Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS MANAJEMEN KUALITAS DENGAN PENERAPAN TOTAL

QUALITY MANAGEMENT (TQM) BERBASIS DEMING PRIZE

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian dan


Penjaminan Mutu

DISUSUN OLEH :

SAUVI HANIFAH ASLUQ 17032010022

ALDHA ASMARADANTA 17032010026

M DWI AGUS S 17032010028

PARALEL A

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin berat


seiring dengan kemajuan peradaban manusia baik itu produk industri penghasil
barang maupun jasa. Supaya suatu perusahaan dapat berkembang, tumbuh atau
paling tidak bertahan hidup (survive), perusahaan tersebut harus mampu
menghasilkan produk (barang/jasa) yang mutunya lebih baik dengan kualitas lebih
tinggi. Dengan Terbatasnya jumlah karyawan didepartemen pemasaran maupun
produksi, tidaklah mudah membuat problem justru mengalami banyak kemajuan
diantaranya telah diberikannya penghargaan ISO 9000, maka quality control (QC)
yang dilakukan perusahaan lebih banyak dititik beratkan pada kualitas produknya
dan kualitas yang berfokus pada pelanggan. Maka jelaslah kualitas eksternal
sudah diterapkan pada perusahaan tersebut. Sedangkan masalah yang belum
terlihat adalah penanganan kesejahteraan karyawan, komunikasi antar
departemen, struktur organisasi, job description fasilitas dan perbaikan kerja dan
lain-lain. Karena kondisi internal yang baik merupakan awal dari kesuksesan.
TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
strategi dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi (Santosa, 2002). TQM mencakup semua fungsi dari sebuah
fungsi. TQM merupakan perpaduan dari fungsi-fungsi dan proses yang terkait
kedalam siklus hidup produk pada tahap yang berbeda-beda, seperti desain,
perencanaan, produksi, distribusi dan pelayanan. Ukuran keberhasilan TQM
merupakan kepuasan pelanggan dan cara mencapainya, terutama melalui desain
sistem dan peningkatan terus-menerus. Sebuah perusahaan yang menerapkan
Total Quality Management (TQM) harus memenuhi persyaratan seperti berusaha
menyusun sistem manajemen mutu. Sistem ini harus relevan dengan semua
kegiatan dan tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan. Mengupayakan
peningkatan di semua bidang. Misalnya, tidak cukup jika hanya meningkatkan
aspek yang berpusatkan produk, dan mengabaikan bidang pelayanan, atau
sebaliknya.
Deming Prize adalah suatu penghargaan yang diberikan pada suatu
perusahaan, baik itu jasa maupun manufaktur yang berhasil atau sukses
dalam menjalankan kriteria yang ada pada deming prize dan selalu
mengadakan perbaikan akan kualitas secara terus-menerus. Deming Prize
meliputi nilai-nilai inti dan konsep deming (yaitu 14 point deming dan siklus
deming), 10 kategori deming price dan 4 elemen dasar kerangka kerja.
Kriteria Deming Prize terdiri dari serangkaian nilai-nilai inti dan konsep
(Core Values And Concepts) yang merupakan landasan bagi kunci
persyaratan didalam kerangka kerja yang berorientasi pada keberhasilan
bisnis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimanakah meningkatkan Total Quality Manajemen (TQM) sehingga

mampu menerapkan kriteria yang terdapat pada deming prize?”

1.3 Batasan Masalah

Untuk menjaga agar pembahasan dalam penelitian ini tidak melebar, maka

diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Lingkup pekerjaan yang akan diamati dilakukan pada PT MALINDO

FOOD

2. Pendekatan dari aspek-aspek TQM menggunakan deming prize

3. Pekerjaan yang diamati hanya tingkat performansi yang dilaksanakan

selama masa pengerjaan Tugas Akhir.

4. Pengamatan dilakukan mulai pukul 08.00-23.00 setiap hari kerja


1.4 Asumsi – Asumsi

Untuk memudahkan dalam pembahasannya, perlu diberikan beberapa

asumsi :

1. Tidak ada kendala yang serius (merusak sistem pengendalian dan

penjaminan mutu) selama 1 tahun terakhir

2. Pengamatan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat khusus

3. Karyawan, sistem, dan struktur organisasi tidak berganti tugas selama masa

pengamatan

1.5 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan

TQM hingga mendapatkan kriteria deming prize pada PT MALINDO FOOD.

1.6 Manfaat

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberi gambaran mengenai kinerja organisasi PT. MALINDO FOOD


2. Bagi perusahaan terkait, hasil penelitian ini memberikan masukan agar

dapat mengambil langkah dan keputusan guna melakukan persiapan dan

perbaikan demi kemajuan perusahaan tersebut serta memberikan gambaran

yang mantap dalam upaya meningkatkan strategi penjualan


3. Sebagai referensi baru yang dapat menambah wawasan peneliti dalam

pengendalian kualitas, terutama dalam total quality management.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan sistematika makalah ini dibuat agar dapat memudahkan

pembahasan dari makalah ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan dalam

makalah seperti dibawah ini :


BAB 1 PENDAHULUAN

Merupakan latar belakang atau alasan yang mendasari dilakukannya

penelitian ini, perumusan masalah , ruang lingkup permasalahan, tujuan

yang hendak dicapai dari penelitian, serta manfaat yang diperoleh dari hasil

penelitian ini serta sistematika penulisan yang digunakan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.

Bab ini meninjau literatur - literatur atau teori yang digunakan sebagai acuan

berpikir untuk membahas penelitian ini.Tinjauan pustaka yang dirujuk pada

bab ini antara lain proses pengemasan, penghitungan waktu baku, penentuan

harga pokok produksi serta ekonomi teknik

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode penelitian yang digunakan, lokasi

penelitian, waktu penelitian, alur penelitian serta langkah langkah penelitian

yang dijalankan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, hasil analisis dan

pengolahan data beserta pembahasannya, yang disajikan secara kronologis

dan sistematis sesuai dengan lingkup penelitian serta konsisten dengan

tujuan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta

saran maupun rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan dan

pihak lain yang membutuhkan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Kualitas

Kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis,

pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing. Kualitas suatu produk diartikan

sebagai derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut mampu

memuaskan keinginan dari konsumen (fitness for use). Kualitas menjadi faktor

dasar keputusan konsumen untuk mendapatkan suatu produk, karena konsumen

akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari perusahaan tertentu yang

lebih berkualitas daripada saingan-sainganya. Alasan-alasan mendasar pentingnya

kualitas sebagai strategi bisnis adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):

1. Meningkatkan kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen

yang kuat akan penampilan kualitas.

2. Kemampuan produk.

3. Peningktan tekanan biaya pada tenaga kerja,energi dan bahan baku.

4. Persaingan yang semakin intensif.

5. Kemajuan yang luar biasa dalam produktifitas melalui program

keteknikkan kualitas yang efektif.

Pengertian pengendalian kualitas adalah aktifitas pengendalian proses

untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau


persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada

perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Tujuan dari

pengendalian kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas produk atau jasa yang

dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik merupakan suatu alat

tangguh yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya, menurunkan cacat dan

meningkatkan kualitas pada proses manufakturing. Pengendalian kualitas

memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi,

bagian produksi sampai pendistribusian produk ke konsumen. Aktifitas

pengendalian kualitas pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan berikut

(Purnomo, 2004):

1. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.

2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standaryang

berlaku.

3. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan

yang cukup signifikan, dan jika perlu perlu dibuat tindakan-tindakan untuk

mengoreksinya.

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan

bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas

yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah

mungkin.

Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari pengendalian produksi,

karena pengendalian kualitas merupakan bagian dari pengendalian produksi.


Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan kegiatan

yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena semua

kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan, supaya barang dan jasa

yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dimana

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan serendah-rendahnya.

Pengendalian kualitas juga menjamin barang atau jasa yang dihasilkan dapat

dipertanggungjawabkan seperti halnya pada pengendalian produksi. Dengan

demikian antara pengendalian produksi dan pengendalian kualitas erat kaitannya

dalam pembuatan barang.

2.1.1 Faktor-faktor Pengendalian Kualitas

Menurut Douglas C. Montgomery (2001:26) dan berdasarkan beberapa

literatur lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian

kualitas yang dilakukan perusahaan adalah:

1. Kemampuan proses

Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan

proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batas-

batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.

2. Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila

ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen

yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat

dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang

telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.

3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima


Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi

produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian

yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah

standar yang dapat diterima.

4. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam

menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang positif

dengan terciptanya produk yang berkualitas.

a. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya

kerusakan produk yang dihasilkan.

b. Biaya Deteksi/ Penilaian (Detection/ Appraisal Cost)

Adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah produk atau

jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas

sehingga dapat menghindari kesalahan dan kerusakan sepanjang proses

produksi.

c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian

dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut

dikirim ke pihak luar (pelanggan atau konsumen).

d. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost)

Merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai

dengan persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut

dikirimkan kepada para pelanggan atau konsumen.


2.1.2 Pengaruh Kualitas

Kualitas adalah elemen penting dalam operasi, selain itu kualitas juga

memiliki beberapa pengaruh lain. Beberapa alasan yang membuat kualitas

menjadi penting, yaitu sebagai berikut (Heizer, 2006):

1. Reputasi perusahaan.

2. Keandalan produk atau jasa.

3. Penurunan biaya.

4. Pertanggung jawaban produk atau jasa.

5. Peningkatan pangsa pasar.

6. Keterlibatan global

7. Penampilan produk atau jasa.

Definisi kualitas sebagaimana yang diambil oleh American Society for

Quality adalah keseluruhan karakteristik produk atau jasayang mampu

memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar. Definisi kualitas terbagi

atas beberapa kategori yaitu, definisi yang berbasis pengguna dengan arti kualitas

bergantung pada pemirsa. Definisi yang berbasis manufaktur yaitu kualitas yang

lebih tinggi dengan arti kinerja yang lebih baik, fitur yang lebih baik dan

perbaikan lainya yang terkadang memakan biaya (Heizer, 2006).


2.1.3 Konsep Dasar Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualiatas statistik adalah alat bantu manajemen untuk

menjamin kualitas, karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan

oleh suatu proses produksi itu sama benar, tidak dapat dihindarkan adanya

variasinya. Pengujian statistik diperlukan untuk menyelesaikan masalah seperti

ini, dalam pengendalian kualitas statistik teknik-teknik tersebut diaplikasikan guna

memeriksa dan menguji data untuk menentukan standar dan mengecek kesesuaian

produk untuk mencapai operasi manufaktur yang maksimum, dan biasanya

menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah dan menaikkan tingkat posisi

kompetitif. Rancangan percobaan dapat digunakan dalam hubungannya dengan

pengendalian proses statistik untuk meminimumkan variabilitas proses, yang

menghasilkan produksi yang pada akhirnya bebas cacat (Purnomo, 2004).

2.1.4 Keuntungan Pengendalian Kualitas Statistik

Pengendalian kualitas statistik merupakan alat manajemen secara ilmiah.

Beberapa keuntungan jika digunakan pengendalian kualitas statistik adalah

sebagai berikut (Purnomo, 2004):

1. Perbandingan antara kualitas dan biaya.

2. Menjaga kualitas lebih seragam.

3. Penyediaan bahan baku yang lebih baik.

4. Penggunaan alat produksi yang lebih efisien.


5. Mengurangi kerja ulang atau pembuangan.

6. Memperbaiki hubungan produsen-konsumen.

2.1.5 Dimensi Kualitas

Kualitas memiliki dimensi yang banyak, sehingga sulit mendefinisikannya.

David Gorvin menyarankan delapan dimensi kualitas,yaitu sebagai

berikut (Nasrullah, 1997):

1. Performansi atau prestasi dari fungsi yang diperlihatkan oleh produk.

2. Sifat-sifat khusus dan menarik minat (feature), yang menjadikan suatu

produk unik dibandingkan dengan produk sejenis dari produsen lain.

3. Keandalan, kemampuan produk untuk tidak mogok dalam masa

kerjanya.

4. Kecocokan dengan standar industri.

5. Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan.

6. Daya tahan produk terhadap waktu.

7. Keindahan penampilan.

8. Persepsi konsumen.

2.1.6 Langkah – Langkah Pengendalian Kualitas


Menurut Wulandari & Amelia (2012) pengendalian kualitas harus

dilakukan melalui proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Proses

pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan melalui

penerapan PDCA (plan – do – check– action) yang diperkenalkan oleh Deming,

seorang pakar kualitas ternama Amerika Serikat, sehingga siklus ini disebut siklus

deming (Deming Cycle / Deming Wheel). Siklus PDCA umumnya digunakan

untuk mengetes dan mengimplementasikan perubahan-perubahan untuk

memperbaiki kinerja produk, proses atau suatu system di masa yang akan datang

Penjelasan dari tahap-tahap dalam siklus PDCA adalah sebagai berikut :

1. Merencanakan spesifikasi (plan) : Merencanakan spesifikasi, menetapkan

spesifikasi atau standar kualitas yang baik, memberi pengertian kepada

bawahan akan pentingnya kualitas produk, pengendalian kualitas

dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

2. Melaksanakan rencana (do) : Rencana yang telah disususun

diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian

tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap

personil. Selama dalam melaksanakan rencana harus dilakukan

pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan

dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai

3. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check) : Memeriksa atau

meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam

jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang

direncanakan. Membandingkan kualitas hasil produksi dengan standar


yang telah ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data kegagalan dan

kemudian ditelaah penyebab kegagalannya.

4. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action) : Penyesuaian

dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis memeriksa

hasil yang dicapai. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur

baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau

menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian kualitas, tentu saja diperlukan

solusi dalam mengendalikan mutu produksi yang ada. GKM (Gugus Kendali

Mutu) melakukan perbaikan berkesinambungan dengan melakukan delapan

langkah yang sering digunakan dalam hal analisis dan solusi masalah

mutu/kualitas, delapan langkah tersebut adalah :

a. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas.

Langkah awal dalam peningkatan kualitas adalah bahwa manajemen harus

secara jelas memahami kebutuhan untuk peningkatan kualitas. Manajemen

harus secara sadar memiliki alasan-alasan untuk peningkatan kualita

dikarenakan peningkatan kualitas merupakan suatu kebutuhan yang paling

mendasar. Tanpa memahami kebutuhan untuk peningkatan kualitas,

peningkatan kualitas tidak akan pernah efektif dan berhasil. Peningkatan

kualitas dapat dimulai dari mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi

atau kesempatan peningkatan apa yang mungkin dapat dialakukan.

Identifikasi masalah dapat dimulai dengan mengajukan beberapa


pertanyaan dengan menggunakan alat-alat bantu dalam peningkatan

kualitas seperti, check sheet, atau diagram Pareto.

b. Menyatakan masalah kualitas yang ada.

Masalah-masalah utama yang telah dipilih dalam langkah pertama perlu

dinyatakan dalam suatu pernyataan yang spesifik. Apabila berkaitan

dengan masalah kualitas, masalah itu harus dirumuskan dalam bentuk

informasi-informasi spesifik yang jelas, tegas, dan dapat diukur serta

diharapkan dapat dihindari pernyataan masalah yang tidak jelas dan tidak

dapat diukur.

c. Mengevaluasi penyebab utama.

Penyebab utama dapat dievaluaasi menggunakan diagram sebab akibat.

Dari berbagai faktor penyebab yang ada, kita dapat mengurutkan

penyebab-penyebab dengan menggunakan diagram pareto berdasarkan

dampak dari penyebab terhadap kinerja produk, proses, atau sistem

manajemen mutu secara keseluruhan.

d. Merencanakan solusi atas masalah.

Diharapkan rencana penyelesaian masalah berfokus pada tindakan-

tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang ada.

Rencana peningkatan untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang

ada diisi dalam suatu formulir daftar rencana tindakan.

e. Melaksanakan perbaikan.

Implementasi rencana solusi terhadap masalah mengikuti daftar rencana

tindakan pengendalian kualitas. Dalam tahap pelaksanaan ini sangat

dibutuhklan komitmen manajemen dan karyawan serta partisipasi total


untuk secara bersama-sama menghilangkan akar penyebab dari masalah

kualitas yang telah teridentifikasi.

f. Meneliti hasil perbaikan.

Setelah melaksanakan peningkatan kualitas perlu dilakukan studi dan

evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan

untuk mengetahui apakah masalah yang ada telah hilang atau berkurang.

Analisis terhadap hasil-hasil temuan selama tahap pelaksanaan dan

memberikan tambahan informasi bagi pembuat keputusan dan

perencanaan peningkatan berikutnya.

g. Menstandarisasikan solusi terhadap masalah.

Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan pengendalian kualitas harus

distandarisasikan, dan selanjutnya melakukan peningkatan terus menerus

pada jenis masalah yang lain. Standarisasi dimaksudkan untuk mencegah

masalah yang sama terulang kembali.

2.2 Total Quality Manajemen (TQM)

Aspek yang paling fundamental dari manajemen ilmiah adalah adanya

pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas telah

menimbulkan peningkatan besar dalam hal produktivitas, sebenarnya konsep

pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep lama mengenai

keahlian/keterampilan, di mana individu yang sangat terampil melakukan semua

pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Manajemen ilmiah Taylor mengatasi hal ini dengan membuat perencanaan tugas

manajemen dan tugas tenaga kerja. Untuk mempertahankan kualitas produk dan

jasa yang dihasilkan, maka dibentuklah departemen kualitas yang terpisah.


Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitas manufacturing,

kualitas juga menjadi hal yang makin sulit. Volume dan kompleksitas mendorong

timbulnya quality engineering pada tahun 1920-an dan reliability

engineering pada tahun 1950-an. Quality engineering sendiri mendorong

timbulnya penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian kualitas, yang

akhirnya mengarah pada konsep control charts dan statistical process control.

Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari total quality

management.

2.2.1 Pengertian TQM

Total Management System atau disingkat dengan TQM adalah suatu

sistem manajemen kualitas yang berfokus pada Pelanggan (Customer focused)

dengan melibatkan semua level karyawan dalam melakukan peningkatan atau

perbaikan yang berkesinambungan (secara terus-menerus). Total Quality

Management atau TQM menggunakan strategi, data dan komunikasi yang efektif

untuk meng-integrasikan kedisplinan kualitas ke dalam budaya dan kegiatan-

kegiatan perusahaan. Singkatnya, Total Quality Management (TQM) adalah

pendekatan manajemen untuk mencapai keberhasilan jangka panjang melalui

Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction).

Total quality management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi

melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan

lingkungan.

Total quality management juga dapat diartikan sebagai perpaduan semua

fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan


konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan

pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993, p. 135). Definisi lainnya menyatakan

bahwa Total quality management merupakan sistem manajemen yang menyangkut

kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasaan pelanggan dengan

melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa, 1992, p. 33)

Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara

terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan

menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik

diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,

proses, dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan

komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan

menerapkan TQM.

Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa

manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing

perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas secara

terus-menerus maka perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui dua rute,

yaitu:

1. Rute pasar. Perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga

pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini

mengarah kepada penghasilan sehingga laba yang diperoleh juga semakin besar.

2. Perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui

upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan

berkurang. Dengan demikian laba yang diperoleh akan meningkat.


Total Quality Management (TQM) atau bisa disebut juga dengan

Manajemen Kualitas Total atau Manajemen Mutu Terpadu/Manajemen Kualitas

Terpadu yaitu pendekatan manajemen terhadap suatu organisasi yang berpusat

kepada kualitas menurut partisipasi seluruh anggota dan memiliki tujuan untuk

kesuksessan jangka panjang dengan kepuasan pelanggan dan manfaat untuk

semua anggota organisasi dan masyarakat.

Dalam TQM (Total Quality Management), semua anggota organisasi atau

karyawan perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam melakukan peningkatan

proses, produk, layanan serta budaya dimana mereka bekerja sehingga

menghasilkan kualitas terbaik dalam Produk dan Layanan yang pada akhirnya

dapat mencapai tujuan kepuasan pelanggan.

Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat

didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality

(kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan,

seni, cara menghendel, pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang

dimilikinya, definisi TQM adalah: “sistem manajemen yang berorientasi pada

kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan

benar sekali (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous

improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid Sadgrove, 1995).

Seperti halnya kualitas, Total Quality Management dapat diartikan sebagai

berikut;
1) Perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang

dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan

pengertian serta kepuasan pelanggan (Ishikawa, 1993, p.135).

2) Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan

berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota

organisasi (Santosa, 1992, p.33).

3) Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk

memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus

atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.

Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U.

mengatakan bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan

dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing

organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses,

dan lingkungannya.

2.2.2 Fokus Elemen TQM

Terdapat 8 Elemen Pokok dalam Sistem Manajemen TQM (Total Quality

Management). Kedelapan elemen pokok tersebut diantaranya adalah :

1. Fokus pada Pelanggan (Customer Focussed)

Pelanggan merupakan pihak yang menentukan apakah kualitas produk

maupun jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan atau

tingkatan kualitas yang diinginkannya. Apapun yang dilakukan oleh sebuah

organisasi/perusahaan seperti pelatihan karyawan, perbaikan proses, penggunaan


mesin canggih ataupun adopsi teknologi terbaru yang pada akhirnya Pelangganlah

yang menentukan apakah upaya-upaya yang dilakukan tersebut bermanfaat atau

tidak.

2. Keterlibatan Karyawan secara keseluruhan (Total Employee Involvement)

Karyawan merupakan sumber daya perusahaan yang penting dalam

mencapai tujuan yang direncanakannya. Oleh karena itu, keterlibatan karyawan

secara keseluruhan dapat mendukung perusahaan dalam melakukan peningkatan

proses dan kualitas yang berkesinambungan yang kemudian menghasilkan produk

dan layanan yang terbaik untuk pelanggannya. Dalam pemberdayaan karyawan,

diperlukan pelatihan dan peningkatan terhadap keterampilan karyawan dalam

mengerjakan tugasnya.

3. Pemusatan perhatian pada Proses (Process-centered)

Perhatian pada peningkatan proses merupakan pondasi dasar dalam sistem

manajemen TQM. Proses merupakan serangkaian langkah-langkah yang dimulai

dari penerimaan INPUT dari supplier (internal maupun eksternal) dan meng-

transformasi-nya menjadi OUTPUT yang akan dikirimkan ke pelanggan (internal

maupun Eksternal).

4. Sistem yang Terintegrasi (Integrated System)

Meskipun terdapat banyak keahlian dan ruang lingkup kerja dalam suatu

perusahaan yang membentuk departementalisasi secara vertikal maupun

horizontal. Semuanya memerlukan suatu sistem yang terintegrasi dengan baik


agar visi, misi, strategi, kebijakan, tujuan dan sasaran perusahaan dapat

dikomunikasikan dengan baik dan jelas kepada semua karyawan.

5. Pendekatan Strategi dan Sistematik (Strategy and Systematic Approach)

Salah satu bagian yang penting dalam Manajemen Kualitas adalah

pendekatan Strategi dan Sistematik dalam mencapai Visi, Misi dan Tujuan

Perusahaan. Proses tersebut biasanya disebut dengan Perencanan Strategi ataupun

Manajemen Strategi yang melakukan perumusan dan perencanaan strategi dalam

mengintegrasikan konsep kualitas ke dalam Strategi Perusahaan secara

keseluruhan.

6. Peningkatan yang berkesinambungan (Continual Improvement)

Peningkatan yang berkesinambungan mendorong perusahaan untuk

melakukan analisis dan menciptakan cara-cara yang lebih bersaing dan efektif

dalam mencapai tujuan perusahaan dan memenuhi harapan semua pihak yang

berkepentingan.

7. Keputusan berdasarkan Fakta (Fact-based decision making)

Untuk mengetahui sejauh mana kinerja suatu perusahaan, diperlukan data

untuk mengukurnya. TQM mewajibkan perusahaan tesebut untuk mengumpulkan

dan melakukan analisis data secara berkesinambungan agar keputusan ataupun

kebijakan yang diambil benar-benar akurat dan tepat sasaran. Dengan adanya

data, kita dapat menarik kesimpulan berdasarkan kejadian ataupun hasil

sebelumnya.
8. Komunikasi (Communications)

Dalam operasional sehari-hari, perusahaan pasti akan mengalami

perubahan baik perubahan dalam strategi, kebijakan, jadwal maupun metode

pelaksanaan. Perubahan tersebut perlu dikomunikasikan dengan baik kepada

semua karyawan yang bersangkutan. Komunikasi yang baik juga akan

menimbulkan motivasi dan semangat kerja dalam mencapai tujuan

perusahaannya.

2.2.3 Prinsip TQM

Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah

satunya adalah Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus

mempunyai empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan

berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program,

termasuk dalam setiap proses dan produk.

2. Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam

memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya

inspirasi.

3. Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang

memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga

antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan.


4. Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua

prinsip, kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah

organisasi.

Lebih lanjut Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam

sistem TQM harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses,

Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.

Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu

dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam

proses tidak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak

ada artinya tanpa pemimpin yang memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke

atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain. Setiap pilar tergantung

pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah dengan sendirinya yang

lain juga lemah.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing

dan Christopher, 1993: 165-166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c.,

A.P.U. dalam bukkunya yang berjudul Manjemen Mutu Terpadu, mengatakan

bahwa TQM merupakan suatu konsep yang berupaya, melaksanakan sistem

manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan perubahan besar dalam

budaya dan sistem nilai suatu organisasi. ada empat prinsip utama dalam TQM,

yaitu :

1) Kepuasan pelanggan.

2) Respek terhadap setiap orang.


3) Manajemen berdasarkan fakta.

4) Perbaikan berkesinambungan.

2.2.4 Manfaat TQM

TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf

organisasi.

 Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:

1. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau

pelayanan.

2. Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih

diperhatikan.

3. Kepuasan pelanggan terjamin.

 Manfaat TQM bagi institusi adalah:

1. Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan

2. Staf lebih termotivasi

3. Produktifitas meningkat

4. Biaya turun

5. Produk cacat berkurang

6. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.


 Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:

1. Pemberdayaan

2. Lebih terlatih dan berkemampuan

3. Lebih dihargai dan diakui

 Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh

institusi di masa yang akan datang adalah:

1. Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya

sekedar pengikut (follower)

2. Membantu terciptanya tim work

3. Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan

4. Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap

perubahan

5. Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah

Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan

diperlukan persyaratan sebagai berikut:

1. Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.

2. Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM


3. Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas

4. Memilih koordinator (fasilitator) program TQM

5. Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM

6. Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission)

7. Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan

8. Merencanakan mutasi program TQM.

2.3 Perbedaan TQM dengan Metode Manajemen Lainnya

Ada empat perbedaan pokok antara TQM dengan metode manajemen

lainnya. Pertama, asal intelektualnya. Sebagian besar teori dan teknik manajemen

berasal dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi mikro merupakan dasar dari sebagian

besar teknik-teknik manajemen keuangan, ilmu psikologi mendasari teknik

pemasaran dan decision support system, dan sosiologi memberikan dasar

konseptual bagi desain organisasi. Sementara itu dasar teoritis dari TQM adalah

statistika. Inti dari TQM adalah Pengendalian Proses Statistikal (SPC/Statistical

Process Control) yang didasarkan pada sampling dan analisis varians.

Kedua, yakni sumber inovasinya. Bila sebagian besar ide dan teknik

manajemen bersumber dari sekolah bisnis dan perusahaan konsultan manajemen

terkemuka, maka inovasi manajemen sebagian besar dihasilkan oleh para pionir

yang pada umumnya adalah insinyur industri dan ahli fisika yang bekerja di sektor

industri dan pemerintah.


Ketiga, yakni asal negara kelahirannya. Kebanyakan konsep dan teknik

dalam manajemen keuangan, pemasaran, manajemen strategik, dan desain

organisasi berasal dari Amerika Serikat dan kemudian tersebar ke seluruh dunia.

Sebaliknya TQM semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih banyak

dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang ke Amerika Utara dan Eropa.

Jadi TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan analisis dari Amerika,

keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, serta tradisi keahlian dan

integritas dari Eropa dan Asia.

Keempat, yakni proses diseminasi atau penyebaran. Penyebaran sebagian

besar manajemen modern bersifat hirarkis dan top-down. Yang mempeloporinya

biasanya adalah perusahaan-perusahaan raksasa seperti General Electric, IBM,

dan General Motors. Sedangkan gerakan perbaikan kualitas merupakan proses

bottom up, yang dipelopori perusahaan-perusahaan kecil. Dalam implementasi

TQM, penggerak utamanya tidaklah selalu CEO, tetapi seringkali malah manajer

departemen atau manajer divisi.

2.4 Faktor –Faktor yang Menyebabkan Kegagalan dalam TQM

Apabila suatu organisasi menerapkan TQM dengan cara sebagaimana

mereka melaksanakan inovasi manajemen lainnya, atau bahkan bila mereka

menganggap TQM sebagai obat ajaib atau alat penyembuh yang cepat, maka

usaha tersebut telah gagal semenjak awal. TQM merupakan suatu pendekatan baru

dan menyeluruh yang membutuhkan perubahan total atas paradigma manajemen

tradisional, komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan

khusus.
Selain dikarenakan usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-

harapan yang tidak realistis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum

dilakukan pada saat organisasi memulai inisiatif perbaikan kualitas. Beberapa

kesalahan yang sering dilakukan antara lain:

1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.

Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya

dimulai dari pihak manajemen di mana mereka harus terlibat secara langsung

dalam pelaksanaannya. Bila tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada pihak

lain (misalnya kepada pakar yang digaji) maka peluang terjadinya kegagalan

sangat besar.

2. Team mania.

Organisasi perlu membentuk beberapa tim yang melibatkan semua

karyawan. Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling

tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun

karyawan harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya masing-

masing. Penyelia perlu mempelajari cara menjadi pelatih yang efektif, sedangkan

karyawan perlu mempelajari cara menjadi anggota tim yang baik.

Kedua, organisasi harus melakukan perubahan budaya supaya

kerja sama tim tersebut dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan

sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah, bukannya

pemecahan masalah.

3. Proses penyebarluasan (deployment)


Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara

berbarengan mengembangkan rencana untuk menyatukannya ke dalam seluruh

elemen organisasi (misalnya operasi, pemasaran, dan lain-lain).

Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut juga melibatkan para manajer,

serikat kerja, pemasok, dan bidang produksi lainnya, karena usaha itu meliputi

pemikiran mengenai struktur, penghargaan, pengembangan keterampilan,

pendidikan, dan kesadaran.

4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis.

Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming,

pendekatan Juran, atau pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip

yang ditentukan di situ. Padahal tidak ada satu pun pendekatan yang disarankan

oleh ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya yang merupakan

satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi. Bahkan pakar kualitas

mendorong organisasi untuk menyesuaikan program-program kualitas dengan

kebutuhan mereka masing-masing.

5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis.

Bila hanya mengirim karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama

beberapa hari, bukan berarti telah membentuk keterampilan mereka. Masih

dibutuhkan waktu untuk mendidik, mengilhami, dan membuat para karyawan

sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan waktu yang cukup lama

pula untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru, bahkan

seringkali perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai

terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.


6. Empowerment yang bersifat prematur.

Banyak perusahaan yang kurang memahami makna pemberian

empowerment kepada para karyawan. Mereka mengira bahwa karyawan telah

dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para

karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan memberikan hasil-hasil

positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus dikerjakan

setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya mereka

membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam

melakukan sesuatu.

2.5 Metode Edwards Deming

Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi di Jepang, yaitu

dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan

pengendalian proses statistik (statistical process control = SPC). Salah satu

metode Deming yang terkenal adalah siklus deming (deming cycle).

Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang

dikembangkan oleh W. Edward Deming yang terdiri atas empat komponen utama

secara berurutan yang dikenal dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act).

Penjelasan dari setiap siklus PDCA tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan rencana perbaikan (plan).

Ini merupakan langkah setelah dilakukan pengujian ide perbaikan masalah.

Rencana perbaikan disusun berdasarkan prinsip 5-W (what, why, who,

when, dan where) dan 1 H (how), yang dibuat secara jelas dan terinci serta

menetapkan sasaran dan target yang harus dicapai. Dalam menetapkan


sasaran dan target harus dengan memerhatikan prinsip SMART (specific,

measurable, attainable, reasonable, dan time).

2. Melaksanakan rencana (do).

Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari

skala kecil yang pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas

dan kemampuan setiap personil. Selama dalam melaksanakan rencana

harus dilakukan pengendalian yaitu mengupayakan agar seluruh rencana

dilaksanakan dengan sebaik mungkin sasaran dapat dicapai.

3. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check atau study).

Memeriksa atau meneliti hasil merujuk pada penetapan apakah

pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau

kemajuan perbaikan yang direncanakan. Alat atau piranti yang dapat

digunkan dalam memeriksa adalah pareto diagram, histogram, dan

diagram kontrol.

4. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action).

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis

di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna

menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan

sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.

Metode lain yang dikenal dari Deming adalah Deming four teen

point yang diantaranya berisi konsistensi dalam perbaikan produk, pelembagaan

kepemimpinan dan training, respek pada kebutuhan dan pemberdayaan karyawan,

dan kerjasama antar departemen. Deming seven deadly, merupakan ringkasan dari

pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi transformasi


menuju bisnis berkualitas. Poin yang bisa diambil antara lain adalah kurangnya

ketetapan tujuan dalam memberikan kualitas, mementingkan keuntungan dan

kepentingan jangka pendek disertai kurangnya perencanaan jangka panjang,

pemborosan biaya kesehatan dan garansi, dan evaluasi serta pelatihan karyawan

yang tidak tepat.

Deming Prize adalah suatu penghargaan yang diberikan pada suatu

perusahaan, baik itu jasa maupun manufaktur yang berhasil atau sukses dalam

menjalankan kriteria yang ada pada deming prize dan selalu mengadakan

perbaikan akan kualitas secara terus-menerus. Deming Prize meliputi nilai-nilai

inti dan konsep deming (yaitu 14 point deming dan siklus deming), 10 kategori

deming price dan 4 elemen dasar kerangka kerja Kriteria Deming Prize terdiri dari

serangkaian nilai-nilai inti dan konsep (Core Values And Concepts) yang

merupakan landasan bagi kunci persyaratan didalam kerangka kerja yang

berorientasi pada keberhasilan bisnis. Empat belas poin Deming ini merupakan

ringkasan dari keeluruhan pandangan W. Edwards Deming terhadap apa yang

dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melakukan transisi positif dari bisnis

sebagaimana biasanya sehingga menjadi bisnis berkualitas tingkat dunia. Sikus

deming yang biasa disebut dengan PDCA (Plan Do Check Act Analyze)

merupakan elemen dasar dari siklus demingyang merupakan perwakilan dari

proses perbaikan secara terus menerus (continuous improvement) untuk

perencanaan maupun mencoba meningkatkan kinerja aktivitas baru.

Dasar terbentuknya ke 10 kategori diatas, adalah dari nilai-nilai inti dan

konsep deming (yaitu 14 point deming dan siklus deming), dimana dari masing-

masing kategori memeiliki beberapa item-item. Dari nilai inti dan konsep dan ke
10 kategori diatas, terbagi atas 4 elemen dasar kerangka kerja, yakni : keadaan

perusahaan secara umum, proses kerja yang dapat dilakukan, penerapan

manajemen perusahan dan analisa

output perusahaan. Keempat elemen dasar kerangka kerja diatas dibentuk, pada

intinya ingin mengetahui bagaimana penerapan kualitas disuatu organisasi atau

perusahaan.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dari penilitian ini adalah PT. Malindo Food yang merupakan

perusahaan produksi makanan cepat saji dari berbagai olahan jenis daging dan

ikan.

3.2 Variabel Data

3.2.1 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang perubahannya dipengaruhi

oleh variabel lain, dalam hal ini variabel terikatnya tingkat performansi

perusahaan yang ditinjau dari tingkat kualitas perusahaan.

3.2.2 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat. Adapun variabel yang bebas dalam hal ini adalah terdiri dari

lima variabel yang diambil dari kategori Deming Prize adalah sebagai

berikut :

a. Organisasi

Keadaan organisasi atau perusahaan secara umum disini antara lain

karakteristik tugas karyawan, interaksi sosial antar

karyawan/departemen, pembagian tugas karyawan, dll. Dari sini dapt

diketahui gambaran awal perusahaan seperti apa dan perbaikan apa

yang dapat dilakukan perusahaan.


b. Standarisasi

Pengamatan ini mencakup masalah bagaimana perusahaan

menerapkan teknologi didalam proses kerjanya ataupun

organisasinya, yang termasuk masalah alat kerja, serta masalah

penerapan teknologi standar oleh karyawan.

c. Pengendalian

Pengendalian perlu dilakukan untuk menjaga agar prosedur yang

diterapkan untuk pengendalian terhadap kualitas ataupun masalah–

masalah yang akan mungkin terjadi dari waktu ke waktu.

d. Analisis

Bagaimana cara meningkatkan metode kerja, kesadaran karyawan

akan produktifitas, perlu dilakukan dalam usaha peningkatan kualitas

akan perusahaan.

e. Pengaruh

Dari kesemua proses kinerja karyawan, serta penerapan pengendalian

kualitas diperusahaan, maka akan dilihat sejauh mana kegiatan

tersebut telah berhasil dilaksanakan. Baik itu mulai mutu hingga

sampai kepada kepuasan pelanggan.

3.3 Jenis – Jenis Data

3.3.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung

dari sumber pertamanya. Dalam penelitian ini mendapatkan data

berdasarkan hasil pengamatan secara langsung di PT MALINDO FOOD


3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber

perusahaan yang sudah ada

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

3.4.1 Wawancara

Wawancara digunakan dalam metode pengumpulan data untuk

melakukan studi pendahuluan guna memperoleh permasalahan yang

akan diteliti. Pada penelitian ini yang diwawancarai adalah para pekerja PT

MALINDO FOOF

3.4.2 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak hanya

mengukur sikap dari responden namun juga melihat keadaan atau situasi

yang menjadi obyek penelitian secara langsung. Pada penelitian ini,

peneliti mengobservasi para pekerja pada PT MALINDO FOOD

Anda mungkin juga menyukai