Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA BISNIS

“Penamaan Dalam Bisnis”


Tugas ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah etika bisnis

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar. SH., M.Ag

Disusun Oleh:
Firdaniatul Musarofah (18510075)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat, taufiq dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Kedua kalinya
sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW
yang telah mengarahkan kita semua kepada agama yang diridhoi oleh Allah SWT
yakni agama islam. Namun, saya yakini tanpa adanya bimbingan, dorongan,
motivasi serta doa, makalah ini tidak akan terselesaikan tepat waktu.
Saya menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik dalam
penulisan bahasa maupun informasi yang terkandung di dalam makala ini. Oleh
karna itu saya mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca agar dengan
adanya kritik dan saran ini dapat memperbaiki kesalahan di masa yang akan
datang. Semoga makala dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca.
Amin.

Malang, 08 Mei 2019

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era modern seperti saat ini membawa perkembangan zaman semakin
berkembang. Seiring dengan berkembangnya zaman juga diiringi dengan
perkembangan dari dunia bisnis. Banyak sekali bisnis saat ini berlomba-lomba
mengeluarkan produk-produk baru dan juga tidak sedikit dari mereka yang
mengembangkan bisnis yang sudah dimiliki produk dan dikenal di masyarakat.
Tidak hanya mereka yang sudah berpengalaman dibidang bisnis, ada juga pebisnis
baru yang memulai usaha baru dengan mengadopsi produk-produk yang sudah
ada. Tidak hanya sekedar menjiplak atau mengadopsi produk yang sudah, mereka
membuat trobosan yang baru pada produk tersebut dengan tujuan menarik minat
para konsumen diluar sana. Hal yang dilakukan para pemilik bisnis baru itu
biasanya dengan memberikan nama atau merek yang nantinya bisa menarik
konsumen pada umumnya.
Merek sendiri adalah suatu tanda (sign) yang digunakan untuk barang-
barang sejenis yang dihasilkan atau diperdagngkan oleh seseorang atau kelompok
orang atau badan hukum dengan barang-barang yang sejenis yang dihasilkan oleh
orang lain, yang memiliki daya pembeda atau sebagai jaminan atas mutunya dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.1 Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwasannya merek adalah hal yang digunakan untuk barang
sekaligus juga jasa yang nantinya akan menjadi pembeda antar produk satu
dengan produk yang lainnya. Merek sendiri bisa berupa huruf, kata, angka,
gambar, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut termasuk garis dan warna.
Sebagai tanda pembeda, merek merek bias berbentuk sederhana akan tetapi ada
kalanya juga merek dapat diciptakan dengan nilai yang memiliki nilai yang
tinggi.2
Dari hal yang telah disebut diatas penulis bermaksud untuk membahas
tentang merek yang dalam hal ini berbentuk nama produk atau nama bisnis. Nama
1
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2006), 345
2
Saidin, op.cit hlm.344

2
dalam bisnis tentunya sangat menentukan kelangsungan hidup suatu bisnis
kedepannya. Dikatakan seperti itu sebab dalam nama yang terkandung alam bisnis
tersebut pasti sebelum membuat nama tersbut ada beberapa hal yang sudah
diperrtimbangkann. Hal-hal yang dipertimbangkan tersebut bisa berupa keunikan
dari nama tersebut, sebarapa menarik nama terebut jika dipakai, dan seberapa
menarikkah nama itu nantinya di kalangan konsumen, sehingga akan membawa
konsumen datang.
Dalam hal ini tidak hanya dibahas persepektif memberikan nama produk
atau nama bisnis dari ke kreatifan seorang pemilik bisnis, namun juga akan dilihat
dari sisi persepektif islamnya. Dalam syariat islam bolehkah menggunakan nama
bisnis terebut, dan apa dampak yang akan diperoleh oleh bisnis tersebut
kedepannya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dicantumkan atau diapaprkan pada point
pertama, maka selanjutnya didapatakan rumusan masalah seperti dibawah ini:
1. Bagaimana membuat atau menciptakan merek yang nantinya dapat
menarik seorang konsumen ?
2. Bagaimana pemberian nama yang baik yang diajarkan oleh syariat islam ?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah yang sudah disebutkan pada point dua, maka
diperoleh tujuan seperti dibawah ini:
1. Untuk mengetahui bagaimana membuat atau menciptakan merek yang
nantinya dapat menarik seorang konsumen.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemberian nama yang baik yang diajarkan
oleh syariat islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Merek
Merek menurut Kertajaya adalah bisa disebut juga sebagai value
indicator karena merek atau brand mampu menciptakan dan menambahkan value
atau nilai kepada produk, perusahaan atau orang bahkan juga Negara, oleh karena
itu merek atau brand menjadi indicator value yang ditawarkan kepada pelanggan
internal, eksternal dan juga investor. Selain itu merek mengindikasikan nlai dari
suatu produk tersebut, sehingga akan membuat perusahaan mampu menghindar
dari jebakan komoditas.3 Sedangkan menurut Tjiptono merek adalah nama, istilah,
tanda, simbol/ lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut
produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi
terhadap produk pesaing. Pada dasarnya suatu merek juga merupakan janji penjual
untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat, dan jasa
tertentu kepada para pembeli.4
Jadi dapat disimpulkan dari pedapat tersebut bahwa merek adalah suatu
identitas dari suatu produk ataupun bisnis yang memiliki nilai sendiri yang
nantinya tujuannya adalah untuk menambah citra dari suatu produk maupun bisnis
yang nantinya akan mampu membawa minat konsumen pada produk maupun
bisnis tersebut.
Merek sendiri memiliki peran penting bagi sebuah produk maupun
baisnis. Merek juga sering menjadi alat bantu konsumen dalam mengambil
keputusan. Selain itu, keberadaan merek mampu menarik minat kosnumen untuk
memakai produk tersebut. Bahkan, keberadaan merek dianggap sebagai pilar
bisnis yang menunjang keberhasilan bisnis itu sendiri. Pentingnya membangun
merek sudah menjadi keharusan bagi perusahaan untuk dapat bersaing dengan
perusahaan lain.5 Jadi disini merek juga memiliki peran yang sangat bagi
kelangsungan suatu bisnis maupun produk, dimana biasanya banyak para

3
Hermawan Kertajaya, Brand Operation (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), 63
4
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: ANDI, 2008)
5
Dwi Wahyu Pril Ranto, “Menciptakan Islamic Branding Sebagai Starategi Menarik Minat Beli
Konsumen”. Jurnal Bisnis Manajemen Administrasi. Vol. 1 No. 2, Februari 2013, 2

4
konsumen dalam mengambil keputusan untuk tertarik atau tidaknya pada bisnis
tersebut mereka melihat terlebih dulu dalam tampilan mereknya. Merek juga
menjadi citra atau ciri khas sendiri untuk membedakan dengan produk atau bisnis
pesaing. Selain itu merek yang baik juga bisa menunjang kemajuan produk dari
bisnis tersebut untuk terus bersaing dengan pesaing.
Terdapat enam level pengertian merek menurut Kotler dan Keller
tingkatannya meliputi:6
1. Atribut
Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar
konsumen dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang terdapat
dalam suatu merek. Misalnya: KFC menyiratkan restoran cepat saji yang memiliki
kualitas produk yang aman, enak, dan terjamin serta pelayanannya yang cepat.
2. Manfaat
Merek sebagai atribut mempunyai dua manfaat yaitu manfaat emosional dan
manfaat fungsional. Atribut “mudah didapat” dapat diterjemahkan sebagai
manfaat fungsional. Atribut “mahal” dapat diterjemahkan sebagai manfaat
emosional.
3. Nilai
Merek juga harus menyatakan nilai bagi produsennya. Sebagai contoh: PT.
Fastfood Indonesia (KFC) dinilai sebagai restoran cepat saji yang ramah, cepat,
bergengsi, dan merupakan pemimpin industri makanan cepat saji. Dengan
demikian, produsen KFC juga mendapat nilai tinggi di masyarakat.
4. Budaya
Merek mewakili budaya tertentu. Misalnya: KFC melambangkan budaya
Amerika yang mandiri, efisien, dan prestige.
5. Kepribadian
Merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu. Sebagai contoh: KFC
menyiratkan mahasiswa yang efisiensi waktu atau keluarga yang senang
berkumpul bersama.

6
Surachman, Dasar-Dasar Manajemen Merek (Alat Pemasaran Untuk Memenangkan Persaingan)
(Malang: Bayumedia Publishing, 2008)

5
6. Pemakai
Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau memakai merek
tersebut, maka dari itu para penjual menggunakan analogi untuk dapat
memasarkan mereknya kepada konsumen. Misalnya: KFC cenderung
memasarkan produknya kepada para mahasiswa dan keluarga dibandingkan
kepada pengusaha.
Selanjutnya dijelaskan tentang pentingnya kesadaran terhadap suatu merek
Menurut David Aaker terdapat 4 poin penting kesadaran akan merek yang
berbentuk piramida, yaitu:7

Top Of Mind

Brand Recall
Brand Recognition
Unaware of brand

1) Top of Mind: Adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen
atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain,
merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada
dalam benak konsumen.
2) Brand Recall: Yaitu pengingatan kembali merek secara spontan tanpa
adanya bantuan (unaided recall).
3) Brand Recognition: Adalah tingkat minimal dari kesadaran merek dimana
pengenalan suatu merek mucul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali
lewat bantuan (aided recall)
4) Unware of Brand: Adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran
merek dimana kosumen tidak menyadari adanya suatu merek walaupun
sudah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

7
Durianto dkk, Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merk (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004)

6
B. Kriteria Pemilihan Nama dalam Bisnis
Dalam berbisnis proses pemilihan nama dalam bisnis sangat penting.
Dikatakan penting sebab nama atau merek dari suatu bisnis atu produk itu
nantinya akan membawa kelangsungan dari bisnis yang dijalani. Menurut Kotler
terdapat enam kriteria dalam pemilihan kriteria merek diantaranya adalah: dapat
diingat, berarti, dapat disukai, dapat dipindahkan, dapat disesuaikan, dan dapat
dilindungi.8
1. Dapat Diingat
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah nama dari sebuah nama yang
akan diciptakan adalah nama yang gampang, sehingga mudah diingat oleh
konsumen.
2. Berarti
Maksudnya disini adalah memiliki makna tersendiri. Merek harus
bersifat kredibel dan mencirikan karakter yang sesuai, serta menyiratkan sesuatu
tentang bahan atau tipe orang yang menggunakan merek tersebut.
3. Dapat Disukai
Maksudnya disini adalah bagaimana dengan nama merek yang dibuat
tersebut nantinya akan membuat konsumen menjadi tertarik pada produk maupun
bisnis tersebut.
4. Dapat Dipindahkan
Maksudnya disini adalah merek dapat digunakan untuk meperkenalkan
produk baru dalam kategori yang sama,
5. Dapat Disesuaikan
Maksudnya disini adalah merek harus mudah disesuaikan atau
diperbaharui sesuai dengan kebutuhan pasar.
6. Dapat Dilindungi
Maksudnya disini adalah merek harus bisa dipatenkan atau dapat
dilegalkan secara hukum, sehingga tidak mudah untuk ditiru oleh pesaing.

8
Kotler dan Keller, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2009), 269

7
C. Membangun Citra Merek
Citra merek merupakan hal yang pertama kali dilihat oleh seorang
konsumen sebelum melakukan pemilihan ataupun pembelian pada suatu produk.
Karena hal itu hendaklah sebuah bisnis hendaklah membuat merek memiliki citra
yang nanti akan sangat tertanam dibenak seorang konsumen. Menciptakan citra
merek yang positif merupakan hal yang seharusnya benr-benar dilakukan oleh
seorang pebisnis, sebab dari citra merek yang positif tersebut nantinya akan
membuat konsumen menyukai produk tersebut dikemudian hari sedangkan untuk
produsen atau pemilik sendiri memiliki citra merek yang positif akan membawa
kelangsunga bisnis dimasa yang akan datang dan juga menghambat kegiatan
pemasaran dari pesaing.
Menurut Kotler dan Keller citra merek dapat dilihat dari:9
1. Keunggulan asosiasi merek adalah keunggulan produk, dimana produk
tersebut unggul dalam persaingan.
2. Kekuatan asosiasi merek, setiap merek yang berharga mempunyai jiwa,
suatu kepribadian khusus adalah kewajiban mendasar bagi pemilik merek
untuk dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/kepribadian tersebut
dalam satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran
lainnya. Hal itulah yang akan terus menerus menjadi penghubung antara
produk/merek dengan pelanggan. dengan demikian merek tersebut akan
cepat dikenal dan akan tetap terjaga ditengah-tengah maraknya persaingan.
Membangun popularitas sebuah merek menjadi merek yang terkenal
tidaklah mudah. Namun demikian, popularitas adalah salah satu kunci
yang dapat membentuk brand image pada pelanggan.
3. Keunikan asosiasi merek, merupakan keunikan-keunikan yang dimiliki
oleh produk tersebut.
Setelah dijelaskan terkait dengan citra merek, tentunya dalam mencapai
citra merek yang baik perlu bebarapa cara yang harus dilakukan. Berikut
merupakan tiga langkah dalam membangun citra merek yaitu:10

9
Ibid, 347
10
Freddy Rangkuti, The Power Of Brands (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 5

8
1. Memiliki positioning yang tepat
Merek harus dapat menempati atau memposisikan diri secara tepat
untuk selalu menjadi yang nomor satu dan utama di benak konsumen. Hal
tersebut bukan hanya didukung oleh kualitas produk melainkan kualitas
pelayanan untuk memenuhi kepuasan konsumen.
2. Memiliki brand value yang tepat
Produsen harus membuat brand value yang tepat untuk membentuk
brand personality yang baik terhadap merek untuk membuat merek semakin
bernilai dan kompetitif di benak konsumen. Brand personality lebih cepat
berubah dibandingkan brand positioning karena brand personality mengikuti
permintaan atau kehendak konsumen setiap saat.
3. Memiliki konsep yang tepat
Untuk mengkomunikasikan brand value dan positioning yang tepat
maka dibutuhkan konsep yang tepat sesuai sasaran baik terhadap produk,
segmentasi pasar, cara memasarkan, target pasar, kualitas pelayanan, dsb. Hal
ini membantu perusahaan untuk membangun brand image yang baik di benak
konsumen.
D. Manfaat dan Keuntungan Merek
Merek memiliki beberapa manfaat untuk suatu bisnis, sehingga merek
sendiri menjadi salah satu alasan dari keberhasilan dan berjalannya suatu bisnis.
Berikut merupakan beberapa manfaat dari merek untuk produsen atau penjual dan
juga untuk pembeli atau konsumen:11
1. Untuk Produsen Atau Penjual
1) Memudahkan penjual dalam mengolah pesanan-pesanan dan menekan
masalah.
2) Nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindungi penjual
dari pemalsuan ciri-ciri produk karena jika tidak demikian setiap
pesaing akan meniru produk tersebut.
3) Memberi peluang bagi penjual kesetiaan pelanggan pada produknya
dengan menetapkan harga lebih tinggi.

11
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: Alfabeth, 2011), 134

9
4) Membantu penjual dalam mengelompokkan pasar ke dalam segmen-
segmen tertentu.
5) Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik.
6) Memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang ganas.
2. Pembeli Atau Pelanggan
1) Dapat membedakan produk tanpa harus memeriksa secara teliti.
2) Pelanggan mendapat informasi tentang produk.
3) Meningkatkan efesiensi.
E. Penamaan Bisnis atau Pemberian Merek dalam Persepektif Islam
Islam mengatur secara jelas apa yang boleh dilakukan dalam bisnis dan
apa yang tidak boleh dilakukan dalam bisnis. Al-Qur’an menyebutkan yang haq
dan yang bathil. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bisnis menurut
persepektif islam. Berikut merupakan ketentuan yang ditetapkan dalam islam
yang jelas dan tetap hukumnya:12
1. Dibenarkan pemilik pribadi dan jamaah serta memeliharanya.
2. Ketentuan tentang pewarisan diatur secara jelas.
3. Adanya perbedaan tingkat manusia dan rezekinya.
4. Kewajiban berinfaq dijalan Allah SWT.
5. Haramnya berprilaku kikir, mubazir, dan hidup bermewah-mewah.
6. Haramnya riba.
7. Tidak dibenarkan melakukan penimbunan barang dan mempermainkan
harga.
8. Larangan memakan harta orang lain secara bathil, termasuk harta anak
yatim.
9. Menghalalkan yang baik.
10. Mengharamkan yang buruk.
11. Anjuran bekerja.
12. Anjuran berjalan dimuka dan sebagainya.Nama merupakan do’a begitulah
sebutan yang seringkali kita kenal. Islam mengajarkan pentingnya

12
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Persepektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 134-
135

10
memberikan nama yang baik, sebab berawal dari nama tersebut akan
memunculkan hal yang baik seperti yang telah disebut bahwa nama
merupakan bagian dari do’a. dalam bisnis. Berikut merupakan hadis
tentang dianjurkan menggunakan nama yang baik
Dari hal yang disebutkan diatas terdapat beberapa point yang disebutkan
terkait dengan bisnis yang baik menurut islam. Pada point nomor 10 disebutkan
mengharamkan yang buruk dalam hal ini bisa terkait buruk dalam hal manfaat,
bahan bakunya, serta bisa juga terkait dengan tata cara pengelolaan bisnisnya.
Bukan hanya itu saja, namun hal ini juga berkaitan dengan hal-hal yang akan
membuat citra dari sebuah bisnis menjadi buruk.
Islam juga mengajarkan bagaimana berbisnis yang juga harus
mengutamakan akhlak didalamnya. Seorang penbisnis haruslah memiliki
integritas akhlak yang baik dan mantap, agar dia mempunyai visi dan misi yang
dapat mengantarkannya kepada kesejahteraan dan kebahagiaan dalam arti yang
sesungguhnya. Artinya disini kebahagiaan dicapai bukan dalam arti sempit,
melainkan berkelanjutan sampai di akhirat kelak.13
Dari beberapa penjelasan yang disebut tersebut berangkat dari Melihat
fenomana yang saat ini banyak sekali suatu bisnis yang menggunakan nama-nama
yang bisa dibilang tidak semestinya harus digunakan dalam bisnis. Misalkan
karena rasa yang begitu pedas diberilah nama bisnis tersebut dengan Mie Setan,
Mie Iblis dan lain sebagainya. Seperti telah disebut pada bab sebelumnya tentang
pemberian nama merek itu merupakan identitas dari suatu bisnis tersebut. Bukan
hanya itu nama tersebut juga menggambarkan citra dari suatu bisnis tersebut.
Dalam pemberian nama tersebut Alah SWT melarang pemberian nama-nama yang
buruk seperti yang telah difirmankan dalam QS. Al-Hujurat ayat 11

َ ِ‫سى أ َ ْن يَ ُكونُوا َخي ًْرا ِم ْن ُه ْم َوال ن‬


ٌ ٌ ‫سا‬ َ ‫ع‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ال يَ ْسخ َْر قَو ٌم ِم ْن قَ ْو ٍم‬
َ ِْْ‫ِ ب‬
َ ْ ِ‫س ُك ْم َوال تَنَابَ ُزوا ب‬
ِ ‫األلقَا‬ َ ُ‫سى أ َ ْن يَ ُك َّن َخي ًْرا ِم ْن ُه َّن َوال تَلْ ِم ُزوا أ َ ْنف‬
َ ‫ع‬ َ ِ‫ِم ْن ن‬
َ ٌٍ ‫سا‬
َّ ‫ان َو َم ْن لَ ْم يَتُِْ فَأُولَِْكَ هُ ُم‬
‫الظا ِل ُمو َن‬ ُ ‫س‬
ِ ‫وق بَ ْع َد اإلي َم‬ ُ ُ‫اال ْس ُم ْالف‬

13
Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Etika Islam dalam Berbisnis (Solo: Zada Haniva, 2008), 56

11
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok)
wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu
sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang
siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang alim.”
Dalam sebuah keterangan juga disebutkan terkait dengan pemberian
nama buruk pada suatu hal.
Diceritakan bahwa Suatu hari Umar bin Khattab menanyai seseorang
tentang namanya maka dia menjawab, “Namaku Jamroh (yang maknanya adalah
bara api)”. “Siapa nama bapakmu?” lanjut Umar. “Syihab (cahaya api”, jawab
orang tersebut. “Di mana rumahmu?”, tanya Umar. Jawaban orang tersebut, “Di
daerah yang bernama Harrah an Nar (panasnya api)”. “Tepatnya di daerah
mana?”, sambung Umar. “Suatu tempat namanya Dzat Lazha (yang memiliki
nyala api”, kata orang tersebut. Pada akhirnya Umar berkata, “Pulanglah sungguh
rumah telah terbakar”. Orang itu langsung pulang dan dijumpai rumahnya
terbakar sebagaimana yang dikatakan oleh Umar. (Mukhtashar Zadul Maad, karya
Syaikh Muhammad bin Sulaiman tahqiq Basyir Muhammad ‘Uyun Hal. 111,
terbitan Maktabah Darul Bayan Damaskus cet. pertama 1413).14
Dari cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian nama dengan
nama yang buruk akan menghilangkan keberkahan dalam suatu perkara. Jika
dikaitkan dengan pemberian nama dalam bisnis, memberikan nama yang buruk
pada bisnis ini membuat usaha ataupun bisnis yang dijalani menjadi tidak
barakah. Sedangkan dengan memberikan nama yang baik dalam suatu bisnis atau
usaha, hal itu akan juga memberikan keberkahan dalam sebuah usaha.

14
https://konsultasisyariah.com/11658-memberi-nama-usaha-dengan-nama-mengerikan.html

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Merek adalah suatu identitas dari suatu produk ataupun bisnis yang
memiliki nilai sendiri yang nantinya tujuannya adalah untuk menambah citra dari
suatu produk maupun bisnis yang nantinya akan mampu membawa minat
konsumen pada produk maupun bisnis tersebut. Menciptakan citra merek yang
positif merupakan hal yang seharusnya benr-benar dilakukan oleh seorang
pebisnis, sebab dari citra merek yang positif tersebut nantinya akan membuat
konsumen menyukai produk tersebut dikemudian hari sedangkan untuk produsen
atau pemilik sendiri memiliki citra merek yang positif akan membawa
kelangsunga hbisnis dimasa yang akan datang dan juga menghambat kegiatan
pemasaran dari pesaing.
Islam mengatur secara jelas apa yang boleh dilakukan dalam bisnis dan
apa yang tidak boleh dilakukan dalam bisnis. Al-Qur’an menyebutkan yang haq
dan yang bathil. Penamaan dalam bisnis menggunakan nama yang buruk akan
mengurangi keberkahan dari suatu bisnis. Sedangkan dengan memberikan nama
yang baik dalam suatu bisnis atau usaha, hal itu akan juga memberikan
keberkahan dalam sebuah usaha.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:


Alfabeth.

Baidan, Nashruddin & Erwati Aziz. 2008. Etika Islam dalam Berbisnis. Solo:
Zada Haniva

Djakfar, Muhammad. 2006. Hukum Bisnis. Malang: UIN MALIKI PRESS.

Durianto, D, Sugiarto, & Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merk. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Harahap, Sofyan S. 2011. Etika Bisnis dalam Persepektif Islam. Jakarta: Salemba
Empat.

Kertajaya, Hermawan. 2010. Brand Operation. Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2009 Manajemen Pemasaran. Jakarta:
Erlangga

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI.

Rangkuti, Freddy. 2008. The Power Of Brands. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Ranto, Dwi. 2013. “Menciptakan Islamic Branding Sebagai Starategi Menarik


Minat Beli Konsumen”. Jurnal Bisnis Manajemen Administrasi. Vol. 1 No.
2.

Surachman. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek (Alat Pemasaran Untuk


Memenangkan Persaingan). Malang: Bayumedia Publishing.

https://konsultasisyariah.com/11658-memberi-nama-usaha-dengan-nama-
mengerikan.html

14

Anda mungkin juga menyukai