Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETAPAN KADAR PROTEIN KASAR (FOSS ANALITYCAL, 2003a)

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 2

Armanda Prayoga (12080317681)

Azizah Sausan Rilda (12080320853)

Cahhya Puspita Yulindra (12080326682)

Miranty palufy (12080321805)

Nuriffah Zaini (12080320932)

Vivi Rezki Alijarti (12080323562)

Wan Aulia Fitri Rahmi (12080324366)

Kelas : GIZI 4C

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua, sehingga penyusun dapat membuat laporan Praktikum PENETAPAN
KADAR PROTEIN KASAR (FOSS ANALITYCAL, 2003a)

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Analisis Zat Gizi . Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Penetapan Kadar Protein Kasar di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Dan kakak-kakak asisten
laboratorium yang telah membimbing kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya
sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Pekanbaru, 6 Juni 2022

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
A. Tujuan.....................................................................................................................................4
B. Manfaat....................................................................................................................................5
BAB II ALAT DAN BAHAN........................................................................................................6
2.1 Alat........................................................................................................................................6
2.2 Bahan....................................................................................................................................6
BAB III LANGKAH KERJA......................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................10
3.1 Hasil.....................................................................................................................................10
3.2 Pembahasan.........................................................................................................................11
BAB V KESIMPULAN...............................................................................................................12
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
BAB VI DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13
BAB VII LAMPIRAN.................................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung
unsur unsur C, H, O, dan N (Sari M dalam Winanrno,2011). Protein adalah salah satu bio-
molekul yang penting peranannya dalam makhluk hidup. Fungsi utamanya sebagai pembentukan
struktur sel. Selain itu pula berfungsi sebagai biokatalisator untuk reaksi reaksi kimia dalam
metabolisme makhluk hidup. (Sari M, 2011)

Protein banyak terdapat dalam bahan makanan baik dari hewan maupun nabati. Protein
sangat penting untuk pembentukan sel tubuh terutama anak anak dalam masa pertumbuhan
sangat membutuhkan protein dibandingkan orang dewasa yang tidak tumbuh lagi. Tubuh tidak
dapat menyimpan protein. Apabila kita mengkonsumsi protein secara berlebihan dari yang
dibutuhkan, protein akan dikonversi menjadi gula dan lemak, yang artinya kelebihan tersebut
akan menyebabkan kegemukan. (Susilorini, 2008)

Mutu protein dalam bahan pangan beraneka ragam, tergantung seberapa besar protein
tersebut dapat menyediakan asam amino esensial dalam jumlah yang emmadai. Hal ini karena
tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mensintesis asam ama amino esensial yang
tidak dapat disintesis tubuh harus ada dalam jumlah cukup untuk menjaga aktivitas metabolisme
tubuh. (Susilorini, 2008)

Kandungan protein dalam bahan makanan/ pangan yang dinyatakan dalam gram per
seratus gram bahan makanan/ pangan. Pengukuran kadar protein dalam suatu bahan makanan
bisa kuantitatif dan kualitatif. Cara kuantitattif dapat dilakukan dengan cara spektrofotometri UV
dan kolorimetri, cara Kjeldahl dan titrasi formol. Cara tak langsung ada dua metode, pertama
berdasarkan pengikatan zat warna misalnya Brad-frod, Nynhidrin, Brom Cresol green,
sedangkan metode yang lain adalah berdasarkan pengikatan dengan tembaga, seperti metode
biuret, Lowry, metode BCA (Biacin-croninic Acid (BCA) dan metode FeCl3.(PERSAGI, 2009)

Analisis kadar protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl
yaitu kadar N dalam contoh/sampel dan dari kadar N ini dapat dihitung kadar protein dengan
mengalikannya dengan faktor Kjeldahl yang spesifik untuk tiap jenis contoh bahan makanan
yang mengandung protein tersebut. (Widajanti dkk, 2016)

A. Tujuan
1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menganalisis kadar protein secara baik dan benar sesuai prosedur
kerja.

4
2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan cara menganalisis kadar protein pada sampel


b. Mahasiswa dapat menghitung hasil analisis kadar protein pada sampel

B. Manfaat
a. Meningkatkan kemampuan analisis kadar protein pada sampel bahan makanan.
b. Meningkatkan kemampuan dalam perhitungan hasil analisis kadar protein secara benar.
c.

5
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan

1. Kjeltec

2. Erlenmeyer kapasitas 250 ml

Erlenmeyer atau dikenal juga dengan labu erlenmeyer adalah salah satu alat

gelas laboratorium yang salah satu fungsinya untuk menjadi wadah dari bahan kimia cair.

Gelas ini juga sering digunakan untuk proses titrasi untuk menampung larutan yang akan

digunakan.

3. Buret kapasitas 25-50 ml.

Fungsi buret untuk mengukur jumlah larutan yang ditambahkan atau dikeringkan. Harus

diamati setinggi mata langsung ke dasar meniskus. Cairan dalam buret harus benar-benar

bebas dari gelembung untuk memastikan pengukuran yang akurat. Perbedaan volume

bisa dihitung dengan mengambil selisih volume rekaman akhir dan awal.

4. Digestion tubes straight kapasitas 100 ml

5. Timbangan analitik

Dirancang untuk mengukur massa kecil dalam rentang sub-miligram.

2.2 Bahan

1. Bahan yang digunakan :

1. Metilen red, brom kresol green,  indikator warna yang berubah menjadi merah dan hijau

dalam larutan asam.

2. Katalis (1,5 g K3SO4 dan 7,5 mg MgSO4),

6
Suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tetapi tidak

mengalami perubahan dan pengurangan jumlah.

3. Larutan jenuh asam borat (H3BO3) 4% (40 gr H3BO3 +1 l aquades),

Suatu monobasa dari asam Lewis boron lemah yang dapat digunakan sebagai

antiseptik, insektisida, penyangga ph, atau penyerap neutron.

4. Larutan NaOH 40% (1 kg NaOH + 2,5 l air),

NaOH adalah singkatan dari natrium hidroksida atau sodium hidroksida atau

dikenal sebagai soda kaustik atau soda api di industri. NaOH dalam suhu ruang

berbentuk kristal putih tidak berbau dan bersifat sangat higroskopis (menyerap

kelembaban udara).

5. Larutan asam khlorida(HCl) 0,1 N Apa itu HCl dan fungsinya?

HCl adalah larutan akuatik dari gas Hidrogen Klorida, yang dikenal juga dengan

Asam Klorida. HCl adalah senyawa yang memiliki berbagai fungsi untuk

kehidupan. Penggunaannya dapat membantu kegiatan sehari-hari kamu.

6. Larutan asam sulfat pekat (H2SO4) berat jenis 1,84.

Merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada

semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan

salah satu produk utama industri kimia.

7.

7
BAB III
LANGKAH KERJA

Sampel ditimbang 1g, dimasukkan ke dalam digestion tubes straight.

Ditambahkan katalis (1,5 g K3SO4 dan 7,5 mg MgSO4) sebanyak 2 buah dan
larutan H2SO4 sebanyak 6 ml ke dalam digestion tubes straight.

Larutan jenuh asam borat (H3BO3) 4% (40 gr H3BO3 +1 l aquades),

Sampel didinginkan, ditambahkan aquades 30 ml secara perlahan-lahan.

Sampel dipindahkan ke dalam alat destilasi.

Disiapkan erlenmeyer 25 ml yang berisi 25 ml larutan H3BO3 7 ml metilen red


dan 10 ml brom kresol green. Ujung tabung kondensor harus terendam di
bawah larutan H3BO3

Ditambahkan larutan NaOH 30 ml ke dalam erlenmeyer, kemudian didestilasi


selama 5 menit.

8
Tabung kondensor dibilas dengan air dan bilasannya ditampung dalam
erlenmeyer yang sama.

jjj Sampel dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi
merah muda, dilakukan juga penetapan blangko.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Hasil praktikum analisis penetapan kadar protein kasar sebagai berikut :

No Nama sampel Berat Larutan Katalis ml titran ml Blanko


sampel H2SO4
1 Kurma 1,00 gr 60 ml 2 buah 3,4 0,4
2 Kentang
3 Sosis
4 Tempe

Perhitungan :

( ml titran−ml Blanko ) x Normalitas HCL x 14,007


%N= x 100 %
berat sampl( mg)

% protein = % N x factor konversi

Keuntungan : factor konversi untuk buah-buahan adalah 6,25

( 3,4−0,4 ) x 0,1 x 14,007


%N= x 100 %
1000

3 x 0,1 x 14,007
%N= x 100 %
1000

4,2021
%N= x 100 %
1000

% N =0,42021 %

%p = % N x factor konversi

= 0,4041 % x 6,26

= 2,62 %

10
3.2 Pembahasan
o Tahap Dekstruksi
Pada tahap ini dilakukan oksidasi sampel, yaitu sampel kurma yang ditimbang sebanyak
1 gram. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam Digestion Tubes Straight dan
ditambahkan 2 buah katalis (K3SO4 dan MgSO4). Setelah itu, ditambahkan H2SO4
sebanyak 6 ml.
o Tahap Destilasi
Tahap ini adalah tahap lanjutan dari tahap dekstruksi. Sampel di destilasi yang
sebelumnya telah ditambahkan aquades 30 ml, dan NaOH 30 ml.
o Tahap Titrasi
Pada tahap titrasi, yang dilakukan adalah pembakuan NaOH oleh asam, kemudian
didapat N NaOH blanko (HCL). Dan hasil nya larutan itu berubah warna menjadi warna
hijau tetapi setelah di titrasi kemabli ke warna semula warna merah jambu.

11
BAB V
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa berat sampel kurma sebelum dimasukkan ke Digestion Tubes Straight
yaitu 1 gr. Kemudian dilakukan 3 proses yaitu Desktruksi, Destilasi dan Titrasi. Maka didapat
hasil tersebut adalah perubahan warna larutan. Dan hasil akhir dari perhitungan nya adalah %
protein 2,62%.

12
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Fadiyah. 2014. Uji protein metode Kjeldahl. Surabaya : Universitas Airlangga.

Widajanti, Laksmi dkk. 2016. Petunjuk praktikum analisis zat gizi. Semarang : Universitas
Diponegoro.

Hermiastuti, Meirinda. 2013. Analisis kadar protein dan identifikasi asam amino pada ikan patin
(pangasius djambal. Jember : Universitas Jember.

13
BAB VII
LAMPIRAN

Hasil gambar yang diambil selama penelitian :

1. sampel ditimbang 1 gr, dimasukkan ke Digestion Tubes Straight

2. ditambahkan katalis sebanyak 2 buah

3. ditambahkan H2SO4 sebanyak 6 ml ke Digestion Tubes straight

14
4. sampel didesktruksi dalam lemari asam pada suhu 425˚ selama 3 jam

5. kemudian sampel didinginkan selama 30 menit

6. ditambahkan aquades 30 ml secara perlahan – lahan

15
7. ditambahkan juga konsentrasi 1,5 ml

8. disiapkan erlenmeyer 250 ml yang berisi 25 ml larutan 7 ml metilen red dan 10 ml brom kresol green

9. tabung digestion tubes straight dibilas dengan air

16
10. sampel di titrasi dengan HCL 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi warna merah muda

17

Anda mungkin juga menyukai