Anda di halaman 1dari 10

PENCEGAHAN PRA KOAGULASI, KOAGULASI, PENENTUAN KADAR

KARET KERING, PENGENCERAN LATEKS, DAN PENGOLAHAN


SHEET ANGIN
PRAKTIKUM IX,X,XI, XII, DAN XIII
(Praktikum Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Karet)

Dosen Pengampu
Nina Hairiyah, S.T.P, M.Sc

Disusun Oleh:
Kelas A
Kelompok 1
Dana Wedad Romanza 2002301034
Firda Adelia 2002301004
Nur Pandu Pertiwi 2002301028
Radiatommardiyah 2002301064

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan hal tersebut mensintesis penyusun perlu diidentifikasikan
penyebab terjadinya penyimpangan pada sebuah proses produk dengan
metode SPC.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi dan menganalisis adanya penyimpangan pada proses
produksi agroindustry (kerupuk udang) dengan menggunakan metode SPC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 aaaa
2.1.1 rrrr
2.1.2 kkk
2.2 ff
2.2.1 iiii
2.3 llll
2.4 mmmm
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan secara online pada hari Rabu, 8 Desember
2021 pukul 08.00 – selesai WITA bertempat di Rumah pribadi masing-
masing.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
peralatan tulis,laptop, dan koneksi internet serta literature dan referensi.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini ialah sebagai berikut:
1. Disiapkan semua alat dan bahan berupa kerupuk udang yang diperlukan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan praktikum dilaksanakan secara langsung pada hari Jumat,


10 Desember 2021 pukul 08.00 – selesai WITA bertempat di Laboratoium
Pengujian Politeknik Negeri Tanah Laut. Penelitian dilakukan pada Lateks
yang diambil secara langsung dari salah satu kebun masyarakat.
Proses pembuatan kerupuk udang pada umumnya adalah
menggunakan bahan baku udang dan tepung tapioka dengan ditambah bumbu
bumbu/bahan pembantu lainnya dengan melalui proses pengadonan,
pencetakan, pengukusan, pemotongan dan pengeringan.
Adapun hasil yang didapat pada praktikum ini setelah melakukan
identifikasi pada lateks terkait ialah sebagai berikut:
A. Pencegahan Pra-Koagulasi
Tabel 1. Perbandingan pH (Pencegahan Pra Koagulasi)
Kondisi Keterangan
Lateks Alami (Normal) pH 7
Lateks + Amoniak pH 8
Pada praktikum ini, mengenai terjadinya prakoagulasi pada lateks
yang menghasilkan gumpalan-gumpalan sebelum lateks sampai di pabrik
atau tempat pengolahan. Jika hal ini terjadi akan menimbulkan kerugian
yang cukup besar karena hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi
hanya bisa diolah menjadi karet bukan jenis baku dan kualitasnya rendah.
Penyebab terjadinya prakoagulasi adalah kemantapan bagian koloidal di
dalam lateks berkurang, kemudian menggumpal menjadi satu dalam
bentuk komponen yang lebih besar (Gunawan, 1970).
Banyaknya penambahan amoniak (antikoagulan) akan
mempengaruhi bau segar lateks dan waktu penggumpalan lateks.
Amoniak adalah zat antikoagulan yang paling luas penggunaannya di
perkebunan karet karena amoniak memiliki pH yang tinggi atau bersifat
basa yaitu didapatkan pH 8, dimana Ion OH- di dalam amonia (zat
antikoagulan) akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga
kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan.
Dengan dosis tepat akan memberikan hasil memuaskan. Dosis tepat
yang digunakan adalah 5-10 ml larutan amonia 2,5 % untuk setiap liter
lateks. Jika tetap terjadi prakoagulasi, dosisnya bisa dinaikkan dua kali
atau dosis sama tetapi menggunakan amoniak 5%, namun berpengaruh
pada bau segar lateks yang dihasilkan (Setiawan et al., 2008). Apabila
kadar amoniak dibawah 0,40 % maka benang karet yang dihasilkan akan
memiliki keelastisan yang tidak sempurna dan begitu juga jika kadar
amoniak diatas 0,55% maka akan melebihi standart mutu benang karet
yang menyebabkan benang karet sulit menggumpal
B. Koagulasi
Tabel 2. Perbandingan pH (Koagulasi)
Kondisi Keterangan
Lateks + Air pH 7
Lateks + Air + Asam Formiat pH 3
Jika pada praktikum sebelumnya dilakukan pencegahan koagulasi
dengan zat antikoagulan (bersifat basa) pada praktikum selanjutnya kami
melakukan proses koagulasi. Pada praktikum ini kami menambahkan
asam formiat, karena dengan asam ini pH lateks akan menjadi asam yaitu
pH 3. Berdasarkan teori dengan dijadikannya pH latek menjadi asam
akan terjadi penggumpalan koagulasi, penggumpalan disebabkan oleh
timbulnya anion dari asam lemak hasil hidrolisis lipid yang ada di dalam
lateks. Anion asam lemak ini sebagaian besar akan bereaksi dengan ion
magnesium dan kalsium dalam lateks membentuk sabun yang tidak larut,
keduanya menyebabkan ketidakmantapan lateks yang pada akhirnya
terjadi pembekuan.
C. Penentuan Kadar Karet Kering
Berat Hasil Gilingan
Kadar Karet Kering = x Fp x 100 %
Berat Lateks
3,77
Kadar Karet Kering = x 70 % x 100 %
9,28
Kadar Karet Kering = 28 %
Kadar karet kering adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%).
Kadar karet kering merupakan salah satu data yang diperlukan untuk
menghitung asam formiat dalam proses penggumpalan. Kadar karet kering
menjadi salah satu penentu kualitas mutu produk karet.
Tingginya nilai kadar karet kering menyatakan kandungan air dalam lateks
semakin rendah.
Pada praktikum kali ini, didapatkan kadar karet kering (KKK) sebesar 28%.
Dimana persen kadar karet kering pada lateks segar yang sesuai standar adalah
28%-30%. Apabila kadar karet kering dibawah dari 28% maka sheet yang
dihasilkan tidak memenuhi standart perusahaan sehingga karet yang
dihasilkan memiliki elastisitas yang tidak sempurna, begitu juga jika kadar
karet kering diatas 30% maka akan melebihi standart perusahaan sehingga
karet yang dihasilkan mudah rapuh. Klasifikasi mutu lateks kebun didasarkan
kadar karet kering yaitu RSS 1 dengan kadar karet kering minimal 28% dan
RSS 2 dengan kadar karet kering minimal 20% atau dibawah 28%. Dalam
pengolahan karet sheet nilai kadar karet kering digunakan untuk sebagai dasar
menentukan jumlah kebutuhan air pada proses pengenceran lateks sampai
diperoleh kadar karet standar.
D. Pengenceran Lateks
V1 x M1 = V2 x M2
51 x 28% = V2 x 15%
51 x 28
V2 =
15
V2 = 95,2 ml
Air yang ditambahkan = 95,2 ml – 51 ml
Air yang ditambahkan = 44,2 ml

E. Pengolahan Sheet Angin


Massa Sheet Angin = 8,46 gram
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan praktikum yang dilakukan, diperoleh beberapa


kesimpulan diantaranya ialah:
1) Bagan visual untuk memberi gambaran proses yang sedang berjalan,
untuk mengetahui apakah proses berada didalam batas-batas yang telah
ditetapkan sebelumnya atau tidak. SPC adalah satu diantara tujuh alat
kualitas.
2) Untuk lembar pemeriksaan atau check sheet digunakan untuk
menganalisis data yang diambil selama pengamatan. Faktor yang
mengakibatkan tidak layak jual adalah berlubang, tidak utuh (patah),
ketebalan tidak standar dan bentuk yang irreguler (bergelombang).
3) Histogram adalah keseluruhan data yang telah dianalisis dalam lembar
pemeriksaan yang disajikan dalam bentuk grafik batang.
4) Peta kontrol menjelaskan tentang perubahan-perubahan ukuran titik pusat
atau rata-rata dari suatu proses. Peta kontrol menjelaskan perubahan-
perubahan ukuran variasi. Dan menunjukkan proses produksi kerupuk
udang sudah dalam batas pengendalian atau sebaliknya.
5) Diagram pareto digunakan untuk mengidentifikasi masalah utama dari
kerusakan, dn mengetahui kerusakan utama dari yang terbesar yaitu jenis
cacat bergelombang sampai terkecil yaitu jenis cacat patah.
5.2. Saran

Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat


disarankan praktikan terlebih dahulu memperhatikan yang disampaikan dosen
pengampu dan prosedur yang diberikan, sehingga ketika proses praktikum
dan pengerjaan tugas yang diberikan mampu mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Saras.2019. Penerapan Sistem GMP (Good Manufacturing Practice) dan


SPC (Statistical Process Control) pada Proses Produksi untuk
Meningkatkan Kualitas Kerupuk Ketumbar (Di UKM Kerupuk Berkah).
PROFISIENSI: Jurnal Program Studi Teknik Industri. Universitas Riau

Insani, Virginia Putri Insani. 2020. Analisis Pengendalian Kualitas Plastik


dengan Merode Statistic Process Control (SPC) dan Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) pada PT Kusuma Mulia Plasindo Infitex. Jurnal
Rekavasi. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Nugroho, A. E. 2011. Analisis Pengendalian Kualitas Benang Polyester 100%


pada Bagian Winding PT Delta Dunia Textile Karanganyar. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

Sidartawan, R. 2014. Analisa pengendalian proses produksi snack menggunakan


metode statistical process control (SPC). Jurnal Ilmiah Teknik Mesin.
Universitas Negeri

Anda mungkin juga menyukai