Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

PENGENDALIAN MUTU HASIL PERIKANAN


PENGARUH TQM DI INDUSTRI PERIKANAN IKAN KALENG
PT MAYA FOOD INDUSTRIES

OLEH :
NAMA : HUSNI MUBARAK
NIM : 2014-67-063

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
danpengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannyadapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon, Juni 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................
2. Latar Belakang...............................................................................
3. Rumusan Masalah .........................................................................
4. Tujuan ...........................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................
BAB III : PENUTUP
KESIMPULAN
DATAR . PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management (TQM) merupakan suatu
pendekatan untuk memperbaiki mutu produk barang dan jasa secara terus menerus yang
dijalaukan melalui partisipasi seluruh tingkatan dan fungsi organisasi perusahaan. Untuk
mengimplementasikan Manajemen Mutu Terpadu tersebut harus memperhatikan konsep-konsep
yang meliputi : Pendekatan Sistem, Komitmen manajemen dan kepemimpinan, Perspektif Jangka
Panjang serta Partisipasi dan Komunikasi, Pelatihan mengenai perangkat dan analisis dari sistem
pelaporan yang memadai. Mutu produk dan produktifitas kunci keberhasilan bagi berbagai
sistem produksi. Keduanya merupakan sistim kinerja suatu perusahaan yang sangat penting baik
yang berorientasi pada keuntungan maupun tidak. Kemampuan suatu perusahaan
menghasilkan produk barang atau jasa yang bermutu tinggi merupakan kunci bagi posisi
persaingan dan prospek keberhasilan jangka panjang.
PT Maya Food Industries (PT MFI) adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA) murni
yang berlokasi di kota Pekalongan, Jawa Tengah. Jenis produk yang menjadi komoditas utama
PT MFI adalah ikan kaleng dengan jenis sardines dan mackarel serta produk lainnya adalah
Surimi, buah kaleng, tepung ikan dan kerupuk bawang. Produk yang dihasilkan dipasarkan di
dalam negeri maupun luar negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan manajemen mutu
terpadu (MMT) dalam PT MFI dilihat dari prinsip dan unsur-unsur dasar MMT yang terdapat
dalam perusahaan, selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui permasalahan utama
yang dihadapi perusahaan dalam penerapan MMT serta alternatif strategi yang dapat ditawarkan
untuk mengatasi masalah dalam penerapan manajemen mutu terpadu pada PT MFI.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan prinsip MMT sebagian besar sudah dilaksanakan
oleh PT MFI meskipun prinsip keterlibatan karyawan dan komitmen manajemen dinilai kurang
oleh beberapa karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sedangkan unsur-unsur
MMT telah terdapat dalam perusahaan kecuali untuk unsur audit internal yang belum dapat
terlaksana dengan baik karena belum efektifnya kinerja tim audit internal dalam perusahaan.
Masalah utama dalam penerapan MMT yang dihasilkan dari analisis melalui diagram Pareto
secara berurutan menurut tingkat kepentingannya bagi perusahaan adalah job discription yang
belum dipahami sebagian karyawan (20,83%), kinerja bagian quality control kurang maksimal
(16,23%), sistem pembuatan laporan belum dilaksanakan dengan baik (15,28%), ketersediaan
bahan baku ikan tidak kontinu (14,93%) serta sanitasi dan higienitas yang belum optimal
(12,85%).
Prioritas alternatif perbaikan yang diperoleh dengan menggunakan analisis PHA secara berurutan
berdasarkan bobot PHA adalah sebagai berikut perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi
(0,359), perbaikan dan peningkatan kualitas SDM (0,258), modernisasi peralatan (0,155),
perbaikan sistem administrasi (0,134), dan penerapan sistem informasi manajemen(0,093).

1.1 Tujuan
bertujuan untuk:
1. Mengetahui penerapan manajemen mutu Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management) pada PT Maya Food Industries ikan kaleng sehingga dapat bersaing di pasar
nasional dan internasional serta berproduksi secara berkelanjutan.
2. Menganalisis permasalahan ikan kaleng yang muncul dalam penerapan manajemen mutu pada
PT Maya Food Industries dan alternatif pemecahan masalah yang digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut.

1.2 Manfaat
1. Sebagai masukan dan pedoman bagi manajemen perusahaan, khususnya dalam mengambil
keputusan maupun kebijaksanaan manajemen perusahaan yang berkaitan dengan penerapan
manajemen mutu terpadu.
2. Sebagai bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut bagi pihak akademis maupun perusahaan
yang bersangkutan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Mutu
Mutu telah dikenal sejak empat ribu tahun yang lalu, ketika bangsa mesir kuno mengukur
dimensi batu-batu yang digunakan untuk membangun piramida. Menurut Ariani (1999) pada
zaman modern fungsi mutu berkembang melalui beberapa tahap yaitu:

1. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)


Dalam perkembangannya mnajemen mutu, ternyata bukan hanya fungsi produksi yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap mutu sehingga tanggung jawab terhadap mutu tidak
hanya dibebankan kepada suatu bagian tertenu tetapi menjadi tanggung jawab seluruh individu di
perusahaan. Pola inilah yang disebut sebagai Total Quality Management.

2. Inspeksi (Inspection)
Konsep mutu modern dimulai pada tahun 1920-an. Kelompok mutu yang utama adalah inspeksi.
Selama produksi, para inspektor mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi. Bagian
inspeksi tidak independen, biasanya mereka melapor ke pabrik. Hal ini menyebabkan perbedaan
kepentingan. Seandainya inspeksi menolak hasil satu alur produksi yang tidak sesuai maka
bagian pabrik berusaha meloloskannya tanpa memperdulikan mutu. Pada masa sekarang ini ada
beberapa orang ahli bidang statistik yang menemukan konsep statistik untuk pengendalian
variabel-variabel produk seperti panjang, lebar, berat, tinggi dan sebagainya. Sedang H.F. Dodge
dan H.G Romig (akhir 1920) merupakan pelopor dalam pengambilan sampel untuk menguji
penerimaan produk (acceptance sampling)
3. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pada tahun 1940-an, kelompok inspeksi berkembang menjadi bagian pengendalian mutu. Adanya
Perang Dunia II mengharuskan produk militer yang bebas cacat. Hal ini harus dapat diantisipasi
melalui pengendalian mutu yang dilakukan selama proses produksi. Tanggung jawab mutu
dialihkan ke bagian quality control yang independen. Bagian ini memiliki otonomi penuh dan
terpisah dari bagian pabrik. Para pemeriksa mutu dibekali dengan perangkat statistika seperti
diagram kendali dan penarikan sampel. 26
Pada saat ini kegiatan pengendalian mutu merupakan kegiatan yang dimulai dari pengendalian
standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar
pengiriman. Secara garis besar pengendalian mutu dapat dibagi menjadi pengendalian mutu
bahan baku, pengendalian dalam proses pengolahan dan pengendalian produk akhir.

4. Pemastian Mutu (Quality Assurance)


Rekomendasi yang dihasilkan dari teknis-teknis statistik sering kali tidak dapat dilayani oleh
struktur pengambilan keputusan yang ada. Pengendalian mutu (quality control) berkembang
menjadi pemastian mutu (quality assurance). Bagian pemastian mutu difokuskan untuk
memastikan proses dan mutu produk melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan, analisis
kinerja teknis dan petunjuk operasi untuk peningkatan mutu. Pemastian mutu bekerja sama
dengan bagian-bagian lain yang bertanggungjawab penuh terhadap mutu kinerja masing-masing
bagian.

5. Manajemen Mutu (Quality Management)


Pemastian mutu bekerja berdasarkan status quo, sehingga upaya yang dilakukan hanyalah
memastikan pelaksanaan pengendalian mutu, tapi sangat sedikit pengaruh untuk
meningkatkannya. Karena itu, untuk mengantisipasi persaingan, aspek mutu perlu dievaluasi dan
direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen mutu.

2.2 Definisi Mutu


Para pakar memiliki definisi yang berbeda-beda tentang kata mutu, namun pada intinya
mengandung maksud yang sama. Menurut Juran (1993) diacu dalam Nasution (2004) kualitas
produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan
kesesuaian pelanggan. Kecocokan penggunaan tersebut didasarkan atas lima ciri utama berikut:
a) Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan
b) Psikologis, yaitu citra rasa atau status
c) Waktu, yaitu kehandalan
d) Kontraktual, yaitu adanya jaminan
e) Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur
Crosby (1979) diacu dalam Nasution (2004) menyatakan bahwa kualitas adalah conformance to
requierment, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki
kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi
bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan
pasar. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas
produk yang dihasilkan (Deming 1986 diacu dalam Nasution 2004). Feigenbaum (1991) diacu

dalam Nasution (2004) menyatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
Suatu produk dianggap berkualitas jika memberi kepuasan kepada konsumen sepenuhnya,
artinya sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk. Menurut Garvin (1988)
kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga
kerja, serta lingkungan yang mengenali atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Nasution (2004) menyimpulkan ada beberapa persamaan dalam definisi kualitas yang
dikemukaan oleh berbagai ahli, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut:
a) Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
b) Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan
c) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan
kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).

Kemudian dalam Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 pemerintah ditegaskan bahwa
mutu pangan harus memenuhi persyaratan sertifikasi mutu pangan yang diperdagangkan yang
diterapkan secara bertahap berdasarkan jenis pangan. Setiap orang dilarang untuk
memperdagangkan pangan tertentu yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi mutu pangan.
Dalam Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep. 01/Men/2002 tentang
Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan dijelaskan bahwa sertifikat mutu adalah surat
keterangan yang dikeluarkan oleh laboratorium penguji yang menerangkan bahwa sesuatu hasil
perikanan telah memenuhi standar mutu. Persaingan di era globalisasi yang semakin kompleks
menuntut setiap perusahaan untuk merencanakan suatu strategi dalam memenangkan persaingan.
Salah satu strategi yang efektif yaitu dengan menerapkan suatu filosofi sistem Manajemen Mutu
Terpadu. Persaingan mutu antar perusahaan telah membuat mutu sebagai sesuatu yang
memerlukan perhatian utama bagi yang ingin memenangkan persaingan. Menurut Ariani (1999)
istilah mutu sangat penting bagi suatu perusahaan, hal ini disebabkan karena:

1. Reputasi perusahaan
Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang bermutu atau
berkualitas akan mendapat predikat sebagai perusahaan yang mengutamakan mutu. Oleh karena
itu, perusahaan atau organisasi tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan nilai
lebih itulah maka perusahaan atau organisasi tersebut dipercaya masyarakat.

2. Penurunan biaya

Dalam paradigma lama, untuk menghasilkan produk bermutu selalu membawa dampak bagi
peningkatan biaya. Sedangkan paradigma baru mengatakan bahwa untuk menghasilkan produk
atau jasa bermutu tinggi perusahaan atau organisasi tidak perlu melakukan 29
biaya tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada customer
satisfaction yaitu berdasarkan tipe, jenis, waktu dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan dan harapan dari pelanggan. Dengan demikian tidak terjadi pemborosan yang
harus dibayar oleh organisasi atau perusahaan sehingga pendapat bahwa quality has no cost
dapat dicapai dengan tidak menghasilkan produk atau jasa yang tidak dibutuhkan pelanggan.

3. Peningkatan pangsa pasar


Pangsa pasar akan terus meningkat bila minimisasi biaya tercapai, sehinngga harga dapat ditekan
walau mutu tetap menjadi yang utama. Hal-hal inilah yang mendorong konsumen untuk tetap
membeli produk atau jasa yang dihasilkan sehingga pangsa pasar meningkat.

4. Pertanggungjawaban produk
Dengan semakin meningkatnya mutu produk atau jasa yang dihasilkan maka organisasi atau
perusahaan akan nampak semakin bertanggungjawab terhadap desain, proses, dan
pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Selain itu,
pihak perusahaan atau organisasi tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang begitu besar hanya
untuk memberikan jaminan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan tersebut.

5. Dampak internasional
Bila perusahaan mampu menawarkan produk atau jasa yang bermutu maka selain dikenal di
pasar lokal, produk atau jasa yang ditawarkan juga akan dikenal dan diterima di pasar
internasional.

6. Penampilan produk atau jasa


Mutu akan membuat produk atau jasa dikenal dan hal ini akan mengakibatkan perusahaan atau
organisasi yang menghasilkan produk atau menawarkan jasa juga dikenal dan dipercaya
masyarakat luas.

7. Mutu yang dirasakan

Mutu merupakan dimensi yang subjektif sehingga sebagai produsen dituntut untuk mampu
menterjemahkan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan dari para konsumen sehingga
mendorong 30
mereka untuk mau membeli suatu produk atau jasa. Oleh karena itu yang dimaksud dengan mutu
bukan hanya mutu produk itu sendiri melainkan mutu secara menyeluruh yang dirasakan oleh
konsumen saat mereka membeli atau menggunakan suatu produk.

2.1 Kegiatan Produksi Ikan Kaleng pada PT Maya Food Industries


PT Maya Food Industries merupakan perusahaan pengalengan ikan sarden dan mackarel,
produksi surimi dan buah kaleng serta tepung ikan dan kerupuk bawang. Produk ikan kaleng
baik sarden maupun mackarel menjadi prioritas utama dalam kegiatan produksi perusahaan.
Pelaksanaan dalam melakukan proses produksi pengalengan ikan meliputi berbagai tahapan
proses yaitu penerimaan bahan baku, (baik ikan yang langsung proses produksi maupun ikan
tunggu proses) thawing, penyiangan dan pemotongan, pencucian, pengisian (filling), cek
timbangan, pemasakan pendahuluan, penirisan, pengisian medium, penutupan kaleng, pencucian
kaleng, sterilisasi, pendinginan, pemberian tanggal kadaluarsa, dan pengepakan dimana saling
berkaitan satu sama lain. Secara umum prinsip proses pengalengan ikan melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Penerimaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan di PT Maya Food Industries( MFI ) untuk produksi pengalengan
ikan sarden dan mackarel ada dua yaitu ikan lokal dan ikan impor. Penerimaan yang dilakukan
untuk ikan lokal yaitu dengan mengangkut ikan dari pelabuhan atau TPI terdekat menuju
perusahaan, diangkut dengan truk. Bahan baku kemudian di timbang dan diawasi serta dicatat
jenis ikan masuk (spesies), jumlah ikan, tanggal penerimaan ikan, nama pemasok (suplier), nama
kapal kendaraan perikanan dan asal ikan. Jika proses pengolahan menunggu sampai keesokan
harinya, maka ikan tersebut harus disimpan dalam water chiller dengan suhu 40 C dan tidak
boleh lebih dari 24 jam. Dalam penyimpanan, ikan dicampur dengan pecahan es batu yang telah
ditambahkan dengan garam untuk mempertahankan suhunya agar ikan tetap segar. Jika proses
pengolahan dilakukan langsung maka setelah ikan dicek dan dicatat sesuai dengan ketentuan,
diatas maka setiap blong (drum) ikan langsung ditimbang dan melalui proses selanjutnya. Bahan
baku ikan impor yang berbentuk ikan beku diterima dari pelabuhan Tanjung Emas Semarang, di
simpan dalam cold storage dengan suhu -8 sampai dengan 250C, dan tanggal masuk ikan beku
tersebut ke dalam cold storage harus dicatat.

2. Thawing

Bahan baku berupa ikan beku mengalami perlakuan thawing. Thawing dilakukan agar lapisan es
atau kondisi beku itu dapat cair sehingga ikan dapat diolah menjadi masakan yang dikehendaki.
Thawing ada dua jenis yaitu thawing udara dan thawing air. Thawing udara dilakukan pada jenis
ikan yang dengan cara meletakkan ikan-ikan di udara bebas tanpa aliran air. Apabila jenis ikan
tersebut menggunakan thawing air, maka kulit ikan dapat ikut mengelupas karena terlalu lembek.
Salah satu jenis ikan yang menggunakan thawing udara adalah Scomber javanicus ( jenis ikan
mackerel yang berada di perairan Eropa dan sekitarnya). Kelebihan thawing udara ini adalah
rendahnya biaya yang digunakan.
Sebaliknya, thawing air digunakan untuk jenis ikan yang sukar mencair karena keras. Salah satu
jenis ikan yang menggunakan thawing air adalah ikan Hiiring (jenis ikan mackerel yang berada
di 70
daerah Jepang dan sekitarnya). Apabila ikan tersebut dilakukan thawing udara, maka akan
membutuhkan waktu yang lama untuk mencair. Ikan beku yang dikeluarkan dari cold storage
untuk proses pencairan atau pelunakan tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 jam sebelum memasuki
proses permulaan pencairan dengan menggunakan air bersih yang keluar dari kran. Proses
thawing dilakukan di bak thawing. Lama thawing sangat bergantung pada suhu udara, debit air,
luas bak, jumlah ikan, suhu awal ikan, suhu air yang digunakan dan ukuran ikan. Proses thawing
ini bertujuan untuk mempercepat proses pre-coking dan menghindari terjadinya kerusakan pada
produk atau bahan baku sebelum diolah lebih lanjut. Agar ikan masih dalam keadaan baik atau
segar dan untuk mencegah cepat tumbuhnya mikroorganisme, setelah proses thawing ikan segera
diangkat dan diolah.

3. Penyiangan dan Pemotongan


Pada tahap penyiangan dan pemotongan, sebelum diolah ikan dipotong kepala dan ekornya serta
dibuang isi perutnya kecuali telurnya. Cara pemotongan ikan tidaklah sembarangan dan perlu
ketrampilan khusus. Oleh karena itu, karyawan sering diikutkan dalam pelatihan pemotongan
ikan yang diadakan oleh bagian produksi yang bekerjasama dengan bagian quality control.
Dengan adanya pelatihan tersebut, hasil pemotongan ikan yang dilakukan karyawan menjadi
lebih baik atau memenuhi syarat. Pemotongan dan penyiangan yang dilakukan karyawan
musiman masih bersifat manual yaitu dengan menggunakan pisau dan telenan. Ikan yang jelek
(ikan reject) harus di pisahkan (disortir) dalam keranjang (basket) sendiri, dan tidak boleh
dipotong.potongan. Ukuran potongan harus disesuaikan dengan isi kaleng. Ikan-ikan yang kecil
tidak dilakukan pemotongan di bagian tubuhnya, sedangkan untuk ikan yang berukuran agak
besar atau besar dilakukan pemotongan tubuhnya menjadi dua bagian. 71

4. Pencucian

Ikan-ikan yang telah disiangi kemudian dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan mesin drum
rotary washer sehingga darah, lendir, sisik dan kotoran lain akan tercuci. Setelah itu dilakukan
pencucian lagi dengan air bersih yang mengalir intuk menghilangkan kotoran-kotoran lain yang
masih menempel, sehingga mengurangi jumlah mikroba awal. Menurut Jenie (1988)
pengendalian mutu pangan dapat ditingkatkan melalui sanitasi pada produk. Oleh karena itu,
kotoran-kotoran ikan yang menempel pada ikan haruslah dibersihkan untuk menjaga sanitasi
(kebersihan) pada makanan.

5. Pengisian (filling)
Ikan yang sudah bersih setelah dilakukan pencucian ditimbang dan beratnya disesuaikan dengan
ukuran kaleng dan merk produk. Setelah itu dilakukan pengisian ikan ke dalam kaleng sesuai
dengan ukuran dan merk masing-masing produk. Cara pengisian kaleng harus tepat antara ekor
dan bagian kepala. Jumlah ikan yang ada dalam kaleng berbeda-beda sesuai dengan ukuran
kaleng dan besar kecilnya ikan. Pengisian ini dilakukan secara manual karena cara ini dianggap
memberikan hasil yang cukup memuaskan dengan biaya yang relatif rendah dibandingkan
dengan menggunakan tenaga mesin. Selain itu, waktu yang diperlukan relatif singkat sehingga
cara tersebut dianggap efektif dan efesien.

6. Cek timbangan
Setelah kaleng-kaleng tersebut diisi ikan, kemudian kaleng-kaleng tersebut dimasukkan dalam
pan-pan stainless steel. Pan-pan stainsteel yang sudah berisi ikan dibawa ke belt conveyor dan
sebelum memasuki proses pre-cooking, kaleng dan isinya dicek lebih dahulu untuk mengetahui
apakah beratnya sudah sesuai dengan yang diinginkan. Bila beratnya lebih dikurangi dan bila
beratnya kurang ditambahi, sehingga berat setiap kaleng sesuai dengan ketentuan yang ada.

7. Pemasakkan pendahuluan (pre-cooking)


Pemasakan pendahuluan atau biasa disebut dengan pre-cooking dilakukan didalam exhaust box
yang di dalamnya terdapat belt conveyor. Secara otomatis (selama 20-30 menit) proses precooking terjadi, dengan menyesuaikan jenis ikan dan bentuk kaleng. Proses pre-cooking
menggunakan uap panas yang berasal dari boiler dengan suhu 100 - 1100C. Pan-pan stainless
steel mempermudah proses pre-cooking agar lebih efisien dengan meletakan pan-pan staisless
steel secara bersusun dalam exhaust box menjadi dua tingkat. Tujuan dari exhausting ini adalah
sebagai pemasakan awal agar daging menjadi lebih enak dan untuk menambah citarasa,
mengurangi kadar air yang ada dalam daging ikan, menghilangkan udara yang ada dalam daging
ikan dan kaleng sehingga didapatkan kondisi vakum.

8. Penirisan
Cairan pada daging ikan yang sudah mengalami pre-cooking dibuang agar kualitas saus yang
nanti dimasukkan dapat terjaga (cukup kental). Penirisan ini dilakukan dengan cara pembalikan
pan-pan berlubang yang berisi ikan kaleng dengan pan-pan berlubang lain segera setelah keluar
dari exhaust box.

9. Pengisian medium
Pengisian medium merupakan proses pengisian medium berupa saus pada ikan kaleng.
Sebelumnya dilakukan pembuatan saus di dalam unit pemasakan saus (cook pan) dengan bahan
penyusunnya adalah pasta tomat yang berwarna merah kehitam-hitaman dan pasta tomat yang
berwarna merah menyala, MCS (Modified Corn Starch), garam, dan air.
Pada waktu saus akan diisikan kedalam kaleng, kaleng tersebut harus dalam keadaan panas
dengan suhu 700C. Agar kaleng tidak mengalami pemuaian dan dapat mengakibatkan penyok,
pengisian saus dilakukan dengan melewatkan kaleng-kaleng di atas belt
conveyor dan di bawah pipa pengeluaran saus dengan kecepatan pengeluaran diatur secara
manual dengan kran oleh pekerja. Pada saat pengisian saus, kaleng dalam posisi tegak sehingga
saus yang terisi ke dalam kaleng dapat penuh. Kemudian belt conveyor dimiringkan dengan
sudut tertentu sehingga kaleng menjadi miring dan saus akan tumpah sedikit. Dengan tumpahnya
saus dimaksudkan untuk memperoleh head space kaleng yaitu sedikit ruang kosong agar volume
saus tepat atau sesuai sehingga pada waktu penutupan kaleng tidak mengalami kerusakan.

10. Penutupan kaleng


Penutupan kaleng dilakukan dengan menggunakan alat penutup kaleng yang disebut dengan
mesin seamer. Proses penutupan ini sangat menentukan keberhasilan proses pengalengan ikan.
Bila terjadi kerusakan pada tahap ini, maka biasanya umur simpan produk tidak akan lama.
Ketidakwajaran akan terlihat setelah produk di sterilisasi. Tipe sambungan antara badan kaleng
dengan tutupnya disebut double seam. Sambungan ganda yang dilakukan pada kaleng akan
menghasilkan suatu penutupan yang hermatis di antara badan kaleng dan tutupnya (Winarno,
1984)

11. Pencucian kaleng


Kaleng-kaleng yang sudah melewati mesin seamer, akan bergerak ke tempat pencucian kaleng.
Mesin pencuci kaleng yang digunakan dilengkapi dengan pipa-pipa berlubang, air sabun dan

sikat. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat pada
kaleng, membersihkan saus yang menempel di luar kaleng dan untuk mengurangi terjadinya
korosi. Pencucian dilakukan dengan cara memanaskan air pencuci (air sabun atau deterjen)
dengan steam hingga mencapai suhu 700C 800C yang dan dialirkan ke pipa-pipa pencuci.
Kaleng-kaleng yang telah ditutup diluncurkan lewat rentangan kawat baja dengan posisi
horisontal dan masuk ke mesin pencuci. Setelah proses pencucian selesai, kaleng akan
diluncurkan ke dalam bak penampung yang
berisi air biasa dan terdapat keranjang besi yang menampung kaleng-kaleng tersebut. Kalengkaleng tersebut diluncurkan ke dalam bak agar mengurangi benturan antara kaleng yang satu
dengan yang lain.

12. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menimbulkan kerusakan pada
produk makanan kaleng dan memberikan suasana yang tidak sesuai untuk kehidupan
mikroorganisme. Sterilisasi yang berhasil adalah mampu mencapai tujuan tersebut tanpa merusak
makanan karena pemanasan selama proses sterilisasi tersebut. Menurut Murniyanti dan
Sunarman (2000), sterilisasi dilakukan dengan alat sterilisasi yang disebut retort. Sterilisasi di PT
MFI menggunakan retort horisontal yang berjumlah 6 buah dengan kapasitas yang sama. Proses
sterilisasi dengan retort melewati tahap-tahap sebagai berikut: a. Steam on Proses steam on
berlangsung pada saat pemasukan uap ke dalam retort setelah pintu retort ditutup rapat. b.
Venting Proses venting adalah tahap penghilangan udara dari dalam retort. Venting dimulai pada
saat steam on dan berakhir bila suhu venting telah tercapai. Waktu venting minimal adalah 10
menit terhitung sejak produk dimasukkan ke dalam retort sampai mencapai suhu tertentu
(tergantung produk). c. Come up time Proses come up time adalah waktu untuk menuju suhu
sterilisasi sehingga produk tersebut steril bebas dari mikroba baik mikroba pathogen maupun
mikroba non pathogen. d. Tahap sterilisasi
Tahap sterilisasi dilakukan setelah suhu sterilisasi tercapai, dengan tekanan yang digunakan
adalah sekitar 0,7 0,8 kg/cm2. Besarnya suhu sterilisasi tergantung dari macam produk yang 75
dikalengkan, begitu juga dengan waktu sterilisasi. Standar sterilisasi produk ikan dapat dilihat
pada Tabel 3. e. Tahap pendinginan Tahap pendinginan dalam retort ini merupakan tahap untuk
menurunkan suhu retort yang mencapai mencapai 400C 500C dengan jalan mengalirkan air
yang bersuhu sekitar 280C (suhu Kamar) ke dalam retort.
Persaingan era globalisasi dan liberalisasi perdagangan yang semakin ketat, mengakibatkan
perusahaan atau organisasi yang dapat terus bertahan pada umumnya merupakan perusahaan
yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Salah satu upaya yang dilakukan
perusahaan untuk menciptakan keunggulan ini adalah dengan menerapkan suatu konsep
Manajemen Mutu Terpadu. PT Maya Food Industries merupakan perusahaan yang produknya

dipasarkan secara luas baik untuk pasar lokal maupun untuk ekspor ke berbagai negara. Oleh
karena itu PT MFI melakukan suatu sistem Manajemen Mutu Terpadu sebagai upaya untuk
pencapaian mutu yang unggul agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Penelitian ini
dimulai dengan mengkaji penerapan MMT di PT Maya Food Industries. Pengkajian penerapan
MMT di perusahaan ini dilihat dari prinsip-prinsip dasar dan unsur-unsur utama MMT, dengan
melakukan penilaian berdasarkan ada tidaknya indikator dari tiap prinsip-prinsip dan unsur-unsur
MMT. Prinsip dasar MMT terdiri dari komitmen manajemen, perbaikan kualitas dan sistem
secara berkesinambungan, perspektif jangka panjang, fokus pada pelanggan, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dan kerjasama tim. Sedangkan unsur-unsur utama perusahaan yaitu
SDM, standar, sarana, pengorganisasian, audit internal, pendidikan dan pelatihan, dan visi dan
misi (Ibrahim 2000). Permasalahan MMT pada PT MFI dianalisis menggunakan diagram Pareto
yang merupakan grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya
kejadian. Diagram Pareto merupakan alat yang digunakan untuk menentukan pentingnya atau
prioritas kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya atau sebab-sebab yang akan
dianalisis, sehingga kita dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai
dampak terbesar terhadap kejadian tersebut. 44
Kemudian setelah analisis dengan diagram Pareto telah dilakukan maka analisis permasalahan
dilanjutkan dengan mencari penyebab dan atlternatif pemecahan masalah dari dari permasalahan
utama penerapan manajemen mutu terpadu dalam PT Maya Food Industries yang digambarkan
dalam diagram Pareto dengan menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA). Tahap ini diawali
dengan mengidentifikasi permasalahan MMT dan kinerjanya dalam PT Maya Food Industries
yang didapatkan dari hasil analisis dengan diagram Pareto yang telah dikaji dan dikonsultasikan
dengan pimpinan manajemen dari PT MFI. Setelah teridentifikasi maka dilakukan penyusunan
struktur hirarki. Setelah tersusun struktur hirarki dilakukan skala prioritas dengan menggunakan
analisis kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara singkat dan padat.
Hasil dari analisis kuantitatif kemudian dideskriptifkan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan Manajemen Mutu terpadu PT Maya Food Industries dan permasalahan utama yang
dihadapi dalam penerapan Manajemen Mutu Terpadu serta rekomendasi perbaikan seperti apa
yang dapat dilakukan oleh PT MFI dalam mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam
penerapan Manajemen Mutu Terpadu.

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Maya Food Industries


dikenal dengan nama PT MFI adalah sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang
pengalengan ikan sardine dan mackerel. Perusahaan tersebut telah menunjukkan eksistensinya
dalam produksi pengalengan ikan meskipun beberapa tahun yang lalu perekonomian Indonesia
sempat mengalami kondisi yang memprihatinkan namun hingga saat ini proses produksi dalam
PT MFI dapat terus berjalan. PT MFI merupakan 100% perusahaan PMA (Penanaman Modal

Asing) dengan pemilik bernama Mr.Chang yang berasal dari Singapura. PT MFI merupakan
perusahaan yang mendapat lisensi dari perusahaan Mitsui co.ltd yang berasal dari negara Jepang
untuk produk ikan kaleng dengan merk Botan. Oleh karena itu, setiap produk yang dihasilkan
oleh PT MFI harus sesuai standar mutu perusahaan dengan pengawasan yang dilakukan secara
optimal. Dalam hal ini, peran quality control sebagai pengendalian mutu sangat penting guna
menjamin kualitas produk akhir di pasar. Perusahaan Mitsui co.ltd adalah salah satu perusahaan
terkemuka yang berada di negara Jepang. Produk pengalengan ikan yang diproduksi oleh PT
MFI dan mendapat lisensi dari Mitsui corporation adalah produk dengan merk Botan. Sedangkan
merk lain yang dikeluarkan oleh PT MFI seperti Ranesa, Sesibon, dan Geisha bukan termasuk
yang mendapat lisensi dari Mitsui corporation.
PT Maya Food Industries pada awalnya bernama PT Bali Maya Permai yang didirikan pada
tanggal 27 Juni 1979 atas prakarsa Bapak Soekardjo Wibowo dan Bapak Soekardi Wibowo
(sebagai pemegang perusahaan PT Bali Maya Permai Bali di Pulau Bali) serta Mr. Chang, yang
merupakan cabang dari PT Bali Maya Permai yang berpusat di Bali. PT Bali Maya Permai
merupakan sebuah perusahaan nasional yang 61
bergerak di bidang pengalengan ikan, rajungan, bekicot dan buah-buahan. Berdasarkan ijin TK
53547 pada tanggal 2 Mei 1981, Walikota Pekalongan yang menjabat saat itu telah mengijinkan
untuk memulai operasi percobaan perusahaan tersebut yang dimulai pada bulan September 1981
sampai dengan bulan April 1982 dibawah pimpinan Ir. Hadi Prawira. Atas kesepakatan pemilik
dan pemegang perusahaan, pada tanggal 13 Mei 1997 PT Bali Maya Permai Pekalongan berubah
nama menjadi PT Maya Food Industries dan resmi beroperasi berdasarkan IUT No.
208/T/industri/1997 oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal). PT MFI di Pekalongan
pada awalnya hanya merupakan lokasi produksi serta administrasi internal perusahaan, sama
seperti perusahaan serupa yang berada di Medan. Sedangkan kantor pemasaran dan administrasi
terletak di Jakarta yang dilakukan oleh PT Indo Maya Mas. Namun pada awal tahun 2007, PT
Maya Food Industries diberi kewenangan lebih luas untuk menjalankan sistem administrasi dan
pemasaran diluar produk merk Botan dengan tetap adanya mekanisme pelaporan terhadap kantor
pusat yang terdapat di Jakarta. Pada saat ini PT MFI telah melakukan diversifikasi produk
sehingga tidak hanya memproduksi ikan kaleng tetapi juga surimi, buah kaleng, tepung ikan dan
juga kerupuk bawang 5.1.2 Visi dan Misi PT Maya Food Industries di Pekalongan mempunyai
visi yaitu menjadi perusahaan terdepan dalam pengolahan produk perikanan, berbasis
pengalengan ikan dan surimi, berskala internasional dengan mengutamakan keseimbangan
pertumbuhan dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Untuk mendukung visi perusahaan yang
telah disebutkan di atas PT MFI Pekalongan juga mempunyai Misi yaitu:
1. Menghasilkan produk surimi dengan volume 1.000 ton per tahun
2. Menghasilkan produk ikan kaleng dengan volume 168.000 karton per tahun
3. Senantiasa menjamin kepuasan pelanggan.

Lokasi Perusahaan
Kantor pusat dan pabrik PT Maya Food Industries berlokasi di jalan Jlamprang krapyak lor PO.
BOX 38 Pekalongan, Jawa Tengah. Letak geografis perusahaan dibatasi oleh Laut Jawa di
bagian utara, Desa Klego di bagian selatan, Sungai Pekalongan di bagian barat, dan Sungai
Banger di bagian timur. Lokasinya berada 5 km dari pusat kota Pekalongan. Lingkungan
sekitar perusahaan sangat mendukung untuk perkembangan industri ini karena selain tersedianya
sumberdaya manusia yang potensial, lokasi perusahaan yang berdekatan dengan Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pekalongan memudahkan dalam penyediaan bahan baku ikan lokal.
Tersedianya sumber air dan listrik memudahkan perusahaan dalam menjalankan aktivitas industri
yang memadai. Selain itu, penanganan dan pengolahan limbah cair juga dipermudah dengan
keberadaan sungai pekalongan disamping lokasi pabrik. PT MFI dibangun diatas lahan seluas
23.000 m2. Bangunan PT MFI ini terdiri dari unit pengalengan ikan mackerel dan sarden, unit
produksi surimi ,unit produksi kerupuk bawang, unit pengalengan buah, unit pengolahan limbah,
unit produksi tepung ikan gudang bahan baku dan produk, laboratorium, dan kantor. 5.1.4
Struktur Organisasi Perusahaan PT Maya Food Industries adalah perusahaan swasta atas
penanaman modal asing (PMA) yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Mr. Chang, warga
negara Singapura yang memulai hubungan dengan PT Bali Maya Permai sebagai supplier bahan
baku. 63
Pimpinan tertinggi perusahaan dipegang oleh seorang direktur yang merupakan perwakilan dari
pemegang saham terbesar dan berwenang dalam menetapkan kebijakan perusahaan secara umum
serta menjadi penentu perkembangan perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur
dibantu oleh beberapa bagian yang dipimpin oleh seorang kepala bagian yaitu:
Keuangan dan Accounting Pusat
Pembelian Bahan Baku
Non Bahan Baku
Ekspor dan Impor

Pemimpin pabrik dipegang oleh seorang General Manager yaitu Drs. Eddy Purnomo yang
memiliki kewenangan dalam menetapkan kebijakan operasional perusahaan, menetapkan
kebijakan umum perusahaan, bertanggung jawab terhadap kelancaran perusahaan dan juga
bertugas untuk membangun koordinasi dengan para karyawan. Dalam melaksanakan tugasnya,
General Manager dibantu oleh seorang asisten dan sekretaris yang memiliki tugas khusus dalam
hal pembukuan aktivitas pabrik. Dalam melaksanakan aktivitas di perusahaan, General Manager
membagi tugas kedalam beberapa bidang. Secara umum, tugas masing-masing bidang saling

terkait dan bertujuan untuk melaksanakan visi dan misi perusahaan. Beberapa bidang tersebut
adalah:
1. Administrasi

Tugas administrasi adalah menangani semua hal yang berhubungan dengan pembukuan dan
keuangan perusahaan serta kegiatan pemasaran yang dilaksanakan oleh perusahaan. Tugas
administrasi dijabarkan menjadi empat bagian yang dikoordinir oleh kepala bagian, yaitu:
Finance; bertugas untuk mengurusi gaji karyawan, pembayaran bank, serta penerimaan dan
pengeluaran uang perusahaan
Accounting; bertugas untuk mengurusi masalah pajak, verifikasi perusahaan dan laporan
persediaan
Warehouse; bertugas untuk mengurusi persediaan produk akhir, serta bahan pendukung
Pemasaran; bertugas untuk mengurusi segala hal yang berhubungan dengan distribusi dan
pemasaran produk.

2. Human Resources and Development (HRD)

Tugas HRD adalah mengatur semua hal yang menyangkut kesejahteraan karyawan. Dalam
pelaksanaannya, HRD terfokus pada dua bagian yang masing-masing dikoordinir oleh kepala
bagian, yaitu:
Personalia; bertugas dalam recruitment karyawan dan mengurusi karyawan secara
keseluruhan termasuk security, transport dan service office.
Management training; bertugas untuk meningkatkan kualitas karyawan dengan mengadakan
training bagi karyawan baru atau lama.

3. Quality Assurance
Tugas Quality Assurance adalah melakukan pengawasan dan pengendalian proses produksi
untuk menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah ditentukan. Selain itu, Quality
Assurance juga bertugas mengadakan penelitian dan pengembangan produk. Dalam
melaksanakan tugasnya, Dalam pelaksanaannya Quality Assurance membawahi dua bagian
dengan wewenang sebagai berikut:

Quality Control yang berfungsi melaksanakan pengawasan mutu dan pengembangan hasil
produksi dari awal pra persiapan produksi, proses produksi, serta hasil produksi serta
bekerjasama dengan bagian produksi untuk meningkatkan kinejra karyawan produksi
Research and Development yang bertugas mengadakan penelitian dan pengembangan
produk..

4. Produksi
Tugas bidang produksi yaitu melaksanakan proses produksi beserta semua hal yang berkaitan
dengan keberhasilan produksi seperti penyediaan bahan baku dan pengaturan pekerja untuk
menjalankan
kegiatan produksi. Dalam pelaksanaannya, bagian produksi diwakili oleh 2 supervisor yaitu:
Supervisor produksi; bertugas dalam mengatur keberhasilan produksi
Supervisor bahan baku; bertugas dalam mengatur kebutuhan bahan baku untuk proses
produksi

Selain 4 bidang tersebut, General manager juga membawahi empat kepala bagian yang
kedudukannya lebih rendah daripada kepala bidang. Tugas dan kewenangannya tidak termasuk
dalam keempat bidang tersebut. Beberapa bagian tersebut adalah:
Program and Planning Inventory Control (PPIC); bertugas dalam perencanaan produksi ikan
kaleng selama kurun waktu tertentu serta pengendalian persediaan dalam pelaksanaannya PPIC
diwakili oleh supervisor PPIC yang melaksanakan secara teknis tugas pengendalian persediaan.
Mesin dan Elektrik; bertugas dalam merawat mesin dan peralatan pabrik serta peralatan listrik
pabrik, seperti: cold storage, boiler, workshop, sanitary, dan limbah. Dalam pelaksanaannya
bagian mesin dan elektrik dibantu supervisi Mesin dan Elektrik yang mengontrol secara berkala
mesin-mesindan peralatan pabrik.
Pembelian Bahan Baku Ikan; bertugas dalam pembelian bahan baku ikan lokal dan impor.
Bahan baku ikan lokal digunakan untuk produksi ikan kaleng sarden sedangkan bahan baku
impor digunakan untuk produksi ikan kaleng mackarel. Dalam pelaksanaannya untuk pembelian
bahan baku ikan lokal dilakukan oleh supervisi pembelian bahan baku ikan lokal yang
mengkoordinasikan pekerjannya kepada bagian pembelian bahan baku ikan.
Bagian Non Bahan Baku; bertugas dalam pembelian bahan pendukung produksi.
Dalam melaksanakan tugas masing-masing, kepala bagian tersebut (kecuali bagian non bahan
baku) dibantu oleh seorang supervisor yang bertugas dalam pengawasan secara langsung. 66

Ketenagakerjaan
Keberhasilan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh faktor kualitas pegawai dan
karyawannya. PT MFI memiliki karyawan yang secara keseluruhan berjumlah 469 orang dengan
perbandingan 105 karyawan pria dan 364 karyawan wanita. Tingkat pendidikan karyawan
bervariasi tergantung tanggung jawab dan jenis pekerjaannya. Untuk meningkatkan kualitas
kerja, recruitment kerja diikuti dengan training selama 3 bulan untuk memberikan kesempatan
kepada karyawan dalam beradaptasi dengan lingkungan perusahaan. Pembagian karyawan
kedalam beberapa kelompok dilakukan berdasarkan sistem penggajiannya, yaitu:
1. Karyawan tetap

Merupakan karyawan yang mendapat gaji tiap bulan dan tidak berdasarkan jumlah produk yang
dihasilkan. Karyawan tetap bekerja selama 6 hari seminggu antara pukul 08.00 16.00 dengan
waktu istirahat selama 1 jam setelah 4 jam kerja. Waktu kerja diluar jam kerja dihitung sebagai
waktu lembur dan karyawan yang melaksanakannya berhak mendapatkan tunjangan lembur.
Karyawan tetap berjumlah 70 orang yang terbagi kedalam beberapa bagian, diantaranya bagian
manajemen, sebagian besar karyawan pria di bagian produksi, dan beberapa karyawan wanita di
bagian produksi.
2. Karyawan kontrak

Merupakan karyawan yang memiliki kontrak kerja dengan perusahaan selama jangka waktu
tertentu. Hak dan kewajibannya sama dengan karyawan tetap. Karyawan kontrak berjumlah 43
orang dan biasanya menduduki posisi di bagian manajemen.
3. Karyawan borongan

Merupakan karyawan yang memperoleh gaji sesuai jumlah produk yang dihasilkannya dalam
waktu yang telah ditentukan. Jam kerja karyawan borongan ditentukan oleh supervisor produksi
sehari 67
sebelum proses produksi dan hanya bekerja ketika terdapat proses produksi. Jumlah karyawan
borongan sebanyak 30 orang dan terdapat di beberapa bagian produksi yaitu bagian
pembongkaran ikan, thawing, blansir, penyiangan dan pengemasan. Penggajian karyawan
borongan dilakukan setiap seminggu sekali yaitu pada hari sabtu.

4. Karyawan musiman

Merupakan karyawan yang digaji berdasarkan hari kerja yang telah dilaksanakan. Hari kerja
ditentukan berdasarkan ada tidaknya proses produksi. Penentuan karyawan musiman dilakukan
oleh supervisor produksi dan jumlahnya ditentukan oleh kapasitas produksi tiap harinya. Jumlah
karyawan musiman sebanyak 326 orang (sebagian besar wanita) dan terdapat di beberapa bagian
produksi yaitu bagian pemotongan ikan, pengisian ikan kedalam kaleng, serta printing dan
labeling. Sistem lembur dilakukan untuk suatu kegiatan produksi yang mendesak dan harus
diselesaikan pada hari itu. Kebijakan lembur dikeluarkan dengan inisiatif ketua grup suatu lini
produksi. Kebijakan lembur ini juga memberikan tambahan gaji bagi karyawan yang
melaksanakannya diluar gaji pokok yang telah diterimanya. Berikut dijelaskan dalam Tabel 2
mengenai jumlah dan status karyawan PT Maya Food Industries beserta tingkat pendidikannya:

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan
untuk memperbaiki mutu produk barang dan jasa secara terus menerus yang dijalaukan melalui
partisipasi seluruh tingkatan dan fungsi organisasi perusahaan
PT Maya Food Industries (PT MFI) adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA) murni
yang berlokasi di kota Pekalongan, Jawa Tengah. Jenis produk yang menjadi komoditas utama
PT MFI adalah ikan kaleng dengan jenis sardines dan mackarel serta produk lainnya adalah
Surimi, buah kaleng, tepung ikan dan kerupuk bawang. Produk yang dihasilkan dipasarkan di
dalam negeri maupun luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai