Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS PENGARUH PRIVATE LABEL TERHADAP CUSTOMER

LOYALTY PADA MINYAK GORENG KEMASAN MEREK INDOMARET

(Studi Kasus Pada Pelanggan Indomaret Jl. Kelapa Manis No.108,

Manisrejo Kota Madiun)

Disusun Oleh :

Febryanita Mustikarani

NIM 15111067

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

KOTA MADIUN

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak goreng merupakan salah satu komoditas yang cukup penting bagi

masyarakat Indonesia. Pasalnya, hampir semua masakan dan jenis makanan di

Indonesia membutuhkan minyak goreng sebagai salah satu bahan mediasi

pengolahannya. Selain itu, kegunaan minyak goreng lainnya adalah untuk

menambah nilai gizi dan kalori serta rasa gurih pada makanan.

Indeks Harga Konsumen (IHK) dimana bobotnya sekitar 1,3 persen. Di

samping itu, kebutuhan akan salah satu sumber omega 9 ini terus meningkat

setiap tahunnya. Berdasarkan data Susenas Triwulan I 2013 dan Triwulan I 2014,

rata-rata konsumsi minyak goreng perkapita selama seminggu pada tahun 2013

adalah sebesar 0,197 liter/minggu dan meningkat menjadi sebesar 0,205

liter/minggu pada tahun 2014. (belum termasuk konsumsi di luar rumah tangga

seperti konsumsi hotel, restoran/rumah makan, catering, lembaga). (Source

https://www.bps.go.id/distribusi-perdagangan-komoditi-minyak-goreng-

diindonesia-2016.)

Peta Distribusi Perdagangan Minyak Goreng di Provinsi JawaTimur


(source : https://bps.go.id/2016)

2
Dari hasil survei terhadap beberapa produsen minyak goreng di Provinsi

JawaTimur, diperoleh informasi bahwa hasil produksi minyak goreng dijual

melalui beberapa lembaga usaha perdagangan. Penjualan terbesar langsung ke

konsumen akhir yaitu industri pengolahan sebesar 87,78 persen. Sementara

sisanya dijual baik melalui distributor, pedagang grosir, supermarket/swalayan,

maupun dijual langsung ke konsumen akhir. Pola penjualan produksi minyak

goreng di Provinsi Jawa Timur secara lengkap disajikan pada gambar di bawah

ini:

(source : https://bps.go.id/2016)

3
Dari sisi ekonomi posisi penting minyak goreng juga tercermin dari

kontribusinya dalam perhitungan Penggunaan minyak goreng sawit diantaranya

untuk konsumsi di rumah tangga. Total konsumsi langsung diperoleh dari angka

konsumsi langsung per kapita (Susenas) dikalikan dengan jumlah penduduk.

Tahun 2012 – 2017 terjadi peningkatan konsumsi minyak goreng rata-rata sebesar

7,44%, dari 1,83 juta ton menjadi 2,36 juta ton. Selain itu terdapat minyak goreng

rata-rata sawit yang tercecer dengan faktor konversi sebesar 1,55% dari total

penyediaan. Berdasarkan rincian penggunaan minyak goreng sawit tersebut, maka

total penggunaan minyak goreng sawit Indonesia mencapai 1,90 juta ton pada

tahun 2012 dan terus mengalami peningkatan menjadi 2,5 juta ton pada tahun

2017.

Neraca Penyediaan dan Penggunaan Minyak Goreng Sawit di Indonesia, Tahun


2012 – 2017
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id

4
Melihat fenomena tersebut, beberapa penjual eceran (riteler) di Indonesia

mencoba untuk mengemas produk yang mereka jual dengan kemasan dan merek

sendiri (private label). Hal ini dilakukan tentunya dengan pertimbangan

perusahaan mereka telah memiliki citra yang baik dalam menjual produk-produk

yang berkualitas dan tertanam kuat di benak konsumen.

Beberapa penjual eceran (retailer) di Indonesia mencoba untuk mengemas

produk yang dijual dengan kemasan (packaging) dan merek sendiri (private

brand/private label). Bisnis ritel di Indonesia tidak terlepas dari jaringan ritel

waralaba besar seperti Indomaret. Indomaret adalah jaringan ritel waralaba di

Indonesia. Indomaret merupakan salah satu anak perusahaan Salim Group.

Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan

pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas area penjualan kurang dari 200 m2.

Toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara, pada tahun 1988, dikelola oleh PT.

Indomarco Prismatama. Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai

waralaba pertama di Indonesia, setelah memiliki lebih dari 230 gerai. Jumlah

gerai hingga tahun 2015 adalah 11.400 gerai dengan rincian 60% gerai adalah

milik sendiri dan sisanya waralaba milik masyarakat. Sampai dengan awal tahun

2017, jumlah gerai sebanyak 13.000 toko. Mitra usaha waralaba ini meliputi:

koperasi, badan usaha dan perorangan. Indomaret tersebar merata dari Sumatera,

Jawa, Madura, Bali, Lombok, Kalimantan dan Sulawesi. Motto perusahaan adalah

"mudah dan hemat".

Salah satu perusahaan riteler franchise terbesar di Indonesia ini PT.

Indomarco Prismatama atau yang lebih dikenal sebagai Indomaret,banyak

5
memiliki produk yang dijual dengan private label Indomaret meliputi, Tissue,

Pewangi pakaian, air mineral, snack, gula, syrup, dan yang akan dilakukan

penelitian kali ini adalah produk minyak goreng. Apakah konsumen tetap setia

menggunakan produk private label ataukah beralih ke produk pengganti yang

lebih murah.

Menurut Oie(2012) terdapat tipe private brand, antara lain private brand

utuh, yaitu pihak distributor memesan produk secara utuh dari produsen lalu

diberi nama merek sesuai dengan distributor. Terdapat pula private brand yang

merupakan gabungan dari bebrapa produsen. Jenis Private Brand ini biasanya

dilakukan oleh pihak pengecer yang dari OEM (Original Equipment

Manufacturing), contohnya barang elektronik yang dirangkai dari beberapa

komponen dari produsen yang berbeda dan untuk produk jadi di label merek toko.

Private brand/Private Label mernjadi pilihan bagi pelaku industry ritel yang

ingin menerapkan low cost strategy. Del Vechio (2010) menjelaskan tentang

manfaat yang diharapkan pelaku instri ritel dengan menerapkan strategi private

label. Ia mengatakan bahwa ritel ysng menawarkan produk private label akan

mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi karena memotong jalur distribusi.

Pemotongan jalur distribusi menyebabkan produk private brand/private label

mempunyai harga yang lebih murah dibadingkan dengan produk national brand.

National brand atau yang disebut juga dengan manufacturer’s brand adalah

produk yang dihasilkan sebuah produsen dan menggunakan brand name produsen

itu sendiri (Kotler & Amstrong 2012)

6
Private brand / Private Label dengan harga yang murah seringkali

dipresepsikan oleh konsumen sebagai produk dengan kualitas yang rendah apabila

dibandingkan dengan national brand dan merek lainnya. National brand/merk

nasional atau yang dikenal juga dengan nama merk pabrik merupakan produk

yang dirancang., diproduksi, dan dipasarkan oleh penjual (Utami, 2011). Harga

murah dari sebuah produk Private Label tidak bisa menjadi jaminan bahwa

konsumen akan memmbeli produk tersebut. Konsumen akan lebih yakin dengan

produk national/merek nasional yang harganya lebih tinggi dibandingkan dnegan

produk Private Label. Padahal saat kualitas kedua produk tersebut dibandingkan,

tidak terdapat perbedaan yang signifikan (Hernandez & Noruzi, 2011). Konsumen

lebih memilih produk merek nasional yang sudah familiar, Gonzales Diaz, &

Trespalacios (2010) mengemukakan bahwa semakin familiar konsumen dengan

suatu merek maka semakin kecil keraguan konsumen untuk membeli produk

tersebut.

Indikator yang mempengaruhi private label menurut Chen, Ching-Liang

(2009:59), adalah sebagai berikut :

1. Kualitas Produk

Kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya

tahan keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta

atribut bernilai lainnya

2. Harga

7
Suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk

manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau

kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

3. Promosi

Upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada

dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau

mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor

mengharapkan kenaikannya angka penjualan.

4. Kemasan

Sebuah desain kreatif untuk mengaitkan struktur, bentuk, citra, warna,

tipografi, dan eleman dalamnya sebagai informasi dari sebuah produk dan

dapat dipasarkan.

Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pembahasan yang ingin dicapai

adalah untuk menganalisis pengaruh dimensi private label yang terdiri atas

kualitas produk, harga, promosi dan kemasan terhadap loyalitas konsumen

(Customer Loyalty) .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara kualitas produk

terhadap customer loyalty pada minyak goreng kemasan merek Indomaret

pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun?

8
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara harga terhadap

terhadap customer loyalty pada minyak goreng kemasan merek Indomaret

pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara promosi terhadap

terhadap customer loyalty pada minyak goreng kemasan merek Indomaret

pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara kemasan terhadap

terhadap customer loyalty pada minyak goreng kemasan merek Indomaret

pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun ?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara kualitas produk,

harga, promosi dan kemasan terhadap customer loyalty pada minyak goreng

kemasan merek Indomaret pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang akan dicapai

adalah sebagai berikut :

1. Memberi bukti empiris secara parsial pengaruh antara kualitas produk

terhadap customer loyalty pada minyak goreng kemasan merek Indomaret

pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

2. Memberi bukti empiris secara parsial pengaruh antara harga terhadap

customer loyalty pada minyak goreng kemasan merek Indomaret pada

pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

9
3. Memberi bukti empiris secara parsial pengaruh antara promosi terhadap

customer loyalty pada minyak goreng kemasan merek Indomaret pada

pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

4. Memberi bukti empiris secara parsial pengaruh antara kemasan terhadap

customer loyalty pada minyak goreng kemasan merek Indomaret pada

pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

5. Memberi bukti empiris secara simultan pengaruh antara kualitas produk,

harga, promosi dan kemasan terhadap customer loyalty pada minyak goreng

kemasan merek Indomaret pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota

Madiun.

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Private

Label Terhadap Customer Loyalty Pada Minyak goreng Kemasan Merek

Indomaret (Studi Kasus Pada Pelanggan Indomaret Jl. Kelapa Manis No.108 Kota

Madiun)” adalah sebagai berikut :

Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi jajaran manajerial perusahaan, yaitu

sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam pemasaran

produknya.

Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat agar lebih memahami

apa perbedaan antara produk private label dengan produk telah familiar di

masyarakat.

10
Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan akademis serta sebagai sarana

informasi tambahan ketika akan melakukan penelitian dengan objek yang serupa.

Sehingga penelitian selanjutnya mendapat hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pivate Label/Private Brand

Menurut Kotler dan Keller dalam bukunya Marketing Management 14th

ed,(2012) “A private label brand (also called a reseller, store, house, or

distributor brand) is a brand that retailers and wholesalers develop”. private

label yang memiliki nama lain private brand atau store brand adalah merek yang

diciptakan dan dimiliki oleh penjual eceran barang dan jasa. Berdasarkan

beberapa definisi mengenai private label diatas, dapat disimpulkan bahwa private

label adalah nama atau merek pribadi dari suatu toko atau pengecer (ritel) untuk

suatu produk.

Dalam Fortunata (2014) private brand merupakan merek produk yang

dibuat dan hanya tersedia di suatu toko dan tidak dijual oleh pesaing, sehingga

private brand didefinisikan sebagai produk yang dikembangkan dan dipasarkan

oleh suatu ritel.

Menurut Chen, Ching-Liang (2009:59) menyatakan bahwa private label

merupakan strategi merek yang dikembalikan dan di kelola oleh distributor untuk

mengembangkan usahanya.

Menurut Kumar (dalam Ivana Faustine Tannur, 2009:2) “Brand do not

neseccarily have to be manufacturer brands. They can also be store brands”.

Private label merupakan strategi private branding yang merujuk pada deskripsi

12
terhadap jenis-jenis produk yang disediakan oleh para pemasok kepada industry

pengecer (ritel) yang menyandang nama merek gerai pengecer masing-masing.

Menurut Sathya dan Rani (2013, p.25) selama bertahun-tahun private

brand/private label memiliki berbagai istilah, seperti “distributor brand”, “retail

brand”, “store brand”, “own label”, dan “own brand”. Apapun istilah yang

digunakan private brand/private label mengacu pada merek yang dimiliki oleh

pelaku industri ritel ata oleh distributor.

Menurut Nair (2011,p.146) produk private label adalah produk yang dibeli

oleh peritel dari pemasok dengan maksud merubah nama, pengemasan ulang, dan

menjual produk tersebut di bawah nama peritel.

Menurut Beneke (2010, dikutip oleh Prasanth 2013, p.13) kualitas private

label telah meningkat sejak pertama kali diperkenalkan dan konsumen pun telah

mengkonfirmasi ttentang hal ini dengan membeli produk private label . Jaafar,

Lalp, dan Mohammed (p.73) juga menyebutkan bahwa awalnya produk private

label dikemas dalam kemasan berwarna putih dan hitam dan selalu diletakkan di

rak bawah, tetapi sekarang pelaku industry ritel mulai meningkatkan kualitas dan

kemasan produk private label hingga menjadi produk yang ideal.

Indikator yang mempengaruhi private label menurut Chen, Ching-Liang

(2009:59), adalah sebagai berikut :

1. Kualitas Produk

Pengertian kualitas produk menurut Kotler and Armstrong (2012: 283)

adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s

13
overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other

valued attributes” dengan arti kemampuan sebuah produk dalam memperagakan

fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan

kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.

2. Harga

Kotler dan Amstrong (2011: 345) mendefinisikan harga adalah sejumlah

uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang

ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau

menggunakan suatu produk atau jasa.

Menurut Basu Swastha (2010:147) mengartikan bahwa harga merupakan

sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan

untuk menambahkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

Menurut Alma (2014:169) mengemukakan bahwa : Harga (price) adalah

nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.

Sedangkan Indikator harga menurut Mursid (2014:83-84) adalah sebagai

berikut:

1. Harga yang kompetitif yaitu harga yang ditawarkan lebih kompetitif

dari pesaing.

2. Kesesuaian harga dengan harga pasar yaitu kesesuaian harga dengan

harga pasar.

3. Kesesuaian harga dengan kualitas produk yaitu harga yang ditawarkan

sesuai dengan kualitas produk.

14
4. Angsuran yaitu pembayaran yang bisa diangsur sampai jangka waktu

tertentu.

3. Promosi

Kotler dan Armstrong (2012:76)“promotion means activities that

communicate the merits of the product and persuade target customers to buy it”.

Artinya promosi merupakan kegiatan yang mengkomunikasikan manfaat dari

sebuah produk dan membujuk target konsumen untuk membeli produk tersebut.

Sedangkan menurut Agus Hermawan (2013:38) mengemukakan bahwa :

“Promosi adalah salah satu komponen prioritas dari kegiatan pemasaran yang

memberitahukan kepada konsumen bahwa perusahaan meluncurkan produk baru

yang menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian”.

4. Kemasan

Kotler dan Keller bukunya Marketing Management 14th ed,(2012)

“Packaging includes all the activities of designing and producing the container

for a product”. Menurutnya, kemasan adalah suatu bentuk kegiatan yang

melibatkan desain serta produks, sehingga kemasan ini dapat berfungsi agar

produk di dalamnya dapat terlindungi.

Titik Wijayanti (2012) Pengertian kemasan adalah upaya yang dilakukan

oleh prusahaan untuk memberikan informasi kepada setiap konsumennya

tentang produk yang ada di dalamnya.

Kotler dan Keller (2012) Menurutnya, kemasan adalah usaha yang

dibagun oleh seseorang untuk menjaga ekuitas merek sehingga dapat

mendongkrak penjualan.

15
2.1.2 Customer Loyalty

Menurut Oliver (2012) loyalitas pelanggan adalah sebagai berikut

:“Customer Loyalty is deeply held commitment to rebuy or repatronize a

preferred product or service consistently in the future, despite situational

influences and marketing efforts having the potential to cause switching

behaviour”.

Kalimat diatas memiliki arti: Loyalitas pelanggan adalah komitmen yang

kuat dari pelanggan untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang

produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun

pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk

menimbulkan perilaku untuk berpindah.

Menurut Kotler dalam bukunya Principals of Marketing 16th global ed

(2012:178) mengatakan “ The long term success of the a particular brand is not

based on the number of consumer who purchase it only once, but on the number

who become repeat purchase “. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa

konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia membeli, tapi dari

seberapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk di sini

merekomendasikan orang lain untuk membeli.

Menurut Amin Widjaja (2008:6) menyatakan bahwa : “customer loyalty

adalah kelekatan pelanggan pada suatu merek, toko, pabrikan, pemberi jasa, atau

entitas lain berdasarkan sikap yang menguntungkan dan tanggapan yang baik

seperti pembelian ulang”.

16
Menurut Hasan (2008:86), loyalitas berkembang melalui empat tahap, yaitu :

 Kognitif,

 Afektif,

 Konatif, dan

 Tindakan.

Tinjauan ini memperkirakan bahwa konsumen menjadi loyal lebih dulu pada

aspek kognitifnya, berturut kemudian pada aspek afektif, konatif dan akhirnya

pada tindakan.

1. Tahap pertama : Loyalitas Kognitif

Konsumen yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis

informasi yang memaksa menunjuk pada satu merek atas merek lainnya,

loyalitasnya hanya didasarkan pada aspek kognisi saja. Contoh, sebuah swalayan

secara konsisten selalu menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaing yang

ada. Informasi ini cukup memaksa konsumen selalu berbelanja di swalayan

tersebut.

2. Tahap kedua : Loyalitas Afektif

Loyalitas tahap kedua didasarkan pada aspek afektif konsumen. Sikap merupakan

fungsi dari kognisi pengharapan pada periode awal pembelian (masa

prakonsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah kepuasan di

periode berikutnya (masa pascakonsumsi).

3. Tahap ketiga : Loyalitas Konatif

17
Dimensi konatif (niat melakukan) dipengaruhi oleh perubahan-perubahan afektif

terhadap merek. Konasi menunjukan suatu niat untuk melakukan sesuatu kearah

tujuan tertentu. Loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup

komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Jenis komitmen ini sudah

melampaui afektif, bagian dari motivasi untuk mendapatkan merek yang disukai.

Afektif hanya menunjukan kecenderungan motivasi, sedangkan komitmen

menunjukan melakukan suatu keinginan untuk menjalankan tindakan. Keinginan

untuk membeli kembali atau menjadi loyal itu hanya merupakan tindakan yang

terantisipasi tetapi belum terlaksana.

4. Tahap keempat : Loyalitas Tindakan

Meskipun pembelian ulang adalah suatu tindakan yang sangat penting bagi

pemasar, penginterprestasian loyalitas hanya pada pembelian ulang saja tidak

cukup, karena konsumen yang membeli ulang belum tentu memmpunyai sikap

positif terhadap barang atau jasa yang dibeli. Pembelian ulang dilakukan bukan

karena puas, melainkan mungkin karena terpaksa atau faktor lainnya. Oleh karena

itu untuk mengenali perilaku loyal dilihat dari dimensi ini, yaitu dari komitmen

pembelian ulang yang ditujukan pada suatu produk dalam kurun waktu tertentu

secara teratur.

Menurut Griffin (2005:31) konsumen yang loyal merupakan orang yang:

 Melakukan pembelian ulang secara teratur

 Membeli antarlini produk dan jasa

 Mereferensikan kepada orang lain

 Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.

18
Ciri dari loyalitas konsumen menurut Kotler & Keller ( 2012:57 ) adalah

 Repeat Purchase (kesetiaan dalam pembelian produk)

 Retention (ketahanan terhadap pengaruh negatif mengenai perusahaan)

 Referrals (mereferensikan secara total eksistensi perusahaan).

2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Alat Analisis Hasil

Peneliti

1. Hendra Pengaruh X1 : - Uji Regresi Dimensi

Dwi Private Brand Kualitas Berganda Pribvate Brand

Cahyadi terhadap Produk yang terdiri atas

(2014) Brand X2 : Harga kualitas produk,

Loyalty X3: harga,

Presentasi presentasi,

X4 : promosi dan

Promosi kemasan

X5 : memiliki

Kemasan pengaruh

Y : Brand terhadap Brand

Loyalty Loyalty

dibuktikan

dengan bahwa

H1 dapat

diterima

19
2. Ruly Frans Pengaruh X1 : - Analisis Ditemukan

Pardede Kualitas Kualitas Deskriptif adanya

Produk, Produk dan pengaruh yang

Promosi dan X2 : Verifikatif signifikan

Merek Promosi - Analisis antara kualitas

terhadap X3 : Regresi produk dengan

Loyalitas Merek LinierBerg loyalitas

Pelanggan Y: anda pelanggan

Rokok Loyalitas Ditemukan

Pelanggan adanya

pengaruh yang

signifikan

antara Promosi

dengan

loyalitas

pelanggan

3. Ria Pengaruh X1 : - Analisis Ditemukan

Syaputri Kemasan, Kemasan Linier adanya

Merek dan X2: Merek Berganda pengaruh yang

Harga X3: Harga signifikan

terhadap Y: positif antara

Loyalitas Loyalitas kemasan

Konsumen Konsumen terhadap

pada UKM loyalitas

20
Keripik konsumen

Singkong Ditemukan

Sulis di adanyan

Samarinda pengaruh yang

signifikan

positif antara

harga terhadap

loyalitas

konsumen

4. Andre Dwi Pengaruh X1 : - Analisis Ditemukan

Kualitas Kualitas Statistik adanya

Produk, Produk Deskriptif pengaruh yang

Harga, X2 : Harga - Analisis signifikan

Promosi, dan X3 : Regresi antara kualitas

Distribusi Promosi Linier produk

terhadap X4: Berganda terhadap

Loyalitas Distribusi Loyalitas

Konsumen Y: Konsumen

Handphone Loyalitas Ditemukan

Samsung Di Konsumen adanya

Semarang pengaruh yang

signifikan

antara variabel

harga dan

21
promosi

terhadap

loyalitas

konsumen

5. Eric dkk Pengaruh X1 : Harga - Analisis Hasil penelitian

Harga, X2: Statistik menunjukan

Produk dan Produk Deskriptif sketiga variabel

Promosi X3 : - Regresi bebas dapat

terhadap Promosi Linier mempengaruhi

Loyalitas Y: Berganda. loyalitas

Konsumen Loyalitas konsumen

Big Jay Konsumen

Family

Karaoke

6. Marchella Pengaruh X1 : Harga - Analisis Secara

Dwichandra Harga dan X2 : Statistik menyeluruh

Kualitas Kualitas Deskriptif faktor (X1, X2, )

Produk Produk - Regresi mempunyai

Terhadap Y: Linier pengaruh

Loyalitas Loyalitas Sederhana signifikan

Pelanggan Pelanggan - Regresi terhadap

Shampo Linier variabel

Pantene Berganda. dependen Y.

22
2.3 Desain Penelitian

Desain dari penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Private Label Terhadap

Customer Loyalty Pada Minyak Goreng Kemasan Merek Indomaret (Studi Kasus

Pada Pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun)”. adalah sebagai berikut :

H1
Kualitas Produk (X1)

Harga (X2)
H2

Customer Loyalty (Y)


Promosi (X3) H3

Kemasan (X4)

H4

H5

2.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2015), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

23
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Menuurut Imam Ghozali (2016;4) Hipotesis adalah keterangan yang bersifat

sementara yang diperkirakan mungkin benar dan dipergunakan sebagai dasar

untuk menjelaskan berbagai hal atau sebagai petunjuk untuk penyelidikan lebih

lanjut sampai diperoleh kepastian dengan pembuktian.

1. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Customer Loyalty

Peneliti menduga bahwa Kualitas Produk berpengaruh terhadap Customer

Loyalty (loyalitas konsumen) dalam mengkonsumsi minyak goreng kemasan

dengan Private Label Indomaret. Kebersihan dalam pengemasan dapat

menciptakan persepsi bahwa kualitas produk lebih baik dibandingkan dengan

minyak curah tanpa label di pasaran. Seperti yang diungkapkan (Pardede & Hadi

2015) bahwa Kualitas Produk keseluruhan berpengaruh terhadap Customer

Loyalty (loyalitas konsumen). Sedangkan pada penelitian yang lainnya (Andre &

Amron 2015) menyatakan bahwa Kualitas Produk berpengaruh terhadap

Customer Loyalty (loyalitas konsumen).

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori diatas, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara Kualitas Produk

(X1) terhadap Customer Loyalty (Y) pada minyak goreng kemasan merek

Indomaret Studi Kasus pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

2. Pengaruh Harga terhadap Customer Loyalty

Peneliiti menduga bahwa Harga berpengaruh terhadap Customer Loyalty

(loyalitas konsumen). Harga merupakan factor penting yang menjadi

24
pertimbangan calon konsumen sebelum memutuskan untuk membeli sebuah

produk. Harga yang bersaing tentunya akan menjadi nilai lebih dalam menarik

minat konsumen untuk membeli. Konsumen akan melakukan pembelian ulang

(repeat purchase) jika ekpektasi harga produk sesuai dengan apa yang

diharapkan. Hal ini diperkuat oleh penelitian (Sri Hartatik 2017) bahwa Harga

berpengaruh positif signifikan terhadap Custumer Loyalty (loyalitas Konsumen),

kemudian dalam (Marchella 2016) menyebutkan bahwa Harga berpengaruh

signifikan terhadap Customer Loyalty (loyalitas pelanggan). Hal ini menunjukan

bahwa semakin baik persepsi konsumen terhadap harga yang ditetapkan, maka

akan semakin tinggi tingkat loyalitas yang dimiliki oleh konsumen.

H2 : Diduga ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara Harga (X2)

terhadap Cutomer Loyalty (Y) pada minyak goreng kemasan merek Indomaret

Studi Kasus pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

3. Pengaruh Promosi terhadap Customer Loyalty

Peneliti menduga Promosi berpengaruh terhadap Customer Loyalty Promosi

menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pembeli untuk membeli sebuah produk.

Melalui promosi calon pembeli dapat melihat keunggulan produk, informasi yang

disampaikan,dan komunikasi secara menyeluuruh kepada calon konsumen. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh (Eric dkk 2014) bahwa Promosi signifikan

mempengaruhi Custumer Loyalty (loyalitas konsumen), seperti halnya Sri

Hartatik (2017) bahwa promosi berpengaruh positif signifikan terhadap Customer

Loyalty (loyalitas konsumen).

25
Berdasarkan penjelasan diatas dan penelitian terdahulu yang telah dilakukan ,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 : Diduga ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara Promosi (X3)

terhadap Customer Loyalty (Y) pada minyak goreng kemasan merek Indomaret

Studi Kasus pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

4. Pengaruh kemasan terhadap Customer Loyalty

Peneliti menduga adanya pengaruh kemasan terhadap Customer Loyalti. Dari

segi keindahan atau estetika pengemasan harus memberi kesan menarik. Dengan

kesan menarik akan mensugesti pembeli agar bersedia melakukan pembelian.

Ditinjau dari aspek ekonomis pembungkusan tidak boleh menimbulkan biaya

ekstra yang berlebihan. Biaya yang berlebihan dapat mengakibatkan adanya

peningkatan harga jual produk yang terlalu tinggi. Ditinjau dari aspek praktis,

kemasan harus sederhana, mudah dibawa, mudah pula disusun atau diletakkan di

suatu tempat. Seperti yang diunkapkan Maiqel (2015) bahwa Kemasan

berpengaruh signifikan secara parsial terhadap loyalitas pelanggan, kemudian

penelitian yang lain Ria Syaputri (2015) juga mengungkapkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan dan positif antara kemasan terhadap loyalitas konsumen.

Berdasarkan penjelasan diatas dan penelitian terdahulu yang telah dilakukan ,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4 : Diduga ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara Promosi (X4)

terhadap Customer Loyalty (Y) pada minyak goreng kemasan merek Indomaret

Studi Kasus pada pelanggan Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

26
5. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Kemasan

terhadap Customer Loyalty

Indikator dari sebuah produk private label/private brand yang terdiri dari

kualitas produk, harga, promosi , dan kemasan memiliki pengaruh yang sangat

besar terhadap Customer Loyalty. Terbukti jika kualitas produk jauh lebih baik,

harga yang bersaing, promosi yang tepat sasaran, dan kemasan yang menarik akan

menjamin sebuah produk akan dibeli ulang oleh konsumen, hal ini akan semakin

menguatkan tingkat kepercayaan konsumen untuk membeli ulang sebuah produk

sehingga membangun perilaku loyalitas konsumen yang kuat akan sebuah produk.

Sependapat dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan, dengan

menggunakan variabel bebas dan variabel terikat yang serupa maka peneliti

menduga bahwa :

H3 :Diduga ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara Kualitas Produk

(X1), Harga (X2), Promosi(X3) dan Kemasan(X4) terhadap Customer Loyalty

(Y) pada minyak goreng kemasan merek Indomaret Studi Kasus pada pelanggan

Indomaret Kelapa Manis Kota Madiun.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada outlet sebuah outlet Indomaret di

Kota Madiun yang beralamatkan di Jl. Kelapa Manis No.108 Kelurahan

Manisrejo Kota Madiun. Pemilihan tempat di Outlet Indomaret Jl. Kelapa Manis

di karenakan mengingat target penelitian adalah ibu-ibu maka lokasi tersebut

dinilai adalah yang paling tepat, lokasi tersebut cukup strategis dimana dekat

dengan perkampungan dan sangat dekat beberapa komplek perumahan sehingga

tersmasuk salah satu outlet Indomaret yang paling ramai di kota Madiun. Waktu

pelaksanaan penelitian dijadwalkan mulai pada bulan Mei-Juli 2018. Dengan

memakan waktu selama 3 bulan diharapkan dapat memperoleh hasil yang

maksimal.

3.2 Jadwal Penelitian

Bulan ke-
No Kegiatan
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan Umum

2. Pembuatan Proposal

3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data

5. Analisa Data dan Kesimpulan

6. Penyusunan Laporan

28
3.3 Jenis Penelitian

Penyusunan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2015), penelitian kuantitatif diartikan sebagai penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasidan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis.

Berdasrkan sifatnya penelitian ini merupakan bentuk penelitian

assosiatif dengan jenis hubungan kausal. Penelitian assosiatif adalah suatu

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih

(Sugiyono, 2015: 36). Jenis penelitiannya menggunakan hubungan kausal karena

menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel independen (bebas) dan

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2015: 37).

Sedangkan berdasarkan asal data diperoleh, maka desain penelitian ini

merupakan riset lapangan (field research), yaitu bentuk enelitian yang

pengumpulan datanya dilapangan atau dilokasi penelitian dengan menggunakan

teknik pengumpulan data tertentu.

3.4 Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2015:102). Instrumen pengumpulan

data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu melalui metode kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

29
dijawabnya (Sugiono, 2015:142). Skala yang digunakan dalam kuesioner

menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi 51 seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam

penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2015:93).

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,

misalnya :

SS = Sangat Setuju dengan skor 5

ST = Setuju dengan skor 4

RG = Ragu-ragu dengan skor 3

TS = Tidak setuju dengan skor 2

STS = Sangat tidak setuju dengan skor 1

Dalam kuesioner ini nantinya terdapat pertanyaan yang secara logis

berhubungan dengan masalah penelitian dan setiap pertanyaan merupakan

jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesa.

3.5 Populasi Sample

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015 : 80). Populasi dalam

penelitian adalah seluruh konsumen yang berbelanja pada Indomaret Jl. Kelapa

Manis, Manisrejo Kota Madiun.

Dikarenakan besaran jumlah populasi yang ada di lapangan sangat banyak,

maka tidak memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan pengambilan data

30
kepada seluruh jumlah populasi yang ada. Peneliti menggunakan sebagian daari

jumlah populasi untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Dari data dan informasi yang diperoleh, rata-rata jumlah konsumen pada

Indomaret Jl. Kelapa Manis perbulannya mencapai ±450-500 konsumen.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014 : 80). Sedangkan menurut Arikunto (2010:134-

185) Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila

populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang digunakan

adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari 100

maka sampel dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Bersarkan teori tersebut maka untuk menentukan sampel dari populasi 500

konsumen, peneliti mengambil proporsi prosentase sebesar 20% untuk

memperoleh jumlah sampel yang diinginkan : 500 x 20% = 100 sampel

Jadi sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang

3.6 Tekhnik Pengambilan Sample

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan

nonprobabilty sampling, merupakan teknik pengambian sampel yang tidak

memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2015:84).

Jenis pengambilan sampel adalah dengan menggunakan pruporsive samping

dengan menggunakan beberapa pertimbangan yaitu:

1. Wanita yang berusia lebih dari 20th yang berbelanja di Indomaret Jl.

Kelapa Manis

2. Membeli produk Private Label Indomaret

31
3. Yang memiliki frekuensi berbelanja lebih dari satu kali di Indomaret

3.7 Tehnik Analisis Data

Uji Kuisioner

Uji kuisioner terdiri dari 2 bagian, yakni validitas dan realibilitas. Validitas

digunakan untuk melihat valid tidaknya pernyataan.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Menurut Ghozali dalam bukunya Desain Penelitian Kuantitatif

dan Kualitatif (2016:153), suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan

nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom d(f) = n – k

dengan alpha 0,05. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai r positif,

maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid. Untuk hasil analisis

dapat dilihat pada output uji reliabilitas pada bagian corrected item total

correlation. Dalam pengambilan keputusan untuk menguji validitas,

indikatornya adalah :

a. Jika r hitung positif serta r hitung > r tabel maka butir atau variabel

tersebut valid.

b.Jika r hitung tidak positif dan r hitung <r tabel maka butir atau variabel

tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (201:147) mendefinisikan uji reliabilitas sebagai alat

untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel

32
atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Repated measure atau pengukuran ulang : disini objek penelitan akan

disodori soal yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat

apakah jawabannya sama atau tidak.

b.One Shot atau pengukuran sekali saja : Disini pengukurannya hanya

sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau

mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Cara One Shot lah yang

akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini. Cara ini untuk menghitung

korelasi skala yang dibuat dengan seluruh variabel yang ada, dengan

angka koefiesien yang dapat diterima yaitu nilai Cronbach Alpha > 0.70.

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal.

Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal (Ghozali 2016:204). Menurut Ghozali (2016:209): uji normalitas

dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati, secara visual

kelihatan normal padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu

untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi, maka uji normalitas

dalam penelitian ini juga akan dilakukan dengan uji statistik non-

parametrik KolmogorovSmirnov.

33
Menurut Ghozali (2016:210), uji KolmogorovSmirnov dilakukan dengan

membuat hipotesis :

H0 :Data residual terdistribusi normal, apabila sig. 2-tailed > α = 0.05

H1 :Data residual tidak terdistribusi normal, apabila sig. 2-tailed < α = 0.05

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka

variabel variabel ini tidak orgonal. Variabel orgonal adalah variabel

independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama

dengan nol (Ghozali 2016:208). Ada beberapa cara yang digunakan untuk

mendeteksi multikolonieritas, akan tetapi untuk mendeteksi ada tidaknya

multikoliniearitas dalam model regresi dalam penelitian ini dilihat dari

tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Adapun pemilihan

tolerance value atau variance inflation factor (VIF) dalam penelitian ini

karena cara ini merupakan cara umum yang dilakukan dan dianggap lebih

handal dalam mendeteksi ada-tidaknya multikolonieritas dalam model

regresi serta pengujian dengan tolerance value atau variance inflation

factor (VIF) lebih lengkap dalam menganalisis data. Dasar pengambilan

keputusan dengan tolerance value atau variance inflation factor (VIF)

dapat disimpulkan sebagai berikut :

34
1. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model

regresi.

2. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan

bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model

regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tdengan

kesalahan pengganggu pada periodet -1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul

karena observasi yang erurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi (Ghozali, 2016:205). pengambilan keputusan ada tidaknya

autokorelasi dapat dilihat melalui tabel berikut:

Hipotesis Nol Keputusan Asumsi

Tidak ada autokorelasi positif Tolak Jika 0 < d < d1

Tidak ada autokorelasi positif No Decision Jika d1 ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak Jika 4 - d1 < d <4

Tidak ada autokorelasi negatif No Decision Jika 4 – du ≤ d ≤ 4 - d1

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ditolak Jika du < d < 4 - du

atau negatif

35
d. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain”. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

Cara yang paling umum yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplot antara nilai prediksi

variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.

Menurut Ghozali (2013:139) dasar analisis untuk menentukan ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dengan scatterplot yaitu :

a. Jika ada pola tertentu ,seperti titik-titik yang membentuk suatu pola

tertentu, yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik–titik menyebar diatas dan

dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

e. Analisis Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah pengembangan dari regresi linear

sederhana, yaitu sama-sama alat yang dapat digunakan untuk memprediksi

permintaan di masa akan datang berdasarkan data masa lalu atau untuk

mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu

36
variabel tak bebas (dependent) Siregar, (2014:301). Rumus matematis dari regresi

berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = ɑ+ ß1x1 + ß2x2 + ß3x3 + ß4x4 + e

Keterangan:

Y = Customer Loyalty

ɑ = constanta

ß1 = koefisien regresi antara Kualitas Produk dengan Customer Loyalty

ß2 = koefisien regresi antara Harga dengan Customer Loyalty

ß3 = koefisien regresi antara Promosi dengan Customer Loyalty

ß4 = koefisien regresi antara Kemasan dengan Customer Loyalty

X1 = variabel Kualitas Produk

X2 = variabel Harga

X3 = variabel Promosi

X4 = variabel Kemasan

e = error disturbances

Uji Hipotesis

a. Uji t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:188). Hipotesis nol (H0) yang

hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :

H0 : bi = 0

37
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya

(HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau : H1 : bi ≠ 0

Menurut (Ghozali, 2016:192), cara menguji uji t adalah sebagai

berikut :

H0 diterima dan H1 ditolak jika t hitung < t tabel untuk α =(0,05)

H0 ditolak dan H1 diterima jika t hitung > t tabel untuk α =(0,05).

b. Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua varibel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat (Ghozali, 2016:197).

Hipotesis nol (Ho) yang endak diuji adalah apakah semua parameter dalam

model sama dengan nol, atau :

H0 : b1 = b2 = .......... = bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas

yang sihnifikan terhadp variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) tidak

semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau :

H1 : b1 ≠ b2 ≠ .......... ≠ bk ≠ 0

Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.Menurut Ghozali

(2013:98), untuk menguji hipotesis ini digunaka statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut :

H0 diterima dan H1 ditolak jika Fhitung < Ftabel untuk α =(0,05)

38
H0 ditolak dan H1 diterima jika Fhitung > Ftabel untuk α =(0,05)

Analisis Rsquare

Menurut Ghozali (2016:294), Analisis Rsquare atau Korelasi Person

Product Moment atau koefisien determinasi (R2) untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisiensi determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Oleh

karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2

pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai

Adjusted dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan

kedalam model. Nilai Adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang

dikehendaki harus bernilai positif. Apabila dalam uji empiris didapat nilai

Adjusted R2 negatif, maka nilai Adjusted R2 dianggap bernilai 0. Secara matematis

jika nilai R2 = 1, maka Adjusted R2=R2=1 sedangkan jika nilai R2= 0, maka

Adjusted R2= (1-k)/(n-k). Jika k > 1, maka Adjusted R2 akan bernilai negatif.

KP = R2 x 100%

Keterangan :

KP : Koefisien Determinasi R : Nilai Koefisien Korelasi

39

Anda mungkin juga menyukai