Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR KARET KERING

Mata Kuliah : Pengolahan Hasil Tanaman Perkebunan

Nama kelompok :

1. Elza Fitrianto 19721015


2. Evi Shadillah Putri 19721016
3. Fajar Priwannata 19721019
4. Haris Pria Dzahara 19721023
5. Husnaida Alma S 19721024
6. Iqbal Qurniawan 19721028

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2020/2021


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk dalam negara penghasil komoditas karet alam terbesar di dunia. Oleh
karena itu, lateks yang merupakan getah kental yang dihasilkan alam, harus dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin, dan dilakukan proses pengolahannya yang benar. Supaya nantinya dapat
dimanfaatkan pada industri karet. Pada tahun 2015, konsumsi global karet alam mencapai 12,35
juta ton. Yang dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti contohnya industri pembuatan ban
(Muslich, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa industri yang berhubungan dengan karet
merupakan sektor yang sangat penting. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai
pengolahan lateks supaya memaksimal sektor industri karet.

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi ekspor andalan di Kalimantan Barat, Kalbar.
Selain memahami tentang pengolahan lateks, juga perlu diharapkan kedepannya dapat
mengembangkan produk karet alami yang lebih resisten. Karet perlu diberi perhatian khusus
terutama dalam menyangkut pengolahan getah karet (lateks) menjadi produk karet setengahjadi
ataupun produk jadi karet. Berdasarkan Maspanger (2005) klasifikasi mutu lateks kebun
berdasarkan kadar kering yaitu mutu I dengan kadar kering minimal 28% dan mutu II dengan
kadar kering minimal 20% atau di bawah 28%. Nilai K3 menjadi salah satu ukuran kualitas
lateks karena K3 menggambarkan besar kandungan air dalam lateks. Komponen terbesar dari
dalam lateks adalah partikel karet dan air.Menurut hasil penelitian Jayanty dan
Sankaranarayanan (2005) lateks mengandung butiran karet Cis–1, 4 poliisoprana 30,0–40,0%
dan air sebesar 55,0–65,0%. Salah satu cara untuk mengetahui besar kandungan air dalam lateks
adalah dengan melalui pengukuran konstanta dielektrik. Konstanta dielektrik bervariasi
tergantung nilai kadar air pada bahan. Penelitian yang dilakukan oleh Khalid (1988)
menggunakan teknik microwave menghasilkan nilai konstanta dielektrik lateks dalam kisaran
2,0–2,5 pada frekuensi 10,7 GHz.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum penentuan kadar karet kering adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kandungan dari karet yang terdapatdi dalam lateks


BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Karet

Tanaman karet adalah tanaman yang berupa pohon tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman umumnya tumbuh lurus dan
memiliki percabangan tinggi atas, meskipun juga terdapat beberapa pohon karet yang tumbuh
sedikit miring. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun
karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20
cm, panjang tangkai daun anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat
kelenjar (Setyamidjaja, 1993).
Terdapat juga biji karet dalam setiap ruang buah. Jumlah biji sebanyak tiga hingga enam
sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman
terdapat bercak-bercak berpola yang khas (Aidi dan Daslin, 1995)
Selain itu juga terdapat bunga pada tajuk yang memiliki mahkota bunga pada setiap bagian
bunga yang tumbuh. Bunga tersebut berwarna putih, rontok bila sudah membuahi beserta
tangkainya. Dan tentu saja pada bunga tersebut terdapat serbuk sari dan putik (Maryadi, 2005).
Lateks adalah cairan getah yang didapatkan dari pohon karet pada bagian yang disadap.
Lateks pada umumnya berwarna putih mirip seperti susu, getah lateks belum mengalami
penggumpalan meskipun tanpa bahan pemantap (zat anti penggumpal). Lateks diperoleh dengan
cara menyadap bagian pohon antara kambium dan kulit pohon namun tidak sampai mengenai
kambium (Mili Purbaya, 2011).

2.2 Pengertian Lateks Segar dan Pekat

Lateks segar dan lateks pekat merupakan dua jenis lateks yang berbeda. Lateks segar
merupakan lateks yang langsung hasil dari panen pohon karet (Suhendry dan Tumpal, 2013).
Sedangkan, lateks pekat adalah lateks yang mengalami proses pengolahan lebih lanjut (Didit dan
Agus, 2008). 

2.2.1 Lateks Segar


Lateks segar adalah lateks yang merupakan hasil dari panen pohon karet dan belum
dilakukan pengolahan. Berbeda dengan lateks pekat, lateks segar memiliki persentase kandungan
karet yang lebih kecil yaitu 25-40%, protein dan senyawa nitrogen 1-1,5%; asam nukleat dan
nukleotida 1-1,5%; karbohidrat dan inositol 1-2%; senyawa organik 0,5-1% serta komponen air
yaitu 60-70% dengan pH 6,8. Komposisi seperti inilah yang membuat lateks segar mudah
membeku menjadi koagulum ketika terkontaminasi udara, mikroorganisme, atau gangguan
lainnya. Mikroorganisme menyebabkan protein dan karbohidrat terurai menjadi asam-asam yang
berantai molekul pendek. Bila penurunan pH mencapai 4,5-5,5 maka terjadi kagulasi
(penggumpalan) (Suhendry dan Tumpal, 2013). 

2.2.2 Lateks Pekat      


Lateks pekat adalah lateks yang mengalami proses pengolahan berdasarkan prinsip
perbedaan berat jenis antara partikel karet dengan serum. Serum memiliki berat jenis lebih besar
dari partikel karet, berat jenis serum 1,024 sedangkan partikel karet hanya 0,04. Akibatnya
partikel karet naik ke permukaan dan serum akan terkumpul di lapisan bawah pada proses
pengolahan lateks.
Terdapat dua macam lateks yang biasa dijual di pasaran. Yang pertama adalah creamed latex
atau dikenal sebagai lateks dadih. Sedangkan yang kedua disebut centrifuged latex atau disebut
lateks pusingan.

2.3 Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan praktikum : 19 Maret 2021


BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. 2 beaker gelas (250ml secara lahan, 100ml secara laboratorium)


2. Pipet volume
3. Batang pengaduk
4. Timbangan
5. Alat penggilingan laboratorium
6. Oven

3.1.2 Bahan

1. Amonia 5%
2. Asam formiat 5%
3. Lateks segar

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Cara Kerja Lahan


1. Pertama, siapkan gelas beaker 250ml
2. Lalu tambahkan 50ml lateks segar kedalam gelas beaker
3. Tambahkan asam formiat 5% sebanyak 3ml atau 6 tetes asam formiat
4. Kemudian aduk menggunakan batang pengaduk sampai rata dan tunggu hingga
menggumpal
5. Setelah menggumpal, lateks akan digiling minimal 7 kali
6. Sebelum digiling, alangkah baiknya alat penggiling di bersihkan terlebih dahulu agar
hasil akhir lateks bersih
7. Lateks yang sudah digiling lalu di kering anginkan
8. Setelah dikering anginkan, lateks yang sudah kering kemudian ditimbang

3.2.2 Cara Kerja Laboratorium


1. Pertama, siapkan gelas beaker 100ml
2. Lalu tambahkan 25ml lateks segar kedalam gelas beaker
3. Tambahkan asam formiat 5% sebanyak 1,5ml asam formiat
4. Kemudian aduk menggunakan batang pengaduk samoai rata dan tunggu sampai
menggumpal
5. Selanjutnya timbang agar mengetahui berat awal dari gelas beaker dan masukan 25ml
lateks segar lalu ditimbang lagi
6. Setelah menggumpal, lateks akan digiling minimal 7 kali
7. Sebelum digiling, alangkah baiknya alat penggiling di bersihkan terlebih dahulu agar
hasil akhir lateks bersih
8. Lateks yang sudah digiling lalu di kering anginkan
9. Setelah dikering anginkan, lateks di oven dengan suhu 110°c selama 1 jam

Anda mungkin juga menyukai