Pemanfaatan Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat diperdagangkan oleh masyarakat berupa latek segar, koagulasi ataupun sit asap. Selajutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik karet remah (Crumb Rubber) yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri hilir. Karet digunakan untuk mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti aneka ban kendaraan, conveyor belt, penggerak mesin, sepatu karet, sabuk, penggerak mesin, pipa karet dan sebagai isolator kabel. Bahan baku karet juga banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran misalnya shock absorbers. Karet juga bisa digunakan untuk tahanan dudukan mesin, dipakai sebagai lapisan karet pada pintu, kaca, dan pada alat-alat lain sehingga terpasang kuat dan tahan getar serta tidak tembus air. Mengantisipasi kekurangan karet alam yang akan terjadi, diperlukan suatu inovasi baru dari hasil industri karet dengan mengembangkan nilai tambah yang bisa di peroleh dari produk karet itu sendiri. Nilai tambah produk karet dapat diperoleh melalui pengembangan industri hilir dan pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku industri kayu. Menunjuk dari pohon industri berbasis karet. Terlihat bahwa cukup banyak ragam produk yang dapat dihasilkan dari karet, namun sampai saat ini potensi kayu karet tua belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan kayu karet merupakan peluang baru untuk meningkatkan margin keuntungan dalam industri karet. Beberapa hasil dari tanaman karet yang dapat diolah antara lain daun dan ranting, kayu pon karet, dan biji karet. Daun karet berwarna hijau, apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Di musim rontok ini kebun karet menjadi indah karena daun–daun karet berubah warna dan jatuh berguguran dalam kuantitas yang banyak. Dedaunan dari pohon karet ini dapat diolah menjadi kompos yang secara langsung dapat digunakan untuk menyuburkan lahan tanaman karet (Nazarrudin dan paimin 1998). Kayu karet yang berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun ataupun peremajaan kebun karet tua yang tidak menghasilkan lateks lagi. Kayu karet yang sudah tua dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga. Pengembangan teknologi pengolahan kayu saat ini menjadikan pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku industri tidak lagi hanya terbatas untuk kayu pertukangan, tetapi kayu-kayu yang berukuran lebih kecilpun dapat diproses di pabrik Medium Density Fiber (MDF) menjadi bubur kayu untuk kemudian menghasilkan produk akhir dalam bentuk particle board, fibre board, pulp, dan kertas. Biji karet dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, biji karet dapat dijadikan bahan konsumsi manusia, diketahui bahwa biji karet memiliki kandungan protein yang cukup tinggi serta asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh. Namun biji karet mengandung sianida, zat ini dapat dihilangkan dengan perendaman 24 jam atau pengukusan pada suhu 100oc selama 6 jam sehingga biji karet dapat diolah lebih lanjut (Nadarajah, 1969). Selain itu, biji karet dapat digunakan sebagai bahan pembuatan biodiesel. Minyak biji karet adalah minyak yang diekstrak dari biji pohon karet. Kandungan minyak biji karet atau inti biji karet yaitu sebesar 45– 50% , dengan komposisi 18,9% asam lemak jenuh yang terdiri atas asam palmitat dan stearat serta asam lemak tidak jenuh sebesar 80,9 % yang terdiri atas asam oleat, linoleat dan linolenat. Minyak biji karet merupakan salah satu jenis minyak mengering (drying oil), yaitu minyak yang mempunyai sifat mengering jika terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal, bersifat kental dan membentuk sejenis (Ketaren, 1986). Mengingat bahwa kandungan asam lemak bebas didalam minyak biji karet yang tinggi yaitu sebesar 12,19 %, maka proses pembuatan biodiesel dari miyak biji karet lebih efektif dan efisien. Dilakukan dengan proses ekstran dengan dua tahap yaitu esterifikasi dan transterifikasi dengan menggunakan katalis yang sesuai (Geo, V. E, et. Al.,2008). Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengluarkan getah yang disebut lateks. tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih, tetapi hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet. Diantaranya Havea bracileansis. Lateks karet alam yang berasal dari lateks Hevea Brasiliensis ini adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penorehan batang pohon karet. Cairan ini terdiri dari 30-40% partikel hidrokarbon yang terkandung di dalam serum juga mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-komposisi organik serta bukan organik Lateks yang berasal dari perkebunan rakyat biasanya dalam bentuk gumpalan yang telah dikoagulasi biasanya disebut Bokar/Slap. Bokar ini nantinya akan diolah menjadi Crumb Rubber. Crumb Rubber ini lah yang nantinya akan menjadi bahan dasar peralatan dengan material karet alam yang sering kita gunakan sehari-hari. (Nazzaruddin dan Paimin, 1998).
2.2 Pengolahan Biji Karet menjadi Biodiesel
Proses pembuatan biodiesel dimulai dari pengolahan biji karet tersebutdiantaranya adalah: a.Pengepresan Pengepresan disini adalah untuk mendapatkan minyak dari biji karet sehingga dari tahap ini akan didapat RSO (Rubber Seed Oil). RSO selanjutnya masuk ke tahap degumming. b.Degumming Proses degumming dilakukan untuk mengikat lender atau getah atau kotoran minyak mentah. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan minyak pada suhu ±80oC, kemudian ditambah asam fosfat 20% sebanyak 0,3% (v/b) dan diaduk merata selama 15 menit. Selanjutnya minyak dipisahkan dari getah (gum) dengan menggunakan corong pisah. Setelah itu minyak dicuci dengan air panas. Pencucian dan pemisahan minyak dengan air dilakukan berulang kali sehingga air cucian terlihat jernih (pH 6,5–7). Minyak hasil tahap ini dianalisis untuk mengetahui densitas, viskositas, bilangan asam, kadar lemak bebas, FFA dan Bilangan penyabunan. c. Esterifikasi Proses ini bertujuan untuk memurnikan FFA sampai dibawah 2,5%. pada tahap ini minyak dipanaskan didalam labu leher empat, menggunakan hot plate yang dilengkapi magnetic stirrer. Kedalam minyak kemudian ditambahkan campuran methanol 225% FFA dan asam sulfat 5% FFA. Proses ini dilakukan sekitar suhu 55-65oC dengan kecepatan pengadukan 300-500rpm. minyak hasil seterifikasi dipisahkan dengan corong pemisah, sehingga pada lapisan atas terbentuk sisa methanol dan gum. sedangkan pada lapisan bawah terbentuk campuran trigliserida dan fatty acid metyl ester (FAME). campuran trigliserida dan FAME merupakan bahan untuk proses Transesterifikasi. d.Transesterifikasi Pada tahap ini campuran dipanaskan didalam labu leher empat menggunakan hot plate sambil diaduk. kedalam Labu kemudian ditambahkan larutan metoksida (campuran methanol 15% v/b minyak dan NaOH 1% b/b minyak). Proses ini berlangsung 1 jam pada suhu 55-65oC dan kecepatan pengaduk 300-500rpm. Dari proses ini dihasilkan Biodiesel dan gliserol, kemudian keduanya dipisahkan menggunakan corong pemisah, sehingga pada lapisan atas terbentuk biodiesel dan gliserol lapisan bawah. Biodiesel ini kemudian dimurnikan dengan proses pencucian menggunakan metode water whasing. prosesnya yaitu air hangat ditambahkan kedalam biodiesel lalu dilakukan pengadukan dan pemisahan. Pencucian dilakukan secara berulang kali sehingga air cucian terlihat jernih. Selanjutnya dilakukan pengeringan untuk membuang sisa methanol dan air (warta, 2012). DAFTAR PUSTAKA
Edwin Geo V, Chithirailingam P, Nagarajan G. 2008. Studies on dual fuel
operation of rubber seed oil and its bio-diesel with hydrogen as the inducted fuel. Int J Hydrogen Energy Volume 33. Pages 6357-6367
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press,
Jakarta.
Nadarajah, M. 1969. The Collection and Utilization of Rubber Seed in
Ceylon.RRIC Bulletin, 4 : 23.
Nazaruddin dan F.B. Paimin. Karet . Penebar Swadaya. Jakarta. 1998.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 2012. Badan Penelelitian