Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISLAMIC BRAND
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
MANAJEMEN PEMASARAN SYARIAH

Dosen Pengampu :
Agus Makinudin, M.E

Disusun oleh:
Ridho Novemra
NIM: 2131394160053
Semester VI

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI
SUMBERSARI KENCONG KEPUNG
KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas nikmat, taufiq dan hidayah
Allah SWT, karena atas kemurahan kasih dan sayang-Nyalah kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta salam selalu
tecurahkan kepada Nabi Agung Nabiyullah Muhammad Saw, karena atas jasa dan
perjuangan beliau yang telah menghantarkan kita semua dari zaman yang gelap
gulita kepada zaman yang penuh kecerahan dan wawasan ilmu pengetahuan
hingga saat ini. Alhamdulillah hirabbil ‘alamin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu
mendukung kami, baik dalam bentuk materi maupun do’anya, dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing kami
dengan baik.
Semoga makalah ini mampu menjadi tambahan wawasan dan ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran kita, tidak hanya bermanfaat bagi Mahasiswa
tapi juga untuk seluruh orang lain.
Dalam penulisan makalah ini tentu memiliki suatu kesalahan, maka dari
itu kritik dan saran dari Bapak Dosen serta teman-teman begitu kami harapkan
demi perbaikan kedepan agar dapat lebih baik lagi.

Kediri 19 Mei 2023


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................1
1. Latar Belakang ...............................................................................1
2. Rumusan Masalah ..........................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................3
1. Pengertian kode etik hukum ..........................................................3
2. Fungsi kode etik hukum .................................................................4
3. Penyebab pelanggaran etika ..........................................................5
4. Sanksi pelanggar etika ...................................................................5
5. Penegakan kode etik profesi hukum ..............................................5
6. Pelembagaan etika .........................................................................8
BAB III : PENUTUP .....................................................................................10
1. Kesimpulan ....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan populasi muslim dunia menyebabkan meingkatnya
kebutuhan umat Islam. Hal ini merupakan peluang baik bagi
perusahaan-perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai dengan
prinsip Islam. Oleh karena itu banyak berdiri usaha-usaha yang
menggunakan kata Islam.1 Merek adalah kata yang tidak asing dan
sering digunakan dalam mengenalkan sebuah produk, baik melalui
media cetak maupun media elektronik. Dengan perkembangan
persaingan di dunia usaha, maka menjadi hal yang lumrah jika merek
berperan sangat penting agar mudah dikenal sebagai ciri sebuah
produk. Merek tidak lagi sebuah kata yang hanya identik dengan
produk atau barang di zaman perdagangan bebas saat ini, namun
sebagai suatu proses dan juga strategi usaha. Maka dari itu merek
memiliki nilaiyang mana nilai tersebut sangat penting karena menjadi
ukuran produk yang dipasarkan. Persaingan usaha saat ini semakin
ketat khususnya di Indonesia baik di bidang barang maupun jasa
mulai dari perusahaan menengah hingga kalangan atas bersaing
memasarkan produk untuk meningkatkan daya saing penjualan.
Pembelian dan penjualan barang kuat hubungannya dengan
perilaku konsumen, karena pastinya konsumen tidak ingin salah dalam
membeli produk. Dalam hal ini perilaku konsumen hal yang mendasari
keputusan pembelian. Adanya keputusan pembelian dipengaruhi adanya
kepercayaan konsumen dan menimbulkan kepuasan bagi konsumen
dalam membeli dan memanfaatkan produk yang dibeli. Tingkat
kepuasan terhadap produk yang dijual sangatlah penting bagi
perusahaan. Perasaan senang atau kecewa setelah memakai produk atau

1
Dwi Wahyu PrilRanto, “Menciptakan Islamic Branding Sebagai Strategi
Menarik Minat Beli Konsumen”, JBMA, Vol. I, No. 2, Februari 2013.

1
membandingkan hasil produk merupakan kepuasan konsumen.
Perusahaan harus dapat mengetahui bagaimana yang konsumen
butuhkan dan mana yang konsumen inginkan. Perusahaan bisa
membuat konsumen mempunyai rasa kepercayaan terhadap produk
yang dibeli terutama kepada perusahaan. Cara yang dilakukan
perusahaan dalam mencapai kepercayaan adalah dengan menawarkan
sebuah produk yang dapat meyakinkan hati konsumen terhadap produk
tersebut.Perusahaanmembentuk kepercayaan konsumen, dimana
kepercayaan tersebut yang akan membentuk keputusan pembelian.
Keputusan pembelian yang terbentuk adalah hal penting bagi
perusahaan utamanya bagi manajer karena kepuasan konsumen dapat
mendorong pembelian ulang produk. Yang dimaksud kepercayaan
dan kepuasan pelanggan atau konsumen.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini akan disajikan beberapa pembahasan dengan
rumusan sebagai berikut:
1. Apa Makna Dan Peran Merek
2. Apa Peran Identitas Merek di Brand
3.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Dan Peran Merek Di Brand
Merek tidak lagi sebuah kata yang hanya identik dengan produk atau
barang di zaman perdagangan bebas saat ini, namun sebagai suatu proses
dan juga strategi usaha. Maka dari itu merek memiliki nilai yang mana
nilai tersebut sangat penting karena menjadi ukuran produk yang
dipasarkan. Menurut American Marketing Association (AMA)
menyatakan brand/merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau desian,
atau kombinasi diantaranya, yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang
atau jasa dari suatu penjual untuk membedakannya dengan barang atau
jasa dari penjual lainnya. pengertian merek menurut AMA ini mengacu
pada UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1: tanda yang berupa
gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.2 Merek (brand) merupakan nama,
istilah, tanda, simbol, atau desain yang mengidentifikasikan produsen atau
pemasar suatu produk berupa benda, layanan, organisasi, tempat, orang,
atau gagasan yang nyata.3 Sumber lain menyebutkan merek merupakan
entitas yang tidak sulit untuk dikenali dan memberikan nilai tertentu.
Maksud entitas tersebut adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang
unik dan berbeda dengan lainnya dan juga mudah memisahkan suatu
barang yang sama dengan barang lainnya melewati beberapa cara. Yang
dimaksud nilai tertentu adalah sesuatu yang dicerna konsumen dimana
tentunya berbeda antara seseorang dengan yang lainnya. Branding menurut
Islam atau Islamic branding merupakan penerapan nama-nama yang
mengandung unsur Islam atau menunjukan identitas halal bagi suatu
produk. Sebagai contoh : Hotel syariah, rumah sakit Islam, produk

2
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi 4, (Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2015), 187
3
Philip Kotler dan Nancy Lee, Pemasaran di Sektor Publik, (Jakarta: PT.
Macanan Jaya Cemerlang, 2007), 133

3
kecantikan Wardah, KFC, dan sebagainya.4 Ogilvynoor dalam tulisannya
yang berjudul whats is Islamic Branding and why is it significant?
Menyatakan bahwa Islamic branding merupakan suatu konsep yang baru.
Praktik Islamic branding, yaitu memberikan merek yang berprinsip syariah
yang lebih dominan memunculkan nilai-nilai Islam seperti kejujuran,
hormat pada akuntabilitas, dan pemahaman inti dengan prinsip-prinsip
syariah. pemunculan istilah Islamic branding yang seringkali ditemui
sekarang merupakan suatu usaha segmentasi pasar yang dilakukan oleh
produsen baik produk barang ataupun jasa. Tidak dapat dipungkiri bahwa
konsumen muslim di Indonesia adalah target pasar yang potensial. 5
Penerapan branding Islam merupakan suatu konsep yang relatif baru.
Islamic branding yaitu pemberian merek (brand) yang berprinsip syariah.
berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Islamic
branding merupakan pemberian merek (brand) yang menunjukkan
identitas Islam, seperti produk halal dengan bukti terdapat logo halal dari
MUI. Islamic branding tidak selalu mengenai nama produk, melainkan
juga branding melalui proses produksi hingga proses pemasaran yang
menerapkan prinsip syariah dapat dikatakan sebagai Islamic branding. Hal
paling sederhana dan mudah ditemui mengenai proses produksi dan
pemasaran yang berprinsip syariah dapat dilihat apakah suatu perusahaan
menerapkan etika bisnis Islam atau tidak, yang mana etika berbisnis dalam
Islam yang selalu mengedepankan kejujuran, kemanfaatan, terbebas dari
kecurangan.
B. Identitas Merek
C. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Etika Profesi Hukum
Penyebab terjadinya pelanggaran kode etik profesi hukum disebabkan
oleh minimnya kualitas pengetahuan bidang ilmu hukum kemudian kurang

4
Yuliar Rif’adah, Skripsi: Pengaruh Islamic Endorsement Dan Islamic Branding
Terhadap Minat Beli Di Media Sosial Instagram Safi Indonesia, (Surabaya:
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2019),
5
Dwi Wahyu PrilRanro, “Menciptakan Islamic Branding Sebagai Strategi
Menarik Minat Beli Konsumen”, JBMA Vol. 1. No. 2, Februari 2013.

4
mampu menganalisis masalah-masalah hukum dalam masyarakat kurang
biJaksana dan tidak melaksanakan prinsip-prinsip hukum, terjadinya
penyalahgunaan profesi, menjadikan profesi sebagai kegiatan bisnis,
kurangnya kesadaran dan kepedulian.
D. Sanksi bagi Pelanggar Etika Profesi Hukum
Sanksi Pelanggaran Etika. Adapun sanksi yang diberikan bagi
pelanggar etika antara lain sebagai berikut: Sanksi Sosial; Sanksi ini
diberikan oleh masyarakat sendiri, tanpa melibatkan pihak berwenang.
Pelanggaran yang terkena sanksi sosial biasanya merupakan kejahatan
kecil, ataupun pelanggaran yang dapat dimaafkan. Dengan demikian
hukuman yang diterima akan ditentukan oleh masyarakat, misalnya
membayar ganti rugi dan sebagainya. pedoman yang digunakan adalah
etika setempat berdasarkan keputusan bersama. Sanksi Hukum; Sanksi ini
diberikan oleh pihak berwengan, dalam hal ini pihak Kepolisian dan
Hakim. Pelanggaran yang dilakukan tergolong pelanggaran berat dan
harus diganjar dengan hukuman pidana ataupun perdata. Pedomannya
suatu KUHP.6
E. Penegakan Kode Etik Profesi Hukum
Menurut Supriadi (dalam farid wajdi 2020) ada 5 (lima) masalah yang
dihadapi sebagai tantangan yang cukup serius bagi profesi hukum, yaitu:
1. Kualitas pengetahuan profesional hukum. Seorang profesional
hukum harus memiliki pengetahuan bidang hukum yang andal,
sebagai penentu bobot kualitas pelayanan hukum secara profesional
kepada masyarakat.
2. Terjadi penyalahgunaan profesi. Dalam kenyataannya, di tengah-
tengah masyarakat seringkali terjadi penyalahgunaan profesi
hukum oleh anggotanya sendiri. Terjadinya penyalahgunaan
profesi tersebut disebabkan adanya faktor kepentingan. Persaingan
individu professional hukum serta tidak adanya disiplin diri
menjadi pemicu terjadinya penyalahgunaan ini. Dalam dunia

6
Ibid, hal 33-34

5
profesi hukum dapat dilihat dua hal yang sering kontradiksi satu
sama lain yaitu pada satu sisi, cita-cita etika yang terlalu tinggi,
sementara pada sisi lainnya praktik penggembalaan hukum yang
berada jauh di bawah cita-cita tersebut. Selain itu, penyalahgunaan
profesi hukum juga terjadi karena desakan pihak klien yang
menginginkan perkaranya cepat selesai dan tentunya memperoleh
kemenangan. Klien kadang kala tidak segan-segan menawarkan
bayaran yang menggiurkan kepada pihak tertentu untuk
memperoleh kemenangan.
3. Kecenderungan profesi hukum menjadi kegiatan bisnis. Suatu fakta
yang tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya kehadiran profesi
hukum bertujuan untuk memberikan pelayanan atau memberikan
bantuan hukum kepada masyarakat. Dalam artian bahwa yang
terpenting adalah pelayanan dan pengabdian. Namun demikian,
dalam kenyataannya di Indonesia, profesi hukum dapat dibedakan
antara profesi hukum yang bergerak dalam bidang pelayanan bisnis
dan profesi hukum di bidang pelayanan umum. Profesi hukum yang
bergerak dalam bidang pelayanan bisnis menjalankan pekerjaan
berdasarkan hubungan bisnis (komersial), imbalan yang diterima
sudah ditentukan menurut standar bisnis. Misalnya saja, para
konsultan yang menangani masalah kontrak-kontrak dagang, paten,
dan merek. Untuk profesi hukum yang bergerak di bidang
pelayanan umum menjalankan pekerjaan berdasarkan kepentingan
umum, baik dengan pembayaran maupun tanpa pembayaran.
Contoh profesi hukum pelayanan umum adalah pengadilan, notaris,
organisasi bantuan hukum, jika ada pembayaran, sifatnya biaya
pekerjaan atau biaya administrasi.
4. Penurunan kesadaran dan kepedulian sosial. Kesadaran dan
kepedulian sosial merupakan kriteria pelayanan umum profesional
hukum. Wujudnya adalah kepentingan masyarakat lebih
diutamakan atau didahulukan daripada kepentingan pribadi,

6
pelayanan lebih diutamakan daripada pembayaran, nilai moral
ditonjolkan daripada nilai ekonomi. Namun demikian, gejala yang
dapat diamati sekarang sepertinya lain dari yang seharusnya
diemban oleh profesional hukum. Gejala tersebut menunjukkan
mulai pudarnya keyakinan terhadap wibawa hukum.
5. Kontinuitas sistem yang sudah usang. Profesional hukum adalah
bagian dari sistem peradilan yang berperan membantu
menyebarluaskan system yang sudah dianggap ketinggalan zaman
karena di dalamnya terdapat banyak ketentuan penegakan hukum
yang tidak lagi sesuai. Padahal profesional hukum melayani
kepentingan masyarakat yang hidup dalam zaman modern atau
milenial. Kemajuan teknologi sekarang kurang diimbangi oleh
percepatan kemajuan hukum yang dapat menangkal kemajuan
teknologi tersebut sehingga timbul hukum selalu ketinggalan
zaman.7
Dari pelbagai masalah kronis yang dihadapi oleh para profesional
hukum itu sepatutnya dapat diatasi dengan melaksanakan etika
perilakunya. Apalagi sejatinya, etika menjangkau sesuatu yang lebih luas
dari aturan hukum, ia membatasi keinginan jahat (bad will) atau perbuatan
yang tidak sesuai dengan hati nurani. Suatu perbuatan dapat saja sah
menurut aturan hukum tetapi belum tentu dibenarkan oleh hati nurani.
Sebagai contoh berkaitan dengan kode etik advokat, dalam norma
perundang-undangan disebutkan seorang advokat memiliki kewajiban
menangani setiap perkara yang masuk kepadanya.
F. Pelembagaan Penegakan Etika
Kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara
jelas dan tegas serta terperinci tentang norma yang baik dan tidak baik,
patut atau tidak patut, bukan salah atau benar. Tujuan utama kode etik
profesi adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa
mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.

7
Farid Wajdi, Op.Cit, hal 143-144

7
Kode etik profesi adalah norma yang ditetapkan dan diterima oleh
sekelompok profesi yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada
anggotanya. Norma petunjuk untuk membuat dan sekaligus
menjamin mutu profesi itu di mata publik. Fokus perhatian ditujukan
pada kode etik penyandang profesi hukum, seperti kode etik hakim,
advokat, notaris, jaksa, dan polisi. Kelompok ini semua merupakan kode
etik profesi hukum yang disebut juga profesional legal ethic
Urgensi kode etik profesi memang sangat penting bagi organisasi
profesional, karena tanpa kode etik dapat berdampak pada:8
1. Terjadinya penyalahgunaan profesi,
2. Kemungkinan mengabaikan tanggung jawab dari profesinya karena
tidak ada pedoman dalam suatu organisasi,
3. Memungkinkan setiap individu untuk mendahului kepentingan
pribadinya contohnya para pejabat yang korupsi
4. jika tidak adanya kode etik profesi seseorang dapat memberikan
image yang buruk dari profesi yang ditekuninya kepada
masyarakat.
Menurut Muladi dalam Kristiyadi mengingat keberadaan kode etik
yang tidak memiliki sanksi dan memaksa, kemudian pelaksanaannya
hanya
mendasarkan kesadaran moral belaka perlu upaya penanggulangan
kejahatan di lingkungan professional.
Caranya adalah melalui pendekatan secara non-penal dan secara
penal. Kebijakan dengan sarana non-penal artinya upaya penanggulangan
kejahatan dengan tidak melakukan hukum pidana. Upaya non-penal dapat
juga diartikan sebagai upaya yang bersifat preventif, misalnya
memperbaiki
kondisi-kondisi tertentu dalam masyarakat atau melakukan pengawasan
tertantu sebgai upaya prevensi terhadap kejahatan. Selain itu, dapat juga
berbentuk sosialisasi terhadap suatu perundang-undangan yang baru, yang

8
Ibid, hal 170

8
di dalamnya mencangkup suatu kriminalisasi perbuatan tertentu yang
menjadi gejala sosial dalam masyarakat modern.
Kebijakan dengan sarana penal adalah upaya penanggulangan
kejahatan dengan menggunakan sarana pidana. Dalam hal ini telah terjadi
semacam perumusan pidana dan pemidanaan yang telah dilegalkan melalui
perundang-undangan. Sehingga, telah ada kepastian hukum dalam
melakukan penanggulangan maupun pemecahan terhadap pelanggaran
atau kejahatan yang dilakukan oleh para pelaku kajahatan. Kebijakan
kriminal dengan sarana penal ini bersifat represif. Karena itu,
fungsionalisasi hukum pidana sangatlah terlihat dalam pelaksanaan
kebijakan kriminal ini.9

9
Ibid, hal 171

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang tersaji di atas dapat diambil beberapa
kesimpulan diantaranya:
1. kode etik hukum dapat diartikan sebagai norma yang disusun
secara sistematis guna membatasi perilaku hukum sedangkan
kaitannya dengan profesi hukum maka kode etik profesi adalah
suatu prinsip moral yang melekat pada suatu profesi yang disusun
secara sistematis. Hal ini berarti tanpa kode etik yang disusun
secara sistematis itupun suatu profesi tetap bisa berjalan karena
prinsip-prinsip moral tersebut sebenarnya sudah melekat pada
profesi itu.
2. Fungsi kode etik profesi yaitu sebagai sarana kontrol sosial,
pencegah campur tangan pihak lain, menghindari kesalah pahaman
dan konflik, sebagai regulasi mandiri bagi organisasi profesi
sebagai pedoman dan juga arah bagi pengembangan profesi agar
terciptanya moral yang bermutu.
3. Diantara penyebab pelanggaran etika profesi hukum adalah
minimnya kualitas pengetahuan bidang ilmu hukum kemudian
kurang mampu menganalisis masalah-masalah hukum dalam
masyarakat kurang biJaksana dan tidak melaksanakan prinsip-
prinsip hukum,
4. Sanksi Pelanggaran Etika. Adapun sanksi yang diberikan bagi
pelanggar etika antara lain sebagai berikut: Sanksi Sosial dan
sanksi hukum.
5. Sebagai suatu profesi yang berperan penting dalam kehidupan
bermasyarakat dan negara, profesi hukum memilik berbagai
tantangan dan problem mengenai penegaan etika yang sudah
dijelaskan di atas.

10
6. Kode etik profesi adalah norma yang ditetapkan dan diterima oleh
sekelompok profesi yang mengarahkan atau memberi petunjuk
kepada anggotanya. Norma petunjuk untuk membuat dan sekaligus
menjamin mutu profesi itu di mata publik. Fokus perhatian
ditujukan pada kode etik penyandang profesi hukum, seperti kode
etik hakim, advokat, notaris, jaksa, dan polisi. Kelompok ini semua
merupakan kode etik profesi hukum yang disebut juga profesional
legal ethic

11
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhani, Rahmat, 2020 Hukum&Etika Profesi Hukum, Deli Serdang: PT.
Bunda Media Grup.
Wajdi, Farid, 2020 Etika Profesi Hukum, Medan: Pustaka prima.

12

Anda mungkin juga menyukai