Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOREMEDIASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN


UPFLOW ANAEROBIC FILTER DENGAN AKLIMATISASI
MIKROORGANISME

KELOMPOK 4/B1

Afifah Nur Dwi Rahmayanti J0313201078


Gibran Aurel Hendarsyah J0313201071
Mirza Shofarisqi Taqwa Putra J0313202191
Nurul Ananda Zhafitri Gazali J0313201032

PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2022
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara sederhana limbah cair didefinisikan sebagai air buangan yang berasal
dari aktivitas manusia dan mengandung berbagai polutan yang berbahaya baik
secara langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah cair
dapat dibedakan atas limbah rumah tangga dan limbah industri, sedangkan polutan
yang terdapat dalam limbah dapat dibedakan atas polutan organik dan polutan
anorganik dan umumnya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi (Uyun
2012).
Limbah deterjen merupakan sumber pencemar yang sangat berpotensi
mencemari lingkungan khususnya untuk lingkungan perairan. Menurut Prahsantika
et al. (2020), bahwa di Indonesia usaha laundry semakin berkembang.
Perkembangan tersebut diiringi dengan meningkatnya penggunaan detergen,
sehingga limbah yang dihasilkan dapat mencemari lingkungan perairan serta dapat
mengganggu biota perairan. Limbah laundry yang berasal dari detergen
mengandung bahan aktif yang banyak seperti LAS, Sodium Tripolifosfat (STTP) dan
Natrium Sulfat. Bahan-bahan aktif tersebut termasuk bahan yang tidak ramah
lingkungan dan merupakan senyawa turunan dari zat-zat organik sehingga
akumulasinya dapat mengakibatkan peningkatan bahan pencemar. Bahan pencemar
limbah cair detergen tersebut adalah fosfat dan MBAS.
Tingginya potensi pencemaran lingkungan akibat limbah detergen, sehingga
dibutuhkan pengolahan air limbah detergen sebelum dialirkan ke badan air. Pada
penelitian ini pengolahan air limbah menggunakan prinsip bioremediasi yang
diimplementasikan pada alat upflow anaerobic filter. Bioremediasi merupakan
penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk diaplikasikan pada polutan
tertentu sebagai suatu upaya dalam menurunkan kadar polutan agar limbah cair
berada di bawah baku mutu dan aman untuk dialirkan ke badan air. Bioremediasi
termasuk pengolahan secara biologi pada pengendalian pencemaran air, dengan
memanfaatkan bakteri atau mikroorganisme bukanlah hal yang baru, namun telah
memiliki peran penting dalam pengolahan limbah konvensional sejak tahun 1900-an
(Priadie B 2012).

Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan alat ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui efisiensi pengolahan limbah deterjen menggunakan alat upflow
anaerobic filter dalam menurunkan pH dan suhu pada air limbah deterjen.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan EM4 terhadap parameter DO limbah
deterjen.

Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan mengenai cara kerja mikroorganisme dalam mengurangi konsentrasi
bahan pencemar pada limbah detergen serta memberikan teknologi alternatif
pengolahan limbah detergen.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Limbah Deterjen
Deterjen merupakan suatu derivatif zat organik sehingga akumulasinya
menyebabkan terjadinya peningkatan COD, BOD dan angka permanganate.
pengolahan yang cocok untuk limbah deterjen ini yaitu dengan menggunakan sistem
biologi. Ditinjau dari pemanfaatan oksigennya, proses biologi dibagi ke dalam dua
kelompok utama, yaitu proses aerobik dan proses anaerobik. Proses anaerobik
adalah proses yang terjadi karena aktivitas mikroba dilakukan pada saat tidak
terdapat oksigen bebas. Proses anaerob pada umumnya merupakan proses
pengubahan bahan buangan menjadi metana dan karbon dioksida dalam keadaan
hampa udara oleh aktivitas mikrobiologi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
proses anaerob adalah pH, suhu, ion logam, nutrisi dan waktu. Polutan yang terdapat
dalam limbah cair merupakan permasalahan yang cukup serius terhadap kelestarian
lingkungan. Limbah cair mengandung deterjen yang dibuang ke lingkungan akan
mengganggu karena dapat menaikkan pH air sehingga mengganggu organisme
dalam air. Serta bahan antiseptik yang ditambahkan ke dalam deterjen dapat
mengganggu kehidupan mikroorganisme dalam air. Sebagian bahan deterjen tidak
dapat didegradasi oleh mikroorganisme yang ada di dalam air. Dengan kata lain,
perubahan sifat pada air disebabkan adanya polutan yang dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas air sehingga berdampak negatif terhadap kelestarian ekosistem
perairan dalam berbagai aspek (Anis 2016).
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas
menyebabkan volume dan jenis kandungan limbah cair yang dihasilkan semakin
besar dan menyebabkan kemampuan lingkungan untuk menetralisir semakin
menurun, sehingga limbah cair domestik menimbulkan berbagai masalah, baik
terhadap manusia maupun lingkungan itu sendiri. Apabila limbah cair dibuang
langsung ke perairan tanpa adanya proses pengolahan, maka akan menimbulkan
berbagai dampak pada biota perairan, sifat kimia dan sifat fisika air. sifat fisika yang
berkaitan dengan pencemaran air adalah suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan. suhu
pada air limbah umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pada air normal,
karena kadar oksigen yang terlarut dalam air limbah lebih rendah dibandingkan
kadar oksigen terlarut pada air normal. Selain sifat fisika, polutan dalam limbah juga
akan mempengaruhi sifat kimia air yaitu adanya perubahan derajat keasaman (pH)
serta tingginya nilai Biological Oxygen Demand (bod) dan nilai Chemical Oxygen
Demand (COD) limbah. Derajat keasaman air merupakan salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi aktivitas kehidupan dalam perairan. Terjadinya perubahan pH
pada air tercemar merupakan akibat dari penguraian berbagai polutan organik yang
terdapat dalam limbah, sehingga akan mempengaruhi nilai COD dan BOD. pH,
COD, dan BOD merupakan parameter kualitas limbah karena dapat mengetahui
kadar oksigen yang dibutuhkan dalam menguraikan polutan organik dalam limbah
(Pour 2014).
B. EM4 (Effective Microorganisme 4)
EM4 (Effective Microorganisme 4) adalah campuran mikroorganisme yang
dapat menguntungkan. Mikroorganisme yang difermentasi dalam EM4 terdapat
dalam jumlah yang sangat banyak, yaitu sekitar 80 jenis. Mikroorganisme yang
dipilih tersebut dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan
organik, dengan lima golongan pokok yaitu bakteri fotosintetik, lactobacillus sp,
streptomices sp, ragi (yeast), dan actinomicetes (Meritna et al. 2018). EM4 sebelum,
digunakan perlu diaktifkan terlebih dahulu, karena mikroorganisme dalam larutan
EM4 berada dalam keadaan tidur (Dorman). Pengaktifan mikroorganisme dalam
EM4 dapat dilakukan dengan cara memberikan air dan makanan (molase)
(Nurfitriani L et al. 2014).
C. Batu Zeolit
Zeolit merupakan alumnosilikat yang mempunyai struktur berpori yang di
dalamnya terdapat molekul air dan ion-ion logam alkali. Menurut Mugiyantoro et al.
(2017) bahwa zeolit mempunyai muatan negatif, yang mampu mengikat kation.
Zeolit juga disebut sebagai molecular mesh sebab zeolit memiliki pori-pori
berukuran molekuler sehingga mampu menyaring molekul dengan ukuran tertentu.
Unit dasar pembentukan zeolit ini adalah SiO4 serta AlO4 yang saling berikatan
membentuk anionik dalam tiga dimensi.

D. Arang Aktif
Arang aktif merupakan bentuk karbon yang berpori-pori berwarna hitam dan
hasil dari pembakaran tanpa oksigen. Struktur dari arang aktif yaitu berpori-pori,
berbentuk amrof dan memiliki sifat kristal tertentu. Fungsi arang aktif dalam proses
penyaringan air adalah sebagai karbon aktif dalam melakukan penyaringan air untuk
menjernihkan air. Mugiyantoro et al. (2017) menjelaskan bahwa dalam arang aktif
mengandung zat karbon aktif yang dapat bekerja dengan cara penyerapan yang
artinya ketika terdapat bahan yang melalui karbon aktif tersebut, maka material yang
terkandung di dalamnya akan diserap. Pada proses filter air, arang aktif menyaring
bau, menjernihkan dan menyaring logam yang terdapat di air. Hal ini juga
ditambahkan oleh Pamuji et al. (2014) dalam Utama et al. (2017) bahwa melalui
kombinasi arang aktif dan zeolit yang memiliki sifat mineral dan mineraloid yang
cenderung berbeda merupakan kombinasi yang bagus dalam melakukan filtrasi air.

E. Teknologi Pengolahan Filtrasi Upflow


Sistem saringan Up flow merupakan sistem pengolahan limbah cair yang
pada dasarnya yaitu mengalirkan limbah cair melewati suatu media penyaring.
Peralatan untuk pengolahan limbah deterjen ini dirancang secara sederhana yang
terdiri dari bak anaerob dan bak upflow anaerobic filter. Proses pengolahan limbah
deterjen dilakukan dengan cara melakukan preparasi terhadap air limbah dengan
mengkondisikan pH menjadi 7, kemudian dimasukkan ke dalam bak anaerob dan
ditutup rapat. Pada bak upflow anaerobic filter dilakukan proses inokulasi
dengan cara memasukkan air
limbah yang mengandung deterjen dan lumpur aktif. Perkembangan mikroorganisme
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor abiotik dan biotik. Media yang
digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme pada bak upflow anaerobic filter
adalah batu kerikil yang berfungsi sebagai penyaring (filter). Oleh karena itu, untuk
memperoleh hasil yang maksimal dengan mempertimbangkan sifat mikroorganisme
perlu diperhatikan kondisi agar mikroorganisme dapat berkembang dengan baik
sesuai dengan lingkungannya. Faktor penting yang harus dijaga untuk keberhasilan
proses aklimatisasi maka faktor penting yang harus dijaga adalah suhu yang berkisar
antara 37 oC – 40 oC, karena pada suhu tersebut bakteri mampu hidup dan
berkembang biak untuk beradaptasi di dalam reaktor (Anis 2016).
Filtrasi dengan sistem aliran Up flow dinilai lebih efektif untuk
meminimalisir terjadinya kebuntuan pada media karena kekeruhan limbah baku
yang tinggi. Menurut Khambhammettu (2006) dalam Artiyani dan Firmansyah
(2016) bagian - bagian yang ada pada alat filtrasi sistem aliran up flow hampir sama
dengan filtrasi down flow, yaitu terdiri dari bagian inlet, lapisan air di bawah media
penyaring, media pasir, dan bagian pengeluaran, tetapi letak masing-masing bagian
berkebalikan secara vertikal saja dengan sistem filtrasi Downflow.
Pengolahan limbah cair dengan menggunakan saringan pasir sistem aliran
Up flow mempunyai keunggulan antara lain:
a. filtrasi pada sistem Up flow tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya
operasionalnya cukup terjangkau
b. filtrasi sistem Up flow dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna
serta kekeruhan
c. filtrasi sistem Up flow dapat menghilangkan amonia dan polutan organik,
karena proses penyaringan berjalan secara fisik dan biokimia
d. filtrasi pada sistem Up flow lebih mudah untuk melakukan pencucian media
e. proses filtrasi sistem Up flow tidak terlalu berpengaruh oleh tingkat
kekeruhan air atau limbah baku.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik dan Manajemen


Lingkungan Kampus Gunung Gede Sekolah Vokasi IPB University. Adapun
penelitian ini dilaksanakan selama 9 minggu yang dimulai pada bulan Agustus 2022
hingga bulan Oktober 2022.
Alat dan Bahan

1. Limbah deterjen
2. pH meter
3. Termometer
4. DO Meter
5. Bak upflow anaerobic filter
6. Bak anaerob
7. Pasir kuarsa/silika
8. Arang aktif
9. Batu zeolit
10. EM4
Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan.


2. EM4 diaktifkan terlebih dahulu dengan mencampurkan molase dan air
dengan perbandingan 1:2 pada botol 1,5 L.
3. Limbah deterjen dipreparasi terlebih dahulu dengan mengkondisikan pH
menjadi 7.
4. Masukkan air limbah deterjen sebanyak 5liter ke dalam bak penampungan
dan ditambahkan EM4 yang telah diaktifkan kemudian ditutup rapat.
5. Mengalirkan air limbah dari bak penampungan ke bak pengendapan anaerob.
Setelah itu, dialirkan ke dalam bak upflow anaerobic filter yang telah diisi
media penyaringan berupa pasir kuarsa/silika, arang aktif, dan batu zeolit.
6. Kemudian air hasil pengolahan yang berada pada bak upflow anaerobik filter
dikeluarkan melalui saluran pada bagian atas bak.
7. Menyiapkan bak kontrol untuk mengetahui efisiensi pengolahan limbah
deterjen yang digunakan.
8. Pengambilan sampel air dilakukan untuk mengetahui kandungan deterjen.
Pengambilan sampel dilakukan di hari ke-2, hari ke-4, hari ke-6, dan hari ke-
8.
9. Sampel air dianalisa menggunakan parameter seperti pH, suhu, kekeruhan
dan DO.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1 Hasil Pengamatan

No Waktu Sampel pH Suhu Do


1. Kontrol 7,8 26,6 8,3 mg/l
2. Hari Ke 2 7,2 26,5 5,1 mg/l
3. Hari Ke 4 7 26,5 4,8 mg/l
4. Hari Ke 6 - - -
5. Hari Ke 8 - - -
6. Hari Ke 10 - - -
7. Hari Ke 12 - - -

Pembahasan
Filtrasi upflow yaitu proses filtrasi dimana air mengalir secara vertikal dari
bawah ke atas pada dasarnya yaitu mengalirkan limbah cair melewati suatu media
penyaring. Pengolahan limbah cair domestik (grey water) dengan proses filtrasi
upflow yang menggunakan media batu zeolit, arang aktif dan pasir silika. Hasil
pengolahan air limbah yang keluar dari bak upflow anaerobic filter diambil sebagai
sampel dengan variasi waktu 2 hari, 4 hari, 6 hari, 8 hari, 10 hari, dan 12 hari.
Kandungan air deterjen yang telah terfiltrasi tersebut dilakukan pengukuran dengan
parameter pH, suhu dan kekeruhan. Sebelum dilakukan proses pengolahan terhadap
limbah deterjen maka dilakukan pengujian awal untuk mengetahui kandungan
deterjen dalam air limbah. Tahap selanjutnya adalah dilakukan pengujian air limbah
dalam bak anaerob yang telah didiamkan minimal 2 hari. Variasi waktu maksimum
14 hari ditentukan berdasarkan waktu retensi minimum untuk proses anaerob
umumnya hanya berkisar antara 2 sampai 6 hari.
Proses anaerobik merupakan proses biologi yang memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berkembang baik dalam lingkungan dimana
tidak terdapat molekul oksigen. Adanya mikroorganisme yang terkandung di dalam
media tumbuh dan mampu bertahan sehingga akhirnya dapat mendegradasi deterjen
yang terkandung di dalam air (Titistiti 2010 dalam Lusiana U 2011). Bakteri anaerob
tumbuh pada permukaan batu kerikil atau agregat dan mengoksidasi air limbah yang
melewatinya. Sehingga air limbah yang keluar dari hasil pengolahan aman untuk
dibuang ke lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan penurunan nilai pH 7,8 menjadi pH
7 (netral) berada dibawah baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri
PERMENLH
No. 05 Tahun 2014 antara 6-9. Nilai suhu yang dihasilkan menunjukkan penurunan
nilai suhu 26,6 oC - 26,5 oC. Hal ini menunjukkan mikroorganisme dapat
berkembangbiak dengan baik. Saraswati et al. (2010) dalam Siringoringo et al.
(2021) menambahkan bahwa suhu ideal adalah 25-30 oC, suhu yang terlalu tinggi
akan merusak proses dengan mencegah aktivitas enzim dalam sel. Berdasarkan hal
tersebut, bahwa sistem anaerobic upflow filter yang digunakan mampu menurunkan
nilai pH dan suhu dengan baik karena berada dibawah baku mutu, meskipun tidak
menunjukkan bahwa anaerobic upflow filter berpengaruh langsung terhadap
parameter tersebut.
Nilai DO yang dihasilkan pada hari pertama sebesar 8,3 mg/l menjadi 4,8
mg/l pada hari ke-4 menunjukkan adanya penurunan. Penurunan tersebut
menunjukkan bahwa penambahan EM4 dapat menurunkan nilai DO. Hal ini
dikarenakan proses oksidasi dan reduksi maka peranan oksigen terlarut sangat
penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami
maupun secara perlakuan anaerobik yang ditujukan untuk memurnikan air
(Siringoringo et al. 2021). Pemberian EM4 digunakan untuk mengembangbiakan
mikroorganisme yang dapat membantu untuk mendegradasi senyawa polutan yang
ada di air limbah tersebut. Menurut Fitri dan Fithanah (2017) bahwa efektivitas dan
peran EM4 sangat menentukan dalam proses menggunakan biofilter. EM4 mampu
mendegradasi senyawa polutan dalam limbah dengan cepat. Mikroorganisme dalam
limbah terus- menerus melakukan proses metabolisme dan akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang dapat memberikan dampak terhadap turunnya nilai polutan.
Namun, nilai DO yang diperoleh belum sesuai atau memenuhi baku mutu yang
ditetapkan pada PP 82 Tahun 2001 bahwa baku mutu DO sebesar 4 mg/l (kelas 2),
karena penelitian ini belum selesai dan masih berlanjut sehingga data yang diperoleh
belum maksimal.

(a)

(b)

Gambar 1 Perbandingan Kekeruhan pada (a) Kontrol dan (b) Outlet.

Dari Gambar 1. di atas dapat dilihat bahwa dari sisi kekeruhannya, air limbah
kontrol dengan air limbah hasil filtrasi secara kasat mata sangat berbeda, ada
perubahan yang bisa dikatakan signifikan, dimana air limbah kontrol sangat keruh,
sedangkan air limbah hasil filtrasi sudah jauh lebih jernih dibandingkan kontrol.
BAB 5. KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa pengolahan air limbah deterjen dengan menggunakan proses upflow
anaerobic filter yang menggunakan batu zeolit, arang aktif serta pasir silika efektif
dalam menurunkan suhu dan pH air limbah deterjen meskipun tidak menunjukkan
bahwa anaerobic upflow filter berpengaruh langsung terhadap parameter tersebut.
Hal tersebut dipengaruhi oleh kombinasi arang aktif dan zeolit yang memiliki sifat
mineral dan mineraloid yang cenderung berbeda dan merupakan kombinasi yang
bagus dalam melakukan filtrasi air. Selain itu, pemberian EM4 digunakan untuk
mengembangbiakan mikroorganisme yang dapat membantu untuk mendegradasi
senyawa polutan yang ada pada air limbah tersebut, sehingga dapat menurunkan
nilai DO pada air limbah.

Saran
Pada penelitian ini perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut hingga hari ke-12
guna mendapatkan data yang jauh lebih baik dan melihat hasil yang diperoleh
apakah jernih dan sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan sehingga diharapkan
penelitian ini berjalan dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Aldy ZE. 2011. Instalasi Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Biofilter Anaerob
Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Anis A, Nano H., 2016. Kemampuan filtrasi upflow pengolahan filtrasi upflow
dengan media pasir zeolit dan arang aktif dalam menurunkan kadar fosfat
dan deterjen air limbah domestik. 6(1): 8-15.
Artiyani AF, Firmansyah NH. 2016. Kemampuan filtrasi upflow pengolahan filtrasi
upflow dengan media pasir zeolit dan arang aktif dalam menurunkan kadar
fosfat dan deterjen air limbah domestik. Jurnal Industri Inovatif. 6(1): 8-15.
Fitri RF, Fithanah U. 2017. Pengaruh dosis inokulum dan biji kelor dalam
pengolahan limbah cair tempe menggunakan trickling bed filter. Jurnal
Teknik Kimia. 2(3): 120 - 128.
Lusiana U. 2011. Efisiensi pengolahan air limbah deterjen menggunakan sistem
upflow anaerobic filter dengan aklimatisasi lumpur aktif. Biopropal Industri.
2(1): 13-19.
Meriatna, Suryati, Fahri A. 2018. Pengaruh waktu fermentasi dan volume
bioaktivator em4 (effective microorganisme) pada pembuatan pupuk organik
cair (poc) dari limbah buah-buahan. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 7(1) :
13-29.
Mugiyantoro A, Rekinagara IH, Primaristi CD, Soesilo J. 2017. Penggunaan bahan
alam zeolit, pasir silika, dan arang aktif dengan kombinasi teknik shower
dalam filterisasi fe, mn, dan mg pada air tanah di Upn “Veteran” Yogyakarta
[proceeding]. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta.
Nurfitriana L, Suminto, Hutabarat J. 2014. Pengaruh penambahan kotoran ayam,
ampas tahu dan silase ikan rucah dalam media kultur terhadap biomassa,
populasi dan kandungan nutrisi cacing sutera (Tubifex sp). Journal of
Aquaculture Management and Technology. 3(4) : 109-117.
Prahsantika M, Harahap S, Purwanto E. 2020. Pengaruh penggunaan biofilter
dengan EM4 untuk mengurangi fosfat dan MBAS pada limbah cair laundry.
Jurnal Sumberdaya dan lingkungan Akuatik. 1(2): 93-102.
Priade B. 2012. Teknik bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya
pengendalian pencemar air. Jurnal Ilmu Lingkungan. 10(1): 38-48
Siringoringo J, Harahap S, Purwanto E. 2021. Efektifitas pengolahan limbah cair
tahu dengan menggunakan em4 dalam biofilter untuk menurunkan kadar
bod5 dan cod. Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik. 2(1): 174-183.
Utama MP, Kusdarwati R, Sahidu AM. 2017. Pengaruh penggunaan filtrasi zeolit
dan arang aktif terhadap penurunan logam berat timbal (pb) air tambak
Kecamatan Jabon, Sidoarjo. Journal of Marine and Coastal Science. 6(1): 19
- 30.
Uyun, Kurratul. 2012. Studi pengaruh potensial, waktu kontak, dan ph terhadap
Metode elektrokoagulasi limbah cair restoran menggunakan elektroda fe
dengan susunan monopolar dan dipolar [skripsi]. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
LAMPIRAN

(a) (b)
Gambar 2 Alat Upflow Anaerobic Filter, (a) Tampak Depan dan (b) Tampak Samping

Anda mungkin juga menyukai