Anda di halaman 1dari 19

BIODEGRADASI LIMBAH DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN

INOKULUM ALAMI DARI TANGKI SEPTIK

Kelompok 1

Anggota :

1. Vissia Galih Priangga Dewi (02211540000007)


2. Sonya Hidayati Setiyono (02211745000002)
3. Citra Sekar M. (02211640000058)
Dosen : Dr. Eng. R. Darmawan, ST., MT

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air limbah merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia
sehari-hari, olehsebab itu air limbah ini akan selalu diupayakan agar tidak mempengaruhi
kondisi lingkungan dankesehatan manusia. Karena jika air limbah yang dihasilkan dari
aktifitas manusia tersebut tidak sajamempengaruhi aspek lingkungan dan kesehatan, bahkan
akan mempengaruhi produktifitas kerjamanusia yang tinggal di dalam lingkungan yang
tidak sehat.Pada zaman dahulu orang belum mengolah air limbah yang dihasilkan, karena
kuantitas air limbahbelum mempengaruhi kondisi lingkungan dan kualitasnya dapat diolah
sendiri secara alamiah yangdikenal dengan self purifications.Tetapi sekarang, dimana
pertumbuhan manusia cukup tinggi, sedangkan sumber daya air, baik kuantitasmaupun
kualitasnya semakin menurun, khususnya air tanah mulai tercemar oleh air limbah
rumahtangga yang tidak dikendalikan dengan baik.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Kepmen LH) nomor 112 Tahun
2013tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik adalah air limbah yang
berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant),
perkantoran, apartemen, dan asrama. Sementara itu, air limbah domestik merupakan
penyebab terbesar pencemaran dan kerusakan pesisir di Indonesia.Pertumbuhan penduduk
di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar, telah mendorong peningkatan
kebutuhan akan perumahan. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya permasalahan pada
sistem sanitasi lingkungan.Permasalahan sanitasi pemukiman kota yang hingga saat ini
masih belum tergarap dengan baik yaitu pembuangan air limbah rumah tangga dan
pembuangan sampah, dimana sebagian besar masyarakatmasih membuang limbah rumah
tangga ke saluran terbuka yang menimbulkan lingkungan permukimanmenjadi kotor dan
merupakan salah satu dari penyebab banjir akibat penyumbatan gorong-gorong olehsampah
yang dibuang ke saluran air limbah dan ke saluran drainase. Berdasarkan tingkat kepadatan
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, maka air limbah domestik di
lingkungan pemukiman untuk masa yang akan datang potensial menjadi ancaman yang
cukup serius terhadap pencemaran lingkungan perairan. Untuk mengetahui apakah
pengolahan air limbah dari sumbernya layak atau tidak, dapat dilihat dariberbagai kasus
pada tiap pembangunan perumahan yang kurang atau bahkan tidak sama sekali
memperhatikan standar yang ada sebagai pedoman ataupun guide line pembangunan sistem
pengolahanair limbah.Apabila air limbah dari sumber tersebut diketahui tidak memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan makadiperlukan pengolahan terlebih dahulu.
Saat ini pencemar paling dominan di badan air adalah airlimbah domestik yang
presentasinya bisa mencapai 60 – 70%. Air limbah domestik terdiri dari parameter BOD,
TSS, pH,minyak dan lemak yang apabila keseluruhan parametertersebut dibuang langsung
ke badan air, akan mengakibatkanpencemaran air. Oleh karena itu sebelum dibuang ke
badan air,harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat memenuhi standarbaku mutu yang
berlaku (Filliazati, 2013). Kurangnya pengolahan terhadap air limbah domestik yang
menyebabkanmeningkatnya kadar BOD, COD dan fosfor dalam badan airdapat
mengindikasi adanya pencemaran dalam badan air.Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Airdan Pengendalian Pencemaran Air, dimana diwajibkan semuaair
limbah domestik harus diolah terlebih dahulu sebelumdibuang ke saluran umum.
Teknologi pengolahan air limbah yang dipilih harus dapat meningkatkan kualitas air
efluent dari sistemyang digunakan baik secara fisik, kimia maupun bakteriologis.
Karena kualitas air efluent dari suatu sistem yang memenuhi persyartan baku mutu air
limbah makakondisi sanitasi pun akan tercipta dengan baik.Berkembangnya teknologi
pengolahan air limbah makainstalasi maupun komponen instalasi yang digunakan saat ini
banyak menggunakan teknologi yangmodern pula. Biodegradasi merupakan salah satu
pengolahan limbahsecara biologi yang sering dipilih karena efektif untukpengolahan
limbah organik terlarut dan membutuhkan biayayang sedikit.
Namun demikian adanya keterbatasan khususnya dalam operasi dan
pemeliharaaninstalasi pengolahan air limbah, maka kondisi masyarakat Indonesia masih
memerlukan teknologi yangsesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi Indonesia saat
ini.Pengolahan air limbah mulai dari perdesaan, kecamatan, hingga kota besar, penggunaan
instalasipengolahan air limbah dalam bentuk instalasi individual seperti Tangki Septik atau
Cubluk, masih sesuaidengan tingkat pelayanan penyehatan lingkungan bagi masyarakat
yang terdapat di pedesaan, dikotakecil maupun di kota besar.
Parameter kimia untuk mengukur tingkat biodegradasilimbah organik adalah
dengan mengukur nilai ChemicalOxygen Demand (COD), nilai Biochemical Oxygen
Demand(BOD), dan pH limbah. Apabila kandungan bahan organikdalam limbah tinggi,
maka semakin banyak pula oksigen yangdibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
mendegradasi bahanorganik tersebut, sehingga nilai BOD dan COD limbah jugaakan
tinggi. Sebaliknya jika nilai BOD dan COD rendah,maka dapat diinterpresentasikan bahwa
bahan organik yangada dalam limbah tersebut rendah.
Parameter fisika untuk mengetahui kandungan bahan organik dan inorganik dari
limbah cair adalah dengan mengukur nilai kandungan Total Suspended Solid (TSS) dan
Total Dissolved Solid (TDS). Zat padat tersuspensi atau TSS adalah semua zat padat atau
partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti
fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus
dan partikel-partikel anorganik (pasir, lumpur, dan tanah liat). Zat padat tersuspensi
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen dan berfungsi
sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan
produksi zat organik di suatu perairan (M.S. Tarigan, 2003). Sedangkan Total Dissolved
Solid atau padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari
padatan tersuspensi. Jumlah TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik dan gas
terlarut (K.D. Harmayani, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh potensi mikroorganisme dari tangki septik dalam proses
biodegradasi bahan organik limbah domestik pada kondisi terang?
2. Apa saja parameter yang digunakan untuk mengetahui hasil proses biodegradasi?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah.
1. Mengetahui pengaruh potensi mikroorganisme dari tangki septik dalam proses
biodegradasi bahan organik limbah domestik pada kondisi terang.
2. Mengetahui parameter apa saja yang digunakan untuk mengetahui hasil proses
biodegradasi.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah.

1. Sebagai solusi baru yang ramah lingkungan untuk mengolah limbah domestik
menggunakan inokulum alami dari tangki septik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Organik
Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai, dapat berbentuk cair,
gas, dan padat (Y. Putra, 2011). Limbah cair didefinisikan sebagai buangan cair yang
berasal dari suatu lingkunganmasyarakat dan lingkungan industri dimana komponen
utamanya adalah air yang telah digunakandan mengandung benda padat yang terdiri dari
zat-zat organik dan anorganik. Limbah organik pada umumnya berupa limbah yang
dapatmembusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Haltersebut dapat mengakibatkan
semakin berkembangnyamikroorganisme, termasuk mikroba patogen. Berkembangnya
mikroba patogen akan mengakibatkan berbagai macam penyakit (K.D. Harmayani, 2007).
Berdasarkan sifat yang dimiliki, karakteristiklimbah organik dibagi menjadi tiga,
yaitu karakteristik fisika,kimia, dan biologi. Karakteristik fisika meliputi padatan
total,kekeruhan, bau, suhu, dan warna. Karakteristik biologi denganmelihat golongan
mikroorganisme (pathogen atau tidak) yang terdapat dalam limbah organik. Karakteristik
kimia dalamlimbah organik adalah protein (mengandung karbon, hidrogen,dan oksigen
serta pembentuk sel dan inti sel), karbohidrat (gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu
yang terdiri dariunsur C, H, dan O), minyak adalah lemak yang bersifat cair,deterjen, dan
phenol yang mempunyai sifat larut dalam air (N.I. Milasari, 2010).Karakteristik air limbah
rumah tangga non kakus berdasarkan hasil penelitian PuslitbangPermukiman seperti pada
tabel 1.
Tabel 1 - Kualitas air limbah non kakus (Grey Water) di IndonesiaNo P
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH - 6,5 – 7
o
2 Temperatur C 37
3 Amonium Mg/L 25
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0
6 Sulfat Mg/L 20
7 Phospat Mg/L 30
8 CO2 Mg/L
9 HCO3- Mg/L 120
10 DO Mg/L 220
11 BOD5 Mg/L 610
12 COD Mg/L 45
13 Khlorida MPN 3x105
14 Zat organik Mg/L KMnO4 554
15 Detergen Mg/L MBAS 2,7
16 Minyak Mg/L < 0,05
Sumber: Laboratorium TL ITB tahun 1994
Karakteristik air limbah rumah tangga dari WC/kakus seperti terlihat pada table 2.
Tabel 2. Kualitas air limbah rumah tangga dari WC/kakus di Indonesia
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH - 8,5
o
2 Temperatur C 24
3 Amonium Mg/L 10
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0,005
6 Sulfat Mg/L 150
7 Phospat Mg/L 6,7
8 CO2 Mg/L 44
9 HCO3- Mg/L 107
10 BOD5 Mg/L 4,01
11 COD Mg/L 189
12 Khlorida MPN 317
13 Total Coli Mg/L <0,05
Sumber: Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman, 1994
Diantara beberapa jenis polutan, kandungan bahan organik dalam suatu limbah
yangmasuk ke badan air bebas perlu mendapat perhatian sebab dapat mengancam
kehidupanbiologis pada badan air tersebut. Kandungan bahan organik yang sangat tinggi
memungkinkan terjadinya proses oksidasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam
badan air. Proses tersebut akan menggunakan oksigen terlarut dalam air, sehingga pada
akhirnya ketersediaan oksigenbagi kehidupan di lingkungan tersebut berkurang. Hal ini
dapat membawa bahaya kematianmakhluk hidup di dalamnya (Tchobanoglous et al,
2003).Limbahdomestik adalah air buangan yang berasal dari limbah rumahtangga, seperti
air bekas cucian, dapur, kamar mandi, dantoilet (N.R. Sa’adah, 2009). Limbah cair
domestik mengandung 99,9% air dan 0,1% zat padat. Zat padat terdiri dari 85% protein;
25%karbohidrat; 10% lemak dan sisanya zat anorganik terutamabutiran pasir, garam-garam
dan logam (Sugiharto, 1987).
Karakteristik fisik, kimia dan biologi terdapat hubungan yang saling bergantung dan
salingmempengaruhi satu sama lainnya.Sebagai contoh, temperatur air limbah berhubungan
langsung dengan keaktifanmikroorganisme, sehingga air limbah dapat membusuk dan bau,
contoh lainnya adalah adanyahubungan tak langsung antara mikroorganisma dengan
karakteristik kimia.Untuk mengukur sampai berapa jauh tingkat pengotor air, maka dapat
digunakan beberapaparameter antara lain : BOD (Biochemical Oxigen Demand), COD
(Chemical Oxigen Demand),SS (Suspended Solid), bakteri koli, dan golongan
amoniak.Parameter-parameter ini dipakai pula untuk mengukur kemampuan pengolahan air
limbah.Berdasarkan kekuatannya, air limbah digolongkan dalam 3 jenis yaitu : kuat, sedang
dan lemah.Jenis kekuatan tersebut biasanya dinyatakan dengan tingkat BOD yaitu: Kuat,
bila nilai
BOD > 300 mg/LSedang, bila nilai BOD 100 -300 mg/Llemah, bila nilai BOD < 100 mg/L.

2.2Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi


Pada dasarnya, cara biologi adalah pemutusan molekul kompleks menjadi molekul
sederhana oleh mikroorganisme. Proses ini sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen
terlarut (DO), dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang
digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae, atau protozoa (N. Pohan, 2008).
Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode biologi untuk peruraian bahan organik
atau anorganik tanpa kehadiran oksigen. Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas,
paling banyak metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hydrogen sulfida
(H2S) dan hidrogen (H2) (K.D. Harmayani, 2007). Bakteri anaerob tidak memerlukan
oksigen bebas dan dapat bekerja dengan baik pada suhu yang semakin tinggi hingga 40°C,
serta pada pH sekitar 7. Bakteri anaerob juga akan bekerja dengan baik pada keadaan yang
gelap dan tertutup (R.B. Seabloom, 2004). Reaksinya adalah sebagai berikut:

Dalam proses anaerob ini, penguraian bahan organik dilakukan oleh mikroorganisme dan
dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, fase non-methanogenic. Bakteri pembentuk asam
yang terdiri dari bakteri anaerob dan fakultatif (N.I. Milasari,2010) menghidrolisis senyawa
organik komplek menjadi molekul sederhana. Pati yang terhidrolisis menjadi gula
sederhana dan protein yang dipecah menjadi asam amino, sementara lemak tetap utuh.
Metabolisme ini akan menekan pH dan menghambat pertumbuhan bakteri dekomposisi
(R.B. Seabloom,2004). Tahap kedua, fase methanogenic (penghasil metan).
Mikroorganisme ini disebut sebagai bakteri pembentuk metan yang memanfaatkan asam
organik sebagai substrat dan memetabolisme asam organik yang dibentuk oleh tahap
pertama menjadi karbondioksida (CO2) dan metan (CH4). Asam amino akan dipecah dan
mengakibatkan pembentukan amonia yang berfungsi untuk menetralkan asam dan
meningkatkan pH bagi bakteri metan. Asam lemak didekomposisi menjadi senyawa
sederhana, yaitu CH4 dan CO2 (R.B. Seabloom,2004).

2.3 Sistem Tangki Septik


Tangki septik adalah tempat penampungan limbah kotoranmanusia (tinja).
Walaupun sebagai produk akhir dari prosesmetabolisme tubuh, tinja manusia masih
mengandung sisanutrisi organik seperti protein, karbohidrat dan lemak. Didalam tangki
septik, bahan organik tersebut akan didegradasioleh mikroorganisme pengurai menjadi gas
dan bahan organiksederhana lainnya. Sedangkan sisa bahan yang tidak dapat
diuraikan akan mengendap menjadi lumpur (sludge) (Firdus, 2010).
Sistem Tangki septik merupakan tangki berbentuk empat persegi panjang atau bulat,
umumnyaterletak dibawah tanah dimana air bekas dari kakus, kamar mandi, kamar cuci,
dapur dan airbekas lainnya dialirkan ke dalam tangki tersebut. Air yang keluar dari tangki
septik (effluen)masih mengandung kuman-kuman penyakit dan zat-at organik, karena itu
masih perlu diolahlebih lanjut dalam suatu bidang resapan atau media penyaring.Tangki
septik harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan tahan
lama,misalnya: pasangan batu bata, batu kali, beton atau fiber gelas.Konstruksi harus cukup
kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air dan tanahmaupun beban lainya.
Bahan yang dapat dipergunakan untuk bangunan tangki septik berupabatu, bata merah dan
beton, sedangkan bahan untuk plesteran dapat dipergunakan mortar darisemen dan pasir.
Plat penutup tangki dapat berupa beton bertulang atau plat besi.Saluran pembuangan air
limbah : pipa tanah liat, pipa beton, pipa asbes semen, dan pipa PVC.Perbandingan panjang
dan lebar untuk tangki septik bertulang empat persegi panjang adalah 2 :1 sampai dengan 3
: 1.

Gambar 1. Tangki Septik Konvensional


Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk
bulat dengandiameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan dalam sekurang-kurangnya 1,20 m.
Tinggi air dalamtangki sekurangkurangnya 1,20 m dan kedalaman maksimum, 2,10 m.
Tinggi tangki septikadalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang bebas air (free
boaaar) sebesar 20 – 40 cmdan ruang penyimpanan lumpur. Lebar tangki sekurang-
kurangnyaa 0,75 m dan panjang tangkisekurang-kurangnya 1,50 m. Dasar tangki dapat
dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur.
Jarak dari bidang resapan tangki septik kesumur gali atau sumur pantek sekurang-
kurangnya 11,0 meter. Tangki septik harus diletakkansedimikian rupa sehingga
memungkinkan lancarnya pengaliran air buangan dari bangunan danlancarnya pengaliran
efluen ke bidang resapan.Untuk membuat tangki septik yang baik sehingga tidak
mencemari air dan tanah di sekitarnya,maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain:
1. Dinding tangki septik hendaknya dibuat dari bahan yang rapat air.
2. Untuk membuang air keluaran (effluent) dari tangki septik perlu dibuatkan
daerahperesapan.
3. Tangki septik ini direncanakan untuk membuang kotoran rumah tangga dengan
jumlah airlimbah antara 70 – 90 % dari volume penggunaan air bersih.
4. Waktu tinggal air limbah di dalam tangki diperkirakan minimal selama 24 jam.
5. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk menampung lumpur yang dihasilkan
dariproses pengolahan dengan banyaknya lumpur sebesar 30 - 45
liter/orang/tahun,sedangkan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan minimal
selama 2 - 4 tahun.
6. Lantai dasar tangki septik harus dibuat miring ke arah ruang lumpur.
7. Pipa air masuk ke dalam tangki septik hendaknya selalu lebih tinggi lebih kurang
2,5 cmdari pipa air keluar.
8. Tangki septik hendaknya dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang
penghawaanuntuk membuang gas hasil penguraian.
9. Untuk menjamin terpakainya bidang peresapan, maka diperlukan pipa udara dan
pelepastekanan agar pengaliran ke bidang resapan dapat mengalir secara terus-
menerus.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat Penelitian


A. Bioreaktor
Bioreaktor yang digunakan berupa toples yang terbuat dari plastik dengan tinggi 20
cm, dengan penutup berupa jaring-jaring seperti gambar 1.

B. Perlakuan
Limbah diletakkan dalam bioreaktor kemudian ditambahkan NPK 0,5 gram (0,1%)
dan urea 10% (v/v) per 500 mL limbah. Lalu diaduk hingga homogen. Kemudian
limbah domestic siap diiokulasi dengan inokulum alami tangki septik. Rasio limbah
domestik : inokulum adalah 1:4 (v/v) (1200:300 mL).
C. Pengukuran parameter limbah
Pengukuran pada penelitian ini adalah pengukuran pH, BOD, COD, TSS, dan TDS
dilakukan selama massa inkubasi 5 hari yang mengikuti protocol baku masing-
masing metode.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Limbah organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair yang
berasal dari rumah tangga (domestik) jenis grey water. Limbah domestik grey water
berasal dari kegiatan mencuci dan memasak yang umumnya langsung dibuang ke saluran
penampung maupun perairan umum. Limbah tersebut diduga mengandung protein,
karbohidrat, dan lemak tinggi karena berasal dari campuran sisa daging, susu, minyak dan
nasi. Protein merupakan penyebab utama terjadinya bau akibat proses penguraian. Minyak
berwarna kuning berada pada permukaan limbah [3]. Walaupun kandungan organik dalam
limbah domestik ini tidak dianalisa, namun merujuk pada baku mutu limbah cair domestik,
limbah yang mengandung bahan organik tinggi akan mempunyai nilai BOD dan COD yang
tinggi. Limbah domestik yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai parameter awal
seperti berikut;

Parameter Hari ke-0 Hari ke-5

pH 5 10

BOD 1770 mg/L 388,33 mg/L

COD 200 mg/L 293,33 mg/L

TSS 20200 mg/L 193,33 mg/L

TDS 356 mg/L 6756,67 mg/L

Tabel 3. Perubahan nilai parameter selama massa inkubasi pada kondisi terang
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa limbah domestik yang digunakan dalam penelitian ini
mempunyai nilai lebih tinggi daripada yang telah disebutkan oleh Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik, yaitu pH sebesar 6-9; BOD sebesar 100 mg/lt; dan TSS sebesar 100 mg/lt.
Tingginya nilai BOD dan COD pada limbah domestik tersebut menunjukkan tingkat
pencemaran yang kuat dan mempunyai jumlah oksigen yang rendah, yaitu 2-3 mg. Oksigen
dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses biodegradasi, sehingga diperlukan
pengenceran sebelum limbah organik dilakukan uji BOD. Derajat keasaman (pH)
merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH dalam
limbah dapat mencerminkan keseimbangan antar asam dan basa dalam limbah tersebut.
Limbah domestik biasanya mempunyai pH mendekati netral. Akan tetapi, limbah domestik
yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan pH 5 (Tabel 1) yang berarti limbah
tersebut bersifat asam. Hal ini menunjukkan bahwa limbah domestik tersebut mengandung
konsentrasi asam organik yang cukup banyak. Kebanyakan kapang tumbuh baik pada pH 4-
5 , sedangkan khamir pada pH antara 4-4,5 dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada
keadaan alkali. Bakteri membutuhkan pH optimum antara 6,5 dan 7,5. Tabel 1
menunjukkan perubahan pH menjadi basa (pH = 10) selama massa inkubasi 5 hari.
Perubahan pH pada air limbah menunjukkan bahwa telah terjadi aktifitas mikroorganisme
yang mendegradasi bahan organik. Degradasi protein dan nitrogen organik yang menjadi
ammonium (NH4) dapat menaikkan pH menjadi basa. Bioreaktor yang digunakan adalah
tertutup (anaerob) sehingga ada penurunan kadar oksigen (O2), maka diduga terjadi proses
denitrifikasi, dimana nitrogen nitrat dan nitrit direduksi menjadi gas nitrogen dibawah
kondisi anaerobik. Kondisi pH yang relative tinggi akan melarutkan nitrogen dan
selanjutnya akan diemisikan sebagai ammoniak (NH3). Uji BOD merupakan metode
analisis yang umum digunakan untuk mengetahui jumlah bahan organik yang dapat
diuraikan secara biologis oleh mikroorganisme. Uji BOD ini dilakukan selama 5 hari.
Setelah diinkubasi selama 5 hari, terjadi penurunan nilai BOD5. Hal ini membuktikan
bahwa penambahan inokulum alami dari tangki septic mampu menurunkan nilai BOD.
Nilai BOD awal sebesar 1770 mg/lt turun menjadi sebesar 388,33 mg/lt (Tabel 1).
Menurunnya nilai BOD5 disebabkan karena terdegradasinya sebagian bahan organik yang
sebelumnya tidak terurai pada proses anaerob menjadi sel-sel baru yang tersuspensi dan
dipisahkan dengan cara pengendapan. Kebanyakan mikroorganisme yang terdapat dalam
limbah organik adalah bakteri kemoheterotrof yang menggunakan bahan organik sebagai
sumber energi dan karbon. Bakteri ini berperan penting dalam penanganan limbah cair
karena dapat mendegradasi bahan organik. Nilai COD awal limbah domestik adalah sebesar
200 mg/lt naik menjadi sebesar 293,33 mg/lt pada hari ke-5 (Tabel 1). Tidak adanya
penurunan nilai COD pada perlakuan diduga karena terjadi peningkatan biomassa
mikroorganisme. Meningkatnya biomassa mikroorganisme akan menyebabkan turunnya
konsentrasi bahan organik pada limbah. Peningkatan biomassa disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme dalam limbah tersebut. Kenaikan nilai COD disebabkan oleh
semakin banyaknya biomassa yang terbentuk akibat pertambahan sel, sehingga bahan
organik yang harus didegradasi pun akan bertambah dengan sendirinya. Pada dasarnya
fluktuasi nilai COD berbanding lurus dengan pertambahan sel. Nilai COD naik pada saat
jumlah sel cenderung naik. Pertumbuhan populasi mikroorganisme berpengaruh penting
terhadap efisiensi proses penyisihan nilai COD. Makin lama waktu tinggal mikroorganisme
akan memberikan waktu kontak antara bahan organik yang terdapat dalam limbah cair
dengan mikroorganisme juga semakin lama, sehingga degradasi senyawa organik
(penurunan COD) menjadi besar. Nilai TSS awal limbah domestik adalah sebesar 20200
mg/L turun menjadi sebesar 193,33 mg/L pada hari ke-5 (Tabel 1). Ukuran fungi berkisar 1
sampai 5 μm yang diduga terdapat dalam suspensi tersebut. Nilai TSS dan TDS
berpengaruh terhadap proses pengolahan limbah secara anaerob. Pada proses pengolahan
limbah secara anaerob, bahan organik komplek dihidrolisis menjadi organik sederhana
(asam organik). Pada fase non-methanogenic ini nilai TSS akan turun dan nilai TDS akan
naik karena bahan organik yang berukuran besar diubah menjadi ukuran yang lebih kecil
(proses degradasi). Pada fase methanogenic, asam organik diubah menjadi karbondioksida
(CO2) dan metan (CH4) . Hal ini yang menyebabkan nilai TDS akan turun karena bahan
organik telah terdegradasi secara sempurna menjadi gas, sehingga penurunan nilai TSS
seharusnya diikuti pula dengan turunnya nilai TDS. Akan tetapi pada penelitian ini nilai
TDS mengalami kenaikan menjadi sebesar 6756,67 mg/L. Nilai TDS awal adalah sebesar
356 mg/L (Tabel 1). Kenaikan nilai TDS ini menunjukkan bahwa bahan organic yang
berukuran kecil ≤ 1 μm belum terdegradasi secara sempurna menjadi gas dan adanya
peningkatan biomassa mikroorganisme yang berukuran lebih kecil dari kertas saring ukuran
1 μm. Ukuran bakteri paling kecil sekitar 0,15 – 0,3 mikron yang diduga terdapat dalam
filtrat tersebut. Dari Tabel 1 terlihat bahwa nilai TDS lebih besar daripada nilai TSS. Hal
ini menggambarkan bahwa padatan yang terkandung dalam limbah domestik lebih banyak
yang berukuran kecil ≤ 1 μm. Hal ini mungkin dikarenakan limbah domestik mengandung
sabun dan detergen yang merupakan bahan organik berbahan dasar asam lemak.
Metode biodegradasi dengan menggunakan inokulum alami merupakan metode
alternatif yang cukup menjanjikan pada pengolahan limbah domestik khususnya limbah
dengan konsentrasi zat organik yang rendah seperti grey water. Sebagai pembanding,
digunakan metode Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Filter untuk pengolahan
limbah domestik rumah tangga dengan jenis yang sama yaitu grey water. Pada metode ini,
konsentrasi kandungan organik pada sampel sangat mempengaruhi kinerja dari alat dan
juga pada % removal. Semakin tinggi konsentrasi zat organik pada sampel yang masuk,
maka degradasi zat organik yang terjadi juga semakin besar
Menurut Indriani, dapat diketahui bahwa limbah grey water tidak sesuai bila diolah
dengan menggunakan ABR. Ini dikarenakan konsentrasi zat organik grey water yang
dihasilkan masyarakat tidak cukup tinggi untuk mencapai nilai OLR yang sesuai (1-3 kg
COD/m3.hari). Sementara, nilai OLR tesebut juga tidak dapat dicapai dengan mengubah
debit maupun volume reaktor karena justru akan menurunkan efisiensi removal yang ada
karena adanya perubahan waktu detensi reaktor. Jenis pengolahan ini lebih sesuai untuk
limbah dengan konsentrasi organik tinggi (high strength) karena dengan volume reaktor
yang hampir sama dapat diperoleh efisiensi removal yang lebih tinggi (> 90%). Sementara,
untuk limbah berkonsentrasi rendah seperti grey water, alternatif pengolahan yang dapat
dipilih adalah wetland atau fitoremidiasi, karena jenis pengolahan ini dapat bekerja secara
optimal dengan nilai OLR yang rendah yaitu 7,5-8 g BOD/m2.hari (Wood,1993).
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, kesimpulan yang bisa diambil adalah
rasio inokulum dari tangki septic terhadap limbah organic adalah 1:4 (v/v) mampu
menurunkan nilai BOD5 dari nilai awal 1770 mg/L menjadi 388,33 mg/L dan nilai TSS
dari nilai awal sebesar 20200 mg/L menjadi 193,33 mg/L dalam 5 hari massa inkubasi.
DAFTAR PUSTAKA
Filliazati,M., Apriani,I., & Zahara,T,A. (2013). Pengolahan LimbahCair Domestik dengan
Biofilter Aerob Menggunakan Media Bioballdan Tanaman Kiambang. Program Studi
Teknik LingkunganUniversitas Tanjungpura Pontianak.
Firdus dan Muchlisin Z.A., “Degradation Rate Of Sludge and Water Quality of Tangki
septik (Water Closed) by Using Starbio and Freshwater Catfish as Biodegradator,”
Jurnal Natural, Vol.10, No. 1 (2010).
K.D. Harmayani dan I.G.M. Konsukartha, “Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan
Limbah Domestik Di Lingkungan Kumuh, Studi Kasus Banjar Ubung Sari Kelurahan
Ubung,” Jurnal Permukiman NatahVol. 5, No. 2 (2007) 62-108.
M.S. Tarigan dan Edward, “Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi(Total Suspended
Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara,” Makara Sains, Vol. 7, No. 3 (2003)
N.I. Milasari dan S.B. Ariyani. (2010). Pengolahan Limbah Cair Kadar COD Dan Fenol
Tinggi Dengan Proses Anaerob Dan Pengaruh Mikronutrient Cu: Kasus Limbah
Industri Jamu Tradisional. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. [Online]Available: http://eprints.undip.ac.id/11892/1/Bab1-
5_skripsi_nuritasukma.pdf
N. Pohan. “Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Proses Biofilter Aerobik”.
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (2008).
N.R. Sa’adah dan P. Winarti. (2009). Pengolahan Limbah Cair DomestikMenggunakan
Lumpur Aktif Proses Anaerob. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang. [Online] Available:
http://eprints.undip.ac.id/11591/2/laporan_penlit_Puji_Rahmi.pdf
R.B. Seabloom. “University Curriculum Development for DecentralizedWastewater
Management : Septic Tanks”. Emeritus Professor of Civiland Environmental
Engineering Dept. of Civil and Environmental Engineering, University of

Washington (2004).

Sugiharto. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press, Jakarta (1987).


Tchobanoglous, George, L. Burton, Franlin, Stense, H. David. 2003. Wastewater
EnggineringTreatment Disposal Reuse, Fourth Eition. McGrow Hill Book Co,
Amerika.
Y. Putra. “Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Upaya Pendekatan Dalam Arsitektur),”
Skripsi Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara:
Sumatera Utara (2011).

Anda mungkin juga menyukai