DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ida Bagus Suryaningrat, S.TP., MM.
DISUSUN OLEH :
Keterangan.
Bt = penerimaan (benefit social bruto) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
n = umur ekonomis proyek (10 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (16%)
t = tahun ke-t
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C merupakan perbandingan antara present value dengan total
biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya
kotor lebih dari benefit kotor (Soekartawi, 1986).
Keterangan:
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai negative
4. Payback Period (PP)
Payback period (PP) merupakan jangka waktu/periode yang diperlukan
perusahaan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan
untuk berinvestasi teh poci.
6. Analisis Sensitivitas
Suatu rencana proyek yang sudah diputuskan untuk dilaksanakan
berdasarkan pada perhitungan serta berdasarkan pada evaluasi (NPV, PP dan IRR)
namun dalam kenyataan tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh kenaikan harga. Dengan adanya kemungkinan tersebut maka
harus diadakan analisis kembali untuk melakukan penyesuaian perubahan dari
kenaikan harga tersebut. (Djamin, 1993).
Tujuan dilakukan analisis kepekaan adalah untuk mengetahui
kemungkinan yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu
kesalahan atau perubahan dalam dasar penghitungan.
Beberapa parameter yang dapat menyebabkan perubahan pada usaha teh
poci, yaitu dengan menggunakan kenaikan biaya operasional dan penurunan
penerimaan sebesar 15%, 30% dan 50% serta gabungan antara kenaikan biaya
operasional 15% dan penurunan penerimaan sebesar 15% ; peningkatan biaya
operasional sebesar 30% dan penurunan penerimaan sebesar 15%
Analisis Cash flow
Biaya Investasi Awal
No Rincian Jumlah
1 Mesin pengemas + gerobak Rp. 3.500.000,-
2 Modal awal Rp. 125.400.000,-
Total Rp. 128.900.000,-
Biaya Operasional
Biaya tetap
No Rincian Jumlah
1 Listrik Rp. 3.000.000,-
2 Gaji Rp. 14.400.000,-
Biaya variabel
1 Bahan baku Rp. 108.000.000,-
Total Rp. 125.400.000,-
Penerimaan dan pendapatan
Harga jual teh poci per cup Rp. 2.500,- dengan volume produksi sebanyak 240
cup per hari. Hasil pendapatan perhari Rp. 600.000,- dengan keuntungan Rp.
300.000,-. Rata-rata pendapatan per tahun sebesar Rp. 180.000.000,-.
1. Analisis Kelayakan Finansial
Hasil Analisis data, diperoleh NPV, Net B/C ratio, IRR serta PP dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perhitungan NPV, Net B/C Ratio, IRR dan PP pada industri Teh Poci
tahun 1-5 dengan tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Keputusan
NPV 223.502.404,5 Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 Layak
IRR (%) 51 Layak
PP (tahun) 1,98 -
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Penilaian kelayakan usaha industri teh poci tidak hanya dilihat dari salah
satu analisis kriteria investasi saja, tetapi harus dilihat dari keseluruhan hasil
analisis kriteria investasi tersebut. Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan bahwa
nilai NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa industri teh poci secara finansial layak untuk
diusahakan.
1. Analisis Sensitivitas
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Kenaikan
Biaya Operasional.
Dalam menganalisis sensitivitas industri teh poci ini, diasumsikan bahwa
perubahan hanya terjadi pada biaya produksi yaitu dengan kenaikan sebesar 15%,
20%, 30%, dan 45%. Sedangkan kondisi lain-lain dianggap tetap (Ceteris
paribus). Sehingga kenaikan biaya produksi dianggap tidak meningkatkan jumlah
produksi teh poci.
Tabel 2. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (15%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 15% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 150.338.064,2 (-)32,73% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,497815685 (-)13,04% Layak
IRR (%) 51 36 (-)30,2% Layak
PP (tahun) 1,98 2,8 (+) 40,8% -
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Dari pengamatan pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net
B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh
poci tidak peka terhadap kenaikan biaya operasional sebesar 15% dan layak untuk
dilanjutkan.
Tabel 3. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (20%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 20% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 125.949.950,8 (-)43,65% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,435406699 (-)16,65% Layak
IRR (%) 51 30 (-)40,57% Layak
PP (tahun) 1,98 3,2 (+)63,11
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka terhadap kenaikan biaya
operasional sebesar 20% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 4. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (30%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 30% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 77.173.723,93 (-)65,47% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,324990799 (-)23,08% Layak
IRR (%) 51 19 (-)62,12% Layak
PP (tahun) 1,98 4,7
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka terhadap kenaikan biaya
operasional sebesar 30% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 5. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap kenaikan
biaya operasional (45%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 45% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 4.009.383,669 (-)98,2 % Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,187922785 (-)31,03% Layak
IRR (%) 51 1 (-)97,9% Layak
PP (tahun) 1,98 15,4
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV < 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR < 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci peka terhadap kenaikan biaya operasional
sebesar 45% dan layak untuk dilanjutkan.
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Penurunan
Pendapatan
Penurunan pendapatan merupakan faktor kepekaan yang cukup tinggi
dalam sebuah perusahaan. Untuk menganalisis sensitivitas industri teh poci ini,
diasumsikan bahwa perubahan hanya terjadi pada penurunan penerimaan yaitu
dengan kenaikan sebesar 15%, 20%, dan 25%. Sedangkan kondisi lain-lain
dianggap tetap (Ceteris paribus).
Tabel 6. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
penurunan penerimaan (15%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan Persentase Keputusan
15% Perubahan
NPV 223.502.404,5 97.477.703,53 (-)56,39% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,464114833 (-)14,99% Layak
IRR (%) 51 24 (-)52,99% Layak
PP (tahun) 1,98 3,9 (+)99,9
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Pada tabel 6 diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan
nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka
terhadap penurunan penerimaan sebesar 15% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 7. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
penurunan penerimaan (20%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan Persentase Keputusan
20% Perubahan
NPV 223.502.404,5 55.469.469,88 (-)75,18% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,377990431 (-)19,9% Layak
IRR (%) 51 14 (-)72,19 % Layak
PP (tahun) 1,98 5,9
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa NPV < 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai
IRR < 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci peka terhadap
penurunan penerimaan sebesar 20% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 8. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
penurunan penerimaan (25%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan Persentase Keputusan
25% Perubahan
NPV 223.502.404,5 13.461.236,24 (-)93,% Layak
= Rp. 1.250,-
𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡
BEP per unit = 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒−𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
17.400.000
= 2500−1250
= 13.920 unit
𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡
BEP (satuan harga) = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1−( )
𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒
17.400.000
= 1250
1−( )
2500
17.400.000
= 0,5
= Rp. 34.800.000,-
KESIMPULAN
Usaha Teh Poci secara finansial layak diusahakan, dengan nilai NPV Rp.
223.502.404,5; Net B/C ratio 1,722488038 dan IRR sebesar 51%. Analisis
sensitivitas kenaikan biaya operasional berturut-turut sebesar 15%,20%,30% dan
45% serta penurunan pendapatan sebesar 15%, 20% dan 25%. Titik kritis NPV
didapat pada kenaikan operasional 45% sebesar Rp. 4.009.383,669dan penurunan
penerimaan 25% sebesar Rp 13.461.236,24.
DAFTAR PUSTAKA