Makalah ini Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Tugas Mata Kuliah
Biokimia dan Fisiologi Ternak
Oleh:
DAFTAR ISI
No Halaman
I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
IV KESIMPULAN ...................................................................................... 15
DAFTAR TABEL
No Halaman
DAFTAR ILUSTRASI
No Halaman
I
PENDAHULUAN
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Natrium
Natrium yang terdapat dalam tubuh kira-kira 105 g dan sekitar 30% terdapat
pada kristal tulang (pada manusia bobot badan 70 kg). Natrium ini bisa dilepaskan ke
aliran darah jika terjadi kadar natrium rendah. Selebihnya natrium terdapat dalam
cairan ekstraseluler dan hanya sedikit natrium berada dalam cairan intraseluler
(Gropper dan Jack, 2013).
Sumber utama natrium bisa didapatkan dari garam (NaCl) dimana kadar
natrium dalam garam sekitar 40%. Satu sendok teh garam mengandung lebih kurang
2.300 mg sodium. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari mengonsumsi
garam karena setiap makanan yang kita makan mengandung garam sebagai cita rasa.
Daging kalengan, tumis sayur, dan acar mengandung banyak garam. Contohnya
setengah cangkir sup mengandung 400 sampai 500 mg sodium. Untuk produk
peternakan hanya memiliki kadar natrium sekitar 10%. Contohnya susu mengandung
natrium 120 mg per cangkir. Daging sapi, daging ayam, dan ikan mengandung
natrium 25 mg per ons (Gropper dan Jack, 2013).
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang
mempunyai fungsi mengatur keseimbangan cairan dan asam basa tubuh serta
berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot (Atun dkk., 2014).
Perlu adanya sebuah pedoman dalam mengonsumsi natrium karena jika
berlebihan tubuh akan mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi. Namun secara
umum defisiensi natrium jarang terjadi karena setiap makanan yang kita konsumsi
mengandung natrium. Namun kadar natrium akan terganggu jika seseorang dengan
aktifitas tinggi dan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak. Keringat adalah
4
cairan hipotonik yang mengandung natrium dan klorida. Sebuah peneltian telah
menunjukkan gejala dari defisiensi natrium antara lain kram otot, mual, muntah,
pusing, shock, hingga koma. Berikut kadar maksimal natrium yang dapat dikonsumsi
oleh manusia (Gropper dan Jack, 2013).
2.2 Kalium
Kalium adalah kation intraseluler utama yaitu sekitar 95% hingga 98%
kalium terdapat dalam sel. Kadar kalium dalam tubuh yaitu sebanyak 0,35% dari total
bobot tubuh atau sekitar 245 g pada individu bobot badan 70 kg (Gropper dan Jack,
2013).
Kalium banyak terdapat pada alpukat, pisang, mangga, pepaya, dan beberapa
sayuran sebanyak 300 mg per cangkir. Sumber kalium lain terdapat pada legume,
kacang-kacangan, kentang, asparagus, dan jamur sebanyak 200-300 mg per cangkir.
Susu dan yoghurt juga mengandung kalium sebanyak 300 mg per cangkir (Gropper
dan Jack, 2013).
Kalium berfungsi dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit,
keseimbangan asam basa, transmisi saraf dan relaksasi otot (Tulungnen dkk., 2016).
Perlu adanya sebuah pedoman dalam mengonsumsi kalium karena jika
berlebihan tubuh akan mengalami hyperkalemia (tingginya kadar kalium). Secara
umum jarang terjadi defisiensi kalium karena setiap makanan yang kita konsumsi
mengandung kalium. Walaupun jika terjadi defisiensi tubuh akan mengalami gejala
muntah dan diare. Selain itu penggunaan obat untuk tekanan darah tinggi seperti
thiazide dan diuretic akan mengakibatkan meningkatkan ekskresi kalium melalui urin
dan bisa mengakibatkan defisiensi (Gropper dan Jack, 2013).
6
2.3 Klorida
III
ISI
Natrium memiliki fungsi dalam kontraksi otot jantung. Kontraksi sel otot
jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel
otot jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat adanya impuls listrik
yang dibangkitkan oleh jantung itu sendiri yang disebut autorhytmicity. Terdapat
dua jenis khusus sel otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel otoritmik (Irawati,
2015).
Sel kontraktil melakukan kerja mekanis, yaitu memompa, sedangkan sel
otoritmik mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab
untuk kontraksi sel-sel pekerja. Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka yang
memiliki potensial membran istirahat. Sel-sel khusus jantung tidak memiliki potensial
membran istirahat, tetapi memperlihatkan aktivitas pacemaker (picu jantung),
berupa depolarisasi lambat yang diikuti oleh potensial aksi apabila potensial
membran tersebut mencapai ambang tetap. Dengan demikian, timbulah potensial aksi
secara berkala yang akan menyebar keseluruh jantung dan menyebabkan jantung
berdenyut secara teratur tanpa adanya rangsangan melalui saraf (Irawati, 2015).
Suatu saraf atau membran otot pada keadaan istirahat (tidak adanya proses
konduksi impuls listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak di luar sel dari pada dalam
sel sehingga di dalam sel akan lebih negative dibanding luar sel. Apabila potensial
diukur dengan galvanometer akan mencapai 90 mVolt, membrane sel ini disebut
dalam keadaan polarisasi, dengan suatu potensial membran istirahat 90 mVolt
(Irawati, 2015).
10
melibatkan kanal ion kalium dan kalsium (Handayani, 2017). Proses repolarisasi
inilah yang merupakan proses relaksasi jantung.
Repolarisasi terdiri atas 3 fase. Fase pertama repolarisasi adalah fase 1 yakni
terjadinya repolarisasi singkat yang mengembalikan tegangan permukaan membran
menjadi 0. Hal ini terutama diperankan oleh pengeluaran ion K dari intrasel. Fase
berikutnya adalah fase 2 yang merupakan fase terpanjang pada potensial aksi. Pada
fase ini terjadi keseimbangan pengeluaran K+ dengan pemasukan Ca++, yang berjalan
melalui kanal ion spesifik tipe L. Fase yang panjang ini disebut sebagai fase plateau.
Masuknya Ca++ ke dalam intrasel akan mencetuskan pelepasan Ca++ dari retikulum
sarkoplasma, yang sangat penting dalam menginisiasi kontraksi sel otot jantung.
Kanal Ca++ ini kemudian akan inaktif dan eflux dari ion K+ melebihi influx dari Ca++,
sehingga potensial membran semakin negatif maka sel memasuki fase 3 dari
repolarisasi cepat. Pada fase 3, adalah fase repolarisasi final yang akan
mengembalikan tegangan permukaan membran sel menjadi -90 mV. Fase ini
terutama diperankan oleh efflux dari K+. Setelah mencapai repolarisasi komplit, sel
otot jantung kemudian akan siap untuk mengalami depolarisasi lagi. Fase-fase pada
potensial aksi selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut (Handayani, 2017).
12
Ilustrasi 4. Reaksi glikolisis yang membutuhkan ion kalium sebagai kofaktor enzim
3.4 Peranan Klorida dalam Mengatur Keseimbangan Natrium di dalam Sel dan
Kalium di Luar Sel
Klorida memiliki fungsi utama sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit
dalam tubuh yaitu elektrolit bermuatan positif (kation) dan elektrolit bermuatan
negatif (anion). Contoh kation adalah natrium, kalium, kalsium, dan magnesim.
14
Sedangkan contoh anion adalah klorida. Dalam keadaan normal, kadar kation dan
anion ini sama besar sehingga potensial listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada
cairan ekstrasel kation utama adalah natrium sedangkan pada cairan intrasel kation
utama adalah kalium dan anion utama adalah klorida.
Klorida merupakan anion yang dapat secara aktif berpindah melalui channel
klorida menuju keluar atau ke dalam sel. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa
klorida mampu berpindah ke dalam atau ke luar sel secara aktif maupun pasif
sehingga klorida dapat mengatur keseimbangan natrium di luar sel dan kalium di
dalam sel. Dari ilustrasi 5. terlihat bahwa pada sel di usus halus terdapat
kanal/channel klorida dimana klorida dapat masuk dan kelur intrasel atau ekstrasel
secara bebas. Hal ini disebabkan klorida mampu berpindah secara aktif maupun pasif.
15
IV
KESIMPULAN
1. Peranan natrium dalam kontraksi otot jantung terlihat pada saat fase potensial
aksi jantung pada depolarisasi dimana mineral natrium banyak terdapat di
dalam sel dibandingkan kalium.
2. Peranan kalium dalam relaksasi otot jantung terlihat pada fase potensial aksi
jantung pada repolarisasi dimana mineral kalium banyak terdapat di dalam sel
dibandingkan natrium.
3. Peranan kalium sebagai aktivator enzim terlihat pada proses aktivasi reaksi
enzim seperti piruvat kinase. Kalium terikat dalam bentuk ion pada enzim
piruvat kinase. Enzim ini menghasilkan asam piruvat dalam proses
metabolisme karbohidrat yaitu dalam proses glikolisis yaitu perubahan
phospoenolpiruvat menjadi asam piruvat.
4. Peranan klorida dalam mengatur keseimbangan natrium di dalam sel dan
kalium di luar sel karena sifat klorida yang dapat berpindah ke dalam atau ke
luar sel baik secara aktif maupun pasif sehingga dapat mengatur
keseimbangan natrium dan kalium.
16
DAFTAR PUSTAKA
Atun, Listiyaningsih, Tri Siswati, Weni Kurdanti. 2014. Asupan Sumber Natrium,
Rasio Kalium Natrium, Aktivitas Fisik, dan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi. MGMI Vol. 6, No. 1, Hal: 63-71.
Gropper, S.S. dan Jack L. Smith. 2013. Advanced Nutrition and Human Metabolism.
6th Edition. Wadsworth, Cengage Learning.
Irawati, Lili. 2015. Aktifitas Listrik pada Otot Jantung. Tinjauan Pustaka. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4 (2).