Oleh :
1.2. Tujuan
2.1. Kitosan
Cara Kerja
Limbah organik sebelum perlakuan dianalisis TSS, pH limbah, dan kekeruhan
Perhitungan kuantitas dan beban limbah cair industri perikanan yang sesuai dengan
baku mutu limbah cair industri perikanan
Pengukuran TSS
Kertas saring yang akan digunakan dilipat dan diletakkan di atas corong
Sebanyak 100mL air sampel diambil lalu disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 TSS 29,61 29,61 29,61 29,61 29,61 29,61 31,74 25,46 30,76 27,56 31,67 28,56
2 pH 4 5 4 5 4 4 4 6 4 6 6 6
3 Kekeruhan
4 Bau
4.2. Pembahasan
Langkah kerja yang pertama dilakukan pada praktikum ini adalah penyiapan
limbah sebanyak 200mL limbah dan diukur parameter awal yang akan diamati (pH,
kekeruhan, dan TSS). Setelah itu, dilakukan proses penjernihan limbah organik
dengan ditambahkan 100 mL larutan kitosan 2% dan 3% dengan asam asetat glasial
variasi konsentrasi 2%, kemudian distirer selama 10 menit, lalu pH larutan diukur.
Pengukuran pH dilakukan dengan cara memasukkan kertas pH ke dalam larutan
selama beberapa detik. Selanjutnya, hasil yang diperoleh diamati dengan cara
membandingkan warna kertas pH dengan indikator pH. Penambahan larutan kitosan
2% dan 3% berfungsi sebagai senyawa antibakteri (Sulistyoningrum et al., 2013).
Asam asetat glasial variasi konsentrasi 2% berfungsi sebagai aktivitas antibakteri
dan untuk membuat ikatan dengan gugus amina dari kitosan melalui gugus aldehid
yang terbentuk (Rismawati et al., 2020). Perlakuan stirer atau pengadukan berfungsi
agar larutan menjadi homogen. Selanjutnya, larutan kitosan dimasukkan ke dalam
200 ml air limbah, lalu dilakukan pengadukan cepat (flash mixing) selama 9 menit,
lalu dilakukan pengadukan lambat (slow mixing) selama 1 menit. Pengadukan cepat
berfungsi untuk menstabilisasi koloid dan solid tersuspensi yang halus, kemudian
membentuk mikroflok, sedangkan pengadukan lambat berfungsi untuk
menggabungkan mikroflok menjadi flok-flok yang ukurannya lebih besar
(Hendrawati et al., 2015). Lalu, campuran tersebut diendapkan selama 60 menit
agar flok-flok yang terbentuk mengendap. Setelah itu, dianalisis kembali parameter
dibutuhkan (pH, kekeruhan, dan TSS). Selanjutnya, dilakukan perhitungan kuantitas
dan beban limbah cair industri perikanan yang disesuaikan dengan baku mutu
limbah cair industri perikanan.
Kitosan adalah suatu polimer yang bersifat polikationik. Kitosan memiliki
gugus hidroksil dan amino sepanjang rantai polimer, sehingga membuatnya sangat
efektif untuk mengikat kation ion logam berat maupun kitosan zat-zat organik.
Kitosan juga dalam membentuk sebuah membran yang berfungsi sebagai absorben
pada waktu terjadinya pengikatan zat-zat organic maupun anorganik oleh kitosan
(Agustina, et al. 2015). Asam asetat termasuk dalam kategori asam karboksilat yang
sederhana dan bersifat sebagai pelarut protik hidrofilik (polar) yang mirip seperti air
dan etanol. Asam asetat ini dapat melarutkan senyawa polar maupun non-polar
seperti minyak. Kemampuan larutnya yang baik menjadikannya sangat diperlukan
dalam industri kimia. Dalam hal ini asam astetat berfungsi sebagai pelarut koagulan
kitosan. Kelarutan paling baik kitosan adalah dalam larutan asam asetat 1-2%.
Kitosan merupakan polimer kationik yang tidak larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam asam organik sehingga diperlukan perlakuakn awal dengan melarutkannya
dalam asam asetat. Asam asetat memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai pereaksi
kimia untuk menghasilkan senyawa kimia lain, pengatur keasaman industri
makanan, pelunak air, dan digunakan untuk produksi anhidrida asetat
(Purwaningsih, et al. 2020).
Berdasarkan parktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada kelompok
1 memiliki TSS awal 29,61 mg/L dan TSS akhir 31,74 mg/L dan pH awal dan pH
akhir tidak ada perubahan yaitu 4. Pada kelompok 2 memiliki TSS awal 29,61 mg/L
dan TSS akhir 25,46 mg/L dan pH awal 5 dan pH akhir 6. Pada kelompok 3 memiliki
TSS awal 29,61 mg/L dan TSS akhir 30,76 mg/L dan pH awal dan pH akhir tidak
ada perubahan yaitu 4. Pada kelompok 4 memiliki TSS awal 29,61 mg/L dan TSS
akhir 27,56 mg/L dan pH awal dan pH akhir 6. Pada kelompok 5 memiliki TSS awal
29,61 mg/L dan TSS akhir 31,67 mg/L dan pH awal 4 dan pH akhir 6. Pada
kelompok 6 memiliki TSS awal 29,61 mg/L dan TSS akhir 28,56 mg/L dan pH awal
4 dan pH akhir 6. Penurunan nilai TSS terjadi pada sampel kelompok 2,4 dan 6 yang
diberi penambahan kitosan. Menurut Rahayu, et al. (2015), penambahan kitosan
pada limbah bisa menurunkan TSS limbah cair. Terjadinya kenaikan kandungan
TSS pada sampel setelah perlakuan mungkin disebabkan karena pengaruh gaya
gravitasi atau proses pengendapan yang terjadi belum sempurna. Namun, hasil
kandungan TSS yang didapatkan praktikum ini masih sesuai dengan standar baku
mutu limbah cair yang diatur pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05
tahun 2014. Menurut peraturan tersebut batas maksimal kandungan TSS pada
limbah cair industri perikanan adalah 100 mg/L.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penanganan limbah cair perikanan secara kimia dengan
aplikasi kitosan mampu mereduksi tingkat pencemaran limbah cair
perikanan. Pada kitosan terdapat gugus hidroksil dan amino
sepanjang rantai polimer yang mengakibatkan kitosan ini efektif
untuk mengikat kation ion logam berat maupun kitosan zat-zat
organik. Kitosan juga dalam membentuk sebuah membran yang
berfungsi sebagai absorben pada waktu terjadinya pengikatan zat-zat
organic maupun anorganik
5.2. Saran
Memastikan data atau dokumentasi apa saja yang
dibutuhkan untuk menunjang laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S., Swantara, I. M. D., & Suartha, I. N. 2015. Isolasi kitin, karakterisasi, dan sintesis
kitosan dari kulit udang. Jurnal Kimia, 9(2), 271-278.
Amin, A., S. R. Ananda. 2020. Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Zn Menggunakan
Kitosan sebagai Reduktor. Fullerene Journal of Chemistry. 5(2): 102-108.
Azizati, Z. 2019. Pembuatan dan karakterisasi kitosan kulit udang galah. Walisongo Journal
of Chemistry, 2(1), 10-16.
Bija, S., Y. Yulma., I. Imra., A. Aldian., A. Maulana., A. Rozi. 2020. Sintesis Biokoagulan
Berbasis Kitosan Limbah Sisik Ikan Bandeng dan Aplikasinya Terhadap Nilai BOD
dan COD Limbah Tahu di Kota Tarakan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 23(1): 86-92.
Hendrawati, H., Sumarni, S., & Nurhasni, N. 2016. Penggunaan Kitosan sebagai Koagulan
Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Danau. Jurnal Kimia VALENSI, 1(1), 1-11.
Lasindrang, M. 2014. Adsorpsi pencemaran limbah cair industri penyamakan kulit oleh
kitosan yang melapisi arang aktif tempurung kelapa. Jurnal Teknosains, 3(2).
Purwaningsih, D. Y., Anisa, D., & Putri, A. D. O. 2020. Kitosan Sebagai Koagulan Untuk
Removal Warna Pada Limbah Cair Industri Pangan. In Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Teknologi Terapan (Vol. 1, No. 1, pp. 541-546).
Rahayu, D. E., & Aulia, S. 2015. Penurunan Warna dan TSS Limbah Cair Tenun Sarung
Samarinda Menggunakan Kitosan Dari Limbah Cangkang Kepiting. Jurnal Purifikasi,
15(1), 1-11.
Ratnawulan, A., Noor, E., & Suptijah, P. 2018. Pemanfaatan kitosan dalam daur ulang air
sebagai aplikasi teknik produksi bersih. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia,
21(2), 276-286.
Rismawati, R., H. Hasri., S. Sudding. 2020. Kitosan Asetat Cangkang Bekicot (Achatina
Fulica) Sebagai Antibakteri Pada Kain Katun. Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam.
9(1): 45-56.
Sulistiyoningrum, R. S., J. Suprijanto., A. Sabdono. 2013. Aktivitas Anti Bakteri Kitosan dari
Cangkang Kerang Simping pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda: Kajian
Pemanfaatan Limbah Kerang Simping (Amusium sp.). Journal of Marine Research.
2(4): 111-117.
Sumeisey, G., S. D. Umboh., T. E. Tallei. 2019. Penyalutan Bakteri Asam Laktat
Menggunakan nanopartikel kitosan. PHARMACON. 8(4): 843-850.
Wulansari, P. D. 2011. Pengelolaan Limbah pada Pabrik Pengolahan Ikan di PT. Kelola
MinaLaut Gresik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(1):
Yusniartanti, N. 2019. Efektifitas kombinasi kitosan dan ferric chloride (FeCl3) dalam
menurunkan kekeruhan pada air baku.
LAMPIRAN
TSS
TSS = (b-a) x 100 mg/L
= 31,67 mg/L