan. Lalat betina hanya

bertelur satu kali selama hidupnya dan akan mati setalah bertelur. Menurut

Rachmawati & Samidjan (2013) bahwa lalat betina dapat memproduksi sekitar

185-1235 telur. Telur akan menetas menjadi larva instar dalam waktu 2-4 hari dan
10

berkembang menjadi larva instar enam dalam waktu 22-24 hari, kemudian setelah

berkembang dan mengalami pergantian kulit panjang tubuh larva mencapai 20-25

mm, selanjutnya akan masuk ke tahap prepupa (Barros dkk., 2014 dalam

Tumanggor, 2019)

Menurut Monita dkk (2017) Pada fase larva black soldier fly akan bergerak

aktif, setelah memasuki fase prepupa pergerakannya akan melambat, hal ini

terjadi karena pada fase ini larva tidak akan makan ditandai dengan larva

meninggalkan media hidupnya menuju tempat kering. Fase prepupa dapat dilihat

dengan adanya perubahan warna pada tubuh yang awalnya kekuningan hingga

berubah menjadi coklat gelap. Fase prepupa akan berlangsung selama 6 hari dan

selanjutnya akan bermetamorfosis menjadi fase pupa.

Fase pupa ditandai dengan perubahan warna larva dari coklat gelap

menjadi hitam legam. Pada fase pupa pergerakan akan berubah menjadi pasif,

kulit lebih keras, berkerut dan bobot tubuh menjadi lebih ringan. Fase pupa

berlangsung selama 6 hari (Monita dkk., 2017). Fase pupa merupakan fase akhir

yang nantinya pupa akan berkembang menjadi lalat dewasa. Pada saat itu kondisi

sayap lalat masih terlipat kemudian mengembang secara sempurna hingga

menutupi bagian torak lalat. Lalat dewasa akan mati ketika simpanan lemak pada

tubuhnya habis karena kebutuhan nutrient lalat tergantung pada kandungan lemak

yang disimpan pada saat masa pupa. Lalat dewasa membutuhkan waktu dua

sampai tiga hari untuk siap melakukan perkawinan (Makkar dkk., 2014 dalam

Tumanggor, 2019).
11

2.2.3 Kandungan Nutrisi Maggot (Hermetia illucens)

Maggot merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat dijadikan

sebagai pakan. Maggot memiliki potensi untuk menggantikan tepung ikan sebagai

sumber protein dalam memformulasi pakan (Wardhana, 2016). Protein yang

dimiliki oleh maggot bersumber dari protein yang terdapat pada media tumbuh

karena maggot memanfaatkan protein yang ada pada media pemeliharannya untuk

membentuk protein tubuhnya (Aldi dkk., 2018). Maggot memiliki sumber protein

hewani yang tinggi karena mengandung protein 30-45% (Azir dkk., 2017). Karena

kandungan protein tinggi inilah beberapa produsen pakan telah menjadikannya

sebagai pengganti pakan ikan (Rambet dkk., 2016 dalam Muhayyat dkk., 2016).

Maggot memiliki kandungan lemak berkisar antara 29-32% dan sepuluh

macam kandungan asam amino esensial seperti arginin (2,24%), histidine

(1,91%), leusine (3,53%), isoleusin (1,96%), lysin (3,37%), methionon (0,86%),

phenylalanine (2,20%), threonin (0,55%), tryptofan (0,20%) dan valin (3,41%)

(Newton et al., 1977 dalam Arief, 2012). Hasil uji proksimat yang dilakukan oleh

Fahmi dkk (2009) menunjukan bahwa maggot memiliki kandungan Protein

60,2%, Lemak 13,3%, Karbohidrat 18,8%, Abu 7,7%.

2.3 Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor yang sangat menunjang dalam kegiatan

budidaya ikan. Kelabora (2010) dalam Suprianto dkk (2019) menyatakan bahwa

kelangsungan hidup organisme akuatik sangat dipengaruhi oleh kualitas suatu

perairan dimana tempat tinggalnya. Menurut Cahyantara (2017) bahwa pada

proses budidaya ikan, kualitas air berperan penting untuk memberikan suasana
12

yang nyaman bagi pergerakan ikan sesuai dengan persyaratan hidup ikan yang

optimal.

Beberapa parameter kualitas air yang perlu mendapat perhatian pada

kegiatan budidaya ikan diantaranya adalah suhu air, oksigen terlarut, pH dan

amonia (Setyaningtyas dkk., 2008). Parameter fisika, kimia dan biologi air sangat

berpengaruh terhadap jumlah produksi kegiatan budidaya ikan (Boyd, 1990 dalam

Supono, 2008). Ikan nila juga memiliki nilai toleransi optimal untuk di budidaya

yaitu nilai ph optimal 6,5 – 8,5 sedangkan kadar oksigen minimal 3 ppm dan

salinitas optimal untuk ikan nila yaitu 0 – 10 ppt (Suyanto, 1994) sedangkan

menurut (Ghufran dan Tancung, 2010) menyatakan kualitas air ideal dalam budidaya

ikan nila adalah pada kondisi pH 7-9, Suhu 25-33 o C, kadar Oksigen 5-6 ppm dan

salinitas 0-30 ppt

2.3.1 Suhu

Suhu merupakan parameter kualitas air yang sangat besar pengaruhnya

pada hewan akuatik (Samsundari dan Wirawan, 2013). Suhu air dapat

mempengaruhi berbagai proses fisika maupun kimia air (Suwarsih dkk., 2016).

Dalam kegiatan budidaya ikan, suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan

ikan sidat (Patty, 2013). Suhu dapat mempengaruhi laju metabolisme ikan

sehingga akan meningkatkan nafsu makan ikan yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada pertumbuhan ikan (Priatna, 2013).

Tinggi rendahnya suhu akan berpengaruh terhadap kelarutan oksigen

dalam perairan (Boyd, 1982 dalam Suwarsih dkk., 2016). Meningkatnya suhu

akan mempercepat laju respirasi sehingga laju pengunaan oksigen juga

meningkat (Afrianto dan Liviawati, 1992 dalam Puspitaningrum dkk., 2012).


13

Peningkatan suhu sebesar 1°C dapat meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%

(Effendi, 2003 dalam Puspitaningrum dkk., 2012)

2.3.2 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) air mengekspresikan intensitas asam maupun basa

suatu perairan (Samsundari dan Wirawan, 2013). Perairan yang sangat asam

menyebabkan berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi

sehingga mengancam kelangsungan hidup ikan, sedangkan pH yang sangat basa

akan meningkatkan konsentrasi amonia yang juga bersifat sangat toksik bagi ikan

(Mulya, 2004).

Setiap jenis ikan mempunyai daya toleransi berbeda terhadap perubahan

pH (Suwarsih dkk., 2016). Masing-masing organisme akuatik membutuhkan

kondisi kualitas air optimal yang berbeda-beda untuk menunjang

pertumbuhannya (Goddek dkk., 2015 dalam Cahyantara, 2017).

2.3.3 Oksigen terlarut

Salah satu parameter kualitas air yang sangat penting dalam kegaiatan

budidaya ikan adalah oksigen terlarut (Suwarsih dkk., 2016). Oksigen terlarut

dalam air bersumber dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas

fotosintesis oleh tumbuhan air (Effendi, 2003 dalam Puspitaningrum dkk., 2012).

Oksigen terlarut merupakan oksigen dalam bentuk terlarut didalam air yang

digunakan ikan dalam proses respirasi (Gusrina, 2008 dalam Samsundari dan

Wirawan, 2013). Ikan dan organisme akuatik lainnya juga memerlukan oksigen

terlarut di dalam air untuk proses metabolisme (Cahyantara, 2017). Kurangnya

oksigen terlarut dalam air akan mempengaruhi napsu makan ikan, sehingga akan
14

mengganggu proses metabolismenya (Cahyantara, 2017). Kadar oksigen terlarut

yang rendah juga dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya

pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ikan (Suwarsih dkk.,

2016).

Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda karena

perbedaan sel darahnya (Cahyantara, 2017). Konsumsi oksigen oleh ikan

tergantung pada suhu, konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas

dan waktu setelah pemberian pakan (Samsundari dan Wirawan, 2013).

Kandungan oksigen terlarut dalam air yang ideal untuk budidaya ikan tidak boleh

<3,00 mg/l karena dapat menyebabkan kematian ikan (SNI, 2009 dalam

Samsundari dan Wirawan, 2013)

2.3.4 Amonia

Penurunan kualitas air dipicu oleh tingginya sisa pakan dan sisa

metabolisme ikan (Prayogo, 2012 dalam Maishela, 2016). Sebagian besar

presentase makanan akan diekskresikan ikan menjadi buangan sisa metabolisme

yang pada akahirnya akan membentuk amonia pada dasar perairan (Effendi, 2003

dalam Putra dkk., 2016).

Amonia merupakan senyawa yang pada konsentrasi tertentu dapat bersifat

toksik bagi organisme akuatik (Suwarsih dkk., 2016). Amonia terbentuk karena

adanya peran mikroba dalam proses penguraian senyawa organik sisa pakan yang

terakumulasi didasar kolam (Komarawidjaja, 2006). Tingginya kadar amonia di

dalam air dipengaruhi oleh pH, suhu, salinitas dan tekanan osmotik

(Komarawidjaja, 2006)
15

Amonia yang tinggi dapat menyebabkan toksisitas dan berpengaruh

langsung terhadap ikan dengan rusaknya jaringan insang, sehingga fungsinya

sebagai alat pernafasan akan terganggu (Ruly, 2011 dalam Putra dkk., 2016).

Amonia terdiri dari dua bentuk yaitu amonium (NH) dan amonia tidak

terionisasi (NH). Jumlah total kedua fraksi tersebut biasa disebut total amonia atau

amonia (Samsundari dan Wirawan, 2013). Amonia akan terdegradasi secara aerob

yang dikenal dengan proses nitrifikasi. Transformasi amonia atau nitrifikasi

merupakan tahap yang penting dari siklus nitrogen. Pada tahap ini mikroba yang

berperan aktif adalah kelompok Nitrosomonas yang menghasilkan nitrit (Joye dan

Hollibaugh, 1995 dalam Komarawidjaja, 2006)


BAB 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2020

bertempat di Laboratorium Kualitas Air dan Biologi Akuatik, Jurusan Akuakultur,

Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Organisme uji

Organisme uji yang digunakan adalah ikan nila GIFT (Oreochromis

nilaticus). Ikan nila yang akan digunakan pada penelitian ini sebanyak 200 ekor

dan dipelihara dengan padat tebar 5 ekor/wadah. Ikan nila yang di gunakan

berasal dari balai benih tatanga palu, Sulawesi Tengah.

3.2.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan pada

Tabel 3-1 dan 3-2 dibawah

Tabel 3-1. Alat yang di gunakan dalam penelitian


No Alat Jumlah Kegunaan
1 Loyang 20 Wadah Pemeliharaan
2 Aerator 20 Suplai oksigen terlarut
3 pH meter 1 Mengukur derajat keasaman
4 Termometer 1 Mengukur suhu
5 DO meter 1 Mengukur oksigen terlarut
6 Timbangan Digital 1 Mengukur berat ikan sidat
7 Seser besar dan kecil 2 Sampling ikan nila
8 Kamera digital 1 Dokumentasi

Tabel 3-2. Bahan yang di gunakan dalam penelitian


No Bahan Kegunaan
1 Pakan Tepung Maggot Pakan ikan
2 Air tawar Media hidup ikan nila
3.3 Prosedur Penelitian
19

3.3.1 Persiapan wadah

Wadah yang akan digunakan dalam penelitian adalah loyang berkapasitas

20 liter sebanyak 20 unit yang sebelumnya telah dicuci dan dikeringkan. Sebelum

digunakan, wadah disterilkan terlebih dahulu menggunakan formalin (Konsentrasi

45%) dengan cara menyemprotkan formalin secara merata pada seluruh

permukaan wadah menggunakan alat bantu botol semprot dan selanjutnya

didiamkan selama 5 jam, setelah 5 jam wadah dibilas menggunakan air tawar.

Untuk menghilangkan bau plastik dan zat kimia yang masih tertinggal setelah

proses sterilisasi, Selanjutnya masing-masing wadah diisi air tawar sebanyak 10

liter dan dilengkapi aerator, selang aerasi dan batu aerasi pada setiap wadah.

Sumber air yang digunakan berasal dari bak penampungan air laboratorium

kualitas air dan biologi akuatik, jurusan akuakultur, universitas tadulako.

3.3.2 Persiapan organisme uji

Penebaran ikan nila dilakukan pada pagi hari (07.00 WITA). Ikan nila

yang akan ditebar disortir terlebih dahulu hingga ukuran berat ikan sidat

homogen. Penyotiran ukuran ikan sidat dilakukan agar tidak terjadi persaingan

makanan didalam wadah pemeliharaan selama penelitian. Menurut Harianto dkk

(2014) bahwa ikan yang berukuran lebih besar akan lebih mendominasi dalam

mendapatkan makanan dan ikan yang berukuran lebih kecil akan kalah dalam

persaingan mendapatkan makanan.

Aklimatisasi dilakukan selama 15-30 menit setelah proses penyortiran

selesai. Aklimatisasi dilakukan dengan cara meletakan wadah yang berisi ikan

nila diatas permukaan wadah media pemeliharaan (Rahmawati dkk., 2015).


20

Aklimatisasi dilakukan untuk menyesuaikan atau mengadaptasi organisme dan

mencegah mortalitas ikan akbitat stress terhadap lingkungan yang baru

dimasukinya (Lubis, 2014). Selanjutnya wadah yang berisi ikan diisi dengan air

pada media pemeliharaan secara perlahan, hingga suhu dan salinitas antara wadah

berisi ikan nila dengan wadah media pemeliharaan diasumsikan sama. Setelah

proses aklimatisasi selesai, kemudian dilakukan penebaran ikan kedalam wadah

pemeliharaan.

3.3.3 Pemeliharaan Organisme Uji

Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 42 hari, ikan nila yang digunakan

selama penelitian ini sebanyak 200 ekor dengan padat tebar 5 ekor/wadah. Pakan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang diformulasi di

tepung maggot. Frekuensi pemberian pakan di lakukan sebanyak 2 kali sehari,

yaitu pada pagi dan malam hari (Yudiarto, 2012). Sampling ikan di lakukan

setiap 7 hari sekali untuk mengukur berat ikan dengan menggunakan timbangan

digital. Pergantian air dilakukan setiap 7 hari sekali dengan mengganti 20% dari

total air wadah pemeliharaan, selanjutnya wadah disifon setiap hari sebelum

dilakukan pemberian pakan. Ikan yang mati selama penelitian dicatat dan

ditimbang beratnya untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup ikan nila Pakan

yang diberikan selama penelitian dicatat setiap hari untuk menghitung rasio

konversi pakan.
21

3.3.4 Pembuatan Pakan

Bahan yang digunakan sebagai sumber protein utama pakan pada

penelitian ini adalah tepung ikan yang disubtitusi dengan tepung maggot sebesar

20%. Menurut Priyadi dkk (2009) bahwa tepung ikan yang disubtitusi tepung

maggot sebesar 20% pada formulasi pembuatan pakan dapat berpengaruh baik

pada pertumbuhan ikan. Maggot yang digunakan pada penelitian ini didapatkan

dari pembudidaya maggot dikota palu, Sulawesi tengah. Maggot yang telah

diperoleh, terlebih dahulu bersihkan menggunakan air hangat. Selanjutnya maggot

dikeringkan menggunakan oven untuk mengurangi kadar air, kemudian maggot

dijemur dengan memanfaatkan sinar matahari selama 1-2 hari. Maggot yang telah

kering kemudian di haluskan menggunakan blender dan diayak sehingga

diperoleh tepung maggot yang siap digunakan sebagai bahan dalam formulasi

pembuatan pakan ikan. Tepung maggot yang telah jadi diformulasi terlebih

dahulu sebelum dicampurkan dengan bahan-bahan lain, hal ini bertujuan untuk

mengetahui jumlah kebutuhan masing-masing bahan yang akan digunakan.

Formulasi pembuatan pakan menggunakan metode pearsons dengan kadar protein

target sebesar 45%. Kadar protein 45% merupakan kadar protein optimal untuk

ikan (Wijayanti, 2011 dalam Perdana dkk., 2016). Komposisi formulasi pakan

disajikan pada Tabel 3-5. Selanjutnya semua komposisi bahan dicampur mulai

dari bahan yang presentasi proteinnya kecil hingga yang paling besar (Marno dkk.,

2015). Setelah semua bahan dicampur, kemudian ditambahkan air hangat sedikit

demi sedikit hingga pakan berbentuk lalu di keringkan. Pakan yang telah jadi
22

dianalisis uji proksimat di Laboratorium Nutisi Fakultas Peternakan dan

Perikanan, Universitas Tadulako.

Tabel 3-3 Alat yang digunakan dalam pembuatan pakan


No Alat Jumlah Kegunaan
1 Oven 1 Mengeringkan maggot
2 Blender 1 Menghaluskan maggot
3 Ayakan 1 Mengayak tepung maggot

Tabel 3-4 Bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan


No Bahan Kegunaan
1 Tepung Maggot Bahan pembuatan pakan
2 Tepung ikan Bahan pembuatan pakan
3 Tepung terigu Bahan pembuatan pakan
4 Tepung kedelai Bahan pembuatan pakan
5 Minyak ikan Bahan pembuatan pakan

Tabel 3-5 Komposisi formulasi pakan


No Bahan Presentase
1
2
3
4

3.3.5 Parameter Kualitas Air

Parameter fisika air media pemeliharaan yang diamati yaitu suhu,

selanjutnya suhu diukur setiap hari menggunakan termomoter. Parameter kimia

air media pemeliharaan yang diukur meliputi oksigen terlarut, derajat keasaman

dan amonia. Oksigen terlarut diamati menggunakan DO meter dan diukur pada

awal dan akhir penelitian, derajat keasaman diamati menggunakan pH meter

kemudian diukur setiap hari dan amonia diukur pada awal dan akhir penelitian

menggunakan amonia test kit.


23

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga diperoleh 20 unit percobaan.

Perlakuan pada penelitian ini adalah pemberian pakan dosis berbeda yang

diformulasi di tepung maggot terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan

nila sebagai berikut :

Perlakuan A : Pakan tepung maggot dengan dosis 10% dari biomassa ikan

Perlakuan B : Pakan tepung maggot dengan dosis 12% dari biomassa ikan

Perlakuan C : Pakan tepung maggot dengan dosis 14% dari biomassa ikan

Perlakuan D : Pakan tepung maggot dengan dosis 16% dari biomassa ikan

C5 D2 B4 C2 B1

C4 D4 B5 C3 A1

B3 D1 A3 B2 A4

A5 A2 D3 C1 D5

Gambar 3-1. Tata letak wadah pemeliharaan


24

3.5 Peubah Yang Diamati

3.5.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak

Bobot mutlak dihitung dengan menggunakan rumus (Goddard, 1996

dalam Israwan, 2014) :

W = Wt – Wo
Keterangan :
W : Pertumbuhan bobot mutlak (g)
Wt : Berat rata-rata ikan pada akhir penelitian (g/ekor)
Wo : Berat rata-rata ikan pada awal penelitian (g/ekor)

3.5.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik ikan dihitung menggunakan perhitungan

(Huisman dkk., 1991 dalam Israwan, 2014) sebagai berikut:

(Wt – W 0)
LPS (%) = 100 %
T
Keterangan :
LPS : Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt : Berat ikan pada hari ke-t (g)
Wo : Berat ikan pada awal penelitian (g)
T : Lama pemeliharaan ikan (hari)

3.5.3 Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Efisiensi pemanfaatan pakan dihitung menggunakan rumus (Tacon, 1987

dalam Haryanto dkk., 2014)

n n W 1−W 0 (Wt – W 0)
EPP = x 100 %
F F
Keterangan :

EPP : Efisiensi pemanfaatan pakan (%)


Wt : Biomassa pada akhir penelitian (g)
W0 : Biomassa pada awal penelitian (g)
F : Berat total pakan selama penelitian (g)
25

3.5.4 Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan dapat dihitung menggunakan rumus (Djajasewaka,

1985 dalam Iskandar dan Elrifadah, 2015) yaitu :

F
FCR =
( Wt+ D ) – W 0
Keterangan :

RKP : Rasio Konversi Pakan


W0 : Berat ikan pada awal peneltian (g)
Wt : Berat ikan pada akhir pnelitian (g)
D : Berat ikan yang mati selama penelitian (g)
F : Jumlah pakan yang diberikan (g)

3.5.5 Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup (SR) dihitung berdasarkan rumus (Asma dkk., 2016):

Nt
SR (%) = 100 %
No

Keterangan :

SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)


Nt : Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)
No : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

3.6 Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis ragam

(ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan tehadap variabel yang diamati.

Jika ada perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut BNT menggunakan

SPSS versi 23.0. Data kualitas air yang didapatkan selama penelitian dianalisis

secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabulasi dan gambar.


DAFTAR PUSTAKA

Aldi, M., F. Fathul., S. Tantalo dan Erwanto. 2018. Pengaruh Berbagai Media
Tumbuh Terhadap Kandungan Air, Protein dan Lemak Maggot yang
Dihasilkan Sebagai Pakan. Jurnal. Riset dan Inovasi Peternakan. Vol.2 (2):
14-20
Arief, M., A.N. Ratika dan M. Lamid, 2012. Pengaruh Kombinasi Media Bungkil
Kelapa Sawit dan Dedak Padi Yang Difermentasi Terhadap Produksi
Maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Sebagai Sumber Protein
Pakan Ikan. Jurnal. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol.4 (1): 33-37
Arief, M., D.K. Pertiwi dan Y. Cahyoko, 2011. Pengaruh Pemberian Pakan
Buatan, Pakan Alami dan Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan, Rasio
Konversi Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla
bicolor). Jurnal. Ilmiah dan Kelautan. Vol.3 (1): 61-65
Asma, N., Z.A. Muchlisin dan I. Hasri, 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus Vittatus) pada Ransum Harian yang
Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Vol.1
(1): 1-11
Azir, A., H. Haris dan R.B.K. Haris., 2017. Produksi dan Kandungan Nutrisi
Maggot (Chrysomya Megacephala) Menggunakan Komposisi Media
Kultur Berbeda. Jurnal. Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan.
Vol.12 (1): 34-40
Cahyantara, A.R., 2017. Rancang Bangun Sistem Pengendali Kadar Oksigen
Terlarut Dengan Algoritma Fuzzy Logic Controller Pada Budidaya
Akuaponik. Skripsi. Departemen Teknik Fisika Fakultas Teknologi
Industri Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
Cahyoko, Y., D.G. Rezi., A.T. Mukti, 2011. Pengaruh Pemberian Tepung Maggot
(Hermetia illucens) dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan, Efisiensi Pakan
dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal.
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol.3 (2): 145-150
Fahmi, M.R., Saurin, Hem dan I.W. Sabamia, 2009. Potensi Maggot untuk
Peningkatan Pertumbuhan dan Status Kesehatan Ikan. Jurnal. Riset
Akuakultur. Vol.4 (2):221-232
Fauzi, R.U.A dan E.R.N. Sari, 2018. Analisis Usaha Budidaya Maggot sebagai
Alternatif Pakan Lele. Jurnal. Teknologi dan Manajemen Agroindustri.
Vol.7 (1):39-46
27

Hartami, P., S.N. Rizki dan Erlangga, 2015. Tingkat Densitas Populasi Maggot
pada Media yang Berbeda. Jurnal. Berkala Perikanan Terubuk. Vol.43
(2):14-24
Hartanto, F., N.E. Bataragoa dan A.V. Lohoo, 2015. Sebaran Longitudinal dan
Karakter Morfometrik Sidat di Bagian Hilir Sungai Kabur Likupang
Timur Minahasa Utara. Jurnal. Ilmiah Platax. Vol.3 (2): 54-62
Haryanto, P., Pinandoyo dan R.W. Ariyati, 2014. Pengaruh Dosis Pemberian
Pakan Buatan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Juvenil Kerapu
Macan (Epinephelus Fuscoguttatus). Journal of Aquaculture Management
and Technology. Vol.3 (4):58-66
Indariyanti, N dan E. Barades, 2018. Evaluasi Biomassa dan Kandungan Nutrisi
Magot (Hermetia illucens) pada Media Budidaya yang Berbeda.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian. 08
Oktober. Politeknik Negeri Lampung
Iskandar. R dan Elrifadah, 2015. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Buatan Berbasis Kiambang.
Jurnal. Ziraa’ah. Vol.40 (1): 18-24
Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015. Rencana Aksi Nasional (RAN)
Konservasi Sidat. Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
Laut, Jakarta
Komarawidjaja, W, 2006. Pengaruh Perbedaan Dosis Oksigen Terlarut (Do) pada
Degradasi Amonium Kolam Kajian Budidaya Udang. Jurnal. Hidrosfir.
Vol.1 (1):32-37
Kurniawan, A, 2013. Palatabilitas dan Pertumbuhan Sidat Anguilla marmorata
Dengan Pemberian Atraktan Tepung Cumi dan Tepung Udang Rebon.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmojo S. 1993. Freshwater fishes
of Western Indonesia and Sulawesi. Hong Kong: Periplus Editions.
Hlm:344
Lubis, M.Z, 2014. Bioakustik Stridulatory Gerak Ikan Guppy (Poecilia
Reticulata) Saat Proses Aklimatisasi Kadar Garam. Skripsi. Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Maishela, B.F, 2016. Pengaruh Susunan Filter Terhadap Konsentrasi N dan P
pada Pendederan Ikan Gurame (Osphronemus Gouramy) dengan Sistem
Resirkulasi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar
Lampung
Marno., Adelina dan N. Aryani, 2016. Utilization of Flour Maggot (Hermetia
Illuncens L) as A Substitute Fish Flour for Growth of Selais Fish (Ompok
28

Hyphoptalmus) Seed. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Perikanan dan


Ilmu Kelautan Universitas Riau. Vol 3 (1): 1-12
Miller, M.J., S. Whouthuyzen., H.Y. Sugeha., M. Kuroki., A. Tawa., S.
Watanabe., A. Syahailatua., S. Suharti., F.Y. Tantu., T. Otake., K.
Tsukamoto dan J. Aoyama, 2016. High Boideversity of Leptocephali in
Tomini Bay Indonesia in The Center of The Coral Triangle. Regional
Studies in Marine Sciense 8. 99-113
Monita, L., S.H. Sutjahjo., A.A. Amin dan M.R. Fahmi, 2017. Pengolahan
Sampah Organik Perkotaan Menggunakan Larva Black Soldier Fly
(Hermetia Illucens). Jurnal. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Vol.7 (3): 227-234
Muhayyat, M.S., A.T. Yuliansyah dan A. Prasetya, 2016. Pengaruh Jenis Limabh
dan Rasio Umpan pada Biokonversi Limbah Domestik Menggunakan
Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Jurnal Rekayasa Proses.
Vol.10 (1): 23-29
Nawir, F, 2015. Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat (Angila bicolor) yang Diberi
Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Berbeda. Tesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor
Ndobe, S, 2010. Struktur Ukuran Glass Eel Ikan Sidat (Anguilla Marmorata) di
Muara Sungai Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal. Media Litbang
Sulteng. Vol.3 (2): 144-150
Mubinun., Mifta. H., dan Irma (2004), Nila gift (Oreochromis niloticus) Penghuni
Baru SungaiGelam. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan & Japan
International Cooperation Agricultur (MERAH), Jambi.
Patty, S.I, 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan
Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Vol.1 (3): 148-157
Pratama, R.H, 2018. Kajian Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor yang Diberi
Pakan dengan Penambahan Asam Amino. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung
Puspitaningrum, M., M. Izzati dan S. Haryanti. Produksi dan Konsumsi Oksigen
Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air. Jurnal. Buletin Anatomi dan
Fisiologi. Vol.20 (1): 47-55
Putra, S., A. Arianto., E. Efendi., Q. Hasani dan H. Yulianto, 2016. Efektifitas
Kijing Air Tawar ( Pilsbryoconcha Exilis ) Sebagai Biofilter Dalam
Sistem Resirkulasi Terhadap Laju Penyerapan Amoniak Dan Pertumbuhan
Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus). Jurnal. Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan. Vol.4 (2): 497-506
29

Rachmawati, D dan I. Samidjan, 2013. Efektivitas Subtitusi Tepung Ikan dengan


Tepung Maggot dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Ikan Patin (Pangasius pangasius). Jurnal Saintek
Perikanan. Vol.9 (1): 62-67
Rahmawati, S., Hasim dan Mulis, 2015. Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sidat Di Balai Benih
Ikan Kota Gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol.3 (2): 64-
70
Santoso, B, 2019. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan dan Maggot Hermetia
illucens Terhadap Pertumbuhan Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung
Setyaningtyas, T., R, Andreas dan K. Riyani, 2008. Potensi Humin Hasil Isolasi
Tanah Hutan Damar Baturraden dalam Menurunkan Kesedahan Air.
Jurnal. Molekul. Vol.3 (2): 77-84
Setyono, B.D.H., M. Junaidi., M. Marzuki., Paryono dan F. Azhar, 2018. Potency
of Eel (Anguilla marmorata) in North Lombok Regency, West Nusa
Tenggara Province. Jurnal. Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Vol.6 (2): 569-575
Sheppard, D.C and G.L. Newton. 2000. Valuable by product of a manure
managemet system using the black soldier fly. Proceedings of the 8th
International Symposium of animal, agricultural and food processing
wastes. American Society of Agricultural Engineers, St. Joseph
Sugeha, H.Y., S.R. Suharti., S. Wouthuyzen dan K. Sumadhiharga, 2008.
Biodiversity, Distribution and Abudance of The Tropical Anguillid Eels in
The Indonesian Waters. Jurnal Marine Research Indonesia. Vol.33 (2):
133 dan 135
Sugianto, D, 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Pakan Maggot Terhadap
Pertumbuhan dan Efisiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy). Skripsi. Departemen Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Boggor, Bogor
Supono. 2008. Analisis Diatom Epipelic Sebagai Indicator Kualitas Lingkungan
Tambak untuk Budidaya Udang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
Suprianto., E.S. Redjeki dan M.S. Dadiono, 2019. Optimalisasi Dosis Probiotik
Terhadap Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) pada Sistem Bioflok. Jurnal of Aquaculture and
Fish Health. Vol.8 (2): 80-85
Suwarsih., Marsoedi., N. Harahab dan M. Mahmudi, 2016. Kondisi Kualitas Air
pada Budidaya Udang di Tambak Wilayah Pesisir Kecamatan Palang
30

Kabupaten Tuban. Prosiding Seminar Nasional Kelautan. 27 Juli.


Universitas Trunojoyo Madura
Tumanggor, Y.A, 2019. Tingkat Pertumbuhan dan Kadar Protein Larva Hermetia
illucens (Diptera: Stratiomyidae) pada Media Pertumbuhan yang Berbeda
Sebagai Kajian Analisis Sumber Belajar. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang
Trewavas F. 1986. Tilapias: Taxonomi and Speciation . In R.S.V. Dullin and R.H
Low Mc. Connell ( Eds ). The Biology and Culture of Tilapias .
ICLARM Converence , Mamalia.
Wardhana. A.H, 2016. Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Sebagai Sumber
Protein Alternatif untuk Pakan Ternak. Jurnal. Wartazoa. Vol.26 (2): 69-
78
Yudiarto, S., M. Arief dan Agustono, 2012. Pengaruh Penembahan Atraktan yang
Berbeda Dalam Pakan Pasta Terhadap Retensi Protein, Lemak dan Energi
Benih Ikan Sidat Stadia Elver. Jurnal. Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
Vol.4 (2): 135-140
31

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulasi Perhitungan Pakan (Metode Pearsons)


No Jenis Bahan Baku Protein
1 Tepung Maggot 43.42%
2 Tepung Kedelai 43.36%
3 Dedak Halus 15.58%
4 Tepung Jagung 9.50%
5 Tepung Terigu 12.27%

Perhitungan :

Protein Bassal = 12.45 1.61 =


45% - 43.39
Protein yang diinginkan
45 %

Protein Suplement = 43.39 45% - 12.45 = 32.55

Bahan baku protein basal :


Dedak halus = 15.58%
Tepung jagung = 9.50%
Tepung terigu = 12.27%
Rata-rata protein basal = (15.58% + 9.50% + 12.27%) : 3 = 12.45

Bahan baku protein supplement :


Tepung maggot = 43.42%
Tepung kedelai = 43.36%
Rata-rata protein suplemen = (43.42 + 43.36) : 2 = 43.39

Protein basal = (1.61% : 34.16%) x 100% = 4.71%


Protein supplement = (32.55% : 34.16%) x 100% = 95.29%

Dari hasil perhitungan, maka komposisi bahan baku yang digunakan adalah :
 Tepung Maggot = 95.29% : 2 = 47.64
 Tepung Kedelai = 95.29% : 2 = 47.64
 Dedak halus = 4.71% : 3 = 1.57%
 Tepung Jagung = 4.71% : 3 = 1.57%
 Tepung Terigu = 4.71% : 3 = 1.57%
32

Anda mungkin juga menyukai