Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

PENGOLAHAN AGROINDUSTRI LATEKS TERPADU

2.1 Pemanfaatan Tanaman Karet


Pemanfaatan Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat
diperdagangkan oleh masyarakat berupa latek segar, koagulasi ataupun sit asap.
Selajutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik karet remah (Crumb
Rubber) yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri hilir. Karet
digunakan untuk mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang
terbuat dari karet seperti aneka ban kendaraan, conveyor belt, penggerak mesin,
sepatu karet, sabuk, penggerak mesin, pipa karet dan sebagai isolator kabel. Bahan
baku karet juga banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau
tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran misalnya shock absorbers.
Karet juga bisa digunakan untuk tahanan dudukan mesin, dipakai sebagai lapisan
karet pada pintu, kaca, dan pada alat-alat lain sehingga terpasang kuat dan tahan
getar serta tidak tembus air.
Mengantisipasi kekurangan karet alam yang akan terjadi, diperlukan suatu
inovasi baru dari hasil industri karet dengan mengembangkan nilai tambah yang
bisa di peroleh dari produk karet itu sendiri. Nilai tambah produk karet dapat
diperoleh melalui pengembangan industri hilir dan pemanfaatan kayu karet
sebagai bahan baku industri kayu. Menunjuk dari pohon industri berbasis karet.
Terlihat bahwa cukup banyak ragam produk yang dapat dihasilkan dari karet,
namun sampai saat ini potensi kayu karet tua belum dapat dimanfaatkan secara
optimal. Pemanfaatan kayu karet merupakan peluang baru untuk meningkatkan
margin keuntungan dalam industri karet.
Beberapa hasil dari tanaman karet yang dapat diolah antara lain daun dan
ranting, kayu pon karet, dan biji karet. Daun karet berwarna hijau, apabila akan
rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Di musim rontok ini kebun
karet menjadi indah karena daun–daun karet berubah warna dan jatuh berguguran
dalam kuantitas yang banyak. Dedaunan dari pohon karet ini dapat diolah menjadi
kompos yang secara langsung dapat digunakan untuk menyuburkan lahan
tanaman karet (Nazarrudin dan paimin 1998).
Kayu karet yang berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun ataupun
peremajaan kebun karet tua yang tidak menghasilkan lateks lagi. Kayu karet yang
sudah tua dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang,
ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga. Pengembangan teknologi
pengolahan kayu saat ini menjadikan pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku
industri tidak lagi hanya terbatas untuk kayu pertukangan, tetapi kayu-kayu yang
berukuran lebih kecilpun dapat diproses di pabrik Medium Density Fiber (MDF)
menjadi bubur kayu untuk kemudian menghasilkan produk akhir dalam bentuk
particle board, fibre board, pulp, dan kertas.
Biji karet dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, biji karet dapat
dijadikan bahan konsumsi manusia, diketahui bahwa biji karet memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi serta asam amino essensial yang dibutuhkan
tubuh. Namun biji karet mengandung sianida, zat ini dapat dihilangkan dengan
perendaman 24 jam atau pengukusan pada suhu 100oc selama 6 jam sehingga biji
karet dapat diolah lebih lanjut (Nadarajah, 1969). Selain itu, biji karet dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan biodiesel. Minyak biji karet adalah minyak
yang diekstrak dari biji pohon karet. Kandungan minyak biji karet atau inti biji
karet yaitu sebesar 45– 50% , dengan komposisi 18,9% asam lemak jenuh yang
terdiri atas asam palmitat dan stearat serta asam lemak tidak jenuh sebesar 80,9 %
yang terdiri atas asam oleat, linoleat dan linolenat. Minyak biji karet merupakan
salah satu jenis minyak mengering (drying oil), yaitu minyak yang mempunyai
sifat mengering jika terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal,
bersifat kental dan membentuk sejenis (Ketaren, 1986). Mengingat bahwa
kandungan asam lemak bebas didalam minyak biji karet yang tinggi yaitu sebesar
12,19 %, maka proses pembuatan biodiesel dari miyak biji karet lebih efektif dan
efisien. Dilakukan dengan proses ekstran dengan dua tahap yaitu esterifikasi dan
transterifikasi dengan menggunakan katalis yang sesuai (Geo, V. E, et. Al.,2008).
Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengluarkan getah yang
disebut lateks. tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih, tetapi
hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet. Diantaranya Havea
bracileansis. Lateks karet alam yang berasal dari lateks Hevea Brasiliensis ini
adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penorehan batang pohon
karet. Cairan ini terdiri dari 30-40% partikel hidrokarbon yang terkandung di
dalam serum juga mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-komposisi
organik serta bukan organik Lateks yang berasal dari perkebunan rakyat biasanya
dalam bentuk gumpalan yang telah dikoagulasi biasanya disebut Bokar/Slap.
Bokar ini nantinya akan diolah menjadi Crumb Rubber. Crumb Rubber ini lah
yang nantinya akan menjadi bahan dasar peralatan dengan material karet alam
yang sering kita gunakan sehari-hari. (Nazzaruddin dan Paimin, 1998).

2.2 Pengolahan Biji Karet menjadi Biodiesel


Proses pembuatan biodiesel dimulai dari pengolahan biji karet
tersebutdiantaranya adalah:
a.Pengepresan
Pengepresan disini adalah untuk mendapatkan minyak dari biji karet sehingga dari
tahap ini akan didapat RSO (Rubber Seed Oil). RSO selanjutnya masuk ke tahap
degumming.
b.Degumming
Proses degumming dilakukan untuk mengikat lender atau getah atau kotoran
minyak mentah. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan minyak pada suhu
±80oC, kemudian ditambah asam fosfat 20% sebanyak 0,3% (v/b) dan diaduk
merata selama 15 menit. Selanjutnya minyak dipisahkan dari getah (gum) dengan
menggunakan corong pisah. Setelah itu minyak dicuci dengan air panas.
Pencucian dan pemisahan minyak dengan air dilakukan berulang kali sehingga air
cucian terlihat jernih (pH 6,5–7). Minyak hasil tahap ini dianalisis untuk
mengetahui densitas, viskositas, bilangan asam, kadar lemak bebas, FFA dan
Bilangan penyabunan.
c. Esterifikasi
Proses ini bertujuan untuk memurnikan FFA sampai dibawah 2,5%. pada tahap ini
minyak dipanaskan didalam labu leher empat, menggunakan hot plate yang
dilengkapi magnetic stirrer. Kedalam minyak kemudian ditambahkan campuran
methanol 225% FFA dan asam sulfat 5% FFA. Proses ini dilakukan sekitar suhu
55-65oC dengan kecepatan pengadukan 300-500rpm. minyak hasil seterifikasi
dipisahkan dengan corong pemisah, sehingga pada lapisan atas terbentuk sisa
methanol dan gum. sedangkan pada lapisan bawah terbentuk campuran trigliserida
dan fatty acid metyl ester (FAME). campuran trigliserida dan FAME merupakan
bahan untuk proses Transesterifikasi.
d.Transesterifikasi
Pada tahap ini campuran dipanaskan didalam labu leher empat menggunakan hot
plate sambil diaduk. kedalam Labu kemudian ditambahkan larutan metoksida
(campuran methanol 15% v/b minyak dan NaOH 1% b/b minyak). Proses ini
berlangsung 1 jam pada suhu 55-65oC dan kecepatan pengaduk 300-500rpm. Dari
proses ini dihasilkan Biodiesel dan gliserol, kemudian keduanya dipisahkan
menggunakan corong pemisah, sehingga pada lapisan atas terbentuk biodiesel dan
gliserol lapisan bawah. Biodiesel ini kemudian dimurnikan dengan proses
pencucian menggunakan metode water whasing. prosesnya yaitu air hangat
ditambahkan kedalam biodiesel lalu dilakukan pengadukan dan pemisahan.
Pencucian dilakukan secara berulang kali sehingga air cucian terlihat jernih.
Selanjutnya dilakukan pengeringan untuk membuang sisa methanol dan air
(warta, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Edwin Geo V, Chithirailingam P, Nagarajan G. 2008. Studies on dual fuel


operation of rubber seed oil and its bio-diesel with hydrogen as the
inducted fuel. Int J Hydrogen Energy Volume 33. Pages 6357-6367

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press,


Jakarta.

Nadarajah, M. 1969. The Collection and Utilization of Rubber Seed in


Ceylon.RRIC Bulletin, 4 : 23.

Nazaruddin dan F.B. Paimin. Karet . Penebar Swadaya. Jakarta. 1998.

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2012. Badan Penelelitian


dan Pengembangan Pertanian. Vol 18, No 2 p.17

Anda mungkin juga menyukai