PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang yang dibahas diatas tentang kemampuan koagulan kitosan
dalam menurunkan TSS dan COD kekeruhan limbah cair , maka diambil beberapa rumusan masalah,
antara lain
1. Bahan kitosan apa yang paling efektif untuk pengolahan limbah cair industri serta jenis
limbah cair apa yang mengalami penurunan TSS dan COD paling tinggi ?
2. Seberapa besar pengaruh dosis koagulan yang diberikan terhadap penurunan TSS dan COD
dalam pengolahan limbah cair industri?
3. Seberapa besar pengaruh waktu kontak terhadap penurunan TSS dan COD dalam pengolahan
limbah cair industri?
4. Seberapa besar pengaruh kecepatan pengadukan terhadap penurunan TSS dan COD dalam
pengolahan limbah cair industri?
Selain tujuan diatas, studi literatur ini juga mempunyai beberapa manfaat untuk pembaca, antara
lain :
1. Mengetahui peranan limbah dari hewan bercangkang terutama jenis arthopoda yang dapat
dijadikan sebagai kitosan sehingga memiliki nilai guna.
2. Meningkatkan kesadaran untuk memanfaatkan limbah hewan bercangkang sebagai upaya
mengurangi sampah.
3. Memberikan pengetahuan tentang pengolahan limbah menggunakan kitosan untuk
mengurangi nilai TSS dan COD agar limbah cair yang dibuang lebih aman bagi lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Kitosan (kiri), chitin (tengah), dan bahan baku rajungan (kanan)
Sumber : Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (2016)
Kitosan yang akan digunakan sebagai koagulan perlu diperhatikan juga standar dan
kandungannya agar kitosan yang telah dibuat bisa bekerja dengan maksimal. Tabel 2.1 menunjukkan
standar kandungan kitosan.
Tabel 2.4 Hasil Analisa Kualitas Kitosan dari Limbah Kulit Udang
Tabel 2.5 Hasil Analisis Kitosan dari Limbah Cangkang Udang Windu (Panaeus monodon)
Menurut Bergamasco tahun 2011, kitosan sebagai koagulan memiliki beberapa kelebihan
antara lain tidak beracun bagi manusia karena dari bahna alami, mudah terurai (biodegradable),
mampu men-treatment partikel koloid, COD, dan logam berat yang terkandung dalam air limbah.
Penggunaan biokulan kitosan cukup efisien pada dosis rendah sehingga dapat mengurangi volume
lumpur (Renaur et al, 2009).
Kitosan dihasilkan dari proses deasetilasi kitin dengan penggunaan alkali kuat. Secara umum
pembuatan kitosan ada tiga tahap, yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi (Soviana, dkk,
2020).
Deproteinasi adalah tahap penghilangan protein. Tujuan dari tahap deproteinasi adalah
memutuskan protein yang terikat pada kitin. Protein yang terdapat pada kitin dapat mempercepat
tumbuhnya mikroorganisme pembusuk sehingga membuat kitin menjadi bau. Sehingga tahapan
deproteinasi dapat memperpanjang masa simpan kitin. Menurut Amalina tahun 2016, adanya
kandungan protein di dalam cangkang kepiting akan menurunkan kualitas kitin dan kitosan yang
diisolasi dari cangkang kepiting. Biasanya pada proses deproteinasi dilakukan dengan menambahkan
larutan natrium hidroksida (NaOH), sambil dipanaskan pad suhu yang tidak terlalu tinggi ± 60-70°C.
Reaksi deproteinasi yang terjadi dapat dilihat pada gambar 2.5 yaitu :
Demineralisai adalah tahap penghilangan mineral. Menurut Aulia. Z tahun 2016, tujuan dari
tahap demineralisasi adalah memutuskan nineral-mineral yang ada dalam cangkang kepiting.
Kandungan mineral mineral yang terdapat pada cangkang kepiting yang paling besar adalah CaCO 3
(s). Mineral harus dihilangkan karena mineral akan membentuk pelindung yang menyebabkan
kecilnya daya serap apabila dimanfaatkan lebih lanjut. Mineral kalsium dalam cangkang akan
berikatan dengan ion klorin dalam asam korida membentuk garam kalsium klorida. Hasil reaksi
tersebut juga menghasilkan hasil samping berupa gas CO 2 dan air. Reaksi demineralisasi yang terjadi,
yatu :
CaCO3 (s) + 2 HCl (l) CaCl2 (l) + H2O (g) + CO2 (g)
Deasetilasi berujuan untuk mengubah kitin menjadi kitosan dengan cara mengubah gugus
asetamida (-NHCOCH3) pada kitin menjadi gugus amina (-NH 2). Gugus asetamida cenderung lebih
tahan terhadap degradasi dalam suasana basa. Jadi, tahap deproteinasi dengan menggunakan basa
dengan konsentrasi tinggi. Ukuran besarnya penghilangan gugus asetil pada gugus asetamida dikenal
dengan istilah derajat deasetilasi (DD). Derajt deasetilasi adalah salah satu karakteristik kimia yang
paling penting karena derajat deasetilasi mempengaruhi performa kitosan pada banyak aplikasinya
(Soviana, 2020).
A 1559 100
DD=
[( )x
A 3572 1,33 ]
Dimana : DD = Derajat deasetilasi kitosan (%)
A1559 = Intensitas pita serapan gugus amida pada gelombang 1559 cm−1
A3572 = Intensitas pita serapan gugus hidroksil pada panjang gelombang 3572 cm−1
2.3 Koagulasi – Flokulasi
Koagulasi yaitu proses pencampuran koagulan (bahan kimia) atau pengendap ke dalam air
baku dengan kecepatan perputaran yang tinggi dalam waktu yang singkat. Koagulan adalah bahan
kimia yang dibutuhkan pada air baku untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil
yang tidak dapat mengendap secara gravimetri. Koagulasi merupakan proses pengolahan air dimana
zat padat melayang ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok-flok dengan
cara penambahan zat kimia (misalnya PAC dan taas). Dari proses ini diharapkan flok-flok yang
dihasilkan dapat disaring (Susanto, 2008).
Menurut Susanto tahun 2008, koagulasi bertujuan untuk mengubah partikel padatan dalam air
baku yang tidak bisa mengendap menjadi mudah mengendap. Hal ini karena adanya proses
pencampuran koagulan ke dalam air baku sehingga menyebabkan partikel padatan yang mempunyai
padatan ringan dan ukurannya kecil menjadi lebih berat dan ukurannya besar (flok) yang mudah
mengendap. Proses koagulasi dapat dilakukan melalui tahap pengadukan antara koagulan dengan air
baku dan netralisai muatan. Prinsip dari koagulasi yaitu di dalam air baku terdapat partikel-partikel
kecil padatan yang sebagian besar bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel ini cenderung untuk
saling tolak-menolak satu sama lainnya sehingga tetap stabil dalam bentuk tersuspensi atau koloid
dalam air. Netralisasi muatan negatif partikel-partikel padatan dilakukan dengan pembubuhan
koagulan bermuatan positif ke dalam air diikuti dengan pengadukan secara cepat.
Flokulasi adalah pemyisihan kekekruhan air dengan cara pengumpulan partikel kecil menjadi
partikel yang lebih besar. Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap laju terbentuknya flok. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan proses flokulasi adalah pengadukan secara lambat, keadaan ini memberi kesempatan
partikel melakukan kontak atau hubungan agar membentuk penggabungan (agglomeration).
Pengadukan lambat ini dilakukan secara hati-hati karena flok-flok yang besar akan mudah pecah
melalui pengadukan dengan kecepatan tinggi (Susanto, 2008).
1) Pengaruh pH
Menurut Susanto tahun 2008, suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna
jika pH yang digunakan pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan
flokulan yang digunakan.
2) Pengaruh Suhu Temperatur
Proses koagulasi dapat berkurang pada suhu rendah karena peningkatan viskositas dan
perubahan struktur agregat menjadi lebih kecil sehingga dapat lolos dari saringan.
Sedangkan pada suhu tinggi yang mempunyai kerapatan lebih kecil akan mengalir ke
dasar kolam dan merusak timbunan lumpur (Susanto, 2008).
3) Konsentrasi Koagulan
Konsentraasi koagulan sangat berpengaruh terhadap tumbukan partikel, sehingga
penambahan koagulan harus sesuai dengan kebutuhan untuk membentuk flok-flok. Begitu
juga sebaliknya jika konsentrasi koagulan terlalu banyak makaflok tidak terbentuk
denganbaik dan dapat menimbulkan kekeruhan kembali (Susanto, 2008).
4) Pegadukan
Menurut Susanto tahun 2008, pengadukan yang baik diperlukan koagulasi dan flokulasi
yang optimum. Pengadukan terlalu lambah mengakibatkan aktu pertumbuhan flok
menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat mengakibatkan flok-flok yang terbentuk
menjadi pecah kembali.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan dengan studi literatur dari beberapa penelitian-penelitian dahulu
untuk mempelajari kandungan kitosan. Dimana kitosan dapat mempengaruhi dalam penurunan COD
dan TSS. Standar andungan kitosan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Berdasarkan Tabel 2.1 standar
deasetilasi lebih dari 70%. Menurut Asmi dkk (2014), kitosan yang mempunyai derajat deasetilasi
lebih dari dari 60% dapat digunakan sebagai adsorben.
Berdasarkan studi literatur dari beberapa jurnal penelitian terdahulu, didapatkan variasi yang
digunakan dalam penelitian tersebut. Adapun variasi yang digunakan antara lain :
Berdasarkan studi literatur mengenai metode pembuatan kitosan dari beberapa sumber dari
beberapa penelitian terdahulu. Pada studi literatur ini dipilih kitosan dengan hasil derajat deasetilasi
terbaik.
Abdullah, H. A., & Jaeel, A. J. (2019). Chitosan as a Widely Used Coagulant to Reduce Turbidity and
Color of Model Textile Wastewater Containing an Anionic Dye (Acid Blue). IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering, 584(1), 0–7. https://doi.org/10.1088/1757-
899X/584/1/012036
Abebe, L. S., Chen, X., & Sobsey, M. D. (2016). Chitosan coagulation to improve microbial and
turbidity removal by ceramicwater filtration for household drinking water treatment.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 13(3).
https://doi.org/10.3390/ijerph13030269
Aulia, Z., Sutrisno, E., & Hadiwidodo, M. (2016). Pemanfaatan Limbah Cangkang Kepiting Sebagai
Biokoagulan Untuk Menurunkan Parameter Pencemar Cod Dan Tss Pada Limbah Industri Tahu.
Foreign Affairs, 5(2), 1–12.
Bija, S., Yulma, Y., Imra, I., Aldian, A., Maulana, A., & Rozi, A. (2020). Sintesis Biokoagulan
Berbasis Kitosan Limbah Sisik Ikan Bandeng dan Aplikasinya Terhadap Nilai BOD dan COD
Limbah Tahu di Kota Tarakan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 23(1), 86–92.
https://doi.org/10.17844/jphpi.v23i1.30888
Cahyono, E. (2018). Karakteristik Kitosan Dari Limbah Cangkang Udang Windu (Panaeus monodon).
Akuatika Indonesia, 3(2), 96. https://doi.org/10.24198/jaki.v3i2.23395
Hossain, A. K. M. N. U., Sela, S. K., Saha, S., Das, A., Iqbal, S. F., & Hassan, M. N. (2018).
Treatment of textile waste water using natural catalyst (chitosan and microorganism). Journal of
Textile Engineering & Fashion Technology, 4(5), 320–325.
https://doi.org/10.15406/jteft.2018.04.00159
Kalsum, S. U., & Indro, I. (2020). Pemanfaatan Limbah Udang (Kitosan) Sebagai Koagulan Alami
Dalam Penurunan Parameter Air Gambut. Jurnal Daur Lingkungan, 3(1), 1.
https://doi.org/10.33087/daurling.v3i1.35
Kangama, A., Zeng, D., Tian, X., & Fang, J. (2018). Application of Chitosan Composite Flocculant in
Tap Water Treatment. Journal of Chemistry, 2018(Dd). https://doi.org/10.1155/2018/2768474
Kaur, B., Garg, R. K., & Singh, A. P. (2020). Treatment of Wastewater from Pulp and Paper Mill
using Coagulation and Flocculation. Journal of Environmental Treatment Techniques, 9(1),
158–163. https://doi.org/10.47277/jett/9(1)163
Li, M., Zhu, X., Yang, H., Xie, X., Zhu, Y., Xu, G., Hu, X., Jin, Z., Hu, Y., Hai, Z., & Li, A. (2020).
Treatment of potato starch wastewater by dual natural flocculants of chitosan and poly-glutamic
acid. Journal of Cleaner Production, 264. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.121641
Marey, A. M. (2019). Effectiveness of chitosan as natural coagulant in treating turbid waters. Revista
Bionatura, 4(2), 856–860. https://doi.org/10.21931/RB/2019.04.02.7
Meicahayanti, I., Marwah, M., & Setiawan, Y. (2018). Efektifitas Kitosan Limbah Kulit Udang dan
Alum Sebagai Koagulan dalam Penurunan TSS Limbah Cair Tekstil. Jurnal Chemurgy, 2(1), 1.
https://doi.org/10.30872/cmg.v2i1.1630
Momeni, M. M., Kahforoushan, D., Abbasi, F., & Ghanbarian, S. (2018). Using Chitosan/CHPATC
as coagulant to remove color and turbidity of industrial wastewater: Optimization through RSM
design. Journal of Environmental Management, 211, 347–355.
https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2018.01.031
Mustafiah, M., Darnengsih, D., Sabara, Z., & Abdul Majid, R. (2018). Pemanfaatan Kitosan Dari
Limbah Kulit Udang Sebagai Koagulan Penjernihan Air. Journal Of Chemical Process
Engineering, 3(1), 21. https://doi.org/10.33536/jcpe.v3i1.190
Okey-Onyesolu, C. F., Chukwuma, E. C., Okoye, C. C., & Onukwuli, O. D. (2020). Response Surface
Methodology optimization of chito-protein synthesized from crab shell in treatment of abattoir
wastewater. Heliyon, 6(10), e05186. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05186
Picos-Corrales, L. A., Sarmiento-Sánchez, J. I., Ruelas-Leyva, J. P., Crini, G., Hermosillo-Ochoa, E.,
& Gutierrez-Montes, J. A. (2020). Environment-Friendly Approach toward the Treatment of
Raw Agricultural Wastewater and River Water via Flocculation Using Chitosan and Bean Straw
Flour as Bioflocculants. ACS Omega, 5(8), 3943–3951.
https://doi.org/10.1021/acsomega.9b03419
Putri, M. S., Hartati, E., & Djaenudin, D. (2019). Penyisihan Parameter TSS dan COD Menggunakan
Koagulan Nanokitin dan Kitosan pada Pengolahan Air Sungai Cikapundung. Jurnal Serambi
Engineering, 5(1), 868–874. https://doi.org/10.32672/jse.v5i1.1659
Renault, F., Sancey, B., Badot, P. M., & Crini, G. (2009). Chitosan for coagulation/flocculation
processes - An eco-friendly approach. European Polymer Journal, 45(5), 1337–1348.
https://doi.org/10.1016/j.eurpolymj.2008.12.027
Saniy, T. H. S. P. (2017). CANGKANG UDANG DAN METODE OZONASI ( Studi Kasus : Lindi TPA
Jatibarang , Kota Semarang ). 6(1), 1–11.
Sari, N. P., Ario, R., & Yulianto, B. (2018). Efektifitas Kitosan dalam Penurunan Kadar Lipid pada
Limbah Produksi Batik Desa Pencongan , Pekalongan. 7(1), 35–41.
Setiawan, A., Yunus, C. E., Ramadani, T. A., Mayangsari, N. E., Studi, P., & Pengolahan, T. (2019).
Disetujui : 03-12-2019. 272–283.
Shabriyani Hatma, Setyawati Yani, & Suryanto, A. (2021). Optimalisasi Penggunaan Kitosan Limbah
Kulit Udang Vannamei Sebagai Koagulan dalam Perbaikan Kualitas Air Danau. Jurnal
Indonesia Sosial Sains, 2(2), 300–310. https://doi.org/10.36418/jiss.v2i2.190
Soviana, E., Irfan, M., & Siswanti, D. (2020). Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan” Pembuatan Kitosan dari Limbah Cangkang Kepiting untuk Mengolah Limbah
Cair Tahu. 14–15.
Thirugnanasambandham, K., Sivakumar, V., & Maran, J. P. (2014). Bagasse wastewater treatment
using biopolymer - A novel approach. Journal of the Serbian Chemical Society, 79(7), 897–909.
https://doi.org/10.2298/JSC130619153T