Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

ACARA 5 PENGENCERAN LARUTAN KIMIA

Disusun Oleh :

Nama : Abdul Rouuf Hidayatullah


NPM : 2210701002
Kelas : A
Asisten : Hilyah Syifa Akmaliyah

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2022
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................1
1.3 Manfaat....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
BAB III MATERI DAN METODE.........................................................................3
3.1 Materi.......................................................................................................................3
3.1.1 Alat....................................................................................................................3
3.1.2 Bahan................................................................................................................3
3.2 Metode.....................................................................................................................3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................4
4.1 Hasil.........................................................................................................................4
4.2 Pembahasan..............................................................................................................4
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................6
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................6
5.2 Saran........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Larutan 100 ml H2SO4 0.1 M...............................................................4

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil
penyusunnya yang disebut sebagai asam amino yang tersusun dalam urutan
tertentu dengan jumlah dan struktur tertentu. Asam amino adalah monomer
protein yang mempunyai dua gugus fungsi, yaitu gugus amino dan gugus
hidroksil. Asam amino terdiri atas unsur- unsur karbon, hidrogen, oksigen
dan nitrogen, beberapa asam amino di samping itu mengandung unsur-unsur
fosfor, besi, sulfur, iodium, dan kobalt (Mirdayanti, 2018).
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat
digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.. Fungsi lain dari
protein adalah untuk mengatur keseimbangan air, pembentukan ikatan-ikatan
essensial tubuh, memelihara netralitas tubuh, sebagai pembentuk antibodi,
mengatur zat gizi dan sebagai sumber energi (Saputri, 2019).
Protein sebagai sumber energi memberikan memberikan 4 Kkal per
gramnya. Jumlah total protein tubuh adalah sekitar 19% dari berat daging,
45% dari protein tubuh adalah otot. Kebutuhan protein bagi seorang dewasa
adalah 1 gram/kg berat badan setiap hari. Untuk anak-anak yang sedang
tumbuh diperlukan protein yang lebih banyak, yaitu 3 gram/kg berat badan.
Untuk menjamin agar tubuh benar-benar mendapatkan asam amino dalam
jumlah dan jenis yang cukup, sebaiknya untuk orang dewasa seperlima dari
protein yang diperlukan haruslah protein yang berasal dari hewan, sedangkan
untuk anak-anak yang diperlukan diperlukan (Rosaini, 2015).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan percobaan uji
protein kialitatif dengan maksud mengetahui dan mempelajari lebih jauh
tentang protein.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum tentang Uji Protein Kualitatif yaitu :

1. Untuk mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung protein.


2. Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi denaturasi atau
koagulasi protein.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum praktikum tentang Uji Protein Kualitatif yaitu :
1. Mahasiawa dapat mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung
protein.
2. Mahasiawa dapat mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi denaturasi
atau koagulasi protein.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius
pada tahun 1838. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan terkadang juga sulfur serta fosfor. Protein terdiri dari bermacam-
macam golongan makromolekul heterogen dari polipeptida dengan berat molekul
yang tinggi. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas
dan molekul pengemban (Marfira, 2018).

Protein memiliki struktur yaitu primer, sekunder, tersier dan kuartener.


Struktur primer protein dibentuk oleh asam amino yang tergabung dalam ikatan
polipeptida. Pada struktur sekunder, rangkaian polipeptida bersifat reguler dan
memiliki pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua tipe umum struktur
protein sekunder yaitu α-heliks dan β-sheet. Struktur polipeptida yang terjadi dari
lipatan disebut struktur tersier. Struktur kuartener protein adalah asosiasi yang
terjadi antara dua atau lebih rangkaian polipeptida menjadi protein multisubunit
(Marfira, 2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur protein antara lain a)
Suhu. Kenaikan suhu dapat menyebabkan rusaknya struktur protein sehingga
protein terdenaturasi. b) pH. Struktur ion protein tergantung pada pH
lingkungannya. Struktur protein terdiri dari beberapa asam amino, dimana asam
amino ini dapat bertindak sebagai ion positif, ion negatif atau berdwikutub
(zwitterion). pH yang rendah dan tinggi dapat menyebabkan terjadinya denaturasi
dan merubah strukktur dari protein. c) Radiasi. Radiasi dapat merusak struktur
protein jika terkena sinar radiasi terus menerus. d) Pelarut organik. Protein terdiri
atas asam amino yang memiliki struktur yang berbeda. Ikatan-ikatan yang
terbentuk pada protein mempengaruhi perubahan struktur protein bila dilarutkan
dalam pelarut organik (Poedjiadi dan Supriyanti 2006). Konsentrasi larutan adalah
komposisi yang menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah
zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah

3
larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat mengandung lebih
banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Marfira, 2018).

Denaturasi dapat didefinisikan sebagai perubahan besar dalam struktur


alami yang tidak melibatkan perubahan dalam urutan asam amino. Sedangkan
koagulasi adalah keadaan dimana protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu
koloid karena unit ikatan yang terbentuk cukup banyak. Koagulasi pada protein
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain suhu tinggi, pH, dan bahan-
bahan kimia (Buckle et al, 2014).

4
BAB III

MATERI DAN METODE


3.1 Materi
3.1.1 Alat
1) Gelas Beaker 4 buah
2) Pipet tetes
3) Cotton bud

3.1.2 Bahan
1) Susu
2) Air mineral
3) Sari Jeruk
4) Sabun cuci piring
5) Garan dapur
6) Asam Cuka

3.2 Metode
Adapun prosedur kerja yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

1) Disipkan alat dan bahan yang akan digunakan


2) Dimasukan secukupnya (10-20 ml) susu, air mineral dam sari jeruk ke
dalam gelas beaker
3) Ditetesi susu dengan pewarna makanan 3-4 tetes
4) Diulangi langkah 3 terhadap air mineral dan sari jeruk
5) Cotton bud diolesi dengan sabun cuci piring
6) Dicelupkan cotton bud kedalam susu
7) Dilakukan langkah 6 untuk bahan makanan air mineral dan sari jeruk
8) Diamati perubahan yang terjadi
9) Dilakukan langkah 6 hingga 8 pada indikator garam dan asam cuka

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Table 1.Hasil Uji Protein Pada Beberapa Bahan Makanan

No Gambar Bahan Makanan Gambar Bahan Makanan


Sebelum Ditetesi Setelah Ditetesi

1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gambar 1. Larutan 100 ml H2SO4 0.1 M


4.2 Pembahasan
Pengenceran dapat dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu
konsentrasi yang diinginkan. Dalam pengenceran berlaku rumus V1 M1 =V2
M2. Dimana V1 adalah volume awal larutan sebelum diencerkan. M1 adalah
konsentrasi awal larutan sebelum diencerkan. V2 adalah volume akhir larutan
yang telah diencerkan. M2 adalah konsentrasi larutan yang telah diencerkan
(Ferdinan, 2013).
Larutan yang digunakan kali ini adalah H2SO4 2 M. Larutan ini akan
diencerkan menjadi H2SO4 0,1 M sebanyak 100 ml. Seperti pada rumus di
atas, kita telah mengetahui volume akhir dan konsentrasi akhir larutan yang
kita inginkan. Sehingga selanjutnya kita harus mengetahui berapa banyak

6
volume larutan H2SO4 2 M yang diperlukan sebelum digunakan pada proses
pengenceran.
V1 M1 = V2 M2.
x.2M = 100 ml . 0,1 M
x = 5 ml

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa volume larutan


H2SO4 2 M yang diperlukan adalah 5 ml. Setelah mengetahui volume awal
larutan, selanjutnya kita mengambil labu ukur sesuai dengan volume akhir
yang kita inginkan, yakni labu ukur 100 ml. Gunakan pipet untuk
memindahkan larutan terlebih dahulu ke dalam gelas ukur sebanayak 5 ml
H2SO4 2 M. Proses selanjutnya kita memasukkan pelarut aquadest kira-kira
40ml ke labu ukur. Memasukan larutan 5 ml H2SO4 2 M ke labu ukur yang
terisi aquadest 40 ml, kemudian dikocok. Selanjutnya tambahkan lagi
aquadest sampai mencapai 100 ml, kemudian kocok lagi. Larutan H2SO4 0,1
M pun sudah siap.
Saat melakukan pengenceran larutan H2SO4, larutan H2SO4 diencerkan
terlebih dahulu dengan memasukanya/melarutkan dengan aquadest(air)
supaya bahaya yang ditimbulkan ketika larutan digunakan semakin kecil. Hal
ini disebabkan asam sulfat mempunyai sifat korosif. Sifat H 2SO4 yang korosif
akan diperburuk oleh reaksi eksotermik dengan air. Reaksi larutan tersebut
dengan air akn menimbulkan percikan. Percikan ini bisa menimbulkan luka
bakar pada kulit. Ketika H2SO4 encer dilarutkan dalam air, reaksi yang terjadi
hanyalah seperti reaksi asam biasa. Namun, jika H 2SO4 pekat dilarutkan
dalam air maka akan timbul reaksi redoks.

7
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kita lakukan dapat kita simpulkan
bahwa pengenceran larutan adalah proses untuk penyiapan larutan yang
kurang pekat dari larutan yang lebih pekat atau memperbanyak jumlah zat
pelarut dengan jumlah zat terlarut tetap, dengan menggunakan rumus
pengenceran V1 M1 = V2 M2.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya mahasiswa
atau praktikan dapat lebih cekatan dalam mempersiapkan alat untuk
percobaan dan dapat menguasai prosedur kerja dari percobaan dengan baik
agar percobaan lancar dan selesai tepat waktu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Buckle KA, Edwards RA., Fleet GH, Wootton M. 2014. Ilmu Pangan. Jakarta
(ID): UI Press

Mirdayanti, Rina. 2018. Identifikasi Keratin Dari Ekstraksilimbah Bulu


Ayam. Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya. 2(2):
33-36

Rosaini, Henni. dkk. 2015. Penetapan Kadar Protein Secara Kjeldahl Beberapa
Makanan Olahan Kerang Remis (Corbiculla moltkiana prime.) Dari Danau
Singkarak.  Jurnal Farmasi Higea. 7(2): 120-126

Saputri, Gusti Rai, dkk. 2019. Penetapan Kadar Protein Pada Daun Kelor ein Pada
Daun Kelor Muda Dandaun Kelor Muda Dandaun Kelor Tua
( Moringaoleifera  L.) dengan Menggunakanmetode Kjeldahl.  Jurnal
Jurnal Analis Farmasi. 4(2): 108-116.

Anda mungkin juga menyukai