Oleh :
KHAIDIR ALI
2110516210005
2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Maret 2023 pukul 13.30 –
Selesai dan dilanjutkan pada hari Sabtu, 18 Maret 2023 pukul 15.30 – Selesai di
Laboratorium Analisis Kimia dan Lingkungan Industri Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Pertanian, Uniersitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah beaker glass, gels
ukur, centrifuge, tabung reaksi khusus centrifuge dan botol kaca.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah lateks segar, amoniak
2,5 % dan asam asetat 1%.
Prosedur Kerja
Dimasukkan lateks ke dalam tabung reaksi (masing – masing 10 ml) dan selanjutnya
disentrifuge degan 5000 Rpm.
Dipisahkan antara lateks, serum dan lateks pekat. Ditimbang lateks pekat yang telah
dipisahkan
A
A
Ditutup botol kaca dengan plastik, lakukan pengamatan terhadap warna, bau,
kekentalan dan kekeruhan dari lateks pekat. Dilakukan penyimpanan.
Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perhitungan :
Berat lateks = 100 gram
Berat lateks pekat = 72,08 gram
Berat lateks basah + gelas beaker =184,95 gram
Berat lateks basah = 72 gram
Faktor pengering = 41,2%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡
1.) Rendemen = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑘𝑠
72,08
= x 100% = 72,08%
100
2.) KKK = (72 - ( 41,2% X 72)%
= 42,336%
Pembahasan
Pada prarikum kali ini dilakukan pengamatan pada lateks yaitu warna, bau,
kekentalan, rendemen dan kadar karet kering (KKK). Untuk warna lateksnya yaitu
berwarna putih tulang. Menurut Nasruddin (2009) Lateks pekat masih berupa
cairan yang banyak mengandung air dan berwarna putih kental. Persyaratan lateks
pekat yaitu dapat disaring dengan saringan 40 mesh, tidak terdapat kotoran atau
benda-benda lain seperti daun atau kayu, tidak bercampur dengan bubur lateks, air
atau serum lateks, berwarna putih dan berbau karet segar, serta mempunyai kadar
air berkisar antara 60-62%.
Pada praktikum kali ini melakukan pengolahan lateks dengan penambahan
asam amoniak, sehingga bau dari latkes pada pratikum ini berbau asam kuat.
Menurut Anwar (2001) amoniak merupakan senyawa antikoagulan serta
desinfektan. Penggunaan amoniak biasanya digunakan sebagai pengawet lateks
pekat dengan metode sentrifugasi. Dosis penggunaan amoniak pada pengawetan
yaitu 0,7% NH3 atau pada tiap lateks membutuhkan 5-10 cc larutan amoniak 2-
2,5%. Amoniak juga dapat mengurangi konsentrasi logam. Setelah penambahan
ammoniak, kemudian lateks masing- masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi
10 ml sebanyak 5 buah kemudian disentrifuge dengan 5000 Rpm selama 10 menit
diperoleh 72,08 gram dan diperoleh berat lateks basa yaitu 72 gram dan faktor
pengeringnya adalah 41,2%.
Untuk memperoleh lateks pekat yang bermutu tinggi, diperlukan lateks
segar yang baik sehingga pengawasan di kebun dari mulai penyadapan sampai di
pabrik sangat diperlukan. Lateks segar perlu diawetkan dengan cara penambahan
bahan pengawer (preservatives atau anti koagulan) pada mangkuk penyadapan
dan ember pengumpul lateks. Bahan pengawet yang sering digunakan adalah
amoniak yang berfungsi sebagai bakterisida dan menaikkan pH lateks, sehingga
mempertinggi kemantapan lateks.
Dari praktikum kali ini diperoleh rendemen yaitu 72,08%. Rendemen
tersebut adalah persentase output terhadap input produksi. Kadar air suatu bahan
menunjukan banyaknya kandungan air persatuanbobot bahan yang dapat
dinyatakan dalam persen berat basah (% bb) atau dalam persen berat kering (%
bk). Kadar air yang dinyatakan dalam basis basah banyak digunakan dalam
perdagangan, sedangkan untuk perhitungan pengeringan kadar air basis kering
yang banyak dipergunakan. Penurunan kadar air bahan erat kaitannya dengan
penurunan massa bahan, karena air yang menguap dari bahan yang dikeringkan
dapat dilihat dari turunnya massa bahan. Kadar air yang diketahui dalam
pengeringan dan penyimpanan adalah kadar air kesetimbangan. Kadar air
kesetimbangan adalah kadar air minimum yang dapat dicapai di bawah kondisi
pengeringan yang tetap atau pada suhu dan kelembaban nisbi yang tetap. Bila uap
air yang dilepaskan ke udara lingkungan sama dengan jumlah uap yang diserap
maka disebut bahan dalam keadaan setimbang. Definisi air kesetimbangan dapat
disimpulkan bahwa kadar air terendah yang dapat dicapai atau dipertahankan pada
kondisi RH dan suhu tertentu. Kadar air kesetimbangan dapat menunjukkan
kekuatan bahan dalam mengikat air, sehingga nilai kadar air kesetimbangan
menggambarkan karakteristik yang identik dari bahan itu sendiri.
Pemekatan lateks ini bertujuan untuk memperoleh kadar karet kering
(KKK) sesuai yang dikehendaki, mengurangi biaya produksi, dan mengetahui
jumlah air yang ditambahkan pada pengenceran lateks sampai kadar yang
dikehendaki. Tujuan pengenceran lateks adalah untuk memudahkan penyaringan
kotoran serta menyeragamkan KKK sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat
dijaga tetap. Penambahan asam formiat dan asam asetat berfungsi sebagai zat
koagulan lateks.
Pada praktikum ini diperoleh KKK dari lateks yaitu sebesar 42,336%.
Menurut Julrat (2012) kandungan karet kering merupakan jumlah atau rasio berat
bahan kering pada bahan dapat ditentukan dengan dipadatkannya bahan dengan
asam atau dilakukan pemanasan secara langsung. Umumnya kandungan karet
kering dari lakteks kering adalah berkisaran 20% dan 40%, selain itu isi dari karet
kering dari lateks berbeda-beda tergantung musim, usia pohon, intensitas
penyadapan, stimulasi kimia yang berbeda. Disimpulkan bahwa tingginya kadar
karet kering pada hasil yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah kadar air yang ada
di dalam lateks. Semakin sedikit kadar airnya maka semakin tinggi kadar karet
keringnya begitu juga sebaliknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan