Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan di muka bumi.


Setiap penggunaan air untuk suatu kebutuhan, diperlukan
syaratsyarat kualitas air sesuai peruntukannya. Salah satu syarat
yang penting adalah ukuran banyaknya zat organik yang
terdapat dalam air. Oleh karena itu, penentuan zat organik
dalam air menjadi salah satu parameter penting dalam
penentuan kualitas air, karena bisa menjadi salah satu ukuran
seberapa jauh tingkat pencemaran pada suatu perairan (Febrian,
2008). Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air
tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia, hewan atau oleh
sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri
atau mikroorganisme lainnya. Makin tinggi kandungan zat
organik didalam air, maka semakin jelas bahwa air tersebut
telah tercemar (Asmadi, 2012). Zat organik adalah zat yang
pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau tumbuh-
tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein,
dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami
pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen
terlarut. Sisa dari zat organik yang dibuang ke lingkungan
disebut juga dengan limbah organik. Limbah organik adalah
sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia seperti rumah
tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian, dan
perikanan. Bahan organik biasanya tersusun oleh karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur, dan mineral lainnya.
Limbah organik masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan
yang terendap, koloid, tersuspensi, dan terlarut. Pada umumnya
bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar
perairan, sedangkan bentuk lainnya berada di badan air, baik di
bagian yang aerob maupun anaerob. Dimanapun limbah organik
berada, jika tidak dimanfaatkan oleh fauna perairan lain seperti
ikan, kepiting, bentos (organisme yang hidup di dasar perairan),
dan lainnya, maka akan segera dimanfaatkan oleh mikroba, baik
mikroba aerobik (mikroba yang hidupnya memerlukan
oksigen), mikroba anaerobik (mikroba yang hudupnya tidak
memerlukan oksigen), dan mikroba fakultatif (mikroba yang
dapat hidup pada perairan aerobik dan anaerobik) (Halim, 2007
dalam Sunawiruddin Hadi dkk, 2014). Keberadaan zat organik
di dalam air menimbulkan warna dan bau serta dapat membantu
pertumbuhan bakteri. Senyawa humus di dalam air akan
menimbulkan senyawa trihalometan setelah klorinasi. Telah
diketahui bahwa senyawa trihalometan bersifat karsinogenik.
Oleh karena itu senyawa organik harus sedapat mungkin
disisihkan pada pengolahan air terutama dengan proses kimia
(Krisma, 2008). Analisa zat organik dalam air dapat ditentukan
dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Metode
titrasi ini menggunakan kalium permanganat yang merupakan
oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi
reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah
digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100
tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah, dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang
sangat encer. Permanganat beraksi secara beraneka, karena
mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7
(Day & Underwood, 2002). Hasil yang diperoleh dinyatakan
sebagai nilai permanganat. Nilai permanganat adalah jumlah
miligram kalium permanganat yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat organik dalam 1000 mL air pada kondisi
mendidih (SNI 06-6989.22-2004, 2004). Waktu yang digunakan
untuk mendidihkan sampel agar bereaksi sempurna dengan
kelebihan KMnO4 sesuai dengan SNI 06- 6989.22-2004 adalah
tepat 10 menit. Dari hasil pengamatan di lapangan,
kadangkadang waktu pemanasan yang digunakan untuk
mendidihkan sampel tidak diperhatikan. Padahal menurut
penelitian Farida (2006), pemanasan berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan zat organik di dalam sampel air.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan zat organik?


2. Bagaimana metode penetapan kadar zat organik didalam air?
3. Bagaimana upaya pengendalian zat organik dalam air?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian zat organik


2. untuk mengetahui metode penetapan kadar zat organik
dalam air
3. Untuk mengetahui upaya pengendalian zat organik dalam air
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian zat organik

Zat organik adalah zat yang banyak mengandung ion Carbon.


Contoh zat organik antara lain Benzen, Chloroform,
Detergen, Methoxychlor , Pentachlorophenol. Dengan adanya
kandungan zat organik maupun Anorganik di dalam air
berarti air tersebut sudah tercemar dan tidak aman
dijadikan sumber air minum karena telah terkontaminasi
rembesan dari limbah. Zat organik diidentifikasikan sebagai
Angka permanganat yaitu banyaknya mg/l KMnO4 yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat
dalam satu liter sampel air yang dididihkan selama 10 menit.
Untuk kebutuhan minum air harus bebas dari logam berat, zat
organik maupun mikroorganisme yang dapat
membahayakan tubuh manusia.Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka disarankan penggunaan air harus direbus
terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya penyakit yang
disebabkan oleh air.

Air minum harus memenuhi standar yang berlaku baik kualitas


maupun kuantitas sesuai dengan PERMENKES RI nomor 416 /
Menkes/ Per/ IX/ 1990,tentang syarat – syarat dan
pengawasan kualitas air minum . Air minum mempunyai
batas maksimal zat organik, karena kadar zat organik
yang berlebihan memungkinkan pertumbuhan kuman yang
dapat membahayakan kesehatan.

Dalam standar Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416 /


Menkes/Per/ IX/ 1990 telah ditetapkan maksimal zat
organik sebagai angka permanganat dalam air minum adalah
10 mg/l. Apabila terjadi penyimpangan yang melebihi batas dari
standar kualitas tersebut, maka dapat menyebabkan timbulnya
bau yang tidak enak, berubahnya rasa dan
menyebabkan sakit perut/diare (Unus Suriawiria, 1993).

B. Metode Penetapan Kadar Zat Organik Dalam Air

Penetapan kadar zat organic yang terdapat didalam air dapat


dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
permanganometri. Berikut akan
dipaparkan lebih lanjut mengenai pengertian dasri titrasi
permanganometri :

1. Pengertian Titrimetri

Titrimetri atau volumetric adalah salah satu cara pemeriksaan


jumlah zat yang luas pemakainya. Pada analisa titrimetri sangat
menguntngkan karena cara ini lebih akurat dan teliti serta
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat lain. Pada
dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan
pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri
dengan zat yang ditentukan. Larutan pereaksi itu biasanya
diketahui konsentrasinya dengan pasti dan disebut pentiter atau
larutan baku.

Titrasi adalah proses penambahan peniter kedalam zat


yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan
bantuan alat yang disebut buret. Pada proses titrasi juga
ditambahkan larutan untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Pada
proses titrasi juga dikenal dua titik yaitu titik kesetaraan
(ekuivalen) dan titik akhir titrasi. Titik kesetaraan akan dicapai bila
jumlah zat peniter dan zat yang akan ditentukan telah
bereaksi secara stoikiometri.
Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik dimana titrasi dapat
dihentikan dengan adanya perubahan warna dari larutan dengan
adanya penambahan indikator. Agar proses titrasi dapat
berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil
pemeriksaan yang tepat dan teliti maka persyaratan berikut perlu
diperhatikan :

a. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan harus


berlangsung secarastoikiometri dengan faktor stoikiometrisnya
berupa bilangan bulat.
b. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi belangsung dengan
cepat.
c. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan hars
berlangsung secaraterhitung.

2. Larutan baku / peniter

Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya atau


kepekatannya telahdiketahui dan dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi zat yang lainyang digunakan dalam
analisa voumetris. Larutan baku ini dapat dibagi duayaitu
larutan baku primer dan larutan baku skunder. Larutan
baku primer adalah larutan yang konsentrasinya telah
diketahui dan dapat dibuat hanyadengan cara penimbangan
dan pengenceran yang teliti. Contoh larutan baku primer antara
lain : H2C2O4, Na2B4O7, Ba(OH)2, dan lain-lain.

Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan baku


yangkonsentrasinya dapat diketahui dengan cara
menstandarisasikannya denganmengunakan larutan baku
primer, contohnya NaOH, HCL, dan lain-lain.
3. Angka Permanganat

Kalium Permanganat (KMnO4) telah lama dipakai


sebagai oksidatorpada penentuan konsumsi oksigen untuk
mengoksidasi bahan organik, yangdikenal sebagai parameter
nilai permanganat atau sering disebut sebagai bahanorganik
total atau TOM (Total Organic Matter). Akan tetapi,
kemampuanoksidasi oleh permanganat sangat bervariasi,
tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung di dalam
air (Effendi, 2002).

Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung


oksigenyang disebabkan oleh zat-zat anorganik yang dioksidasi,
seperti nitrit, sulfida,sulfit dan sebagainya, maupun oleh
zat-zat organik yang dapat dioksidasidengan mudah. Uji
coba permanganat dapat dikerjakan dengan cepat,
dengandemikian dapat dipergunakan untuk memberikan
gambaran kasar tentangBOD. Uji coba permanganat selama
empat jam merupakan uji coba kimiamurni dan mengukur
jumlah zat pencemar yang dioksidasi secara kimiawi oleh
potasium permangananat. Uji coba permanganat menunjukkan
jumlahyang sesungguhnya dari pada kotoran-kotoran organik di
dalam suatu contoh(Mahida, 1984).

4. Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan


berdasarkan reaksioleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi
ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasidengan
KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan
titrasidilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe2+,asam atau garam oksalat yang dapat
larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak
dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung
denganpermanganometri seperti:

a. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat
diendapkan sebagaioksalat. Setelah endapan disaring dan
dicuci, dilarutkan dalam H2SO4berlebih sehingga terbentuk
asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalatinilah yang
akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya
ionlogam yang bersangkutan.

b. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam


kromat. Setelahdisaring, dicuci, dan dilarutkan dengan
asam, ditambahkan pula larutan7 baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dansisanya
dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan
KMnO4.

5. Oksidasi Dengan Kalium Permanganat

Zat pengoksidasi yang yang berharga dan sangat kuat


ini mulai diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F.
Margueritte untuk titrasi besi(II), dalam larutan-larutan
asam, reduksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O

Sehingga ekuivalennya adalah seperlima mol, yaitu


158,03/5, atau31,606. Potensial standar dalam larutan asam
menurut perhitungan adalah 1,51volt, maka ion permanganat
dalam larutan asam adalah zat pengoksidasi yangkuat. Asam
sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tak
bereaksiterhadap permanganat dalam larutan encer.
Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :
2MnO4- + 10Cl- + 16H+ → 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat


ini sukardiperoleh sempurna murni dan bebas sama sekali
dengan mangan dioksida.Lagi pula air suling yang biasa
mungkin mengandung zat-zat pereduksi(runutan bahan-
bahan organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan
kalium permanganat itu dengan mangan oksida. Adanya
zat yang disebut diakhir ini sangatlah mengganggu, karena ia
mengkatalisis penguraian sendiridari larutan permanganat
setelah didiamkan. (Vogel, 1994).

6. Sumber Kesalahan Permanganometri

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri,


antara lainterletak pada :

a. Larutan pentiter KMnO4 pada buret.

Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan


KMnO4 pada buret yang terkena sinar akanterurai menjadi
MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperolehpembentukan presipitasi coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah rosa.

b. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan


H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
H2C2O4 yang telahditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksiantara MnO4- dengan Mn2+ :
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+Oleh karena itu
pula, penambahan pentiter pada proses titrasi harus sedikitdemi
sedikit, agar kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi
dapatdihindari.
c. Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan
H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan
H2C2O4 yang telahditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan mungkin akan terjadikehilangan oksalat karena
membentuk peroksida yang kemudian teruraimenjadi air.
H2C2O4 + O2 → H2O2 + 2CO2↑ H2O2 H2O + O2↑Hal ini
dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4
yangdiperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan
timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

C. Langkah Kerja Penetapan Kadar Zat Organik dalam Air

1. Prinsip Kerja

Zat organik dalam sampel dioksidasi dengan KMnO4 dalam


suasana asamdengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi
oleh asam oksalat berlebih.Kelebihan asam oksalat dititrasi
kembali dengan KmnO+

2. Reaksi

Reaksi dalam suasana netral yaitu MnO4 + 4H++ 3e →


MnO4+2H2O.Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan
menggeser reaksi kekanan Reaksidalam suasana alkalis :

MnO4-+ 3e → MnO42-MnO42-+ 2H2O + 2e → MnO2+


4OHMnO4-+ 2H2O + 3e → MnO2+4OH

Selain itu reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi adalah:

Oksidasi : H2C2O4→ CO2 + 2H+ +2e-


Reduksi : MnO4- + 8 H+→Mn2+ + 4 H2O
3. Alat dan Bahan

1. Alat
1)Buret
2)Statif
3)Klem
4)Pipet volume
5)Push ball
6)Beaker glass
7)Erlenmeyer
8)Pipet tetes
9)Kompor listrik / Hot plate
10)Botol reagenb.

2. Bahan
1)Larutan sekunder KMnO4 0,01 N
2)Larutan primer H2C2O4 0,01 N
3)Larutan H2SO4 4N bebas zat organik
4)Aquades
5)Sampel Air
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zat organik adalah zat yang banyak mengandung ion Carbon.
Penetapan kadar zat organik didalam air dapat dilakukan
dengan metode titrasipermanganometri menggunakan larutan
baku primer H2C2O4 0,01 N dan larutanbaku sekunder
KMnO4 0,01 N.Zat organik diidentifikasikan sebagai
Angka permanganat yaitu banyaknya mg/l KMnO4 yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organikyang terdapat
dalam satu liter sampel air yang dididihkan selama 10 menit.
Dengan adanya kandungan zat organik maupun Anorganik di
dalam air berartiair tersebut sudah tercemar dan tidak aman
dijadikan sumber air minum karenatelah terkontaminasi
rembesan dari limbah. Dalam standar Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 416 / Menkes/ Per/IX/ 1990 telah
ditetapkan maksimal zat organik sebagai angka permanganat
dalam air minum adalah 10 mg/l. Apabila terjadi penyimpangan
yang melebihibatas dari standar kualitas tersebut, maka dapat
menyebabkan timbulnya bauyang tidak enak, berubahnya rasa
dan menyebabkan sakit perut/diare (UnusSuriawiria,
1993).Oleh karena itu dapat dilakukan upaya-upaya
pengendalian zat organik dalam air seperti memperbaiki
sanitasi pembuangan tinja dan limbah rumahtangga sehingga
tidak mencemari sumber air baku terutama air yang
diminum,mengolah limbah industri dan pertambangan termasuk
untuk mengurangi kadarzat organik dalam limbah sebelum
dibuang ke badan air penerima, membatasipenggunaan
pestisida dengan menerapkan pengendalian hama
terpadu,mencegah kecelakaan sarana transportasi air yang
menyebabkan tumpahanbahan bakar ke badan air,
membersihkan daun dan batang yang jatuh ke badanair,
vegetasi air termasuk eceng gondok, bagkai hewan, sampah dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai