Anda di halaman 1dari 16

PAPER

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI


TEH POCI
(Studi Kasus di Teh Poci Jalan Kalimantan Kabupaten Jember)
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Ekonomi Teknik

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ida Bagus Suryaningrat, S.TP., MM.
DISUSUN OLEH :

1. Dian Rahmawati 171710301027


2. Dinda Paramudita 171710301033
3. Dinasty Alfajar Rizky 171710301039
KELAS: TIP A
4. Rizki Agustian 171710301075

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PENDAHULUAN
Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi
produk olahan yang bernilai ekonomi. Salah satu agroindustri skala kecil yang
banyak berkembang di Kabupaten Jember yaitu agroindustri teh. Saat ini bisnis
minuman teh berkembang sangat pesat di masyarakat Indonesia. Selain minuman
teh siap saji yang memang sedang populer di Indonesia, modal usaha yang
dibutuhkan juga sangat terjangkau. Salah satunya adalah bisnis minuman Teh
Poci.
Franchise Teh Poci dikendalikan oleh perusahaan kecil yang terpercaya
dan sudah memiliki cabang di beberapa wilayah Jember. Usaha Teh Poci ini
dimiliki oleh satu orang dengan memiliki 5 cabang di kabupaten Jember yaitu di
Jalan Kalimantan, depan Indomaret Jalan Danau Toba, depan Indomaret Jalan
Mastrip, depan Alfamart Jalan Karimata, dan di Jalan Mastrip . Salah satunya di
Jalan Kalimantan. Usaha teh poci ini sudah berdiri kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Pada umumnya teh memiliki rasa yang sama. Namun Teh Poci menyajikan varian
rasa yang berbeda dengan teh pada umumnya. Varian rasa yang ditawarkan sangat
cocok dengan tuntutan konsumen di semua kalangan. Selain rasanya yang
menyegarkan dan manis, varian rasa milo, susu dan berbagai varian lainnya
membuat Teh Poci disukai anak-anak dan orang dewasa.
Dalam dunia usaha, selain produk dengan kualiatas baik, kemasan juga
adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Kemasan yang baik akan membuat
kepuasan dan perasaan nyaman kepada pelanggannya. Apalagi yang berhubungan
dengan produk makanan/minuman. Teh Poci menawarkan kemasan yang sangat
praktis, mudah dibawa dan sangat modern. Teh Poci dikemas dalam kemasan cup
yang sudah dilengkapi lebel sehingga dijamin kenyamanan serta kepuasan
pembelinya.
Harga yang bisa dikatakan murah untuk Teh Poci dengan rasa yang enak
dengan kemasan yang menarik. Wajar saja Teh Poci laris manis di pasaran di
berbagai skala konsumen mulai dari anak sekolah, mahasiswa, pegawai kantoran
hinggu umum.
Perusahaan tersebut dihitung produksinya selama lima tahun. Perlu
dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui layak atau tidaknya
suatu usaha tersebut untuk dikelola serta menganalisis kepekaan/ sensitivitas
perusahaan terhadap perubahan biaya operasional, penurunan pendapatan serta
gabungan antara keduanya.Kajian atau studi kelayakan usaha dalam suatu
perusahaan akan memberikan peluang dan gambaran mengenai layak atau
tidaknya suatu usaha tersebut dijalankan (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Penelitian ini bertujuan menganalisa kelayakan finansial dari industri Teh
Poci untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan dan
mengetahui kepekaan perusahaan terhadap kenaikan biaya operasional dan
penurunan pendapatan serta perubahan harga produk dengan metode Net
Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of
Return (IRR), Payback Period (PP) serta Analisis Sensitivitas.
Informasi tentang kelayakan finansial yang diperoleh dari penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan usaha
Teh Poci. Selain itu mahasiswa memperoleh gambaran secara langsung tentang
analisis kelayakan finansial usaha. Bagi pemerintah hasil penelitian dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk
industri teh agar lebih berkembang.
PEMBAHASAN
Metode Analisa Data
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan nilai sekarang dari selisih antar benefit
(manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. Net Present Value
menunjukkan kelebihan benefit dibanding dengan cost (Soeharto, 1999).

Keterangan.
Bt = penerimaan (benefit social bruto) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
n = umur ekonomis proyek (10 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (16%)
t = tahun ke-t
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C merupakan perbandingan antara present value dengan total
biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya
kotor lebih dari benefit kotor (Soekartawi, 1986).

Kriteria Pengambilan Keputusan.


a) Net B/C Ratio > 1, maka industri pengolahan kacang oven secara
finansial layak untuk dilanjutkan.
b) Net B/C Ratio < 1, maka industri pengolahan kacang oven secara
finansial tidak layak untuk dilanjutkan.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Formulasi analisis IRR adalah sebagai berikut.

Keterangan:
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai negative
4. Payback Period (PP)
Payback period (PP) merupakan jangka waktu/periode yang diperlukan
perusahaan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan
untuk berinvestasi teh poci.

5. Break Even Point (BEP)


Untuk mengetahui titk impas yang harus dilampaui oleh hasil penjualan
produk, dapat dilakukan pendekatan dengan menggunakan analisis BEP.

6. Analisis Sensitivitas
Suatu rencana proyek yang sudah diputuskan untuk dilaksanakan
berdasarkan pada perhitungan serta berdasarkan pada evaluasi (NPV, PP dan IRR)
namun dalam kenyataan tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh kenaikan harga. Dengan adanya kemungkinan tersebut maka
harus diadakan analisis kembali untuk melakukan penyesuaian perubahan dari
kenaikan harga tersebut. (Djamin, 1993).
Tujuan dilakukan analisis kepekaan adalah untuk mengetahui
kemungkinan yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu
kesalahan atau perubahan dalam dasar penghitungan.
Beberapa parameter yang dapat menyebabkan perubahan pada usaha teh
poci, yaitu dengan menggunakan kenaikan biaya operasional dan penurunan
penerimaan sebesar 15%, 30% dan 50% serta gabungan antara kenaikan biaya
operasional 15% dan penurunan penerimaan sebesar 15% ; peningkatan biaya
operasional sebesar 30% dan penurunan penerimaan sebesar 15%
Analisis Cash flow
Biaya Investasi Awal
No Rincian Jumlah
1 Mesin pengemas + gerobak Rp. 3.500.000,-
2 Modal awal Rp. 125.400.000,-
Total Rp. 128.900.000,-

Biaya Operasional
Biaya tetap
No Rincian Jumlah
1 Listrik Rp. 3.000.000,-
2 Gaji Rp. 14.400.000,-
Biaya variabel
1 Bahan baku Rp. 108.000.000,-
Total Rp. 125.400.000,-
Penerimaan dan pendapatan
Harga jual teh poci per cup Rp. 2.500,- dengan volume produksi sebanyak 240
cup per hari. Hasil pendapatan perhari Rp. 600.000,- dengan keuntungan Rp.
300.000,-. Rata-rata pendapatan per tahun sebesar Rp. 180.000.000,-.
1. Analisis Kelayakan Finansial
Hasil Analisis data, diperoleh NPV, Net B/C ratio, IRR serta PP dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perhitungan NPV, Net B/C Ratio, IRR dan PP pada industri Teh Poci
tahun 1-5 dengan tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Keputusan
NPV 223.502.404,5 Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 Layak
IRR (%) 51 Layak
PP (tahun) 1,98 -
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Penilaian kelayakan usaha industri teh poci tidak hanya dilihat dari salah
satu analisis kriteria investasi saja, tetapi harus dilihat dari keseluruhan hasil
analisis kriteria investasi tersebut. Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan bahwa
nilai NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa industri teh poci secara finansial layak untuk
diusahakan.
1. Analisis Sensitivitas
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Kenaikan
Biaya Operasional.
Dalam menganalisis sensitivitas industri teh poci ini, diasumsikan bahwa
perubahan hanya terjadi pada biaya produksi yaitu dengan kenaikan sebesar 15%,
20%, 30%, dan 45%. Sedangkan kondisi lain-lain dianggap tetap (Ceteris
paribus). Sehingga kenaikan biaya produksi dianggap tidak meningkatkan jumlah
produksi teh poci.
Tabel 2. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (15%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 15% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 150.338.064,2 (-)32,73% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,497815685 (-)13,04% Layak
IRR (%) 51 36 (-)30,2% Layak
PP (tahun) 1,98 2,8 (+) 40,8% -
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Dari pengamatan pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net
B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh
poci tidak peka terhadap kenaikan biaya operasional sebesar 15% dan layak untuk
dilanjutkan.
Tabel 3. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (20%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 20% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 125.949.950,8 (-)43,65% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,435406699 (-)16,65% Layak
IRR (%) 51 30 (-)40,57% Layak
PP (tahun) 1,98 3,2 (+)63,11
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka terhadap kenaikan biaya
operasional sebesar 20% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 4. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (30%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 30% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 77.173.723,93 (-)65,47% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,324990799 (-)23,08% Layak
IRR (%) 51 19 (-)62,12% Layak
PP (tahun) 1,98 4,7
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka terhadap kenaikan biaya
operasional sebesar 30% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 5. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap kenaikan
biaya operasional (45%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 45% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 4.009.383,669 (-)98,2 % Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,187922785 (-)31,03% Layak
IRR (%) 51 1 (-)97,9% Layak
PP (tahun) 1,98 15,4
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV < 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR < 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci peka terhadap kenaikan biaya operasional
sebesar 45% dan layak untuk dilanjutkan.
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Penurunan
Pendapatan
Penurunan pendapatan merupakan faktor kepekaan yang cukup tinggi
dalam sebuah perusahaan. Untuk menganalisis sensitivitas industri teh poci ini,
diasumsikan bahwa perubahan hanya terjadi pada penurunan penerimaan yaitu
dengan kenaikan sebesar 15%, 20%, dan 25%. Sedangkan kondisi lain-lain
dianggap tetap (Ceteris paribus).
Tabel 6. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
penurunan penerimaan (15%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan Persentase Keputusan
15% Perubahan
NPV 223.502.404,5 97.477.703,53 (-)56,39% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,464114833 (-)14,99% Layak
IRR (%) 51 24 (-)52,99% Layak
PP (tahun) 1,98 3,9 (+)99,9
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Pada tabel 6 diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan
nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka
terhadap penurunan penerimaan sebesar 15% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 7. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
penurunan penerimaan (20%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan Persentase Keputusan
20% Perubahan
NPV 223.502.404,5 55.469.469,88 (-)75,18% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,377990431 (-)19,9% Layak
IRR (%) 51 14 (-)72,19 % Layak
PP (tahun) 1,98 5,9
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa NPV < 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai
IRR < 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci peka terhadap
penurunan penerimaan sebesar 20% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 8. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
penurunan penerimaan (25%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan Persentase Keputusan
25% Perubahan
NPV 223.502.404,5 13.461.236,24 (-)93,% Layak

Net B/C Ratio 1,722488038 1,291866029 (-)24,9 % Layak


IRR (%) 51 4 (-)92,9 % Layak
PP (tahun) 1,98 11,9
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa NPV < 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai
IRR < 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci peka terhadap
penurunan penerimaan sebesar 25% dan layak untuk dilanjutkan.
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Peningkatan Biaya
Operasional dan Penurunan Pendapatan
Analisis sensitivitas ketiga adalah menggabungkan cara pertama dan
kedua yaitu meningkatkan biaya operasional serta penurunan pendapatan. Cara
ketiga adalah menggabungkan antara biaya operasional sebesar 15% dan
penurunan penerimaan sebesar 15% serta gabungan antara biaya operasional 30%
dan penurunan penerimaan sebesar 15%.
Tabel 9. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (15%) serta penurunan penerimaan (15%) pada tingkat
suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Biaya operasional Persentase Keputusan
naik dan Perubahan
penerimaan turun
(15%)
NPV 223.502.404,5 24.313.363,26 (-)89,12% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,273143333 (-)26,09% Layak
IRR (%) 51 6 (-)87,36% Layak
PP (tahun) 1,98 9,4
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Tabel 9 menunjukkan bahwa NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR >
9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka terhadap
kenaikan biaya operasional sebesar 15% dan penurunan penerimaan 15%
sehingga layak untuk dilanjutkan.
Tabel 10. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (20%) serta penurunan penerimaan (15%) pada tingkat
suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Biaya operasional naik Persentase Keputusan
(20%) dan penerimaan Perubahan
turun (15%)
NPV 223.502.404,5 -74.750,15779 (-)100,03% Tidak Layak
Net B/C 1,722488038 1,220095694 (-)29,16% Layak
Ratio
IRR (%) 51 0 (-)100,04% Tidak Layak
PP 1,98 17,5
(tahun)
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Pada tabel 10 menunjukkan dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20%
dan penurunan penerimaan sebesar 15% akan menurunkan NPV hingga ke level
negatif (-) yaitu sebesar Rp. -74.750,15779 yang berarti bahwa industri teh poci
tidak mampu menutupi biaya yang telah dikeluarkan dan secara finansial industri
tersebut mengalami kerugian sebesar Rp -74.750,15779, serta Net B/C ratio > 1
dan IRR bernilai (-) sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Oleh karena itu,
diperlukan upaya-upaya preventif, terutama dari segi penekanan biaya
operasional, untuk mencegah terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 20% dan
penurunan penerimaan sebesar 15%.
Tabel 11. Perubahan sensitivitas terendah industri teh poci
Perubahan sensitivitas terendah NPV (Rp)
Kenaikan biaya operasional 45% 4.009.383,669
Penurunan penerimaan 25% 13.461.236,24
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Dari beberapa perhitungan yang dilakukan untuk mencari batas terendah
nilai NPV hingga menjadi negatif (-), pada Tabel 11 menunjukkan kenaikan
operasional didapat perubahan kenaikan operasional sebesar 45% dengan nilai
NPV Rp. 4.009.383,669. Sedangkan untuk nilai NPV terendah pada penurunan
penerimaan didapat nilai NPV terendah sebesar Rp. 13.461.236,24 dengan
penurunan penerimaan 25% (Tabel 11). Jika kenaikan biaya operasional ditambah
lagi sebanyak 1% maka akan didapat nilai NPV negatif (-) dan penurunan
penerimaan ditambah lagi sebanyak 2% maka akan didapat nilai NPV negatif (-)
sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan.
Break Event Point (BEP)
Volume produksi per hari = 240 cup
Volume produksi per tahun = 240 x 30 x 12 = 86.400 cup
Fixed cost = Rp. 17.400.000,-
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Biaya variable per unit = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
108.000.000
= 86.000

= Rp. 1.250,-
𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡
BEP per unit = 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒−𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
17.400.000
= 2500−1250

= 13.920 unit
𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡
BEP (satuan harga) = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1−( )
𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒

17.400.000
= 1250
1−( )
2500

17.400.000
= 0,5

= Rp. 34.800.000,-
KESIMPULAN
Usaha Teh Poci secara finansial layak diusahakan, dengan nilai NPV Rp.
223.502.404,5; Net B/C ratio 1,722488038 dan IRR sebesar 51%. Analisis
sensitivitas kenaikan biaya operasional berturut-turut sebesar 15%,20%,30% dan
45% serta penurunan pendapatan sebesar 15%, 20% dan 25%. Titik kritis NPV
didapat pada kenaikan operasional 45% sebesar Rp. 4.009.383,669dan penurunan
penerimaan 25% sebesar Rp 13.461.236,24.
DAFTAR PUSTAKA

Djamin, Z. 1993. Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta: LPFE UI.

Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek Edisi Keempat.


Jogjakarta: UPP AMP YKPN.

Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional.


Jakarta: Erlangga.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.


LAMPIRAN GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai