Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI LIMBAH
“STRATEGI PENGAMBILAN SAMPEL DAN KARAKTERISASI LIMBAH CAIR”

Oleh :
Nama : Raihannada Putri Achmadsyah
NIM : 225100300111085
Kelompok : 13
Asisten : Rayhan Najwan

LABORATORIUM BIOINDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan produk sampingan dari suatu aktivitas manusia.Hampir seluruh
aktivitas manusia mulai dari rumah tangga hingga industri, pertanian, medis, pariwisata dan
lain lain menghasilkan produk sampingan sebagai contoh pada tingkat rumah tangga ada
limbah sisa makanan lalu pada tingkat pabrik atau industri terdapat asap, lalu pada medis
terdapat bekas suntikan, bekas infus, selanjutnya pada bidang pariwisata terdapat limbah
yang dihasilkan manusia saat melakukan pariwisata seperti asap kendaraan atau sisa
makanan. Limbah tidak boleh sembarangan dibuang karna jika tidak diolah dengan benar
maka limbah dapat berakibat buruk pada lingkungan dan ekosistem terutama limbah
berbahaya atau B3 yang beracun dan berpotensi merusak lingkungan, Limbah berdasarkan
bentuknya dapat dibedakan menjadi limbah padat cair dan gas.
Penting untuk mengetahui karakteristik dan cara pengujian pada limbah agar dapat
menentukan tingkat bahaya limbah sekaligus mengolahnya agar mengurangi dampak
negatifnya pada lingkungan. Karakteristik dari limbah cair sendiri dapat dibagi menjadi tiga
yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis. Sifaf fisik yang dapat diamati adalah pH, suhu,
TS atau total solid yaitu total dari padatan terlarut serta zat padat yang telah tersuspensi,
TSS atau total suspended solid yaitu padatan yang menjadi sebab kekeruhan pada air,
kekeruhan, warna dan bau. Kemudian sifat kimia terdiri dari COD yaitu jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik dan BOD yaitu jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mendegradasi bahan organik. Selanjutnya sifat biologis terdiri dari total
coliform yaitu bakteri yang digunakan sebagai indikator pengukuran kadar pencemaran.
Untuk menganalisis karakterisasi pada limbah dapat digunakan instrument atau alat alat
yang menunjang prosesnya seperti pH meter untuk mengukur derajat keasaman,
spektrofotometer uv-vis untuk mengukur kekeruhan dan warna, Oven untuk analisa TS, COD
meter untuk mengukur COD, DO meter untuk mengukur BOD, termometer untuk mengukur
suhu, dan glassware seperti tabung reaksi, cawan petri, kuvet, gelas baker, pipet ukur, pipet
tetes, gelas ukur dan lain lain.
Analisis dan pengetahuan mengenai karakterisasi limbah cair sangat penting, sebagai
contoh saat kita hendak mengolah limbah cairan hasil industri kita harus mengetahui
karakterisasinya mulai dari secara fisik kimia dan biologis untuk menilai apakah limbah ini
berbahaya, seberapa tingkat bahayanya, bagaimana cara mengolah limbah tersebut agar
dampak nya pada lingkungan dapat diminimalisasi. Jika pihak terkait tidak mengetahui
karakterisasi dari limbahnya, maka akan sulit untuk menilai tingkat bahaya dan cara
pengolahan yang paling tepat untuk limbah tersebut.

1.2 Tujuan
Setiap praktikum pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Pada praktikum Strategi
Pengambilan Sampel dan Karakterisasi Limbah Cair ini terdapat dua tujuan yang diharapkan
dapat tercapai. Tujuan pertama yaitu diharapkan praktikan dapat mengetahui sekaligus
memahami karakteristik dari suatu limbah cair. Kemudian tujuan kedua yaitu praktikan
diharapkan dapat mengetahui dan menerapkan cara pengujian parameter limbah cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Limbah Cair
Limbah cair dapat mempengaruhi kondisi air dan ketersediaan air bersih. Jika limbah
tidak ditingkatkan kualitasnya dan terus dihasilkan dalam jumlah banyak maka akan
mempengaruhi kehidupan berbagai macam makhluk hidup termasuk manusia. Untuk itu,
penting bagi masyarakat terutama pihak pihak yang terkait dengan limbah untuk memahami
karakteristik dari limbah cair agar dapat mengolahnya dengan baik serta memahami limbah
seperti apa yang bisa langsung dibuang dan limbah seperti apa yang harus diolah terlebih
dahulu (Martini et al., 2020).
Limbah cair dapat mempengaruhi kualitas lingkungan sekitarnya. Karakteristik dan
jenis limbah cair dapat mempengaruhi tingkat bahaya yang diakibatkan oleh limbah cair
tersebut karena itu penting untuk mengetahui karakteristik dari suatu limbah agar
mempermudah pengolahan dan penanganan limbah tersebut. Dalam pengujian limbah cair
terdapat beberapa parameter yang dinilai seperti COD yang nilainya berbanding lurus
dengan nilai cemaran dari suatu lingkungan (Sari, 2019).

2.1.1 Karakteristik Fisik Limbah Cair


Terdapat beberapa karakteristik yang dapat diamati pada limbah cair salah satunya
adalah karakter fisik. Salah satu karakter fisik yang penting untuk diamati adalah pH atau
derajat keasaman pada suatu limbah cair. pH atau derajat keasaman dari air dapat memberi
pengaruh pada kelarutan air tersebut. Batas normal yang menunjukkan tingkat produktivitas
dan kualitas air normal adalah 6-8 selebihnya maka kondisi limbah dan pencemaran di
perairan tersebut tidak baik dan dapat mengganggu kehidupan disana. Selain itu terdapat
padatan tersuspensi atau TSS yang menunjukkan kandungan zat yang telah tersuspensi
pada limbah( Fitriyani, 2020 ).
Karakter fisik limbah cair dapat dinilai dari beberapa aspek antara lain temperatur
atau suhu, jumlah padatan terlarut, total padatan, jumlah padatan tersuspensi, warna, bau,
salinitas, kekeruhan dan daya hantar listrik. Temperatur atau suhu dari limbah cair umumnya
memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada air normal, selain itu temperatur atau suhu juga
dapat berpengaruh pada reaksi kimia, laju reaksi, serta kehidupan makhluk hidup mulai dari
yang tinggal di air, hingga manusia yang mengunakan airnya. Jumlah padatan terlarut atau
total dissolved solid (TDS) yang merupakan total zat terlarut yang terdapat pada suatu
larutan dengan diameter kurang dari 10−3 mikrometer, dimana TDS yang berubah
konsentrasinya dapat mempengaruhi aspek aspek lain dari perairan seperti toksisitas dan
salinitas. Jumlah padatan tersuspensi atau total suspended solid (TSS) adalah jumlah
seluruh zat padat yang telah tersuspensi. Perbedaan padatan terlarut, koloid dan padatan
tersuspensi ada di ukuran diameternya. Kekeruhan berkaitan erat dengan TSS yang
merupakan salah satu penyebab air menjadi keruh. Selanjutnya warna memiliki nilai yang
berbanding lurus dengan tingkat cemaran atau polutan dimana semakin tingi intensitas
warna maka semakin tinggi tingkat cemaran. Kemudian bau merupakan indikasi adanya
cemaran, dimana munculnya bau mempermudah identifikasi tingkat bahaya limbah (Sandra
et al., 2022).

2.1.2 Karakteristik Kimia Limbah Cair


Salah satu karakteristik yang dapat diamati pada limbah cair adalah karakteristik
kimia. Contoh karakteristik kimia yang dapat diamati adalah BOD dan COD. BOD
merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai atau mendegradasi zat organik
dimana nilai BOD berbanding lurus dengan tingkat cemaran yang terjadi, semakin besar
BOD maka artinya pencemaran semakin berat. Baku mutu limbah domestik menurut permen
lingkungan hidup adalah 30 mg/L. Kemudian COD merupakan jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasi atau berperan sebagai oksidator melalui suatu reaksi kimia.
Baku mutu limbah domestik menurut permen lingkungan hidup adalah 100 mg/L (Fitriyanti,
2020).
Karakteristik kimia dapat diartikan sebagai sifat sifat yang muncul akibat reaksi kimia.
Beberapa aspek yang dapat diamati adalah kandungan logam seperti timbal, kadmium, besi,
fosfat. Kemudian kandungan bahan organik seperti oksigen terlarut atau dissolved oxygen
(DO), kebutuhan oksigen biokimia atau biochemical oxygen (BOD), kebutuhan oksigen kimia
atau chemical oxygen demand (COD).Kemudian adalah kandungan minyak atau lemak.
Standar untuk masing masing kandungan adalah sebagai berikut, timbal pada air yang
diminum sebaiknya kurang dari 0,1 mg/liter, kadmium pada perairan alami berkisar 0,0001-
0,001 mg/L dan untuk melindungi biota laut sebaiknya kadmium berkisar 0,0002 mg/L, besi
pada perairan alami berkisar 0,05 – 0,2 mg/L dan kadar besi yang melebihi 1,0 mg/L dapat
membahayakan ekosistem, kadar fosfat pada perairan alami adalah 0,005 mg/L – 0,02 mg/L,
dimana kadar fosfat tidak boleh terlalu rendah atau tinggi untuk menjaga kondisi ekosistem
suatu perairan. Selanjutnya kandungan bahan organik yaitu BOD pada perairan alami
berkisar 5,0-7,0 dan BOD yang melebihi 10 mg/L diartikan sudah tercemar,kemudian COD
pada perairan yang tidak tercemar umumnya berkisar kurang dari 20 mg/L (Sandra et al.,
2022).

2.1.3 Karakteristik Biologis Limbah cair


Pemeriksaan karakteristik biologis diperlukan untuk memisahkan bakteri patogen
dalam limbah cair. Contoh bakteri yang dapat menjadi indikator penilaian air adalah coliform
yaitu E.Coli. Jumlah coliform yang tinggi dapat mempengaruhi ekosistem air seperti
kematian pada biota ikan (Sandra et al., 2022).
Bakteri e-coli merupakan bakteri gram negatif yang termasuk coliform. Coliform
sendiri merupakan bakteri yang dapat digunakan untuk mengindikasi adanya pencemaran
dan kondisi salinitas suatu perairan yang kurang baik. Kadar maksimum coliform adalah
3000/100 mL (Farida dan Hartanti, 2021).

2.2 Pengujian Parameter Limbah Cair


2.2.1 Analisis Fisik Limbah Cair
Terdapat beberapa aspek sifat fisik yang dapat dianalisis pada limbah cair. Contoh
sifat fisik yang dapat dianalisis adalah pH atau derajat keasaman dan suhu limbah. Metode
yang bisa digunakan untuk menganalisis pH adalah menggunakan bantuan alat pH meter
dan suhu diukur menggunakan termometer. Hasil pada literatur menunjukkan limbah cair
tapioka memiliki suhu 27,3 derajat celcius dan pH 4,77 dan beberapa pengukuran sifat kimia
menunjukkan limbah tersebut belum memenuhi baku mutu lingkungan (Juliasih dan Amba,
2019).
Aspek sifat fisik limbah yang bisa dinilai adalah kadar TSS, kadar keasaman, warna,
aroma dan kekeruhan. Analisis kadar TSS menggunakan kertas saring whatman yang
ditetesi aquades kemudian dimasukkan ke oven lalu dimasukkan ke desikator, ditimbang dan
disaring kemudian sampel disaring dan dihomogenkan lalu disaring dengan kertas saring,
selanjutnya kertas saring dimasukkan oven dan desikator lagi lalu dihitung TSS dengan
rumus TSS = ((A-B)x 1000)/(V ) ………..………..(1) Keterangan : A = berat kertas saring +
sampel setelah dioven (mg) B = berat kertas saring setelah dioven (mg) V = volume sampel
(ml). Kemudian analisa pH menggunakan kertas pH yang dicelupkan ke cawan petri berisi
sampel dengan 3 kali repetisi dan untuk uji fisik seperti warna aroma dan kekeruhan
menggunakan sistem score sheet dengan 15 panelis (Ilmannafian et al., 2020).

2.2.2 Analisis Kimia Limbah Cair


Terdapat beberapa aspek sifat kimia yang dapat dianalisis pada limbah cair. Contoh
analisis yang dilakukan adalah kadar COD. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat COD adalah menggunakan COD meter atau tabung digesti COD. Prosedur analisis
kadar COD adalah dengan memasukkan sampel ke erlenmeyer, kemudian menambahkan t
0,1 g HgSO4, 5 mL K2Cr2O7 0,25 N, dan campuran asam sulfat dan perak sulfat (7,5 mL),
kemudian dihomogenkan. Setelah homogen, campuran tersebut dimasukkan ke tabung
COD dan dilakukan refluks selama kurang lebih 2 jam pada suhu 150 derajat celcius.
Setelah campuran tersebut dingin, ditambah indicator kemudian di titrasi hingga terjadi
perubahan warna (Juliasih dan Amba 2019).
Limbah cair memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Aspek sifat kimiawi yang
bisa dinilai adalah BOD dan COD. Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk
analisis BOD dan COD. Diawali dengan pengambilan sampel menggunakan APD.
Kemudian, sampel dari masing masing konsentrasi dilakukan pengujian parameter BOD dan
COD (Ilmannafian et al., 2020).
The JinniuTiantie Group has been running a full-scale wastewater treatment facility in
China's Hebei Province ever since 2010. Wastewater from the desulphurization, gas seal
unit, and ammonia distillation processes makes up the plant. Pretreatment of the combined
wastewater with flocculation utilizing polyacrylamide (PAM) and ferrous sulfate (FeSO4)
reduces COD. In order to create a favorable environment for microbial development,
phosphate is introduced to the conditioning chamber. Fluidized bed reactors are used in the
biological O/H/O process to further treat the stable effluent. Ozone catalytic oxidation is
another innovative treatment applied to the plant. From July 20 to August 19 of this year,
operational wastewater quality was monitored for 30 days. This included raw CWW,
conditioning chamber effluent, and effluents from the O1, H, and O2 reactors (Wei et al.,
2023).
JinniuTiantie Group telah menjalankan fasilitas pengolahan air limbah skala penuh di
Provinsi Hebei, Tiongkok, sejak tahun 2010. Air limbah dari proses desulfurisasi, unit
penyegelan gas, dan distilasi amonia membentuk pabrik. Pengolahan awal air limbah
gabungan dengan flokulasi menggunakan poliakrilamida (PAM) dan besi sulfat (FeSO4)
mengurangi COD. Untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan
mikroba, fosfat dimasukkan ke dalam ruang pendingin. Reaktor unggun terfluidisasi
digunakan dalam proses biologis O/H/O untuk mengolah lebih lanjut limbah yang stabil.
Oksidasi katalitik ozon adalah perawatan inovatif lain yang diterapkan pada pabrik. Dari
tanggal 20 Juli hingga 19 Agustus tahun ini, kualitas air limbah operasional dipantau selama
30 hari. Ini termasuk CWW mentah, limbah ruang pendingin, dan limbah dari reaktor O1, H,
dan O2 (Wei et al., 2023).

2.2.3 Analisis Biologis Limbah Cair


Parameter biologis limbah cair adalah total coliform. Total coliform memiliki nilai yang
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran dimana semakin tinggi nilai total coliform maka
semakin tinggi nilai cemaran. Metode analisis diawali dengan pengambilan sampel kemudian
dilakukan pembuatan media lactose broth kemudian media tersebut dimasukkan ke tabung
reaksi. Lalu tabung reaksi disimpan dalam tabung durham dengan posisi terbalik dan
disterilkan dengan autoklaf. Selanjutnya media bisa didinginkan suhu ruang. Kemudian
sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu di inkubasi dan dihitung gelembung yang
terperangkap di bagian dalam tabung durham (Sulistia dan Septistya 2019).
Labeling the plates, putting a membrane filter on a porous plate filter, shaking the
sample container, and pouring a 100 mL sample into the funnel are all steps in the standard
procedure for measuring total coliform and fecal coliform bacteria in water samples. The filter
is then put on a medium plate after the vacuum pump has been switched off. Plates are
incubated at 35°C for 24 hours to detect total coliform, and at 44.5°C + 0.2°C for 24 hours to
detect fecal coliform. On mFC medium and Endo type membrane filters, colony-forming units
(CFU) are measured (Mahmoud et al., 2022).
Langkah untuk menghitung total coliform adalah memberi label pada pelat,
memasang filter membran pada filter pelat berpori, mengocok wadah sampel, dan
menuangkan 100 mL sampel ke dalam corong merupakan langkah-langkah dalam prosedur
standar untuk mengukur bakteri total coliform dan bakteri coliform tinja dalam sampel air.
Filter kemudian diletakkan di atas pelat medium setelah pompa vakum dimatikan. Pelat
diinkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam untuk mendeteksi total coliform, dan pada suhu
44,5°C + 0,2°C selama 24 jam untuk mendeteksi fecal coliform. Pada media mFC dan filter
membran tipe Endo, unit pembentuk koloni (CFU) diukur (Mahmoud et al., 2022).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Setiap praktikum tentunya memerlukan alat dan bahan untuk menunjang berjalannya
praktikum. Masing masing alat memiliki karakteristik dan cara penggunaan yang berbeda
dan perlu diperhatikan agar sesuai dengan standar yang ada. Setiap alat juga memiliki
fungsi dan tujuan yang berbeda.
Terdapat beberapa alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum Strategi
Pengambilan Sampel dan Karakterisasi Limbah Cair. Alat yang diperlukan adalah pH meter,
kuvet, spektrofotometer UV-Vis, alat filtrasi, Gelas Beaker, pH meter, gelas volumetrik,
tabung reaksi, cawan petri, oven, desikator, DR 100 colorimeter, COD reactor, pipet, kertas
tissue, botol BOD, inkubator BOD, termometer, dan DO meter. Kemudian bahan yang
diperlukan adalah sampel limbah, aquades, tisu, standar turbidity, larutan H2SO4, larutan
NaOh, larutan standar pH, COD vials, larutan MgSO4, CaCl2, FeCl3, dan H2SO4.

3.2 Diagram Alir


3.2.1 Analisis Sifat Fisik Limbah Cair
3.2.1.1 pH
3.2.1.1 pH

Sampel Limbah Cair

Dimasukkan kedalam

gelas beaker

Diukur pH

Hasil

3.2.1.2 Kekeruhan/ Turbidity

Sampel Limbah Cair, aquades,


dan standar turbidity
Dimasukkan kedalam kuvet

Dilakukan standarisasi konsentrasi turbidity dengan

Spektrofotometer UV-Vis pada Panjang gelombang 860 nm

Diukur kekeruhan aquades dan sampel limbah cair

dengan Spektrofotometer UV-Vis pada Panjang gelombang 860 nm

Hasil

3.2.1.3 Warna

Sampel Limbah Cair

Dinetralkan hingga pH 7,5

Dilakukan filtrasi

Diukur absorbansi warna pada filtrat dengan

Spektrofotometer UV-Vis pada Panjang gelombang 465 nm

Hasil

3.2.1.4 Bau

Sampel Limbah Cair

Diamati bau

Hasil
3.2.1.5 Analisis Total Solid

25 mL Sampel Limbah Cair (W2)

Dimasukkan kedalam cawan porselin yang

sudah diketahui bobot kosongnya(W1)

Sampel diuapkan di dalam oven pada suhu 105°C

selama 24 jam atau hingga bobot konstan

Didinginkan di desikator selama 15 menit

Ditimbangkan sebagai W3

Hasil

3.2.2 Analisis Sifat Kimia Limbah Cair

3.2.2.1 Analisis BOD


Sampel Limbah Cair

Dimasukkan kedalam gelas beaker

Diukur DO pada hari ke-0

Diinkubasi selama 5 hari

Diukur DO pada hari ke-5

Dihitung kadar BOD menggunakan rumus BOD=DO(0)-DO(5)

Hasil
3.2.2.2 Pengukuran DO

Sampel Limbah Cair

Dimasukkan kedalam

gelas beaker

Diukur DO menggunakan DO meter

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Farida N dan Hartanti DA. 2021. Teknik Analisis Limbah Cair. LPPM, Jombang.
Fitriyanti R. 2020. Karakteristik limbah domestik di lingkungan mess karyawan
pertambangan batubara. Jurnal univpgri-palembang, 5(2) : 72 – 78
Ilmannafian AG, Lestari E, dan Khairunisa F. 2020. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit Dengan Metode Filtrasi Dan Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Eceng
Gondok (Eichhornia Crassipes). Jurnal Teknologi Lingkungan, 21(2): 1-10.
Juliasih NLGR, dan Amha RF. 2019. Analisis COD, DO, kandungan posfat dan nitrogen
limbah cair tapioka. Analit: Analytical and Environmental Chemistry, 4(1): 65-72.
Mahmoud ME, Shoaib SMA, Salam MA, Elsayed SM. 2022. Efficient and fast removal of total
and fecal coliform, BOD, COD and ammonia from raw water by microwave heating
technique. Elsevier, 19(100847) : 1-11
Martini S, Yuliwati E, dan Kharismadewi D. 2020. Pembuatan Teknologi Pengolahan Limbah
Cair Industri. Jurnal Distilasi, 5(2): 26-33.
Sandra L, Jasin FM, Pido R, Makbul R, Udyani K, Patimah, Sari DK, Satriawan D, Fajar HR,
Ningsih E, Sinaga J. 2022. Proses Pengolahan Limbah. Global Eksekutif Teknologi,
Padang.
Sari YS. 2019. Mengolah COD Pada Limbah Laboratorium. Jurnal Komunitas: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2): 22-31.
Sulistia S dan Septisya AC. 2019. Analisis Kualitas Air Limbah Domestik Perkantoran. Jurnal
Rekayasa Lingkungan, 12(1) : 41-57
LAMPIRAN

2.1

2.1
2.1.1
2.1.1
2.1.2
2.1.2
2.1.3
2.1.3
2.2.1
2.2.1
2.2.2
2.2.2

2.2.2
2.2.3
2.2.3

Anda mungkin juga menyukai