Anda di halaman 1dari 6

Artikel Lateks

Karet merupakan salah satu komiditi perkebunan yang ada di Indonesia dan
merupakan polimer yang bersifat elastis. Diantara tanaman tropis hanya tanaman
karet (havea bracileansis) yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat
perekonomian yang penting. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas
usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.
Pada umumnya produk hasil olahan karet merupakan produk non pangan. Dalam
perkembangannya, getah karet tidak hanya digunakan dalam industri ban saja.
Semakin lama banyak barang- barang yang dibuat dengan berbahan dasar lateks
seperti sarung tangan dan barang-barang kebutuhan lainnya yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari- hari.
Pada setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah
berwarna seperti susu yang disebut dengan lateks. Lateks yang masih segar
umumnya memiliki sifat yang tidak stabil atau cepat mengalami penggumpalan
bahkan akan membeku jika terkena udara bebas. Ketidakstabilan lateks
disebabkan rusaknya lapisan pelindung molekul karet yang terdispersi dalam
serum lateks (Kawahara, et al, 1999). Ketidakstabilan lateks membuat mutu lateks
yang dihasilkan menjadi tidak maksimal. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya
bahan pengemulsi, untuk menjaga kestabilan lateks sehingga akan menghasilkan
lateks yang cukup maksimal.
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis daerah tropis yang ditanami
0 0
karet yakni terletak pada 15 LU-10 LS, dengan suhu harian yang diinginkan rata-
0 0
rata 25 C-30 C. Taksonomi tumbuhan, tanaman karet termasuk dalam kelas
dicotyledonae, ordo euphorbiales, famili euphorbiaceae, genus hevea dan spesies
Hevea brasiliensis (Andoko dan Setiawan, 1997).Pada tahun 2012 luas area
perkebunan karet Indonesia mencapai 3,462 juta hektar dengan komposisi
perkebunan rakyat 2,937 juta hektar, perkebunan besar milik negara 0,242 juta
hektar dan perkebunan besar swasta 0,283 juta hektar (Ditjenbun 2012).
Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut :
Akar pohon karet termasuk akar tunggang yang dapat menghujam tanah hingga
kedalaman 1 2 meter. Akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Andoko dan
Setiawan, 1997). Tangkai daun utama 3 20 cm. Daun berbentuk elips
memanjang dengan ujung runcing atau lancip. Tepinya rata. Pada tiap tangkai
tumbuh 3 helai daun (Anwar,2001).

a. Definisi Lateks

Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis, diolah
dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet, crepe, lateks
pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan suatu larutan koloid
dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di dalam suatu media yang
banyak menganding bermacam-macam zat. Bagian-bagian yang terkandung
tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara atau merata di dalam
air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat
menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen yang
pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang
terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang
larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lainnya termasuk
ke dalam serum. Komponen kedua adalah butir-butir karet yang dikelilingi lapisan
tipis protein. Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya
putih susu sampai kuning
Komposisi lateks
Materi Penyusun Komposisi (%)
Materi padat 3,0 3,8
Protein dan fosfoprotein 1,0 2,0
Resin 2,0
Asam-asam lemak 1,0
Karbohidrat 1,0
Garam-garam anorganik 0,5
Sumber : Bhatnagar, 2004
b. Pengolahan Lateks Secara Umum
Dalam hal proses pengolahan lateks di tempat pengolahan atau pabrik,
biasanya memiliki urutan kerja tertentu untuk menghasilkan hasil olah lateks
berupa lembaran (sheet). Pengolahan sheet oleh perkebunan dilaksanakan di
pabrik pengolahan dengan menggunakan peralatan yang lebih baik dan
dengan kapasitas yang lebih besar. Oleh karena itu, sheet yang dihasilkan
berkualitas tinggi. Standar kualitas yang tinggi tersebut dapat dicapai karena
proses pembuatannya dilaksanakan sesuai dengan persyaratan pengolahan
yang memenuhi standar.pekerjaan tersebut meliputi:

Penerimaan lateks
Lateks hasil penyadapan yang berasal dari berbagai bagian kebun
diangkut dengan tangki yang ditarik truk ke pabrik. Dipabrik lateks
diterima dan di campur dalam bak penerimaan. lateks yang dimasukan ke
dalam bak penerimaan harus disaring terlebih dahulu untuk mencegah
aliran lateks yang terlalu deras dan terbawanya lump atau kotoran lainnya.
Pengenceran lateks
Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan
kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet
yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku sesuai
dengan yang diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar 13%, 15%,
16%, atau20% sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat.
Pembekuan lateks
Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir butir
karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan
atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini lateks pelu dibubuhi obat
pembeku(koagulan) seperti asam semut atau asam cuka. Menurut
penelitian, terjadinya poses koagulasi adalah karena terjadinya penurunan
pH. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5.
supaya tidak terjadi pengumpalan,pH yangmendekati netral tersebut harus
diturunkan sampai 4,7. Pada kemasaman ini tercapai titik isoelektris atau
keseimbangan muatan listrik pada permukaan pertikel pertikel karet,
sehingga partikel partikel karet tersebut dapat menggumpal menjadi satu.
Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhi asam semut 1% atau asam
cuka 2% ke dalam lateks yang telah diencerkan(Lukman. 1985).
Penggilingan
Koagulum yang didapatkan dari lateks tersebut di ambil dan digiling
dengan mesin penggiling manual atau otomatis. Mesin penggiling tersebut
terdiri dari mesin penggiling halus dan mesin penggiling cetakan. Tujuan
dari gilingan ini adalah Mengubah koagulum menjadi lembaran lembaran
yang mempunyai lebar,panjang dan tebal tertentu. Untuk mengeluarkan
serum yang terdapat di dalam koagulum
Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan lama saat
disimpan karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol akan
dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, untuk
mengeringkan sheet supaya tida mudah diserang mikroorganisme, untuk
memberikan warna coklat muda dengan asap sehingga mutunya
meningkat. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan kayu
bakar dan panas. Perlu pengaturan sirkulasi udara dan jumah asap untuk
mendapatkan hasil pengeringan yang baik. Lembaran lembaran yang telah
dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan
cara dijemur pada selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di
pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet.
Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari mesin penggiling
selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan selayan di
pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai
penjemuran lembaran sheet (Williams, 1975).
Sortasi dan Pembungkusan
Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih berdasarkan
beberapa macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS secara
visual dan organoleptik adalah sebagai berikut:
- jumlah kapang
- keseragaman warna
- noda oleh benda asing (kebersihan)
- gelembung udara
- kekeringan
- berat antara 1-1,5 kg per lembar
- tebal sheet 2,5-3,5 mm dan lebarnya 4,5 mm (Djumarti,2011).
DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta:


Penebar Swadaya.
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat
Penelitian Karet.
Bhatnagar, M.S. 2004. A Text Book of Polymers. New Delhi : S.Chand and
Company.

Ditjenbun, (2012), Peresmian Peremajaan Pertama Kebun Plasma Kelapa


SawitDi Sei Tapung, Propinsi Riau, Tanggal 3 Pebruari 2012, Drektorat.
Kawahara, S., Kawazara, T., Sawada, T. and Isono, Y. (1999). Preparation and
Characterization of Natural Rubber Dispersed in Nano-Matrix. Polymer. 44,
4527-4531.

Anda mungkin juga menyukai