Anda di halaman 1dari 42

Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk (indikator)

karakteristik air. Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan

peran fungsionalnya (Wardoyo, 1992:)

Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik

(warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD).

Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat tergantung

pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap badan air

tersebut.

Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:

a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan

warna)

b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan

organik)

c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus),

plankton, fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.

Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:

a. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala

umum(pH, alkalinitas, salinitas, kekeruhan)

b. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau

modus operandi parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)

c. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter

lain, khususnya terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)

d. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain

(BOD, COD, keragaman jenis).

Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:


a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan

peruntukan air (untuk kelas 1, kelas 2, dan lain-lain).

b. Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi

parameter kunci bagi suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).

c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi

suatu parameter lain (BOD terhadap DO bagi peruntukan perikanan).

1. Parameter Fisik

Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:

a. Warna

Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran,

berwarna bening, atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya

warna disebabkan oleh kehadiran bahan-bahan tersuspensi yang

berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik ataupun

tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti

plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti

besi dan mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal

dari limbah industri kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia

mau bagi biota air. Disamping itu warna air juga memberi indikasi

terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang melalui proses klorinasi

dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.

b. Bau dan Rasa

Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak

berbau dan tidak berasa. Air yang berbau sudah pasti menimbulkan

rasa yang tidak menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada air,


menunjukkan terdapatnya organisme penghasil bau dan juga adanya

bahan-bahan pencemar yang dapat mengganggu kesehatan.

c. Suhu

Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu

merupakan hal yang mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya

dilakukan langsung di lapangan. Suhu air yang normal berkisar ± 3 0C

dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa disebabkan oleh berbagai

hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung berapi, ataupun

akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan air.

Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut

mengalami proses degradasi baik secara biologis maupun kima,

seringkali meningkatkan suhu air. Kenaikan suhu air dapat

mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang,

sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu .

d. Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)

Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi

(diameter >1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan

diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta

jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau

erosi yang terbawa ke dalam badan air. Materi yang tersuspensi

mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi

penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang

menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.

2. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air,

namun yang umum ada beberapa parameter, diantaranya:

a. pH

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan

melalui konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis

dinyatakan sebagai: pH = - log (H+).H+ selalu ada dalam

keseimbangan yang dinamis dengan air(H2O) yang membentuk

suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah

pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+

tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga

merupakan unsur banyak senyawa lain. Dalam air murni, banyaknya

molekul H2O yang terionkan ada sebanyak 10-7, sehingga pH air

dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen bertambah, maka nilai pH

akan turun dan larutan disebut bersifat asam. Sebaliknya, jika

konsentrasi ion hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik dan

larutan disebut bersifat basa. pH yang ideal bagi kehidupan biota air

adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan

kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik

bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan

konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi

organisme air. pH air biasanya ditentukan langsung di lapangan

dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan kertas pH.

b. Oksigen terlarut (DO)

Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk

kelangsungan kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk


proses respirasi. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran

secara alamiah banyak tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen

terlarut. Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari

proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air,

tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan mineral

dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 00C

yaitu sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka

konsentrasi oksigen dalam air akan berkurang. Ada dua metode

yang umum digunakan untuk analisa oksigen terlarut dalam air yaitu

dengan metode titrasi cara Winkler dan metode elektrokimia dengan

alat DO-meter.

c. BOD

Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga

Kebutuhan Oksigen Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang

mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang

sebenarnya terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk menguraikan

hampir semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di

dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban

pencemaran akibat air buangan penduduk ataupun industri dan untuk

mendesain sistim pengolahan biologis bagi air yang tercemar

tersebut. Penguraian zat organik adalah proses alamiah, yang kalau

suatu badan air dicemari oleh zat organik maka selama proses

penguraiannya mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut

dalam air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan


dalam air. Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah

keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk.

Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik oleh

oksigen dalam air, dan proses tersebut berlangsung disebabkan

adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk supaya 100%

bahan organik terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun

dalam waktu 5 hari, pada temperatur inkubasi 20 0C, bahan organik

yang dapat diuraikan mencapai 75%, sehingga waktu ini sudah

dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan

dengan mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida

modifikasi.

d. COD

Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan

Oksigen Kimiawi adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi total zat-zat organik yang terdapat dalam 1 liter sampel

air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total

zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara biologis, maupun

yang hanya dapat diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD

berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan antara angka

COD dengan angka BOD dapat ditetapkan. Secara umum

perbandingan BOD5/COD = 0,40 – 0,60. Pengukuran COD

dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.

C. Nilai Ambang Batas (NAB)

Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi

dimana manusia mampu menahannya tanpa menumbulkan gangguan


kesehatan selama 40 jam atau 5 hari dalam seminggu. Mungkin

seperti itulah gambaran harfiah dari Nilai ambang batas.

Untuk zat-zat yang memiliki standar NAB, Udara, air, tanah,

dan yang sebenernya Nilai ambang batas ini lebih terkhusus pada

zat-zat kimia berbahaya, karena pertimbangan risiko, tingkat

frekuensi dan tingkat kefatalan yang ditimbulkan oleh zat kimia

tersebut maka perlu diupayakan adanya pengendalian. Penetapan

nilai ambang ini merupakan.

Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta

penjelasannya:

1. DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam

air. semakin tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada

suhu 20C. tingkat DO maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk

menunjukkan kadar atau satuan. ppm ialah singkatan dari part per

million atau sama dengan mg/L.

2.BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan

oksigen oleh makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi

nilainya maka semakin banyak mikrobanya dan membuat nilai DO

turun. Semakin tinggi nilai BOD maka akan semakin rendah kualitas

air.

3. COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya

disini ialah tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa

jadi dipakai untuk mengurai dan sebagainya. nilai COD juga

berbanding terbalik dengn DO.


4. TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut

didalam air. semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas

air. banyak tds meter yang mudah untuk didapatkan dan bisa

digunakan hanya dengan mencelupkan ujung alat tersebut kedalam

air.

Berikut ialah batas ambang berbagai parameter kualitas air yang

ditetapkan oleh pemerintah. namun seperti yang kita tahu, peraturan

hanyalah sebuah peraturan tanpa adanya penegakan dan tindak lanjut

dari ketetapan tersebut. semoga saja setiap batas batas kualitas air,

udara dan tanah diperhatikan dan dijaga agar tidak membuat alam ini

dan penghuninya menjadi rusak.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1 Ph – 6-9

2 TSS mg/L 150

3 BOD mg/L 50

4 COD mg/L 100

5 Sulfida mg/L 1

6 Amonia mg/L 20

7 Fenol mg/L 1

8 Minyak & Lemak mg/L 15

9 MBAS mg/L 10

10 Kadmium mg/L 0,1


11 Kromheksavalen mg/L 0,5

12 Krom total mg/L 1

13 Tembaga mg/L 2

14 Timbal mg/L 1

15 Nikel mg/L 0,5

16 Seng mg/L 10

17 Kuantitas air limbah max mg/L 0,8L/s lahan kawasan terpakai

D. Pandangan Al-Qur’an dan Hadist tentang Analisis Kualitas Lingkungan

Lingkungan atau sering disebut dengan lingkungan hidup adalah jumlah

semua benda yang hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada dalam ruang yang

kita tempati. Adapun berdasarkan UU No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam

persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang sangat penting.

Karena pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri pada akhirnya ditujukan buat

keberlangsungan manusia di bumi ini.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1982 tentang

ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga

sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan

hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lainnya.

ujuan dari pengambilan sampel adalah untuk mengumpulkan sebagian

material bahan dalam volume yang cukup kecil yang mewakili material bahan yang

akan diperiksa secara tepat teliti untuk dapat dibawa dengan mudah dan diperiksa di

laboratorium.Hal ini berarti bahwa perbandingan atau konsentrasi relatif yang tepat

dari semua komponen dalam sampel akan sama seperti dalam material yang

disampling, serta tidak mengalami perubahan-perubahan yang berarti dalam

komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.

Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil

sampel yang dapat mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan sampel

dengan baik, agar hasil uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang dapat

dipertanggungjawabkan kualitas dan kuantitasnya. Kemungkinan kandungan pada

sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian jika prosedur pengambilan dan

pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan benar.

Pada waktu pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air

yang harus dilakukan segera / dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan fisika, pH,

sisa Chlor. Metode pengambilan contoh ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam

pengambilan.

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :

1. Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric

2. Air permukaan adalah air yang terdiri dari : air sungai, air danau,

air waduk, air saluran, mata air, air rawa dan air gua / air karst.
3. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi

air dan terletak pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai

permukaan bebas.

4. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air

dengan bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap

air.

5. Akifer adalah suatu laipsan pembawa air.

6. Epilimnion adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya

relatif sama.

7. Termoklin / metalimnion adalah laipsan danau yang mengalami

penurunan suhu yang cukup besar (lebih dari 1O C/m) ke arah

dasar danau.

8. Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu

relatif sama dan lebih dingin dari lapisan atasnya, biasanya lapisan

ini mengandung kadar oksigen yang rendah dan relatif stabil.

9. Air Meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasiun meteor ,

air meteroik yang ditampung langsung dari hujan dan air meteorik

dari bak penampungan air hujan.

a. Prinsip Pengambilan Sampel

 Menentukan lokasi pengambilan sampel

 Menentukan titik pengambilan sampel.

 Melakukan pengambilan sampel

 Melakukan pengawetan sampel

 Pengepakan sampel dan pengiriman ke laboratorium.

b. Bahan Pemeriksaan
Sampel air, yang berasal dari sumber air, air minum / air bersih,

air kolam renang, air pemandian umum.

Ada 2 macam sampel air :

a. Sampel sesaat (grab sampel)

Sampel yang diambil pada suatu waktu dan tempat tertentu.

Contoh : sampel yang diambil dari sumber air permukaan, sumber

air persediaan.

b. Sampel gabungan waktu

Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang

sama, tetapi pada waktu yang berbeda dan dalam waktu yang tidak

lebih dari 24 jam.

Sampel masing-masing diambil dalam kapasitas  120 ml

setiap interval waktu tertentu atau satu jam sekali. Sampel-sampel

kemudian dicampur pada akhir periode pengambilan sampel. Jika

zat pengawet diperlukan, masukkan zat tersebut kedalam wadah

yang masih kosong (setelah dicuci dengan sampel), sehingga

semua bagian atau porsi dari gabungan sampel akan diawetkan

segera setelah diambil dan digabungkan. Sampel gabungan waktu

digunakan untuk menentukan komponen-komponen yang dapat

ditunjukkan tetap tidak berubah. Jumlah / volume sampel yang

diambil untuk keperluan pemeriksaan dilapangan dan

dilaboratorium tergantung pada jenis pemeriksaan yang diperlukan,

yaitu sebagai berikut :

a. Untuk pemeriksaan fisika air diperlukan  2 liter.

b. Untuk pemeriksaan kimia air diperlukan  5 liter.


c. Untuk pemeriksaan bakteriologi air diperlukan  100 ml.

c. Alat dan reagen

a) Alat

Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pengambilan sampel

sebagai berikut:

1. Alat pengambil sampel

2. Alat lain

3. Wadah untuk menyimpan sampel

Berikut penjelasan mengenai alat-alat yang diperlukan

untuk pengambilan contoh :

1. Alat pengambil contoh

Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1. Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh

(misalnya untuk keperluan pemeriksaan logam, alat

pengambil contoh tidak terbuat daru logam)

2. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.

3. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung

/ wadah penyimpan tanpa ada sisa bahan tersuspensi

didalamnya.

4. Mudah dan aman dibawa.

5. Kapasitas 1-5 liter, tergantung dari maksud

pemeriksaan

Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam

bentuk tergantung pada jenis pemeriksaan yang


dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium di

Puskesmas terbatas, maka yang digunakan adalah alat

pengambil contoh tipe sederhana.

Alat pengambil contoh tersebut adalah :

1. Alat pengambil contoh sederhana

Terdiri dari botol biasa atau ember plastik yang

digunakan pada air permukaan secara langsung.

Botol biasa yang diberi pemberat untuk digunakan

pada kedalaman tertentu. Pemberat ini diikat dengan

kawat kuningan / kawat tembaga dan tidak boleh

memakai kawat besi, sebab besi mudah berkarat,

sehingga mudah putus dan karatnya dapat

mencemari air dengan menambah tinggi kadar besi.

2. Alat pengambil contoh setempat secara mendatar

Dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai

atau di tempat yang airnya mengalir pada

kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe

Wohlenberg.

3. Alat pengambil contoh setempat secara tegak.

Dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi

yang airnya tenang atau alirannya sangat lambat

seperti di danau, waduk, dan muara sungai pada

kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe

Ruttner.
4. Alat pengambil sampel pada kedalaman yang

terpadu untuk pemeriksaan zat padat tersuspensi

atau untuk mendapatkan contoh yang mewakili

semua lapisan air. Contoh alat ini adalah tipe

USDH.

5. Alat pengambil contoh secara otomatis yang

dilengkapi alat pengatur waktu dan volume yang

diambil.

Digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air

limbah atau air sungai yang tercemar, agar diperoleh

kualitas air rata-rata selama periode tertentu.

6. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan gas

terlarut, yang dilengkapi tutup, sehingga alat dapat

ditutup segera setelah terisi penuh.Contoh alat ini

adalah tipe Casella.

7. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan

bakteriologi.

b) Reagen

Sarana Pengambilan Contoh Sarana yang dapat

digunakan adalah :

1. Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau

lintasan gantung sebagai tempat pengambilan contoh.

2. Bila sarana jembatan / lintasan gantung tidak ada,

maka dapat menggunakan perahu.


3. Untuk sumber air yang dangkal dapat dilakukan

langsung.

c) Waktu

Interval waktu pengambilan contoh diatur agar

contoh diambil pada hari dan jam yang berbeda

sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap

hari maupun setiap jam. Caranya dilakukan dengan

menggeser jam dan hari pengambilan pada waktu

pengambilan contoh berikutnya, misalnya pengambilan

pertama hari senin jam 06.00 pengambilan berikutnya

hari selasa jam 07.00 dan seterusnya. Waktu

pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan

sebagai berikut :

1. Untuk keperluan survai pendahuluan dalam rangka

pengenalan daerah, waktu pengambilan contoh

dapat dilaksanakan pada saat survai.

2. Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan

diperlukan data pemantauan kualitas air, yang

diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap,

tergantung pada jenis sumber air dan tingkat

pencemarannya sebagai berikut

a. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap dua

minggu sekali selama setahun.

b. Sungai / saluran yang telah tercemar ringa sampai

sedang, sebulan sekali selama setahun.


c. Sungai / saluran alami yang belum tercemar, tiga

bulan sekali selama setahun.

d. Waduk / danau setiap dua bulan sekali selama

setahun.

e. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.

f. Air meteorik sesuai dengan keperluan.

g. Untuk studi dan penelitian, perlu disesuaikan.

c. Cara pengambilan sampel

a. Menentukan lokasi pengambilan sampel :

b. Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada air

permukaan dan air tanah. Lokasi pengambilan

sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan keperluan

pengambilan sampel :

c. Lokasi pengambilan sampel air permukaan :

Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat

berasal dari daerah pengaliran sungai dan danau /

waduk

d. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah

pengaliran sungai berdasarkan pada :

1. Sumber air alamiah :Yaitu lokasi pada tempat yang

belum terjadi atau masih sedikit pencemaran.

2. Sumber air tercemar :Yaitu lokasi pada tempat yang

telah mengalami perubahan atau dihilir sumber

pencemar.
3. Sumber air yang dimanfaatkanYaitu lokasi pada

tempat penyadapan pemenfaatan sumber air tersebut.

4. Pemantauan kualitas air pada danau / waduk

berdasarkan pada :

a) Tempat masuknya sungai ke danau / waduk.

b) Ditengah danau / waduk.

c) Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan

d) Tempat keluarnya air danau / waduk.

e. Menentukan titik pengambilan contoh

a) Air permukaan.Titik pengambilan contoh dapat

dilakukan di sungai dan danau / waduk , dengan

penjelasan sebagai berikut :

1. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai

dengan ketentuan :

-Sungai dengan debit kurang dari 5 m3 / detik,

contoh diambil pada satu titik di tengah

sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan

air.

-Sungai dengan debit antara 5 – 150 m3 /

detik, contoh diambil pada dua titik

masing-masing pada ada jarak 1/3 dan 2/3

lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari

permukaan air.

2. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 /

detik,contoh diambil minimum pada enam


titik masing-masing pada jarak ¼. ½ dan ¾

lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman

dari permukaan air.

3. Di danau / waduk, titik pengambilan

contoh di danau / waduk dengan ketentuan :

(1). Danau / waduk yang kedalamannya

kurang dari 10 m, contoh diambil pada dua

titik dipermukaan dan di dasar danau /

waduk.

4. Danau / waduk dengan kedalaman antara

10-30 meter, contoh diambil pada tiga titik,

yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan

di dasar danau / waduk.

5. Danau / waduk dengan kedalaman antara

30 – 100 m, contoh diambil pada empat titik,

yaitu di permukaan, di lapisan termoklin

( metalimnion), di atas lapisan hipolimnion

dan di dasar danau / waduk.

(4) Danau / waduk yang kedalamannya lebih

dari 100 m, titik pengambilan contoh dapat

ditambah sesuai dengan keperluan.

f. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika

dan kimia air.Tahapan pengambilan contoh untuk

keperluan ini adalah :

1. Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai

dengan keadaan sumber air.

2. Membilas alat dengan contoh yang akan diambil

sebanyak tiga kali.

3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan

campurkan dalam penampung sementara hingga

merata.

4. Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka

volume contoh yang diambil dari setiap titik

harus sama.

g. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan Oksigen

terlarut (DO)

Pengambilan contoh dapt dilakukan dengan dua cara,

yaitu :

1. Cara langsung

Tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung

sebagai berikut: :

Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan

mempunyai volume  300 ml serta dilengkapi

dengan tutup asah.

- Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air

dengan posisi mulut botol searah dengan aliran air,


sehingga air masuk kedalam botol dengan tenang,

atau dapat pula dengan menggunakan sifon.

1. Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya

turbulensi dan gelembung udara selama pengisian

dan penutupan botol, kemudian botol di tutup.

Contoh siap untuk dianalisis.

2. Dengan alat khusus

Tahapan pengambilan contoh / sampel dengan

cara alat khusus sebagai berikut :

-Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan

mempunyai

volume  300 ml serta dilengkapi dengan

tutup asah.

- Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe

Casella).

- Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.

3. Label

Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah

contoh diberi label. Pada label dicantumkan

keterangan mengenai :

a. Nomor contoh

b. Nama petugas pengambil contoh

c. Tanggal dan jam pengambilan contoh

d. Tempat pengambilan contoh

e. Jenis pengawet yang digunakan.


4. Pemeriksaan di Lapangan

Pekerjaan yang dilakukan meliputi :

1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat

berubah dengan cepat, dilakukan langsung

setelah pengambilan contoh ; unsur-unsur

tersebut antara lain : pH, suhu, daya hantar

listrik, alkalinity, acidity dan oksigen

terlarut.

2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam

buku catatan khusus pemeriksaan di

lapangan, yang meliputi : nama sumber air,

tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan

cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan

dan nama petugas.

3. Pengolahan pendahuluan contoh

a. Penyaringan

Penyaringan contoh dilakukan untuk

pemeriksaan parameter terlarut sebagai

berikut :

b. Contoh yang akan disaring diukur

volumenya sesuai dengan keperluan.

c. Masukkan ke dalam alat penyaring

yang telah dilengkapi kertas saring yang

mempunyai ukuran pori 0 – 0,45 um dan

saring sampai selesai.


d. Air saringan ditampung ke dalam

wadah yang telah disiapkan sesuai

dengan keperluan.

e. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan

Pestisida

Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini

dilakukan sebagai berikut :

1. Contoh dikocok secara merata dan

ukur volumenya sebanyak 1 liter

dengan gelas ukur.

2. Tuangkan contoh ke dalam labu

ekstrak.

3. Bilas gelas ukur dengan 60 ml

campuran pelarut organik

(n-heksana 85 % dan Diethyl ether

15 %), kemudian tuangkan pelarut

organik tersebut ke dalam labu

ekstrak dan kocok selama 2 menit.

4. Biarkan sampai terjadi pemisahan

fase paling sedikit  10 menit.

5. Tampung fase air dari labu ekstrak

ke dalam gelas ukur dan secara

hati-hati tuangkanlah lapisan fase

organik nelalui kolom yang

berdiameter luar 2 cm dan berisi


Na2SO4 bebas air setinggi 10 cm ke

dalam wadah khusus.

6. Tuangkan kembali fase air di dalam

gelas ukur tadi ke dalam labu

ekstrak.

7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 6

sebanyak 2 kali lagi.

8. Bilas kolom dengan pelarut Hexana

 20 ml.

9. Satukan hasil ekstrak dalam botol

khusus.

10. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan

Minyak dan Lemak

Kualitas air merupakan subjek yang

sangat kompleks dan dicerminkan

dari jenis pengukuran dan indikator

air yang digunakan. Pengukuran

akan lebih akurat jika dilakukan di

tempat karena air berada dalam

kondisi yang ekuilibrium dengan

lingkungannya. Pengukuran di

tempat umumnya akan mendapatkan

data mendasar seperti temperatur, pH,

kadar oksigen terlarut, konduktivitas,

dan sebagainya.
Untuk pengukuran yang lebih kompleks membutuhkan sample air yang

kemudian dijaga kondisinya, dipindahkan, dan dianalisis di tempat lain (misal

laboratorium). Pengukuran seperti ini memiliki dua masalah yaitu karakteristik air pada

asmple mungkin tidak sama dengan sumbernya karena terjadi perubahan secara

kimiawi dan biologis seiring waktu. Bahkan kualitas air dapat bervariasi antara siang

dan malam dan dipengaruhi keberadaan organisme air.[7] Dan air yang teah terpisah

dari lingkungannya akan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, yaitu botol

atau kemasan yang digunakan dalam pengambilan sample. Sehingga bahan yang

digunakan untuk pengambilan sampel harus bersifat inert atau memiliki tingkat

reaktivitas yang minimum sehingga tidak mempengaruhi kualitas air yang diuji.[8]:4

Perubahan kondisi fisik dan kimiawi juga terjadi ketika air sampel dimpompa atau
diaduk, menyebabkan terbentuknya endapan. Ruang udara yang berada di dalam

kemasan sampel juga dapat mempengaruhi karena ada risiko udara larut ke dalam

sampel air. Menjaga kualitas sampel dapat dilakukan dengan mendinginkan sampel

sehingga mengurangi laju reaksi kimia dan perubahan fase.

Cara terbaik untuk mengetahui tingkat perubahan selama pengumpulan sampel

hingga analisis adalah dengan menggunakan dua jenis air yang digunakan bersamaan

dengan pengumpulan sampel. Air jenis pertama, disebut dengan air "kosong" (tidak

selalu air hasil destilasi) adalah air dengan kondisi kimiawi dan biologis yang sangat

kecil sehingga tidak ada karakteristik yang bisa dideteksi. Dan air jenis kedua

merupakan air dengan kondisi yang "dimaksimalkan" sesuai dengan perkiraan kondisi

air sampel. Kedua jenis air ini dipaparkan ke atmosfer sekitar selama pengambilan

sampel, sehingga ilmuwan membawa tiga jenis air dari lokasi pengambilan sample dan

ketiganya dianalisis untuk mengetahui apa yang berkurang dan bertambah seiring

waktu sejak pengambilan sampel hingga analisis di laboratorium.

a. Pengujian pasca bencana

Berbagai jenis bencana alam hingga bencana buatan manusia akan mengubah

kualitas air secara cepat sehingga pengukuran harus dilakukan untuk menentukan

langkah terbaik dalam penanganan bencana dan mengembalikan kualitas air. Akses

terhadap air bersih dan sanitasi diperlukan bagi korban bencana.

Dalam interval waktu tertentu, kondisi air dapat kembali pasca bencana. Seperti

kasus bencana Tsunami 2004 dan pengukuran yang dilakukan oleh International Water

Management Institute (IWMI) yang berbasis di Colombo mendapati bahwa kadar

garam di setiap sumur meningkat drastis segera setelah tsunami dan kembali turun ke

level semula setelah satu setengah tahun sehingga layak digunakan sebagai air minum.

b. Analisis kimia
Metode sederhana dalam melakukan analisis kimia adalah pengukuran

berdasarkan unsur tanpa memperdulikan wujud dan bentuk senyawanya. Contohnya

adalah mengukur kadar oksigen dalam air, jika dilakukan pengukuran berdasarkan

unsur akan didapatkan konsentrasi oksigen sebesar 890 ribu miligram per liter air,

karena air (H2O) terbentuk dari hidrogen dan oksigen. Sehingga pengukuran kadar

senyawa tertentu harus dibedakan berdasarkan wujudnya. Untuk pengukuran kadar

oksigen, harus dibedakan berdasarkan oksigen diatomik atau oksigen yang terikat

dengan unsur lain. Oksigen diatomik yang terukur dapat disebut dengan kadar oksigen

terlarut.

Analisis logam berat harus menyertai endapan yang ada di air karena logam

berat yang seharusnya dapat larut mungkin terikat secara adsorpsi dengan partikel lain,

misal partikel tanah liat. Penyaringan sampel dapat menghilangkan endapan tersebut,

sedangkan logam berat yang mengendap di sumber aslinya mungkin saja dapat

terminum oleh manusia dan organisme lain.

c. Indikator untuk air minum

Indikator yang digunakan ketika melakukan pengukuran air minum

diantaranya:

Alkalinitas

pH

Warna air

Rasa dan bau

Garam-garaman, logam, dan logam berat


Senyawa organik terlarut

Senyawa atau unsur radioaktif

Mikroorganisme

d. Indikator untuk lingkungan

Dalam pengukuran indikator biologis, digunakan istilah EPT yang merujuk

kepada Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera, tiga ordo serangga bersayap yang

hidup di sekitar perairan. Index EPT, yaitu jumlah EPT ketika kondisi lingkungan sehat,

dapat bervariasi di setiap daerah. Secara umum, semakin banyak organisme EPT,

menunjukan bahwa kualitas ekologi perairan tersebut lebih sehat.Keberadaan

invertebrata makro juga dapat digunakan sebagai indikator.

Moluska bivalvia digunakan sebagai indikator karena moluska termasuk hewan

penyaring yang menghisap air dan menyerap nutrisi dari air yang dihisapnya. Polutan

yang diserap akan terakumulasi di dalam tubuh moluska dan dapat memiliki efek yang

beragam bagi moluska tersebut. Moluska bivalvia juga biasanya bersifat sessile atau

menetap di satu tempat dan jarang sekali berpindah sehingga pengumpulan sampel

moluska cenderung mudah.

a) Indikator fisik

 Temperatur air

 Elektrokonduktivitas

 Padatan terlarut

 Padatan tersuspensi

 Transparansi

 Bau

 Warna
 Rasa

b) Indikator kimia

 pH

 BOD

 COD

 Tingkat kesadahan air

 Logam berat

 Nitrat

 Ortofosfat

 Pestisida

 Surfaktan

c) Indikator biologis

 Ephemeroptera

 Plecoptera

 Trichoptera

 Mollusca

 Escherichia coli

 Bakteri koliform

F. Analisis Kualitas Air

Penetapan-penetapan berikut ini dilakukan untuk menentukanmutu air

permukaan :

1. Analisa temperature

Cara metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah

dengan termometer air raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai
atau menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga suhu air

dapat dibaca pada skala thermometer (°C).

a. Peralatan

Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110°C.

b. Penetapan contoh uji air permukaan.

a. Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2

menit sampai dengan 5 menit sampai thermometer menunjukan nilai

stabil.

b. Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu

thermometer dari air.

c. Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.

a. Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.

b. Masukan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu

untuk mengambil contoh uji.

c. Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan.

d. Catat skala yang ditunjukan thermometer sebelum contoh air dikeluarkan

dari alat pengambil contoh.

2. Analisa Total Dissolved Solid (TDS)

Untuk mengukur kandungan padatan terlarut, sampel yang sudah

dihomogenkan disaring menggunakan kertas saring fiber glas. Filtratnya

kemudian diuapkan hingga kering pada oven dengan suhu T 180oC dalam

cawan porselin yang diketahui bobotnya. Pertambahan bobot cawan

merupakan bobot padatan terlarut dalam sampel.

a. Peralatan

1. Analytical Balance
2. Oven Pemanas (104+2oC)

3. Desikator

4. Filtering Apparatus

5. Glass Fibre Filter

6. Hot plate

7. Cawan porselen

8. Gelas beaker

9. Pinset

b. Prosedur Analisa

1. Persiapan

2. Bilas cawan porselen dengan akuades sampai bersih, kemudian

dipanaskan di oven sampai kering yang sebelumnya diberi label/nomor

terlebih dulu.

3. Keluarkan cawan dari oven dan masukkan ke dalam desikator sampai

dingin lalu ditimbang (bobot kosong).

d. Penyaringan sampel

1. Siapkan peralatan penyaring yang betul-betul bersih, lalu pasangkan

kertas saring pada peralatan penyaring tersebut.

2. Saring 20 mL air akuades, buang saringannya (hanya untuk membilas

saja).

3. Saring 100 mL sampel, pindahkan ke botol plastik kemudian diberi

nomor/label.

4. Untuk sampel air laut volume yang disaring adalah 50 mL.


Keterangan: Jika TDS > 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan cara

Gravimetri. Jika TDS < 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan alat

Conductivitimeter.

3. Analisis Sample

a. Letakkan cawan di atas hot plate dan biarkan sebentar untuk

menghindari kontaminasi.

b. Tuangkan sampel yang sudah disaring ke dalam cawan sedikit demi

sedikit. Untuk sampel air laut harus dilakukan secara hati-hati karena

kalau menuangkan sampel terlalu banyak akan menyebabkan letupan

dari air garam sehingga mengakibatkan berkurangnya hasil

penimbangan.

c. Atur suhu hot plate sehingga menjadi 180oC.

d. Lanjutkan penambahan sampel ke dalam cawan sampai habis dan

menguap, tapi tidak boleh dibiarkan kering.

e. Pindahkan cawan ke dalam oven (105oC) selama satu jam sampai

mengering sempurna.

f. Pindahkan cawan ke dalam desikator sampai dingin, lalu ditimbang.

Perhitungan

TDS (mg/L) = bobot kering (mg) – bobot kosong (mg) x 1000

volume sample (mL).

4. Analisa Total Suspended Solid (TSS)

Sampel yang telah dikocok dengan merata disaring melalui

filter serat gelas standar yang telah ditimbang sebelumnya lalu residu

yang tersisa dikeringkan pada suhu 103o-105oC hingga bobot tetap.


Kenaikan bobot dari filter tersebut merepresentasikan Total Suspended

Solid atau Total Padatan Tersuspensi.

Peralatan

Analytical Balance

a. Oven Pemanas (104±2oC)

b. Desikator

c. Cawan aluminium

d. Filtering Apparatus

e. Glass Fibre Filter

f. Gelas beaker

g. Gelas ukur

h. Pinset

Prosedur Analisa

a. Cuci semua peralatan yang akan dipakai untuk menyaring dengan

menggunakan akuades sampai bersih.

b. Siapkan cawan alumunium masing-masing diberi nomor atau label

untuk tiap sampel yang akan diukur, kemudian masukkan ke

masing masing cawan tersebut fiber glass filter.

c. Cawan alumunium kosong harus dipanaskan selama 24 jam untuk

kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang untuk

menetapkan bobot cawan kosongnya.

d. Siapkan peralatan untuk menyaring (filtering apparatus) kemudian

letakkan fiber glass filter di atasnya lalu dibilas dengan 20 mL

akuades.
e. Kocok sampel yang akan dianalisa kemudian tuangkan sebanyak

150 mL dengan menggunakan gelas ukur.

f. Bilas dinding saringan dengan menggunakan akuades sampai tidak

ada kotoran yang menempel pada dinding tersebut.

g. Untuk sampel air laut harus dibilas dengan akuades sebanyak 250

mL.

h. Setelah sampel disaring, ambil fiber glass filter dari atas alat

penyaring kemudian tempatkan ke dalam cawan yang telah diberi

tanda atau label, lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC

selama satu malam.

i. Setelah keesokan harinya ambil fiber glass filter dan cawan

alumuniumnya kemudian masukkan ke dalam desikator hingga

dingin lalu ditimbang hingga bobot tetap.

Perhitungan

TSS (mg/L) =[bobot cawan + sampel kering (mg)]– [bobot cawan

kosong (mg)] x 1000 Volume sample (mL)

5. Analisa Derajat Keasaman Menggunakan Alat pH Meter

Pada suhu tertentu sifat asam atau basa air ditunjukan oleh nilai

pH-nya atau aktivitas ion hidrogennya. Alkalinitas maupun keasaman

adalah kemampuan untuk menetralkan asam atau basa air. Sedangkan

kapasitas penyanggan dinyatakan dalam molal per liter. pH adalah –

log[H+] yang ditetapkan dengan metode pengukuran secra potentiometri

dengan menggunakan pH meter.

Peralatan dan Bahan


- Peralatan:

a. pH meter dengan perlengkapannya;

b. Piala gelas 250mL;

c. Pengaduk gelas atau magnetic;

d. Kertas tissue;

e. Timbangan analitik; dan

f. Termometer.

-Bahan

Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran,

atau dapat juga dibuat dengan cara sebagi berikut:

a. Larutan penyangga, pH 4,004 (25°C) Timbang 10,12g kalium

hydrogen ptalat, KHC8H4O4, larutkan dalam 1000mL air suling.

b. Larutan penyangga, pH 6,863 (25°C).Timbang 3,387g kalium

dihidrogen fosfat, KH2PO4 dan 3,533g dinatrium hydrogen fosfat,

Na2HPO4, larutan dalam 1000mL air suling.

c. Larutan penyangga, pH 10,014 (25°C).Timbang 2,092 natrium hirogen

karbonat, NaHCO3 dan 2,640g natrium karbonat, Na2CO3, larutkan

dalam 1000mL air suling.

Prosedur

Persiapan pengujian

b. Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai

instruksikerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.

c. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan

contoh uji sampai suhu kamar.

Prosedur Analisa
a. Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda

dengan air suling.

b. Bilas elektroda dengan larutan uji.

c. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter

menunjukan pembacaan yang tetap.

d. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH

meter.

G. Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap Lingkungan dan Kesehatan

a. Dampak terhadap Lingkungan

Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air

minum, meracuni makanan hewan, ketidak seimbangan ekosistem

sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan

sebagainya. Pencemaran air di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan

fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan

tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan

pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan

bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika

tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak

oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri

menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok:

1. Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air

2. Dampak pencemaran air terhadap kualitas air tanah

3. Dampak pencemaran air terhadap kesehatan

4. Dampak pencemaran air terhadap estetika lingkungan


a) Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pada pencemaran air limbah akan menyebabkan

menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga

mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen

terganggu serta mengurangi perkembangannya.Akibat matinya

bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air limbah secara alamiah

yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air

limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa

dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak

didinginkan terlebih dahulu.

b) Dampak pencemaran air terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal

coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh

suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang

mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

c) Akibat pencemaran air terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke

lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar

yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping

tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah

limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika

lingkungan.

b. Dampak pencemaran air terhadap kesehatan


Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam

antara lain :

1. Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,

2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,

3. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia

bersangkutan tak dapat membersihkan diri,

4. Air sebaga media untuk hidup vector penyakit

H. Penelitian-penelitian terkait Analisis kualitas Air

a. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran di Danau Pondok Lapan

Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

Pondok Lapan Lake adalah danau buatan yang terletak di Dusun Pulka

Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Pondok Lapan

Lake sekitar perkebunan kelapa. Danau tersebut awalnya dibuat untuk irigasi.

Namun, masyarakat sekitar tidak memiliki kemauan untuk pertanian, mereka

lebih suka menanam seperti minyak kelapa sawit dan pohon karet.

Penelitian ini difokuskan pada kualitas air dan beban pencemaran.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2015.Pengambilan

sampel air dilakukan dengan menggunakan sampling bawah permukaan air.

Sampel air dianalisis di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian

Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan. Studi dihasilkan oleh status mutu air

dengan metode Storet berdasarkan standar kualitas Grade I dan II, -17 di media

tercemar dan 0 dalam kondisi baik.Status mutu air dengan metode indeks

pencemaran didasarkan pada kelas I dan II, 1,024 dan 0,617 di tercemar ringan

dan dalam kondisi baik. daya tampung beban pencemaran yang bisa masuk ke

dalam perairan Pondok Lapan Lake adalah 1.984 Pa kg / tahun.


b. Analisis Kualitas Air Sungai Akibat Pencemaran Tempat Pembuangan

Akhir Sampah Batu Bola Dan Karakteristik Sertakeluhan Kesehatan

Pengguna Air Sungai Batang Ayumi Di Kota Padangsidimpuan Tahun

2012

Analisis kualitas air sungai akibat pencemaran TPA Batu Bola dan

karakteristik dengan kesehatan pengguna sungai Batang Ayumi di kota

Padangsidimpuan.Batang Ayumi sungai yang terletak di desa Batunadua,

Kecamatan Batunadua, Kota Padangsidimpuan, telah tercemar oleh

pembuangan sampah Batu Bola, menurut peraturan pemerintah No.82 tahun

2001 tentang tentang Pengelolaan Air Kualitas dan Pengendalian Pencemaran

Air. Penelitian ini merupakan survei deskriptif, yaitu untuk tahu tentang

pencemaran fisik (TDS) dan polusi kimia (BOD, COD dan Fosfat) di sungai

Batang Ayumi, yang diambil dari 10 poin whitin 50 meter, dan sungai masalah

kesehatan pengguna dilakukan pada tahun 2012. Obyek penelitian ini adalah

sungai.Batu Bola landfill dan campuran antara outlet dan air sungai yang

perbandingan sampel di laboratorium.

Hasil penelitian ini menunjukkan kontaminasi TDS dan

BOD di semua sampel, tetapi hanya beberapa sampel ditunjukkan COD dan

fosfat

kontaminasi dari semua sampel yang diteliti. Hasil tertinggi adalah outlet TPA,

yang merupakan TDS 3140 mg / l, BOD 31,63 mg / l, COD 87,8 mg / l dan

fosfat 0,5 mg / l.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada banyak orang yang menderita

penyakit kulit dan penyakit mata. Pemerintah daerah disarankan untuk

memberikan perhatian lebih terhadap Batu Bola tempat pembuangan sampah

sehingga orang lebih aman dalam menggunakan air sungai untuk kebutuhan

sehari-hari mereka, karena banyak orang yang masih tergantung pada sungai

Batang Ayumi.

c. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air

Sungai Blukar Kabupaten Kendal

Sungai Blukar yang merupakan Sungai Utama di DAS Blukar, yang berfungsi

sebagai tempat pengaliran air kondisinya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

manusia di Daerah Aliran Sungai.Kondisi Sungai Blukar saat ini diperkirakan telah

mengalami penurunan kualitas air disebabkan berbagai aktivitas manusia yang berada

di daerah tangkapan airnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air

Sungai Blukar berdasarkan baku mutu kualitas air sungai menurut PP Nomor 82

Tahun 2001 dan merumuskan prioritas strategi pengendalian pencemaran air sungai

yang perlu dilakukan. Sungai sebagai daerah penelitian ditetapkan sepanjang 18,70

km. Kualitas air sungai diukur dan diamati pada 7 titik pengambilan sampel.

Analisis kualitas air dilakukan dengan menggunakan metode indeks

pencemaran. Analisis prioritas strategi pengendalian pencemaran air dengan AHP.

Hasilnya adalah (1) parameter BOD di titik 3,4,5,6 dan 7 serta parameter COD di titik

7 telah melebihi baku mutu air sungai Kelas II menurut PP nomor 82 Tahun 2001. ( 2)

Telah terjadi penurunan kualitas air Blukar dari hulu ke hilir yang ditandai dengan

nilai indeks pencemaran yang cenderung semakin meningkat berdasarkan kriteria

sungai Kelas II menurut PP nomor 82 Tahun 2001. Nilai indeks pencemaran berkisar
antara 0,49 sampai 3,28. Status mutu air sungai Blukar telah tercemar dengan status

cemar ringan. (2) untuk menjaga kualitas air pada kondisi alamiahnya diperlukan

strategi pengendalian pencemaran air sungai yang difokuskan pada (a) peningkatan

peran masyarakat baik masyarakat umum, petani maupun industri dalam upaya

pengendalian pencemaran air. (b) peningkatan koordinasi antar instansi yang

berkaitan dengan pengendalian pencemaran air, serta (c) mengintegrasikan kebijakan

pengendalian pencemaran air dalam penataan ruang.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran

kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya.

Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap

kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi

ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan

manusia terhadap air minum.Berbagai lembaga negara di dunia

bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan

standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.Kondisi air

bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat.

Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air

termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan.

Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan

transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan

permukaan dari pertanian dan perkotaan.


Kualitas air yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal

baik terhadap biota air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu

dampaknya terhadap biota air adalah akan banyaknya biota air yang

mati,sedangkan pada manusia banyak penyakit yang dapat disebabkan

seperti diare,penyakit kulit,dan banyak penyakit lain.

B. Saran

Air merupakan konponen terpenting dalam kehidupan makhluk

hidup maka dari itu sangat penting untuk menghemat penggunaan air

dan menjaga sumber air dari pencemaran karena air yang tercemar

tidak layak diguanakan hal ini akan berdampak berkurangnya sumber

air bersih untuk kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai