Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN

PENANGANAN KIMIA LIMBAH CAIR PERIKANAN DENGAN KITOSAN


SEBAGAI BIOKOAGULAN

Oleh :

Riangga Afif Amrulloh


21/480900/PN/17405

LABORATORIUM MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Limbah industri perikanan dapat memberikan dampak negatif terhadap


manusia dan lingkungan dari bahan toksik yang dihasilkan (Wulansari et al.,
2011). Limbah industri perikanan mengandung bahan organik yang tinggi dan
mempunyai kadar pH yang tinggi,, sehingga diperlukan penanganan limabah
secara kimia agar tidak mencemari dan merusak lingkungan. Pengolahan limbah
cair secara kimia dilakukan dalam tiga tahap: fisik, biologi dan kimia. Pengolahan
limbah ini bertujuan untuk menetralisir limbah asam maupun basa, memperbaiki
proses pemisahan lumpur, memisahkan padatan yang larut dalam limbah,
mengurangi konsentrasi minyak dan lemak, mengoksidasi warna dan racun.

Kitosan mampu menurunkan kadar COD, BOD, padatan tersuspensi, warna,


kekeruhan dan mampu mengikat logam berat pada limbah cair. Fechitosan
memiliki gugus amino bebas yang bisa mengikat partikel-partikel koloid yang
terkandung dalam limbah cair, sehingga terbentuk flok-flok yang mengendap (Bija
et al., 2020). Adanya pengikatan partikel tersebut akan menurunkan nilai-nilai
polutan pada limbah cair tekstil, sehingga air dapat dibuang tanpa mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan penanganan limbah cair perikanan dengan
memanfaatkan kitosan sebagai bioakagulan.

1.2. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum penanganan fisik limbah cair perikanan


adalah mempelajari kemampuan kitosan dalam mereduksi beban pencemaran
limbah cair industri perikanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kitosan

Kitosan merupakan polimer alami, biokompatibel, biodegradable, tidak memiliki


racun, dan dapat membentuk ikatan silang dengan tripolifosfat (Sumeisey et al., 2019).
Kitosan banyak ditemukan dalam jumlah besar di krustacea, alga, jamur, dan serangga.
Kitosan digunakan dalam aplikasi yang sangat luas. Kitosan banyak digunakan di
industri farmasi, biokimia, bioteknologi, kosmetik, biomedis, bahkan industri kecil
(Azizati, 2019). Kitosan juga efektif dalam proses penjernihan air dan air limbah.
Misalnya, pemurnian air sumur dengan kitosan melalui tahapan koagulasi dan filtrasi.
Kitosan juga efektif dalam mereduksi TSS dan COD dalam air limbah pengolahan ikan
(Ratnawulan, et al. 2018).

2.2. Peran kitosan sebagai pereduksi limbah organik dan anorganik

Dalam pengolahan limbah, kitosan memiliki peran penting meningkatkan


efektivitas penyerapan logam berat serta bahan organik dan anorganik dari limbah cair.
Kitosan dapat digunakan menjadi biosorben bahan pencemar yang efektif. Hal ini
disebabkan oleh tingginya derajat deasetilasi dalam kitosan dan memiliki gugus amino
bebas yang dikandungnya sehingga bersifat polikationik. Sifat ini mempunyai
kemampuan untuk mengikat logam, protein, dan zat warna (Lasindrang, 2014).
Kitosan memiliki sifat yang mudah terdegradasi, tidak beracun, dan dapat menyerap
logam berat. Kumpulan asam amino dalam kitosan memiliki sepasang elektron yang
dapat berkoordinasi dan membentuk ikatan aktif dengan ion logam, yang mengurangi
kemampuan penyerapan ion logam tersebut. Salah satu peran kitosan sebagai reduktor
dilakukan dengan metode reduksi kimia dan menentukan perbandingan konsentrasi
kitosan terhadap daya reduksi Zn nanopartikel (Amin & Ananda, 2020). Nanopartikel
dibagi menjadi dua jenis, yakni nanopartikel organik dan nanopartikel anorganik.
2.3. Mekanisme kitosan sebagai biokoagulan dan bioflokulan

Kitosan dapat dimanfaatkan menjadi koagulan alami pengganti koagulan


sintetis. Mekanisme kitosan biokoagulan adalah dengan adsorpsi dan jembatan antar
partikel, sehingga gugus terionisasi aktif. Hal ini memungkinkan terjadinya adsorpsi
kuat pada permukaan polimer. Mekanisme yang terjadi adalah gugus amina yang
memiliki pasangan elektron bebas dari ataom bebas dari atom hidrogen, sehingga
gugus tersebut mengikat ionion logam (Hendrawati et al., 2016). Kitosan memiliki
kemampuan sebagai bahan flokulan yang dapat mengikat asam lemak, bahan
penggumpal protein, dan pengikatan ion logam. Protein pada kitosan mengandung
gugus amina aktif yang bisa mengikat partikel-partikel bermuatan negatif, sehingga
partikel-partikel tersebut akan terdestabilisasikan membentuk ukuran partikel ebih
besar atau membentuk flok, sehingga dapat terendapkan (Hendrawati et al., 2016).
Kitosan sebagai flokulan mampu sangat efektif dalam membentuk kestabilan flok yang
terbentuk selama proses koagulasi-flokulasi sehingga mudah untuk diendapkan.
Kitosan sebagai flokulan memiliki efektivitas yang tinggi dalam menurunkan pH air
limbah. Kitosan sebagai alternatif flokulan juga sangat efektif untuk menurunkan
COD, SS, dan kandungan Al3+ (Yusniartanti, 2019).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat Praktikum


Alat praktikum yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
- Indikator pH
- Hot plate stirrer
- Erlenmeyer 250mL
- Gelas beker
- Gelas ukur
- Kertas saring
- Corong
- Timbang analitik
- Stopwatch atau jam
3.2. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
- Limbah cair industri pengolahan ikan
- Kitosan
- Larutan asam asetat glasial
3.3. Tata Laksana Praktikum

Cara Kerja
Limbah organik sebelum perlakuan dianalisis TSS, pH limbah, dan kekeruhan

Proses penjernihan limbah organik dilakukan dengan menambahkan 100ml larutan


kitosan 2% dan 3% dengan asam asetat glasial variasi konsentrasi 2% dan kemudian
distirer selama 10 menit, lalu pH larutan diukur

Larutan kitosan dimasukkan ke dalam 200ml air limbah. Lalu dilakukan


pengadukan cepat selama 9 menit, selanjutnya dilakukan pengadukan lambat
selama 1 menit.

Campuran diendapkan selama 60 menit

Larutan limbah organik dianalisis TSS, pH limbah, dan kekeruhan

Perhitungan kuantitas dan beban limbah cair industri perikanan yang sesuai dengan
baku mutu limbah cair industri perikanan
Pengukuran TSS

Berat awal kertas saring ditimbang dengan timbangan analitik

Kertas saring yang akan digunakan dilipat dan diletakkan di atas corong

Sebanyak 100mL air sampel diambil lalu disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang

Kertas saring dikeringkan secara alami (dikering-anginkan) selama kurang lebih 24


jam setelah sampel air disaring

Berat akhir kertas saring ditimbang dengan timbangan analitik

TSS dihitung dengan rumus. TSS = (b-a) x 100mg/L

Pengukuran derajat keasaman (pH)

Kertas pH dimasukkan ke dalam limbah selama beberapa detik

Setiap limbah disaring menggunakan saringan untuk memisahkan padatan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

No Parameter Sebelum Sesudah

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

1 TSS 29,61 29,61 29,61 29,61 29,61 29,61 31,74 25,46 30,76 27,56 31,67 28,56

2 pH 4 5 4 5 4 4 4 6 4 6 6 6

3 Kekeruhan

4 Bau

4.2. Pembahasan

Langkah kerja yang pertama dilakukan pada praktikum ini adalah penyiapan
limbah sebanyak 200mL limbah dan diukur parameter awal yang akan diamati (pH,
kekeruhan, dan TSS). Setelah itu, dilakukan proses penjernihan limbah organik
dengan ditambahkan 100 mL larutan kitosan 2% dan 3% dengan asam asetat glasial
variasi konsentrasi 2%, kemudian distirer selama 10 menit, lalu pH larutan diukur.
Pengukuran pH dilakukan dengan cara memasukkan kertas pH ke dalam larutan
selama beberapa detik. Selanjutnya, hasil yang diperoleh diamati dengan cara
membandingkan warna kertas pH dengan indikator pH. Penambahan larutan kitosan
2% dan 3% berfungsi sebagai senyawa antibakteri (Sulistyoningrum et al., 2013).
Asam asetat glasial variasi konsentrasi 2% berfungsi sebagai aktivitas antibakteri
dan untuk membuat ikatan dengan gugus amina dari kitosan melalui gugus aldehid
yang terbentuk (Rismawati et al., 2020). Perlakuan stirer atau pengadukan berfungsi
agar larutan menjadi homogen. Selanjutnya, larutan kitosan dimasukkan ke dalam
200 ml air limbah, lalu dilakukan pengadukan cepat (flash mixing) selama 9 menit,
lalu dilakukan pengadukan lambat (slow mixing) selama 1 menit. Pengadukan cepat
berfungsi untuk menstabilisasi koloid dan solid tersuspensi yang halus, kemudian
membentuk mikroflok, sedangkan pengadukan lambat berfungsi untuk
menggabungkan mikroflok menjadi flok-flok yang ukurannya lebih besar
(Hendrawati et al., 2015). Lalu, campuran tersebut diendapkan selama 60 menit
agar flok-flok yang terbentuk mengendap. Setelah itu, dianalisis kembali parameter
dibutuhkan (pH, kekeruhan, dan TSS). Selanjutnya, dilakukan perhitungan kuantitas
dan beban limbah cair industri perikanan yang disesuaikan dengan baku mutu
limbah cair industri perikanan.
Kitosan adalah suatu polimer yang bersifat polikationik. Kitosan memiliki
gugus hidroksil dan amino sepanjang rantai polimer, sehingga membuatnya sangat
efektif untuk mengikat kation ion logam berat maupun kitosan zat-zat organik.
Kitosan juga dalam membentuk sebuah membran yang berfungsi sebagai absorben
pada waktu terjadinya pengikatan zat-zat organic maupun anorganik oleh kitosan
(Agustina, et al. 2015). Asam asetat termasuk dalam kategori asam karboksilat yang
sederhana dan bersifat sebagai pelarut protik hidrofilik (polar) yang mirip seperti air
dan etanol. Asam asetat ini dapat melarutkan senyawa polar maupun non-polar
seperti minyak. Kemampuan larutnya yang baik menjadikannya sangat diperlukan
dalam industri kimia. Dalam hal ini asam astetat berfungsi sebagai pelarut koagulan
kitosan. Kelarutan paling baik kitosan adalah dalam larutan asam asetat 1-2%.
Kitosan merupakan polimer kationik yang tidak larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam asam organik sehingga diperlukan perlakuakn awal dengan melarutkannya
dalam asam asetat. Asam asetat memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai pereaksi
kimia untuk menghasilkan senyawa kimia lain, pengatur keasaman industri
makanan, pelunak air, dan digunakan untuk produksi anhidrida asetat
(Purwaningsih, et al. 2020).
Berdasarkan parktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada kelompok
1 memiliki TSS awal 29,61 mg/L dan TSS akhir 31,74 mg/L dan pH awal dan pH
akhir tidak ada perubahan yaitu 4. Pada kelompok 2 memiliki TSS awal 29,61 mg/L
dan TSS akhir 25,46 mg/L dan pH awal 5 dan pH akhir 6. Pada kelompok 3 memiliki
TSS awal 29,61 mg/L dan TSS akhir 30,76 mg/L dan pH awal dan pH akhir tidak
ada perubahan yaitu 4. Pada kelompok 4 memiliki TSS awal 29,61 mg/L dan TSS
akhir 27,56 mg/L dan pH awal dan pH akhir 6. Pada kelompok 5 memiliki TSS awal
29,61 mg/L dan TSS akhir 31,67 mg/L dan pH awal 4 dan pH akhir 6. Pada
kelompok 6 memiliki TSS awal 29,61 mg/L dan TSS akhir 28,56 mg/L dan pH awal
4 dan pH akhir 6. Penurunan nilai TSS terjadi pada sampel kelompok 2,4 dan 6 yang
diberi penambahan kitosan. Menurut Rahayu, et al. (2015), penambahan kitosan
pada limbah bisa menurunkan TSS limbah cair. Terjadinya kenaikan kandungan
TSS pada sampel setelah perlakuan mungkin disebabkan karena pengaruh gaya
gravitasi atau proses pengendapan yang terjadi belum sempurna. Namun, hasil
kandungan TSS yang didapatkan praktikum ini masih sesuai dengan standar baku
mutu limbah cair yang diatur pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05
tahun 2014. Menurut peraturan tersebut batas maksimal kandungan TSS pada
limbah cair industri perikanan adalah 100 mg/L.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Penanganan limbah cair perikanan secara kimia dengan
aplikasi kitosan mampu mereduksi tingkat pencemaran limbah cair
perikanan. Pada kitosan terdapat gugus hidroksil dan amino
sepanjang rantai polimer yang mengakibatkan kitosan ini efektif
untuk mengikat kation ion logam berat maupun kitosan zat-zat
organik. Kitosan juga dalam membentuk sebuah membran yang
berfungsi sebagai absorben pada waktu terjadinya pengikatan zat-zat
organic maupun anorganik
5.2. Saran
Memastikan data atau dokumentasi apa saja yang
dibutuhkan untuk menunjang laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S., Swantara, I. M. D., & Suartha, I. N. 2015. Isolasi kitin, karakterisasi, dan sintesis
kitosan dari kulit udang. Jurnal Kimia, 9(2), 271-278.
Amin, A., S. R. Ananda. 2020. Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Zn Menggunakan
Kitosan sebagai Reduktor. Fullerene Journal of Chemistry. 5(2): 102-108.
Azizati, Z. 2019. Pembuatan dan karakterisasi kitosan kulit udang galah. Walisongo Journal
of Chemistry, 2(1), 10-16.
Bija, S., Y. Yulma., I. Imra., A. Aldian., A. Maulana., A. Rozi. 2020. Sintesis Biokoagulan
Berbasis Kitosan Limbah Sisik Ikan Bandeng dan Aplikasinya Terhadap Nilai BOD
dan COD Limbah Tahu di Kota Tarakan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 23(1): 86-92.
Hendrawati, H., Sumarni, S., & Nurhasni, N. 2016. Penggunaan Kitosan sebagai Koagulan
Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Danau. Jurnal Kimia VALENSI, 1(1), 1-11.
Lasindrang, M. 2014. Adsorpsi pencemaran limbah cair industri penyamakan kulit oleh
kitosan yang melapisi arang aktif tempurung kelapa. Jurnal Teknosains, 3(2).
Purwaningsih, D. Y., Anisa, D., & Putri, A. D. O. 2020. Kitosan Sebagai Koagulan Untuk
Removal Warna Pada Limbah Cair Industri Pangan. In Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Teknologi Terapan (Vol. 1, No. 1, pp. 541-546).
Rahayu, D. E., & Aulia, S. 2015. Penurunan Warna dan TSS Limbah Cair Tenun Sarung
Samarinda Menggunakan Kitosan Dari Limbah Cangkang Kepiting. Jurnal Purifikasi,
15(1), 1-11.
Ratnawulan, A., Noor, E., & Suptijah, P. 2018. Pemanfaatan kitosan dalam daur ulang air
sebagai aplikasi teknik produksi bersih. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia,
21(2), 276-286.
Rismawati, R., H. Hasri., S. Sudding. 2020. Kitosan Asetat Cangkang Bekicot (Achatina
Fulica) Sebagai Antibakteri Pada Kain Katun. Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam.
9(1): 45-56.
Sulistiyoningrum, R. S., J. Suprijanto., A. Sabdono. 2013. Aktivitas Anti Bakteri Kitosan dari
Cangkang Kerang Simping pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda: Kajian
Pemanfaatan Limbah Kerang Simping (Amusium sp.). Journal of Marine Research.
2(4): 111-117.
Sumeisey, G., S. D. Umboh., T. E. Tallei. 2019. Penyalutan Bakteri Asam Laktat
Menggunakan nanopartikel kitosan. PHARMACON. 8(4): 843-850.
Wulansari, P. D. 2011. Pengelolaan Limbah pada Pabrik Pengolahan Ikan di PT. Kelola
MinaLaut Gresik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(1):
Yusniartanti, N. 2019. Efektifitas kombinasi kitosan dan ferric chloride (FeCl3) dalam
menurunkan kekeruhan pada air baku.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengujian pH limbah Gambar 2. TSS akhir kelompok 5

Gambar 3. Pengujian Limbah

TSS
TSS = (b-a) x 100 mg/L
= 31,67 mg/L

Anda mungkin juga menyukai