Anda di halaman 1dari 11

Tu

gas
Ki
mia
Rubbe
r
Coagul
ation
Proces
s

Kelompok
3:
 Joc
ely
n
(20
040
308
9)
 Jor
dan
Im
ma
nue
lN
(20
040
309
0)
 Kha
irin
a
Ma
hfu
I. Definisi

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan disebut
lateks yang diproduksi tanaman tertentu. Lateks yang digunakan dalam industri berasal
dari pohon Hevea brasiliensis (pohon karet). Lateks terbentuk dari molekul isoprena
(C5H8) yang membentuk polimer. Hampir seluruh poliisoprena dalam lateks berbentuk
1,4-cis poliisoprena.

(Britannica)

II. Sifat Fisik dan Sifat Kimia


1. Sifat Fisik
 Warnanya agak kecoklatan, transparan atau setengah transparan
 Berat jenis 0,91-0,93
 Mudah bercampur dengan berbagai bahan yang diperlukan dalam
pembuatan compound.
 Temperatur paling tinggi penggunaan sekitar 99°C, melunak pada
130°C dan terurai sekitar 200°C
 Lembut dan elastis
 Fleksibilitas pada suhu rendah
 Heat buildup rendah
 Vulkanisasi karet alam kuat dan tahan lama bahkan dapat
digunakan pada suhu -60°F
2. Sifat Kimia
 Merupakan suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan
dengan kekentalan (viskositas) yang sangat tinggi
 Rantai molekul panjang
 Sangat mudah dilengketkan satu sama lain
 Kalor yang ditimbulkan lebih rendah daripada karet sintetik
 Tidak tahan ozon dan cahaya matahari
 Ketahanan terhadap minyak dan pelarut hidrokarbon sangat
buruk.

III. Sumber Bahan Baku

1.
Lateks kebun
  

Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa
bahan pemantap. Lateks kebun yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.
Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh.
 Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu.
 Tidak bercampur dengan bubur lateks, air, ataupun serum lateks.
 Warna putih dan berbau karet segar.
 Lateks kebun mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun
mutu 2 mempunyai kadar karet kering 20%.
2. Sheet angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring
dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi
belum jadi. Sheet angin yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Harus ada penggilingan pada gumpalan lateks untuk mengeluarkan air atau
serumnya.
 Gilingan kembang digunakan sebagai gilingan akhir.
 Kotoran tidak terlihat.
 Dalam penyimpanan tidak boleh terkena air atau sinar matahari langsung.
 Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan sheet angin
mutu 2 memepunyai kadar karet kering 80%.
3. Slab tipis
Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis yang baik harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
 Tidak terdapat campuran gumpalan yang tidak segar.
 Air atau serum harus dikeluarkan entah dengan cara digiling atau dikempa.
 Tidak terlihat adanya kotoran.
 Selama disimpan tidak boleh terendam air atau terkena sinar matahari
langsung.
 Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan tingkat ketebalan kedua 40 mm.
4. Lump segar
Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. Lump segar yamg baik
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut,
 Tidak terlihat adanya kotoran.
 Selama penyimpanan tidak boleh terendam air atau terkena sinar matahari
langsung.
 Lump segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar
mutu 2 mempunyai kadar karet kering 50%.
 Tingkat ketebalan pertaman 40 mm dan tingkat ketebalan kedua 60 mm.
IV. Proses Pengolahan Karet

(Kementrian Perindustrian Republik Indonesia)

1. Pengambilan lateks

Lateks diambil dari pohon karet dengan malakukan penyadapan terhadap batang
pohon. Setelah pembuluh lateks pohon terbuka, maka lateks akan mengalir keluar.
Untuk mengumpulkan lateks, petani menaruh wadah di bawah titik tetes lateks.

2. Bak pencampur

Sebelum dimasukkan ke bak pencampur, lateks yang telah dikumpulkan dari


berbagai sumber disaring terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memisahkan kotoran
dan bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. . Proses pencampuran ini penting
untuk memastikan keseragaman dan konsistensi dari batch karet alam itu nantinya.

3. Bak pengencer
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta
menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga
tetap, dengan penambahan air pada pH air antara 5.8-8.0.

4. Koagulasi

Proses penggumpalan (koagulasi) dilakukan dengan menambahakan koagulan


(bahan penggumpal) seperti asam format atau asetat ke dalam lateks. Pada umunya
digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan
konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Campuran tersebut
kemudian diaduk merata dan diberi sekat sekat. Koagulasi biasanya berlangsung 3-4
jam.

5. Penggilingan

Sekat dikeluarkan dan karet dimasukkan ke mesin penggiling untuk


mengeluarkan kelebihan air dan membuat ketebalannya seragam. Mesin penggiling juga
meninggalkan pola bergaris pada karet. Pola bergaris ini meningkatkan luas permukaan
sehingga dapat mempercepat proses pengeringan.

6. Pengasapan/ pengeringan

Karet yang sudah digiling dicuci kembali sebelum digantung dan dimasukkan ke
rumah pengasap. Menurut Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, proses
pengasapan pada proses pengolahan karet konvensional mengikuti:

1. Hari 1: 40-45°C
2. Hari 2: 45-50°C
3. Hari 3: 50-55°C
4. Hari 4: 55-60°C

7. Sortasi

Sortasi mutu karet konvensional dinilai berdasarkan analisis visual permukaan


lembaran karet. Mutu karet akan semakin tinggi bila permukaannnya makin seragam,
tidak ada gelembung, tidak mulur, dan tidak ada kotoran serta teksturnya makin kekar /
kokoh.

Sheet dengan mutu yang sama dijadikan bendela kemudian disemprot dengan
campuran CaCO₃ dan solven untuk mencegah pertumbuhan jamur dan mencegah
bendela menempeli satu sama lain.

V. Pengolahan Limbah

Limbah industri karet adalah berupa limbah cair yang mengandung amoniak dan
nitrogen yang melewati batas standar sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar jika
dibuang begitu saja. Pengolahan limbah cair karet dilakukan dengan menampungnya
pada bak penampungan limbah untuk diendapkan, disaring, dan sisanya dialirkan ke
lingkungan.
1. Collecting reservoir

Air dari pengolahan karet dialirkan ke collecting reservoir. Didalam collecting


reservoir terdapat 3 sekat dimana pada tiap-tiap sekat terdapat saringan. Bak ini berguna
sebagai bak pengontrol sludge atau residu asam asetat dan karet sehingga diharapkan
waste water yang akan mengalir keproses selanjutnya terbebas dari sludge dan karet
tersebut.

2. Equalization basin

Buangan dari collecting reservoir dialirkan kedalam Equalisation Basin. Pada


bak equalisasi ini dilakukan aerasi agar terjadinya homogenitas air limbah serta dapat
terjadinya pencapaian Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang diinginkan.

Proses ini bertujuan untuk :

 Meredam bahan akibat adanya fluktasi bahan organik yang dapat mengganggu
proses biologis aerob.
 Mengendalikan pH air limbah.
 Mengurangi fluktasi debit air, sehingga bahan homogen secara merata atau
teratur diatur pengalirannya menuju proses selanjutnya.
 Mencegah terjadinya konsentrasi bahan – bahan homogen beracun yang tinggi
memasuki unit pengolahan biologis yang aerobic.

3. Alkalization basin

Setelah dari bak equalisasi, air kemudian dipompakan kedalam bak alkalization
basin. Proses alkalisasi ini dilakukan untuk memisahkan logam berat dari air limbah
dengan menaikkan pH asam menjadi basa. Dimana dalam hal ini air limbah
mengandung kadar zink yang tinggi, dan zink merupakan salah satu jenis logam yang
mudah terikat dengan zat – zat lainnya.

Pada bak alkalization ini dilakukan penyesuaian larutan caustic soda


(penambahan NaOH 30%) dan penambahan polielektrolit yang secara otomatis akan
membentuk endapan. Selanjutnya, limbah yang berupa sludge cair akan dialirkan ke bak
sedimentasi basin.

4. Sedimentation basin

Air buangan yang berasal dari bak alkalization akan dialirkan kedalam bak
sedimentasi. Proses sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan fase lumpur yang
terdapat pada air limbah sebagai hasil dari proses alkalisasi.

Bak sedimentasi ini berbentuk spiral yang mempunyai 3 lapisan. Air limbah
yang akan diolah akan masuk kebagian tengah pada bak pengendapan, kemudian
dialirkan kebagian bawah dan kesamping. Pada waktu air mengalir kepermukaan sludge
akan jatuh ke dasar bak secara gravitasi, kemudian air keluar melalui saluran yang
dipasang secara radial.

5. Lifting pump station

Air limbah dari bak sedimentasi akan dialirkan ke Lifting pump station yang
berfungsi sebagai post sementara untuk pengumpulan phase cair sebelum dimasukkan
ke neutralization basin.

6. Neutralization basin

Bak netralisai dilakukan untuk menetralkan air limbah dari pH 10 menjadi pH 7


(netral). Pada proses ini dilakukan penyesuaian dengan menambahkan asam sulfat 30%.
Proses netralisasi ini bermanfaat untuk proses biologi, dimana diperlukan pH air limbah
antara 6 - 8 sehingga tercapainya kondisi yang optimum.

7. Bak aerasi lagon

Air limbah kemudian dimasukkan ke dalam Bak Aerasi Lagon. Fungsi dari bak
aerasi lagon ini adalah untuk menurunkan kadar COD dan BOD pada air limbah. Bak
aerasi ini terdiri dari 5 lagon, dimana setiap lagon dilengkapi dengan aerator dengan
jumlah yang berbeda.

Adapun jumlah aerator pada tiap – tiap lagon yaitu :

 Lagon I terdapat 105 pcs aerator.


 Lagon II terdapat 98 pcs aerator.

 Lagon III terdapat 56 pcs aerator.

 Lagon IV terdapat 56 pcs aerator.

 Lagon V terdapat 56 pcs aerator

Dalam bak aerasi ini terjadi reaksi penguraian zat organic yang terkandung di
dalam air buangan secara biokimia oleh mikroba yang menjadi gas karbon monoksida.

Air buangan yang berasal dari lagon V akan dialirkan ke dalam bak clarifier. Di
dalam clarifier terjadi proses pengendapan yang dilakukan untuk memisahkan padatan
tepung atau kotoran – kotoran yang mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari
sludge.

Kemudian air di masukkan ke Post Aeration I dan Post Aeration II. Pada bak ini
terjadi penguraian oleh mikroorganisme yang berlangsung pada lingkungan cukup O₂.
Dari Post Aeration, air buangan dapat dibuang langsung kebadan sungai jika sudah
sesuai standar setelah dianalisa di dalam laboratorium.

8. Thickening basin

Selanjutnya Sludge phase limbah yang berasal dari bak sedimentasi akan
dimasukkan ke dalam bak thickening dimana limbah semakin padat/mengental.

9. Diagfragma Pump Station (DPS) dan Filter Press

Phase sludge kemudian akan di tarik ke dalam Diagfragma Pump Station,


selanjutnya akan dimasukkan ke dalam Filter Press. Filter press berfungsi untuk
mengepress kadar air dalam phase sludge, dan phase sludge dapat dibuang secara
langsung ke lingkungan atau dibakar di incinerator. Phase sludge dibakar di Incenerator
dengan suhu 800◦C. Dimana dari 100 kg phase sludge setelah dibakar di incinerator
akan berukuran menjadi 30 kg, dengan kata lain mengurangi phase sludge sebanyak
70%.
Sumber:

 https://science.howstuffworks.com/rubber4.htm#:~:text=Synthetic
%20rubber%20polymers%20are%20made,for%20subsequent%20molding
%20and%20processing.
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66335/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
 https://www.industrikaret.com/proses-pengolahan-karet-mentah.html
 https://www.academia.edu/9294164/Pengolahan_Limbah_Industri_Karet
 https://www.britannica.com/science/polyisoprene#ref1049238
 https://paktanidigital.com/artikel/waktu-teknik-menyadap-
karet/#.X5O4b9Azbb1
 https://www.researchgate.net/publication/48379220_Pengaruh_Penggumpal
_Asam_Asetat_Asam_Formiat_Dan_Berat_Arang_Tempurung_Kelapa_Ter
hadap_Mutu_Karet
 http://www.niri-rubber.com/id/rubber-product/rubber-sheet/
 http://bocahkoplak99.blogspot.com/2013/01/bab-i-pendahuluan-1.html
 http://riskyridhaagriculture.blogspot.com/2011/12/normal-0-false-false-false-
in-x-none-x.html?m=1#:~:text=Bahan%20olah%20karet%20adalah
%20lateks,dari%20pohon%20karet%20Hevea
%20brasiliensis.&text=Menurut%20pengolahannya%20bahan%20olah
%20karet,slab%20tipis%2C%20dan%20lump%20segar.
 http://bppi.kemenperin.go.id/modules/blog/datafiles/FILE_9F81C6-
30DF3A-F28A74-21E208-7FE3CA-FC64CC.pdf
 https://www.coursehero.com/file/31214300/rubberdocx/
 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Karet#:~:text=Karet%20adalah%20polimer
%20hidrokarbon%20yang,Hevea%20brasiliensis%20(suku
%20Euphorbiaceae).&text=Karet%20industri%20sekarang%20dapat
%20diproduksi,menjadi%20saingan%20dalam%20industri%20perkaretan.

Anda mungkin juga menyukai