PROPOSAL PENELITIAN
ADJI SUGANDA
JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
2
ADJI SUGANDA
O 271 16 119
JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
2
HALAMAN PENGESAHAN
Adji suganda
Menyetujui Menyetujui
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota
Disahkan Oleh
Ketua Jurusan Akuakultur
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-
IKAN NILA (Oreochromis niloticus). Penulis menyadari tanpa adanya arahan dari
dosen pembimbing, dukungan dari keluarga dan kontribusi yang bermanfaat dari
penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan banyak dukungan, do’a dan motivasi
kepada penulis.
2. Ibu Ir. Desiana Trisnawati Tobigo, M.Si selaku Dosen Pembimbing utama
proposal penelitian ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan
iv
kritik dan saran yang membangun demi proposal ini. Semoga proposal penelitian
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya.
Adji suganda
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................. 3
1.3 Manfaat................................................................................................ 3
1.4 Hipotesis.............................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioekologi Ikan Nila(Oreochromis niloticus)......................................... 4
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi.........................................................
2.1.2 Habitat dan Penyebaran............................................................ 6
2.1.3 Kebutuhan nutrisi...................................................................... 6
2.2 Bioekologi Maggot (Hermetia illucens)............................................. 8
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi......................................................... 8
2.2.2 Siklus Hidup.............................................................................
2.2.3 Kandungan Nutirisi Maggot (Hermetia illucens)..................... 9
2.3 Kualitas Air......................................................................................... 10
2.3.1 Suhu.......................................................................................... 12
2.3.2 Derajat Keasaman (pH)............................................................ 12
2.3.3 Oksigen terlarut........................................................................ 12
2.3.4 Amonia..................................................................................... 12
BAB 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 12
3.2 Materi Penelitian................................................................................. 12
3.2.1 Organisme Uji........................................................................... 12
3.2.2 Alat dan Bahan......................................................................... 12
vi
3.3 Prosedur Penelitian.............................................................................. 13
3.3.1 Persiapan wadah ...................................................................... 13
3.3.2 Persiapan Organisme Uji.......................................................... 13
3.3.3 Pemelihraan Organisme Uji...................................................... 13
3.4 Rancangan Penelitian.......................................................................... 14
3.5 Peubah yang Diamati.......................................................................... 14
3.5.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak...................................................... 15
3.5.2 Laju Pertumbuhan Spesifik....................................................... 15
3.5.3 Efisiensi Pemanfaatan Pakan.................................................... 15
3.5.4 Rasio Konversi Pakan............................................................... 16
3.5.5 Kelangsungan Hidup................................................................ 14
3.6 Analisa Data........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3-1 Alat yang digunakan dalam penelitian...................................... 12
Tabel 3-2 Bahan yang digunakan dalam penelitian.................................. 12
Tabel 3-3 Alat yang digunakan dalam pembuatan pakan......................... 12
Tabel 3-4 Bahan yang digunakan dalam penelitian.................................. 12
Tabel 3-5 Komposisi formulasi pakan...................................................... 12
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2-1 Siklus hidup Ikan Nila(Oreochromis niloticus).......................... 4
ix
BAB 1 PENDAHULUAN
Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang telah banyak
nasional. Salah satunya adalah dari jenis ikan nila Geneticaly Improvement of
Farmed Tilapia (GIFT). Ikan nila GIFT merupakan ikan air tawar hasil seleksi
pertama dunia yang mempunyai pertumbuhan cepat (World Fish Center 2010) .
Keunggulan lain dari ikan nila GIFT yaitu relatif tahan dan tumbuh baik pada
lingkungan ekstrim. (Gustiano et al. 2008) Produksi ikan nila dari tahun ke tahun
teus mengalami penignkatan produksi dan data yang di ambill dari tahun 2010
hingga 2013 terus mengalami peningkatan produksi yaitu dari tahun 2010 data
yang di dapatkan 26,36% dengan jumlah produksi ikan nila dan terus meningkat
pada tahun 2013 sebesar 1.105.000 ton (KKP 2013). Pemerintah Kabupaten
Bogor menyebutkan produksi ikan nila nasional pada tahun 2014 mencapai
Peternakan 2017).
Indonesia diyakini menjadi produsen sumber daya benih ikan nila terbesar
di dunia (Sudaryono dkk.,2014) Akan tetapi produksi benih ikan yang terus
akan pakan ikan yang baik yaitu dapat memenuhi kebutuhan energi dan nutrisinya
(Centyana et al. 2014) Pakan dengan komposisi yang baik dapat mengoptimalkan
pertumbuhan dan sintasan ikan (Affandi 2005 dalam Henditama, 2015) Oleh
2
sebab itu perlu dicari bahan baku sumber protein alternatif dalam formulasi
Salah satu bahan baku alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
protein hewani pada pakan adalah maggot. Hasil analisis proksimat menunjukan
bahwa maggot mengandung protein 43,42%, lemak 17,24%, serat kasar 18,82%,
abu 8,70% dan kadar air 10,79% (Rachmawati dan Samidjan, 2013). Maggot yang
diolah menjadi bentuk tepung dapat menggantikan tepung ikan sebagai pakan
ikan nila, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penberian pakan
1.2 Tujuan
dan kelangsungan hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) diberikan pakan dosis
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pelaku
usaha budidaya dalam mencari alternatif pakan yang dapat digunakan untuk
1.4 Hipotesis
Menurut Mubinun dkk (2004), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut;
Kingdom Animalia, Filum Chordata, Subfilum Vertebrata, Kelas Pisces, Subkelas
Teleostei, Ordo Perchomorphi, Subordo Perchoidae, Famili Chiclidae, Genus
Oreochromis, Spesies Oreochromis sp, Strain GIFT
Ikan nila memiliki ciri morfologi, yaitu berjari-jari keras, sirip perut
torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda
lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak
keputihan. Bagian bawah tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal,
putih agak kehitaman bahkan ada yang kuning.. Sepertiga sisik belakang
menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateris yang terputus
antara bagian atas dan bawahnya. Line lateralis bagian atas memanjang mulai dari
tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran
5
kepalanya relative kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai
mata yang besar (Kottelat et al. 1993). Ikan nila memiliki kemampuan
menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini juga
dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi
Ikan nila hidup diperairan luas dan dalam juga terdapat di kolam yang
sempit dan dangkal. Ikan nila juga biasanya hidup di danau, waduk, rawa, sawah,
dan tambak air payau (Djarijah,1995) Ikan nila juga memiliki nilai toleransi
optimal untuk di budidaya yaitu nilai ph optimal 6,5 – 8,5 sedangkan kadar
oksigen minimal 3 ppm dan salinitas optimal untuk ikan nila yaitu 0 – 10 ppt
kualitas air ideal dalam budi daya ikan nila adalah pada kondisi pH 7-9, Suhu 25-33 o C,
Menurut (Amri dan Khairuman , 2003), ikan Nila tergolong ikan pemakan
tumbuhan. Larva ikan Nila makanannya adalah, zooplankton seperti Rotifera sp.,
Daphnia sp., serta alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat
hidupnya. Apabila telah dewasa ikan Nila diberi makanan tambahan dapat berupa,
karbohidrat, dan lemak. Kandungan nutrisi yang tidak tepat dapat mempengaruhi
Kebutuhan nutrisi ikan akan terpenuhi dengan adannya protein dalam pakan.
Protein merupakan kompleks yang terdiri dari asam amino esensial yang
terdapat pada tumbuhan, terdiri dari unsur Cn (H2O) dan karbohidrat salah satu
komponen yang berperan sebagai sumber energi bagi ikan serta bersifat sparing
effect bagi protein. Karbohidrat lebih mudah larut dalam air dan dapat digunakan
protein sebagai sumber energi lemak dan karbohidrat yang seharusnya sebagai
sumber energi. Kebutuhan karbohidrat yang memiliki kecernaan tinggi dan aktitas
enzim amilase pada ikan Nila akan mempengaruhi daya cerna karbohidrat yang
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) sebagai unsur utama. Beberapa di
antaranya ada yang mengandung nitrogen dan fosfor. Lemak berguna sebagai
7
Lemak juga berperan dalam menjaga keseimbangan dan daya apung pakan dalam
air. Kandungan lemak pakan yang dibutuhkan ikan Nila antara 3 - 6% dengan
Maggot adalah organisme yang berasal dari telur lalat black soldier dan
untuk tumbuh. Fase pada siklus hidup lalat black soldier yaitu maggot (larva),
prepupa, pupa dan serangga dewasa (Fauzi dkk., 2018). Maggot sebagai pakan
mudah dibudidayakan, memiliki anti jamur dan mikroba serta tidak membawa
Black soldier fly berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya
Panjang lalat berkisar antara 15-20 mm dan mempunyai waktu hidup lima sampai
delapan hari. Saat lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi sayap masih
Lalat dewasa tidak memiliki bagian mulut yang fungsional, karena lalat dewasa
nutrien lalat dewasa tergantung pada kandungan lemak yang disimpan saat masa
pupa. Ketika simpanan lemak habis, maka lalat akan mati (Makkar dkk., 2014
salah satu jenis pakan alternatif yang digunakan oleh para pembudidaya untuk
menekan biaya produksi pakan (Hartami dkk., 2015). Sheppard dan Newton
(2000) menyebutkan bahwa maggot bisa menggantikan tepung ikan sebagai bahan
sederhana (Hartami dkk., 2015). Maggot dapat tumbuh dan berkembang pada
media yang mengandung nutirisi yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya (Aldi
dkk., 2018). Maggot hidup pada media yang mengandung bahan organik dan
dalam Santoso, 2019). Hasil penelitian Fahmi dkk (2015) dalam Indariyanti dan
barades (2018) menunjukan bahwa magot sebagai agen biokonversi dapat hidup
menggunakan media ampas kelapa sawit dan kombinasi ampas kelapa sawit,
limbah pasar dan limbah ikan. Santoso (2019) menyatakan bahwa ampas tahu dan
campuran ikan asin juga dapat digunakan sebagai media hidup untuk maggot.
Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier fly
yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum
fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa (Santoso, 2019). Siklus
hidup lalat balck soldier fly dari telur sampai menjadi dewasa membutuhkan
waktu sekitar 40-43 hari (Tumberlin dkk., 2002 dalam Tumanggor, 2019).
betina black soldier fly akan bertelur disekitar sumber makanan seperti pada
tumpukan limbah bungkil sawit, bongkahan kotoran hewan. Lalat betina hanya
bertelur satu kali selama hidupnya dan akan mati setalah bertelur. Menurut
Rachmawati & Samidjan (2013) bahwa lalat betina dapat memproduksi sekitar
185-1235 telur. Telur akan menetas menjadi larva instar dalam waktu 2-4 hari dan
10
berkembang menjadi larva instar enam dalam waktu 22-24 hari, kemudian setelah
berkembang dan mengalami pergantian kulit panjang tubuh larva mencapai 20-25
mm, selanjutnya akan masuk ke tahap prepupa (Barros dkk., 2014 dalam
Tumanggor, 2019)
Menurut Monita dkk (2017) Pada fase larva black soldier fly akan bergerak
aktif, setelah memasuki fase prepupa pergerakannya akan melambat, hal ini
terjadi karena pada fase ini larva tidak akan makan ditandai dengan larva
meninggalkan media hidupnya menuju tempat kering. Fase prepupa dapat dilihat
dengan adanya perubahan warna pada tubuh yang awalnya kekuningan hingga
berubah menjadi coklat gelap. Fase prepupa akan berlangsung selama 6 hari dan
Fase pupa ditandai dengan perubahan warna larva dari coklat gelap
menjadi hitam legam. Pada fase pupa pergerakan akan berubah menjadi pasif,
kulit lebih keras, berkerut dan bobot tubuh menjadi lebih ringan. Fase pupa
berlangsung selama 6 hari (Monita dkk., 2017). Fase pupa merupakan fase akhir
yang nantinya pupa akan berkembang menjadi lalat dewasa. Pada saat itu kondisi
menutupi bagian torak lalat. Lalat dewasa akan mati ketika simpanan lemak pada
tubuhnya habis karena kebutuhan nutrient lalat tergantung pada kandungan lemak
yang disimpan pada saat masa pupa. Lalat dewasa membutuhkan waktu dua
sampai tiga hari untuk siap melakukan perkawinan (Makkar dkk., 2014 dalam
Tumanggor, 2019).
11
sebagai pakan. Maggot memiliki potensi untuk menggantikan tepung ikan sebagai
dimiliki oleh maggot bersumber dari protein yang terdapat pada media tumbuh
karena maggot memanfaatkan protein yang ada pada media pemeliharannya untuk
membentuk protein tubuhnya (Aldi dkk., 2018). Maggot memiliki sumber protein
hewani yang tinggi karena mengandung protein 30-45% (Azir dkk., 2017). Karena
sebagai pengganti pakan ikan (Rambet dkk., 2016 dalam Muhayyat dkk., 2016).
(Newton et al., 1977 dalam Arief, 2012). Hasil uji proksimat yang dilakukan oleh
budidaya ikan. Kelabora (2010) dalam Suprianto dkk (2019) menyatakan bahwa
proses budidaya ikan, kualitas air berperan penting untuk memberikan suasana
12
yang nyaman bagi pergerakan ikan sesuai dengan persyaratan hidup ikan yang
optimal.
kegiatan budidaya ikan diantaranya adalah suhu air, oksigen terlarut, pH dan
amonia (Setyaningtyas dkk., 2008). Parameter fisika, kimia dan biologi air sangat
berpengaruh terhadap jumlah produksi kegiatan budidaya ikan (Boyd, 1990 dalam
Supono, 2008). Ikan nila juga memiliki nilai toleransi optimal untuk di budidaya
yaitu nilai ph optimal 6,5 – 8,5 sedangkan kadar oksigen minimal 3 ppm dan
salinitas optimal untuk ikan nila yaitu 0 – 10 ppt (Suyanto, 1994) sedangkan
menurut (Ghufran dan Tancung, 2010) menyatakan kualitas air ideal dalam budidaya
ikan nila adalah pada kondisi pH 7-9, Suhu 25-33 o C, kadar Oksigen 5-6 ppm dan
2.3.1 Suhu
pada hewan akuatik (Samsundari dan Wirawan, 2013). Suhu air dapat
mempengaruhi berbagai proses fisika maupun kimia air (Suwarsih dkk., 2016).
ikan sidat (Patty, 2013). Suhu dapat mempengaruhi laju metabolisme ikan
sehingga akan meningkatkan nafsu makan ikan yang pada akhirnya akan
dalam perairan (Boyd, 1982 dalam Suwarsih dkk., 2016). Meningkatnya suhu
Peningkatan suhu sebesar 1°C dapat meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%
suatu perairan (Samsundari dan Wirawan, 2013). Perairan yang sangat asam
menyebabkan berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi
akan meningkatkan konsentrasi amonia yang juga bersifat sangat toksik bagi ikan
(Mulya, 2004).
Salah satu parameter kualitas air yang sangat penting dalam kegaiatan
budidaya ikan adalah oksigen terlarut (Suwarsih dkk., 2016). Oksigen terlarut
dalam air bersumber dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air (Effendi, 2003 dalam Puspitaningrum dkk., 2012).
Oksigen terlarut merupakan oksigen dalam bentuk terlarut didalam air yang
digunakan ikan dalam proses respirasi (Gusrina, 2008 dalam Samsundari dan
Wirawan, 2013). Ikan dan organisme akuatik lainnya juga memerlukan oksigen
oksigen terlarut dalam air akan mempengaruhi napsu makan ikan, sehingga akan
14
yang rendah juga dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya
2016).
tergantung pada suhu, konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas
Kandungan oksigen terlarut dalam air yang ideal untuk budidaya ikan tidak boleh
<3,00 mg/l karena dapat menyebabkan kematian ikan (SNI, 2009 dalam
2.3.4 Amonia
Penurunan kualitas air dipicu oleh tingginya sisa pakan dan sisa
yang pada akahirnya akan membentuk amonia pada dasar perairan (Effendi, 2003
toksik bagi organisme akuatik (Suwarsih dkk., 2016). Amonia terbentuk karena
adanya peran mikroba dalam proses penguraian senyawa organik sisa pakan yang
dalam air dipengaruhi oleh pH, suhu, salinitas dan tekanan osmotik
(Komarawidjaja, 2006)
15
sebagai alat pernafasan akan terganggu (Ruly, 2011 dalam Putra dkk., 2016).
Amonia terdiri dari dua bentuk yaitu amonium (NH) dan amonia tidak
terionisasi (NH). Jumlah total kedua fraksi tersebut biasa disebut total amonia atau
amonia (Samsundari dan Wirawan, 2013). Amonia akan terdegradasi secara aerob
merupakan tahap yang penting dari siklus nitrogen. Pada tahap ini mikroba yang
berperan aktif adalah kelompok Nitrosomonas yang menghasilkan nitrit (Joye dan
nilaticus). Ikan nila yang akan digunakan pada penelitian ini sebanyak 200 ekor
dan dipelihara dengan padat tebar 5 ekor/wadah. Ikan nila yang di gunakan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan pada
20 liter sebanyak 20 unit yang sebelumnya telah dicuci dan dikeringkan. Sebelum
didiamkan selama 5 jam, setelah 5 jam wadah dibilas menggunakan air tawar.
Untuk menghilangkan bau plastik dan zat kimia yang masih tertinggal setelah
liter dan dilengkapi aerator, selang aerasi dan batu aerasi pada setiap wadah.
Sumber air yang digunakan berasal dari bak penampungan air laboratorium
Penebaran ikan nila dilakukan pada pagi hari (07.00 WITA). Ikan nila
yang akan ditebar disortir terlebih dahulu hingga ukuran berat ikan sidat
homogen. Penyotiran ukuran ikan sidat dilakukan agar tidak terjadi persaingan
(2014) bahwa ikan yang berukuran lebih besar akan lebih mendominasi dalam
mendapatkan makanan dan ikan yang berukuran lebih kecil akan kalah dalam
selesai. Aklimatisasi dilakukan dengan cara meletakan wadah yang berisi ikan
dimasukinya (Lubis, 2014). Selanjutnya wadah yang berisi ikan diisi dengan air
pada media pemeliharaan secara perlahan, hingga suhu dan salinitas antara wadah
berisi ikan nila dengan wadah media pemeliharaan diasumsikan sama. Setelah
pemeliharaan.
Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 42 hari, ikan nila yang digunakan
selama penelitian ini sebanyak 200 ekor dengan padat tebar 5 ekor/wadah. Pakan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang diformulasi di
yaitu pada pagi dan malam hari (Yudiarto, 2012). Sampling ikan di lakukan
setiap 7 hari sekali untuk mengukur berat ikan dengan menggunakan timbangan
digital. Pergantian air dilakukan setiap 7 hari sekali dengan mengganti 20% dari
total air wadah pemeliharaan, selanjutnya wadah disifon setiap hari sebelum
dilakukan pemberian pakan. Ikan yang mati selama penelitian dicatat dan
ditimbang beratnya untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup ikan nila Pakan
yang diberikan selama penelitian dicatat setiap hari untuk menghitung rasio
konversi pakan.
21
penelitian ini adalah tepung ikan yang disubtitusi dengan tepung maggot sebesar
20%. Menurut Priyadi dkk (2009) bahwa tepung ikan yang disubtitusi tepung
maggot sebesar 20% pada formulasi pembuatan pakan dapat berpengaruh baik
pada pertumbuhan ikan. Maggot yang digunakan pada penelitian ini didapatkan
dari pembudidaya maggot dikota palu, Sulawesi tengah. Maggot yang telah
dijemur dengan memanfaatkan sinar matahari selama 1-2 hari. Maggot yang telah
diperoleh tepung maggot yang siap digunakan sebagai bahan dalam formulasi
pembuatan pakan ikan. Tepung maggot yang telah jadi diformulasi terlebih
dahulu sebelum dicampurkan dengan bahan-bahan lain, hal ini bertujuan untuk
target sebesar 45%. Kadar protein 45% merupakan kadar protein optimal untuk
ikan (Wijayanti, 2011 dalam Perdana dkk., 2016). Komposisi formulasi pakan
disajikan pada Tabel 3-5. Selanjutnya semua komposisi bahan dicampur mulai
dari bahan yang presentasi proteinnya kecil hingga yang paling besar (Marno dkk.,
2015). Setelah semua bahan dicampur, kemudian ditambahkan air hangat sedikit
demi sedikit hingga pakan berbentuk lalu di keringkan. Pakan yang telah jadi
22
air media pemeliharaan yang diukur meliputi oksigen terlarut, derajat keasaman
dan amonia. Oksigen terlarut diamati menggunakan DO meter dan diukur pada
kemudian diukur setiap hari dan amonia diukur pada awal dan akhir penelitian
Perlakuan pada penelitian ini adalah pemberian pakan dosis berbeda yang
Perlakuan A : Pakan tepung maggot dengan dosis 10% dari biomassa ikan
Perlakuan B : Pakan tepung maggot dengan dosis 12% dari biomassa ikan
Perlakuan C : Pakan tepung maggot dengan dosis 14% dari biomassa ikan
Perlakuan D : Pakan tepung maggot dengan dosis 16% dari biomassa ikan
C5 D2 B4 C2 B1
C4 D4 B5 C3 A1
B3 D1 A3 B2 A4
A5 A2 D3 C1 D5
W = Wt – Wo
Keterangan :
W : Pertumbuhan bobot mutlak (g)
Wt : Berat rata-rata ikan pada akhir penelitian (g/ekor)
Wo : Berat rata-rata ikan pada awal penelitian (g/ekor)
(Wt – W 0)
LPS (%) = 100 %
T
Keterangan :
LPS : Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt : Berat ikan pada hari ke-t (g)
Wo : Berat ikan pada awal penelitian (g)
T : Lama pemeliharaan ikan (hari)
n n W 1−W 0 (Wt – W 0)
EPP = x 100 %
F F
Keterangan :
F
FCR =
( Wt+ D ) – W 0
Keterangan :
Nt
SR (%) = 100 %
No
Keterangan :
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis ragam
Jika ada perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut BNT menggunakan
SPSS versi 23.0. Data kualitas air yang didapatkan selama penelitian dianalisis
Aldi, M., F. Fathul., S. Tantalo dan Erwanto. 2018. Pengaruh Berbagai Media
Tumbuh Terhadap Kandungan Air, Protein dan Lemak Maggot yang
Dihasilkan Sebagai Pakan. Jurnal. Riset dan Inovasi Peternakan. Vol.2 (2):
14-20
Arief, M., A.N. Ratika dan M. Lamid, 2012. Pengaruh Kombinasi Media Bungkil
Kelapa Sawit dan Dedak Padi Yang Difermentasi Terhadap Produksi
Maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Sebagai Sumber Protein
Pakan Ikan. Jurnal. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol.4 (1): 33-37
Arief, M., D.K. Pertiwi dan Y. Cahyoko, 2011. Pengaruh Pemberian Pakan
Buatan, Pakan Alami dan Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan, Rasio
Konversi Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla
bicolor). Jurnal. Ilmiah dan Kelautan. Vol.3 (1): 61-65
Asma, N., Z.A. Muchlisin dan I. Hasri, 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus Vittatus) pada Ransum Harian yang
Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Vol.1
(1): 1-11
Azir, A., H. Haris dan R.B.K. Haris., 2017. Produksi dan Kandungan Nutrisi
Maggot (Chrysomya Megacephala) Menggunakan Komposisi Media
Kultur Berbeda. Jurnal. Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan.
Vol.12 (1): 34-40
Cahyantara, A.R., 2017. Rancang Bangun Sistem Pengendali Kadar Oksigen
Terlarut Dengan Algoritma Fuzzy Logic Controller Pada Budidaya
Akuaponik. Skripsi. Departemen Teknik Fisika Fakultas Teknologi
Industri Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
Cahyoko, Y., D.G. Rezi., A.T. Mukti, 2011. Pengaruh Pemberian Tepung Maggot
(Hermetia illucens) dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan, Efisiensi Pakan
dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal.
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol.3 (2): 145-150
Fahmi, M.R., Saurin, Hem dan I.W. Sabamia, 2009. Potensi Maggot untuk
Peningkatan Pertumbuhan dan Status Kesehatan Ikan. Jurnal. Riset
Akuakultur. Vol.4 (2):221-232
Fauzi, R.U.A dan E.R.N. Sari, 2018. Analisis Usaha Budidaya Maggot sebagai
Alternatif Pakan Lele. Jurnal. Teknologi dan Manajemen Agroindustri.
Vol.7 (1):39-46
27
Hartami, P., S.N. Rizki dan Erlangga, 2015. Tingkat Densitas Populasi Maggot
pada Media yang Berbeda. Jurnal. Berkala Perikanan Terubuk. Vol.43
(2):14-24
Hartanto, F., N.E. Bataragoa dan A.V. Lohoo, 2015. Sebaran Longitudinal dan
Karakter Morfometrik Sidat di Bagian Hilir Sungai Kabur Likupang
Timur Minahasa Utara. Jurnal. Ilmiah Platax. Vol.3 (2): 54-62
Haryanto, P., Pinandoyo dan R.W. Ariyati, 2014. Pengaruh Dosis Pemberian
Pakan Buatan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Juvenil Kerapu
Macan (Epinephelus Fuscoguttatus). Journal of Aquaculture Management
and Technology. Vol.3 (4):58-66
Indariyanti, N dan E. Barades, 2018. Evaluasi Biomassa dan Kandungan Nutrisi
Magot (Hermetia illucens) pada Media Budidaya yang Berbeda.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian. 08
Oktober. Politeknik Negeri Lampung
Iskandar. R dan Elrifadah, 2015. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Buatan Berbasis Kiambang.
Jurnal. Ziraa’ah. Vol.40 (1): 18-24
Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015. Rencana Aksi Nasional (RAN)
Konservasi Sidat. Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
Laut, Jakarta
Komarawidjaja, W, 2006. Pengaruh Perbedaan Dosis Oksigen Terlarut (Do) pada
Degradasi Amonium Kolam Kajian Budidaya Udang. Jurnal. Hidrosfir.
Vol.1 (1):32-37
Kurniawan, A, 2013. Palatabilitas dan Pertumbuhan Sidat Anguilla marmorata
Dengan Pemberian Atraktan Tepung Cumi dan Tepung Udang Rebon.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmojo S. 1993. Freshwater fishes
of Western Indonesia and Sulawesi. Hong Kong: Periplus Editions.
Hlm:344
Lubis, M.Z, 2014. Bioakustik Stridulatory Gerak Ikan Guppy (Poecilia
Reticulata) Saat Proses Aklimatisasi Kadar Garam. Skripsi. Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Maishela, B.F, 2016. Pengaruh Susunan Filter Terhadap Konsentrasi N dan P
pada Pendederan Ikan Gurame (Osphronemus Gouramy) dengan Sistem
Resirkulasi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar
Lampung
Marno., Adelina dan N. Aryani, 2016. Utilization of Flour Maggot (Hermetia
Illuncens L) as A Substitute Fish Flour for Growth of Selais Fish (Ompok
28
LAMPIRAN
Perhitungan :
Dari hasil perhitungan, maka komposisi bahan baku yang digunakan adalah :
Tepung Maggot = 95.29% : 2 = 47.64
Tepung Kedelai = 95.29% : 2 = 47.64
Dedak halus = 4.71% : 3 = 1.57%
Tepung Jagung = 4.71% : 3 = 1.57%
Tepung Terigu = 4.71% : 3 = 1.57%
32