Disusun Oleh:
Ajeng Diah Putri
NIM :
Nama Dosen :
H. Lathif Hakim, LSQ. MSc. ME.
b. Pembahasan
Total Quality Management (TQM) menurut Nasution
(2005:22) adalah perpaduan dari semua fungsi manajemen, semua bagian
dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas, kerjasama, produktivitas, dan
kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Gaspersz (2001:5) Total Quality
Management adalah suatu suatu cara meningkatkan performasi secara
terus-menerus (continuous performance improvement) pada setiap level
operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi,
dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
Menurut Goetsh dan Davis terdapat 10 karakteristik dari
Total Quality Management (Tjiptono, 2003:15):
● Fokus pada pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas
produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan
pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga
kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau
jasa.
● Obsesi terhadap kualitas
Dalam perusahaan yang menerapkan TQM, pelanggan
internal dan eksternal yang menentukan kualitas. Dengan kualitas
yang ditetapkan tersebut, perusahaan harus terobsesi untuk
memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti
bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan
setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif.
● Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan
TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data
diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga
(benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
● Komitmen jangka panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam
melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang
baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting
guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat
berjalan dengan baik
● Kerjasama tim
Dalam perusahaan yang menerapkan TQM, kerjasama
tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan
perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah,
dan masyarakat sekitarnya.
● Perbaikan secara berkesinambungan
Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan
memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/
lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara
terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin
meningkat.
● Pendidikan dan pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup
mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan.
Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak
berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi
dalam era persaingan global. Sedangkan dalam perusahaan yang
menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang
fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus
belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
● Kebebasan yang terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan
unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan terhadap
keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang
timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan
hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
● Kesatuan tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka
perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap
usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan
tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/
kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya
mengenai upah dan kondisi kerja.
● Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat
meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik,
rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga
mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung
berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan rasa memiliki
dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang
yang harus melaksanakannya.
d. Daftar Pustaka
Nasution, M. N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu : Total
Quality Manajemen, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (2003). Total Quality
Managemen. Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi Offset.
b. Pembahasan
Dalam buku ”Managing Quality”, Garvin mengungkapkan bahwa
kualitas sebagai suatu konsep sudah lama dikenal, tetapi kemunculan sebagai
fungsi manajemen baru terjadi akhir-akhir ini. Ia membagi pendekatan
modern terhadap kualitas kedalam empat era kualitas, yaitu inspeksi,
pengendalian kualitas statistikal, jaminan kualitas, dan manajemen kualitas
strategik.
Keempat era kualitas tersebut secara ringkas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
● Era Tanpa Kualitas
Dimulai sebelum abad ke-18, dimana produk yang dihasilkan
tidak memperhatikan kualitas tetapi yang diperhatikan hanya
kuantitas. Akibatnya pangsa pasar Amerika menurun tajam dan
mendapatkan pesaing dari produk Jepang yang meneknkan masalah
kualitas.
● Inspeksi
Pendekatan ini mulai diterapkan pada permulaan abad 19.
Pengendalian kualitas mencangkup beberapa model yang seragam
dari suatu produk untuk mengukur kinerja sesungguhnya.
Keseragaman seperti itu dimungkinkan pada pemanfakturan yang
dilengkapi dengan pengembangan peralatan, yang dirancang untuk
menjamin operasi mesin-mesin agar menghasilkan bagian-bagian yang
identik sehingga dapat saling menggantikan. Inspeksi terhadap output
dilakukan langsung dan dapat pula dengan bantuan alat tertentu, yang
dirancang untuk mengukur output fisik dibandingkan dengan setandar
yang seragam.
● Pengendalian Kualitas Statistikal
Gerakan kualitas menggunakan pendekatan ilmiah untuk
pertama kalinya pada tahun 1931 dengan dipublikasikanya hasil karya
W.A. Shewhart, seorang peneliti kualitas dari Bell Telephone
Laboratories. Ia menyatakan bahwa variabilitas merupakan suatu
kenyataan dalam industri dan hal ini dapat dipahami dengan
menggunakan prinsip probabilitas dan statistik. Kontribusi utamanya
adalah bagan pengendalian proses untuk merencanakan nilai produksi
guna menentukan apakah nilai tersebut masuk dalam range yang
dikehendaki.
● Era Jaminan Kualitas (quality Assurance)
Pada era ini terdapat perluasan dari konsep yang sempit dan
terbatas pada tahap produksi, diperluas ke tahap desain dan
koordinasi dengan departemen jasa. Terdapat empat konsep baru
yang perlu diperhatikan, yaitu biaya kualitas, pengendalian kualitas
terpadu (total quality control), reliability engineering, dan zero defect.
c. Kesimpulan
Menurut Garvin dalam Buku “Managing Quality” Keempat era kualitas
antara lain Era tanpa kualitas, era inspeksi, era pengendalian kualitas
statistikal, dan era jaminan kualitas.
d. Daftar Pustaka
Ulfah, Fitriana, dan Rahardjo, Susilo. 2013. Analisis Pengaruh
Implementasi Manajemen Kualitas Terhadap Kinerja Organisasi pada Usaha
Kecil Menengah di Kota Salatiga. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. Vol
10 (1)
3. Jelaskan implementasi TQM dalam industri jasa, hal-hal yang perlu diperhatikan dan
berikan contohnya
a. Latar Belakang
Kualitas memiliki peran penting di setiap sektor industri. Salah satu
cara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas secara sistematis yaitu
melalui pendekatan Total Quality Management (TQM). TQM merupakan
filosofi dan praktik manajemen yang melibatkan setiap pelaku organisasi
dalam mencapai keunggulan perusahaan melalui improvement secara luas.
Hampir semua perusahaan sudah mulai mempelajari dan menerapkan TQM
sebagai sarana untuk meningkatkan laba, pangsa pasar, dan daya saing. Hal
ini didukung dengan adanya penelitian yang menganalisis beberapa
penelitian terkait TQM pada sektor umum, manufaktur, UKM, jasa dan juga
pada sektor yang lebih spesifik seperti IT, otomotif, perbankan, pendidikan,
perusahaan makanan, oil and gas, transport, dan lain-lain.
Perkembangan TQM di industri manufaktur ternyata berbeda dengan
di industri Jasa, dimana kualitas pada industri jasa menjadi masalah
dikarenakan faktor persepsi yang tinggi.
b. Pembahasan
Contoh penerapan TQM dalam industri jasa adalah Penerapan TQM
pada industri perhotelan. Industri jasa cukup bermacam-macam, seperti di
industri pendidikan, perbankan, kesehatan, perhotelan, dan lain-lain.
Contohnya pada industri pendidikan faktor teamwork menjadi yang
paling berpengaruh dalam mengimplementasikan TQM. Di industri
perhotelan sendiri, banyak penelitian yang sudah dilakukan terkait TQM.
Diantaranya perhotelan di Kenya, variabel top management commitment dan
customer orientation memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja
organisasi. Studi ini menunjukkan manajemen kualitas layanan
mempengaruhi kinerja hotel di Kenya.
Faktor-faktor yang dominan dalam kesuksesan implementasi TQM di
industri perhotelan yaitu leadership, top commitment management, customer
focus, manajemen pemasok, serta training and knowledge.
c. Kesimpulan
Perkembangan TQM di industri manufaktur ternyata berbeda dengan
di industri Jasa, dimana kualitas pada industri jasa menjadi masalah
dikarenakan faktor persepsi yang tinggi.
Faktor-faktor yang dominan dalam kesuksesan implementasi TQM di
industri perhotelan yaitu leadership, top commitment management, customer
focus, manajemen pemasok, serta training and knowledge.
d. Daftar Pustaka
Rachmaniar, Desita, dan Subagyo. 2019. Kajian Penerapan Total
Quality Management di Industri Jasa Perhotelan. Seminar Nasional Teknik
Industri Universitas Gadjah Mada 2019.
4. Jelaskan konsep PDCA dalam ilmu TQM dan berikan contohnya, serta bagaimana
melakukan perbaikan secara berkesinambungan
a. Latar Belakang
Untuk meningkatkan kualitas pada perusahaan agar sesuai standar
dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas yang tepat, mempunyai
tahapan yang jelasm serta memberikan inovasi dalam pencegahan dan
penyelesaiaan masalah-masalah. Standar tentang sistem manajemen mutu
yang diterapkan hampir semua perusahaan ISO 9001:2008, dimana
penerapannya mengedepankan pada pola proses bisnis yang terjadi dalam
perusahaan, untuk meningkatkan mutu produk dan jasa sehingga mampu
meningkatkan mutu dan kinerja organisasi.
Standar tersebut fokus pada efektivitas dan proses perbaikan yang
berkelanjutan dengan menggunakan pola pikir PDCA (Plan-Do-Check-Action).
Dimana PDCA, setiap proses dilakukan dengan perencanaan yang matang,
implementasi yang terukut dan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data
yang akurat, serta tindakan perbaikan yang sesuai dengan monitoring
pelaksanannya agar benar-benar menyelesaikan masalah yang terjadi di
perusahaan.
b. Pembahasan
Siklus Plan Do Check Act (Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindaklanjuti)
merupakan model manajemen yang dikembangkan oleh W. Edwards Deming
berdasarkan cetusan Walter Shewhart untuk perbaikan proses maupun
individu secara berkelanjutan. Oleh karena itu, siklus PDCA juga dikenal
sebagai siklus Deming, siklus Shewhart, atau siklus kendali. Siklus ini cukup
populer dan banyak digunakan di perusahaan manufaktur, bidang
manajemen, dan lain-lain. Sesuai namanya, PDCA adalah siklus yang terus
berulang. Model manajemen ini mampu membantu industri atau perusahaan
keluar dari stagnasi. Selain itu, siklus ini juga mampu mewujudkan sistem
yang selalu berkembang menjadi lebih baik secara kualitas, efektivitas,
maupun efisiensi.
Terdapat empat siklus pada PDCA, yaitu
● Plan
Plan adalah tahap perencanaan yang dimulai dengan
identifikasi masalah menggunakan teknik 5W, yaitu what (apa), who
(siapa), when (kapan), where (di mana), dan why (mengapa) dengan
teknik root cause analysis.
● Do
Pada tahap siklus PDCA ini, kamu harus mulai menjalankan
hal-hal yang telah direncanakan, meliputi pengujian skala kecil untuk
mengukur hasil dari solusi yang sudah dirancang pada tahap pertama.
Carilah mana solusi yang paling baik dan apakah hal tersebut bisa
memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pada fase ini,
masalah yang tidak diperkirakan mungkin terjadi. Oleh karena itu,
lebih baik menjalankan rencana dengan skala kecil terlebih dahulu di
lingkungan terkendali. Agar tahap Do menjadi lebih sukses, lakukan
standardisasi agar semua orang yang terlibat dalam prosesnya
benar-benar tahu tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
● Check
Fase Check dalam siklus PDCA adalah tahap di mana
pemeriksaan dilakukan. Menurut Kanbanize, Check merupakan fase
yang paling penting untuk memperbaiki rencana, menghindari
kesalahan terulang, dan menjalankan semuanya dengan sukses. Oleh
karena itu, fase ini harus dilakukan dengan benar-benar teliti. Seperti
namanya, proses Check dilakukan untuk mengaudit eksekusi rencana
dan melihat apakah sudah sesuai dengan rancangan awal.
Permasalahan yang terjadi pada fase Do akan dievaluasi di tahap ini
dan harus berhasil dieliminasi. Proses Do dan Check bisa dilakukan
berulang-ulang hingga hasilnya sesempurna mungkin.
● Act
Dalam tahap ini, seluruh aspek proses telah diperbaiki berdasarkan
evaluasi dari fase Do dan Check yang mengidentifikasi masalah dalam
implementasi rencana. Fase Act merupakan yang terakhir dari siklus PDCA.
Akan tetapi, seluruh prosesnya akan berulang lagi secara berkelanjutan.
Setelah tahap ini, model PDCA yang telah dikembangkan akan menjadi
standar baru proses perusahaan. Ketika prosesnya berulang, cobalah untuk
selalu melakukan perbaikan. Setelah mulai melakukan implementasi PDCA,
pastikan kamu berkomitmen untuk melakukan perbaikan berkelanjutan untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
c. Kesimpulan
d. Daftar Pustaka
Setiawan, Heri, dan Supriyadi. 2021. Penerapan Konsep Siklus
Plan-Do-Check-Action (PDCA) untuk Meningkatkan Kinerja Load Lugger. Jurnal
Teknik Industi ITN Malang.
5. Jelaskan konsep fungsi Cheek sheet dalam pengendalian kualitas, dan fungsi
Fishbone Diagram dalam seven tools, berikan contoh riilnya
a. Latar Belakang
Kemajuan dan perkembangan zaman merubah cara pandang
konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi
sangat penting dalam memilih produk disamping faktor harga yang bersaing.
Perbaikan dan peningkatan kualitas produk dengan harapan tercapainya
tingkat cacat produk mendekati zero defect. Perbaikan kualitas dan perbaikan
proses terhadap sistem produksi secara menyeluruh harus dilakukan jika
perusahaan ingin menghasilkan produk yang berkualitas baik dalam waktu
yang relative singkat. Suatu perusahaan dikatakan berkualitas bila perusahaan
tersebut mempunyai sistem produksi yang baikdengan proses terkendali.
Melalui pengendalian kualitas (quality control) diharapkan bahwa perusahaan
dapat meningkatkan efektifitas pengendalian dalam mencegah terjadinya
produk cacat (defect prevention), sehingga dapat menekan terjadinya
pemborosan dari segi material maupun tenaga kerja yang akhirnya dapat
meningkatkan produktifitas.
Setiap perusahaan mengalami masalah dalam pembuatan
produksinya. Yakni dalam hal spesifikasi standar kualitas. Hal ini terjadi karena
ketidakmampuan proses dalam memenuhi spesifikasi standar kualitas
produk. Jika permasalahan ini tidak dapat diatasi, maka akan mengakibatkan
tidak tercapainya target dalam produksi. Dan masalah lain yang dapat muncul
adalah tidak terpenuhinya kepuasan pelanggan.
Statistical Processing Control merupakan sebuah teknik statistik yang
digunakan secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi standar.
Dengan kata lain, selain Statistical Process Control merupakan sebuah proses
yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan
mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau jasa sedang
diproduksi. Statistical Process Control merupakan kumpulan dari
metode-metode produksi dan konsep manajemen yang dapat digunakan
untuk mendapatkan efisiensi, produktifitas dan kualitas untuk memproduksi
produk yang kompetitif dengan tingkat yang maksimum.
b. Pembahasan
Check Sheet merupakan tools yang sering dipakai dalam Industri
Manufakturing untuk pengambilan data di proses produksi yang kemudian
diolah menjadi informasi dan hasil yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan. Check Sheet digunakan ketika kita ingin meneliti (observasi) suatu
proses secara berulang-ulang pada orang yang sama atau tempat yang sama,
Saat kita ingin mengumpulkan data pada Proses tertentu di Produksi, atau
Saat kita ingin mengetahui seberapa sering (frekuensi) suatu kejadian
(events), permasalahan (problem), cacat (defect), penyebab permasalahan
(causes), lokasi cacat (defect location) terjadi di proses produksi.
Menurut (Ishikawa, 1982) fungsi Check sheet dalam pengendalian
kualitas adalah sebagai berikut:
● Pemeriksaan distribusi proses produksi (Production process
distribution cheeks)
● Pemeriksaan item cacat (defective item checks)
● Pemeriksaan lokasi cacat (defective location checks)
● Pemeriksaan penyebab cacat (defective cause checks)
● Pemeriksaan konfirmasi pemeriksaan (check-up confirmation checks)
● dll.
Reject Item 07.00 - 08.00 08.00 - 09.00 09.00 - 10.00 10.00 - 11.00
Missing II I
Reverse III
Not Solder II I
Crack I II
Shifting III
c. Kesimpulan
Check Sheet merupakan tools yang sering dipakai dalam Industri
Manufakturing untuk pengambilan data di proses produksi yang kemudian
diolah menjadi informasi dan hasil yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan.
Sedangkan Fishbone diagram adalah alat untuk mengidentifikasi
berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis
masalah tersebut melalui sesi brainstorming.
d. Daftar Pustaka
Gunawan, Hendra. 2013. Implementasi Pengendalian Kualitas dengan
Menggunakan Metode Statistik pada Pabrik Car CV X Surabaya. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol 2(1).
b. Pembahasan
Benchmarking adalah suatu proses belajar yang berlangsung secara
sistematik dan terus menerus atas produk atau jasa dan tatacara suatu
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang terbaik atau pesaing yang
paling unggul, dengan maksud menciptakan dan mencapai sasaran dan
tujuan dengan prestasi kelas dunia.
Tujuan utama dari Benchmarking adalah menemukan kunci atau
rahasia sukses dari perusahaan yang terbaik di kelasnya, untuk kemudian
mengadaptasi serta memperbaikinya untuk diterapkan pada perusahaan.
Terdapat lima evolusi Benchmarking menurut (Widyanto, 1994), yaitu:
● Reverse Engineering
Reverse Engineering adalah perbandingan karakteristik produk,
fungsi produk dan kinerja terhadap produk sejenis dari pesaing.
● Competitive Benchmarking
Selain melakukan benchmarking terhadap karakteristik produk,
juga melakukan benchmarking terhadap proses yang memungkinkan
produk yang dihasilkan adalah produk unggul.
● Process Benchmarking
Memiliki lingkup yang lebih luas dengan anggapan dasar
bahwa beberap proses bisnis perusahaan terkemuka yang sukses
memiliki kemiripan dengan perusahaan yang akan melakukan
benchmarking.
● Global Benchmarking
Mencakup semua generasi yang sebelumnya dengan
tambahan bahwa cakupan geografisnya sudah mengglobal dengan
membandingkan terhadap mitra global maupun pesaing global.
● Strategic Benchmarking
Merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengevaluasi
alternatif, implementasi strategi bisnis dan memperbaiki kinerja
dengan memahami dan mengadaptasi strategi yang telah berhasil
dilakukan oleh mitra eksternal yang telah berpartisipasi dalam aliansi
bisnis. Membahas tentang hal-hal yang berkitan dengan arah strategis
jangka panjang
c. Kesimpulan
Benchmarking adalah suatu proses Studi Banding dan mengukur suatu
kegiatan perusahaan/organisasi terhadap proses operasi yang terbaik
dikelasnya sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja (performance)
perusahaan/organisasi.
Terdapat empat evolusi dalam Benchmarking, yaitu Reverse
Engineering, Competitive Benchmarking, Process Benchmarking, Global
Benchmarking, dan Strategic Benchmarking.
Kemudian terdapat empat jenis dalam Benchmarking, antara lain
Benchmarking Internal, Benchmarking Kompetitif, Benchmarking Fungsional,
dan Benchmarking Generik.
d. Daftar Pustaka
Paulus, Michael, dan Devie. 2013. Analisa Pengaruh Penggunaan
Benchmarking Terhadap Keunggulan Bersaing Kinerja Perusahaan. Business
Accounting Review. Vol 1 (2).
b. Pembahasan
Menurut Siregar, dkk (2013 : 288) biaya kualitas (Cost of Quality)
adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena adanya kualitas
yang rendah. Biaya kualitas dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
biaya kualitas yang berkaitan dengan aktivitas pengendalian (Control Activity)
dan biaya yang berkaitan dengan aktivitas kegagalan. Dua kelompok tersebut
dapat dipecah kembali kedalam empat sub-kelompok biaya, yaitu biaya
pencegahan (Prevention Cost), biaya penilaian (Appraisal Cost), biaya
kegagalan internal (Internal Failure Cost), dan biaya kegagalan eksternal
(External Failure Cost).
● Biaya Pencegahan (Prevention Cost)
Adanya biaya ini digunakan untuk mencegah setiap kesalahan
ataupun masalah yang terjadi pada kualitas produk. Biaya ini termasuk
biaya yang paling murah. Contoh sederhana dari biaya pencegahan
adalah pelatihan karyawan, riset pasar, perencanaan kualitas, dan
proses kontrol. Untuk itu, banyak perusahaan yang menganggap biaya
ini sebagai suatu investasi penting.
● Biaya Penilaian (Appraisal Cost)
Sama seperti point sebelumnya, biaya penilaian ini juga
dikeluarkan agar kualitas barang tidak mengalami suatu masalah.
Untuk itu, biaya ini termasuk dalam inspeksi bahan baku guna
memeriksa ataupun menguji produk pada proses pembuatan barang
jadi
d. Daftar Pustaka
Siregar, Baldic, Suripto, Bambang, dkk. 2013. Akuntansi Biaya. Jakarta :
Salemba Empat
Garrison, Ray H. Noreen, Eric W & Brewer, Peter C dalam Kartika Dewi.
2013. Akuntansi manaerial Buku 1, Edisi 14. Jakarta : Salemba Empat
8. Jelaskan maksud dari konsep “Six Sigma”, berikan evolusi konsep tersebut dan
aplikasinya dalam sebuah industri perusahaan untuk meningkatkan kualitas
perusahaan
a. Latar Belakang
Globalisasi telah mengubah bagaimana pelanggan melakukan
transaksi dengan suatu perusahaan. Perusahaan harus benar-benar
memuaskan pelanggan dan selalu berupaya untuk memenuhi permintaan
pelanggan yang melebihi harapan pelanggan. Oleh karena itu, diperlukan
strategi bisnis handal yang dilandasi filosofi dasar manajemen yang kokoh
untuk tampil dalam penciptaan value kepada pelanggan.
Kualitas produksi sudah seharusnya menjadi prioritas dan penting
dilakukan oleh perusahaan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk mendapatkan kualitas
produksi yang dapat bersaing dibutuhkan metode pengendalian kualitas
produk yang berkesinambungan, salah satunya adalah Six Sigma.
Six Sigma fokus dalam meminimalisir cacat dan variansi, dimulai
dengan mengidentifikasi unsur-unsur kritis terhadap kualitas atau Critical to
Quality (CTQ) dari suatu proses. Six sigma menganalisa kemampuan proses
dan bertujuan menstabilkannya dengan cara mengurangi atau menghilangkan
variansi-variansi pada proses. Langkah mengurangi cacat dan variansi
dilakukan secara sistematis dengan mendefinisikan (define), mengukur
(measure), menganalisa (analyze), memperbaiki (improve) dan
mengendalikan (control) yang kemudian disebut sebagai metode DMAIC
b. Pembahasan
Six sigma adalah metode yang digunakan untuk meningkatkan proses
bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor penyebab
offgrade dan kesalahan, untuk meningkatkan produktivitas, untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan secara efektif, dan untuk mendapatkan pengembalian
investasi yang lebih baik dalam hal produksi
Six sigma adalah metode atau teknik kontrol dan peningkatan suatu
kualitas yang telah digunakan oleh Motorola sejak 1986. Menurut banyak ahli
manajemen metode six sigma yang dilakukan oleh Motorola dapat diterima
oleh dunia industri secara luas karena banyak manajemen industri merasa
gagal dalam peningkatan kualitas ke tingkat kegagalan nol.
Amerika Serikat melakukan survei dan memiliki beberapa hasil yang
menunjukan bahwa aplikasi program six sigma diperusahaan yang beroperasi
pada tingkat 3- sigma dapat memperoleh peningkatan kualitas sigma sebesar
1-sigma yaitu pada tingkat 4-sigma. Beberapa manfaat rata-rata yang
diperoleh pertahun setelah beroperasi pada tingkat 4-sigma adalah :
● Peningkatan keuntungan (contibution margin improvement) rata-rata:
20%.
● Peningkatan kapasitas sekitar: 12%-18%.
● Penghematan biaya tenaga kerja sekitar: 12%.
● Penurunan biaya penggunaan modal operasional sekitar: 10%-30%
Mulanya, konsep dasar dari Six Sigma adalah gabungan antara Konsep
TQM (Total Quality Management) dan Statistical Process Control (SPC). Saat
ini Sigma 6 telah menjadi sebuah sistem manajemen.
Dilihat dari pengertian Six Sigma tersebut bisa dikatakan jika metode
ini berfokus pada kualitas. Metode ini merupakan implementasi yang ketat,
fokus, dan sangat efektif dalam penerapan prinsip dan teknik kualitas yang
telah terbukti.
d. Daftar Pustaka
Samadhi, Ari,. F, Prudensy., Singal, Yudelen. 2008. Penerapan Six Sigma
Untuk Peningkatan Kualitas Produk Bimoli Classic. J@TI Undip. Vol 3(2)