Anda di halaman 1dari 14

SINOPSIS PENELITIAN

EVALUASI PROFIL SILASE RUMPUT PAKCHONG MERAH (Red


napier) YANG DITAMBAH DEDAK PADI HALUS SEBAGAI SUMBER
KARBOHIDRAT

Oleh:
MUHAMAD AZRAL DAFA
12080113220

Program Studi Peternakan


Fakultas Pertanian Dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru
2022
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumput pakchong Merah (Red Napier) adalah salah satu Jenis Rumput yang
Berasal dari Thailand. Produksi Rumput Red napier Ini Sangat Tinggi
Dibandingkan Jenis Rumput Lainnya Yakni Dapat Berproduksi Hingga 1500 Ton/
Ha/ Tahun Jauh Diatas Produksi Rumput Yang Ada Saat Ini. Rumput Pakchong
Merupakan Persilangan Rumput Pennisetum Purpureum ( Rumput Gajah )
Dengan Pennisetum Glaucum Yang Dikembangkan Oleh Prof. Krailas Kiyotong
Di Daerah Pak Chong Thailand. Persilangan Tersebut Menghasilkan Rumput
Yang Memiliki Pertumbuhan Sangat Cepat.
Disamping Produktivitasnya Yang Sangat Tinggi Rumput Red napier Ini
Memiliki Kadar Protein Kasar Yang Tinggi Pula, Dimana Protein Sangat Penting
Bagi Hewan Ternak untuk Produksi Daging Maupun Susu. Rumput Ini Tahan
Terhadap Kekeringan, Sehingga Dapat Ditanam Di Berbagai Daerah Yang
Kondisi Alamnya Berbeda Beda. Cara Menanam Rumput Pakchong Ini Cukup
Menggunakan Stek Sepanjang 2 Sampai 3 Ruas Dengan System Tanam Seperti
Menanam Singkong.

Adapun Keunggulan dari Rumput Pakchong merah Sebagai Pakan Ternak Antara
Lain:
1. Kadar Protein Red napier Lebih Tinggi dari Rumput Odot (11,6%), Rumput
Taiwan (13%), Sedangkan Rumput Red napier Mempunyai Kadar Protein
17-19%
2. Produktivitas Red napier Paling Tinggi Diantara Rumput Yang Dikenal
Para Peternak Selama Ini Yaitu Bisa Mencapai 1000 Ton/ Ha / Tanhun,
Sedangkan Rumput Odot Hanya Mampu Berproduksi 350 Ton/ Ha/ Tahun
dan Rumput Taiwan Sekitar 400 Ton/ Ha/ Tahun.
3. Ciri Khas Red napier adalah Umur Yang Panjang Dimana Pertumbuhannya
Bisa Mencapai Usia 9 Tahun dan Bisa Dipanen Setiap 40 Sampai 50 Hari.
Rumput Ini Hanya Perlu Disiram Satu Minggu Sekali Pada Saat Musim

1
Hujan. Selain Itu Red nappier Ini Tidak Mempunyai Duri Sehingga Dapat
Memudahkan Para Peternak Saat Pemanenan.

Silase Merupakan Pakan Berkadar Air Tinggi Hasil Fermentasi Yang


Diberikan Kepada Ternak Ruminansia (Mcdonald, 2011). Awetan Pakan Ini
Umumnya Dibuat dari Rumput-Rumputan, Termasuk Jagung, Sorghum, dan
Serealia Lainnya, Dengan Memanfaatkan Seluruh Bagian Tanaman (Minson,
2012), Termasuk Biji-Bijiannya (George, 1994). Silase Dapat Juga Dibuat dari
Perkebunan dan Agroindustri Seperti Ampas Kecap Ampas Tahu, dan Ampas Bir
(Sadarman Et Al., 2019). Tujuan Utama Pembuatan Silase adalah untuk
Mengawetkan, Mengurangi Kehilangan Nutrient, dan Dapat Digunakan Pada
Musim Kemarau (Kondo Et Al., 2016).
Pembuatan Silase pada Dasarnya Meminimalkan Kerusakan Protein Bahan
Atau Proteolisis yang Diensilasekan (Irawan Et Al., 2021). Silase Dibuat Dengan
Cara Menempatkan Material yang akan Diensilasekan Seperti Potongan Hijauan,
Produk Samping Perkebunan dan Agroindustri di Dalam Silo, Menumpuknya
Dengan Ditutup Plastik, atau dengan Membungkusnya Membentuk Gulungan
Besar (Kondo Et Al., 2016). Kondisi di Dalam Silo yang Kedap Udara (Anaerob)
Bertujuan untuk Memberikan Kesempatan Pada Bakteri Baik, Seperti Bakteri
Asam Laktat (Bal) untuk Tumbuh dan Berkembang Hingga Proses Ensilase
Berakhir (Jayanegara Et Al., 2017).
Prinsip Dasar Pembuatan Silase adalah Memacu Terciptanya Kondisi
Anaerob dan Asam Laktat Dalam Waktu Singkat (Mcdonald Et Al., 2011). Silase
yang Baik Dapat Dilihat dari Sifat Fisik Aroma, Tekstur, dan Warna (Kondo Et
Al., 2016). di Samping Itu Silase Yang Baik Juga Dapat Dilihat dari Tekstur Dan
Ada Atau Tidaknya Jamur Pada Saat Pemanenan (Yanti And Yayota, 2017).
Minson (2012) Dan (Mcdonald Et Al., 2011) Menyatakan Selain Sifat Fisik,
Tekstur, dan Pertumbuhan Jamur, Silase Yang Berkualitas Baik Juga Dapat
Dilihat dari Profil Fermentasi Anaerob Material Yang Diensilasekan (Mcdonald
Et Al., 2011) Termasuk Ph, Amonia, dan Total Asam Lemak Terbang Atau
Volatile Fatty Acid (Hynd, 2019).

2
Menurut Mcdonald Et Al. (2011), Penurunan Ph Material yang
Diensilasekan ke Arah Asam Dapat Mempercepat Proses Fermentasi Oleh
Berbagai Mikroba Baik, Seperti Bakteri Asam Laktat dan Lainnya. Hynd (2019),
Penumbuhan dan Perbanyakan Atau Proliferasi Bal Membutuhkan Subsrtrat
Berupa Karbohidrat Mudah Larut Dalam Air Atau Water Soluble Carbohydrate
(Wsc), Bakteri Baik Tersebut Akan Diubah Menjadi Asam-Asam Organik Yang
Secara Tidak Langsung Dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri Tidak Baik
(Mcdonald Et Al., 2011). Menurut Minson (2012), Pada Ph 3,80-4,50 Aktivitas
Mikroba Berhenti Dan Material Yang Diensilasekan Menjadi Stabil.
Selain Bakteri Asam Laktat, Bahan Aditif Lainnya Yang Biasa
Ditambahkan Pada Silase adalah Molasses. Molasses Berguna Sebagai Sumber
Wsc (Chalisty Et Al., 2017) Karena Mengandung Karbohidrat Tinggi. Masalahnya
adalah Ketersediaan Molases Di Lapangan Kurang Sehingga Alternatifnya adalah
Menggunakan Dedak Padi Halus.
Dedak Padi Halus Merupakan produk sampingan dari proses penggilingan
padi baik kulit bagian dalam maupun luar yang Tinggi Karbohidrat.
Penggunaannya Sebagai Pengganti Molasses Sangat Memungkinkan, selain
mudah di dapatkan dan harga terjangkau, Dedak Padi Halus merupakan bahan
pakan sumber serat (dietary fiber). Bahan pakan ini berfungsi sebagai sumber
energi karena memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat
merupakan substrat bagi bakteri asam laktat dan menghasilkan senyawa asam
yang mengakibatkan terjadinya penurunan pH, sehingga bakteri pembusuk dan
bakteri patogen tidak dapat tumbuh (Nunung, 2012).
Molases adalah Sumber Energi Cair yang Diperoleh dari Hasil Sampingan
Industri Gula. Merupakan Sumber Energi yang Sangat Baik dan Mudah Diserap
Sehingga Sangat Efisien Bila Diberikan Dalam Ransum Serta Mempunyai
Palatabilitas yang Tinggi. Selain Sebagai Sumber Energi, Molases Juga
Digunakan untuk Meningkatkan Rasa, Menurunkan Debu dalam Ransum, Pe
Rekat Pelet, Stimulan Aktivitas Mikroba Rumen, Penyuplai Mineral, Penyuplai
Zat Faktor Tertentu, Pembawa Vitamin dan Sumber Karbon yang Tepat untuk
Pendampingan Pemberian Non-Protein Nitrogen (NPN).

3
Tanin telah sejak lama digunakan sebagai aditif silase, fungsinya adalah
menghambat proses pengrusakan protein, sehingga kualitas protein pakan dapat
dipertahankan (Jayanegara et al., 2011). Tanin merupakan senyawa aktif metabolit
sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen,
anti diare, anti bakteri dan antioksida (Mabruroh, 2015). Tanin merupakan
komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang
sulit dipisahkan dan dikristalkan, mengendapkan protein dari larutannya, dan
dapat bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al., 2008). Tanin dapat
dijadikan sebagai aditif silase (Sadarman et al., 2020) di samping aditif lainnya
seperti gula, BAL, dan enzim (stimulant) dan asam formik, asam sulfur, dan
formaldehid (inhibitor atau penghambat). Peran tanin sebagai aditif silase adalah
menghambat proteolisis bahan yang disilasekan, sehingga dapat menurunkan pH
dan produksi NH3 (McDonald et al., 2011).
Berdasarkan Informasi Tersebut Maka Peneliti Bermaksud Melakukan
Penelitian Tentang Kualitas Nutrien dan Kualitas Fisik Silase Rumput Red napier
Yang Ditambah dengan Tanin chestnut dan Dedak Padi Halus Sebagai Sumber
karbohitdrat.

1.2. Tujuan Penelitian


Penelitian Ini Bertujuan untuk Mengevaluasi Profil Fermentasi Silase
Rumput Pakchong Merah (Red napier) yang ditambah Dedak Padi Halus sebagai
Sumber karbohidrat Larut dalam Air.

1.2. Manfaat Penelitian


Manfaat dari Penelitian Ini adalah Memberikan Informasi Terkait
Penggunaan Dedak padi halus dikonsumsi Oleh Ternak sebagai Sumber
karbohidrat pada Proses Ensilase Rumput Red napier.

1.3. Hipotesis Penelitian


Penggantian Molases dengan Dedak Padi Halus Hingga 75% Bk dapat
Menurunkan Ph dan Amonia, Namun dapat Meningkatkan Produksi Total Asam

4
Lemak Terbang (Vfa) Silase Rumput Red napier Sebagai Sumber Energi Bagi
Ruminansia.

5
II. Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Umum Rumput Pakchong Merah

2.2. Dedak Padi Halus

2.3. Fermentasi Anaerob

2.4. Profil Silase

6
Iii. Materi Dan Metode

3.1. Tempat Dan Waktu


Pembuatan dan Pemanenan Silase akan Dilakukan di Laboratorium Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan, Uin Suska Riau.
Pengerjaan Uji Kimiawi untuk Mengetahui Kadar Nh3 dan Total Vfa Akan
Dilakukan di Laboratorium Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Ipb University.
Penelitian Ini akan Dilaksanakan Pada Bulan April-Mei 2022.

3.2. Alat Dan Bahan


Alat yang Digunakan Dalam Penelitian Ini adalah Chopper, Mixer Pakan,
Timbangan, Alat Tulis, Silo Skala Laboratorium, Baskom, Pisau, Solatif, Kamera,
Ph Meter dan Alat-Alat Lain yang Digunakan untuk Uji Fisik Silase. Bahan yang
Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Rumput Red napier yang Didapatkan dari
Peternak yang Ada di Desa Batang Batindih, Dedak Padi Halus, Aquades dan
Bahan-Bahan yang Dibutuhkan Dalam Membuat Silase.

3.3. Metode Penelitian


Penelitian Ini Merupakan Penelitian Eksperimental Menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (Ral). Penelitian Ini Terdiri Atas 5 Perlakuan dan 5
Ulangan. Perlakuan Dimaksud Adalah Pembuatan Silase Rumput Red napier
Dengan Penambahan Dedak Padi Halus Sebagai Silase, Dengan Rincian
Perlakuan Sebagai Berikut:
P1: Rumput Red napier + Dedak Padi Halus 5% Bk (Kontrol)
P2: Rumput Red napier + Dedak Padi Halus 5% Bk + TC 0,50% BK
P3: Rumput Red napier + Dedak Padi Halus 5% Bk + TC 1% BK
P4: Rumput Red napier + Dedak Padi Halus 5% Bk + TC 1,50% BK
P5: Rumput Red napier + Dedak Padi Halus 5% Bk + TC 2% BK

7
3.4. Pembuatan Silase Red napier
Red napier yang akan Digunakan Di-Chopped Menggunakan Chopper.
Masing-Masing Ulangan Terdiri dari Red napier Seberat 1500g Lalu Dicampur
Sampai Rata dengan Dedak Padi Halus Berdasarkan Bahan Kering Red napier .
Semua Bahan pada Setiap Perlakuan Kemudian Dicampur Hingga Homogen,
Kemudian Dimasukan ke Dalam Silo. Silo yang Digunakan untuk
Mengensilasekan Red napier Berupa Botol Plastik Ukuran 1,50kg. Isi Silo
Dipadatkan dan Ditutup Rapat Hingga Kondisi Di Dalam Silo Anaerob. Silo
Ditempatkan pada Ruangan yang Tidak Dipapari Langsung Oleh Sinar Matahari
dan Disimpan Selama 30 Hari.

3.5. Variabel Yang Diamati


Uji Ph Silase
Uji Ph akan Dilakukan dengan Mengambil Sampel Sebanyak 1g, Kemudian
Dilarutkan dengan Aquades Sebanyak 10ml (1:10), Selanjutnya Sampel diblender
hingga Halus, Disaring dan Dilakukan Uji Ph Menggunakan Ph Meter Digital.

Uji Kadar Nh3 Silase


Mengamati Konsentrasi Nh3 Dalam Sampel Silase dapat Dihitung
Menggunakan Metode Mikrodifusi Conway (Conway And Cooke, 1993) Dengan
Langkah Kerja Sebagai Berikut:
1. Bibir Cawan Conway dan Tutup Cawan Diolesi dengan Vaselin.
2. Supernatan yang Berasal dari Proses Fermentasi Diambil 1 Ml, Kemudian
Ditempatkan Pada Salah Satu Ujung Alur Cawan Conway.
3. Larutan Na2co3 Jenuh Sebanyak 1 Ml Ditempatkan pada Salah Satu Ujung Cawan
Conway, Bersebelahan dengan Supernatan (Tidak Boleh Dicampur).
4. Larutan Asam Borat Berindikator Sebanyak 1 Ml dimasukkan ke Dalam Cawan
Kecil yang Terletak di Tengah Cawan Conway.
5. Cawan Conway yang Telah Diolesi dengan Vaselin Ditutup Rapat untuk
Memastikan Cawan Tersebut Kedap Udara.
6. Larutan Na2co3 Dicampur dengan Supernatan Hingga Merata Dengan Cara
Menggoyang-Goyangkan dan Memiringkan Cawan Conway Tersebut, Lalu
Didiamkan Selama 24 Jam Dalam Suhu Kamar.

8
7. Setelah 24 Jam Didiamkan, Cawan Conway Dibuka, Asam Borat Berindikator
Dititrasi Dengan H2so4 0.005 N Sampai Terjadi Perubahan Warna dari Biru
Menjadi Merah.

Rumus Pengukuran Konsentrasi Nh3 Sampel Akan Ditentukan Dengan


Rumus:
H 2 so 4 ( Ml ) x N H 2 so 4 x 1 000
Amonia ( mM )=
Sampel ( g ) x BK Sampel (g)

Uji Total Vfa

Konsentrasi yang Terdapat Pada Vfa Meliputi Butirat, Asetat, Propionat,


Valerat, Iso Butirat dan Iso Valerat yang Diukur dengan Menggunakan Alat
Kromatografi Gas (Gc 8a, Shimadzu Corp., Kyoto, Japan) dengan Kolom Berisi
10% Sp-1200, 1% H3po4 pada 80/100 Cromosorb Waw Sebagaimana Disebutkan
Oleh (Krisnawan Et Al., 2015). Pengerjaan Uji Total Vfa Akan Dilakukan Sebagai
Berikut:
1. Sebanyak 1,50ml Sampel Dimasukkan ke Dalam Microtube dan Dilakukan
Degredasi Tingkat Keasaman Sampel Hingga Mencapai Ph 3, Tujuannya Adalah
untuk Menstabilkan Sampel yang Diamati.
2. Sampel Sebanyak 0,40 µl Diinjeksikan ke Dalam Gc.
3. Kuantifikasi Vfa Dilakukan dengan Cara Membandingkan Kurva yang Dihasilkan
dengan Kurva Standar Eksternal, Terdiri atas Vfa yang Telah Diketahui
Konsentrasinya.
4. Satuan Vfa yang Diperoleh Adalah Dalam µmol/Ml Atau Mm.
5. Kandungan Total Vfa Didapatkan Melalui Penjumlahan Masing-Masing Vfa
Penyusunnya.
Rumus Pengukuran Konsentrasi Vfa Menurut Goering & Van Soest, 1970)
Sebagai Berikut:
Area Vfa Contoh X Kandungan Vfa Standar
VFA ( mL Mol/ L )=
Area VFA Standar

9
3.6. Analisis Data
Data Hasil Percobaan yang Diperoleh Akan Diolah Menurut Analisis
Keragaman Rancangan Acak Lengkap (Ral) Menurut (Petrie And Watson, 2013).
Model Linier Rancangan Acak Lengkap Adalah Sebagai Berikut:
Yij = µ + Αi + ε ij
Keterangan:
Yij : Nilai Pengamatan Pada Perlakuan Ke-I, Ulangan Ke-J
µ : Rataan Umum
Αi : Pengaruh Perlakuan Ke - I
Ε ij : Efek Galat Percobaan Pada Perlakuan Ke-I, Ulangan Ke-J
I : 1, 2, 3, 4, dan 5 (Perlakuan)
J : 1, 2, 3, 4, dan 5 (Ulangan)

Tabel Analisis Ragam untuk Uji Rancangan Acak Lengkap Dapat Dilihat
Pada Tabel 3.2. Di Bawah Ini.
Tabel 3.2. Analisis Data
Ftabel
Sk Db Jk Kt Fhitung
0,05 0,01
Perlakuan T-1 Jkp Ktp Tp/Ktg - -
Galat T (R-1) Jkg Ktg - - -
Total T.R-1 Jkt - - - -
Keterangan:
Faktor Koreksi (Fk) = (Y…)2 : R.T

Jumlah Kuadrat Total (Jkt) = Σy2ij - Fk

Jumlah Kuadrat Perlakuan (Jkp) = (Σy2 : R) - Fk

Jumlah Kuadrat Galat (Jkg) = Jkt-Jkp

Jumlah Total Perlakuan (Ktp) = Jkp : T-1

Kuadrat Total Galat (Ktg) = Jkg : N-T

F Hitung = Ktp : Ktg

10
Hasil Analisis Ragam Dengan F Hitung > F Tabel Menunjukkan Pengaruh
Nyata, Dilakukan Uji Lanjut Dengan Duncan’s Multiple Range Test (Dmrt) Pada
Tingkat Kepercayaan 95%.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, A., I. Hartutik, dan A. Irsyammawati. 2018. Pengaruh Penambahan Pollard


dcccan Bekatul pada Pembuatan Silase Rumput pakchong merah (Red napier)
Terhadap Kecernaan dan Produksi Gas Secara In Vitro. J. Nutrisi Ternak Tropis.
1(1): 9-17.

Hynd, P.I. 2019. Animal Nutrition From Theory To Practice. Cabi Publisher.

Irawan, A., A. Sofyan., R. Ridwan., H.A. Hassim., A.N. Respati., W.W. Wardani.,
Sadarman., W.D. Astuti, And A. Jayanegara. 2021. Effects Of Different Lactic
Acid Bacteria Groups And Fibrolytic Enzymes As Additives On Silage Quality: A
Meta-Analysis. Bioresource Technology Reports, Vol. 14, June 2021, 100654.

Widodo, F. Wahyono, dan Sutrisno. 2012. Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Bahan
Organik, Produksi FVA dan NH3 Pakan Komplit dengan Level Dedak Padi
Berbeda Secara In Vitro. Animal Agricultural Journal, Vol. 1 No.1. Hal 217.

Karti, P.D.M.H., L. Abdullah., A.T. Permana., I. Prihantoro., N.R. Kumalasari., M.A.


Setiana., A.T. Aryanto, dan D. Apriandi. 2021. Pengantar Ilmu Pastura. Ipb
Press, Bogor.

Kondo, M., K. Shimizu., A. Jayanegara., T. Mishima., H. Matsui., S. Karita., M. Goto,


And T. Fujihara. 2016. Changes In Nutrient Composition And In Vitro Ruminal
Fermentation Of Total Mixed Ration Silage Stored At Different Temperatures
And Periods. J. Sci. Food Agric. 96(4):1175–1180. Doi:10.1002/Jsfa.7200.

Minson, D.J. 2015. Forage In Ruminant Nutrition. Academic Press Inc. Mcdonald, P.,
R. Edwards, J. Greenhalgh, C. Morgan, L. Sinclair dan R. Wilkinson. 2011.
Animal Nutrition. Prentice Hall. New York, Usa.

Despal, Permana, I.G., Safarina, S.N., dan Tatra, A.J. 2011. Penggunaan Berbagai
Sumber Karbohidrat Terlarut Air guna Meningkatkan Kualitas Silase Daun Rami.
Media Peternakan. 34 (1): 69-76.

Phillips, C.J.C. 2009. Principles Of Cattle Production. London (Uk): Cabi Publisher.

Zakariah, M.A. 2012. Fermentase Asam Laktat pada Silase. Fakultas Peternakan.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sadarman., M. Ridla., Nahrowi., T.U.P. Sujarnoko., R. Ridwan, And A. Jayanegara.

12
2019a. Evaluation Of Ration Based On Soy Sauce By-Product On Addition Of
Acacia Tanin: An In Vitro Study. 9th Annual Basic Science International
Conference. Material Science And Engineering 546(2019)022020.

Sadarman., M. Ridla., Nahrowi., R. Ridwan, And A. Jayanegara. 2020. Evaluation Of


Ensiled Soy Sauce By-Product Combined With Several Additives As An Animal
Feed. Veterinary World. 13(5): 940-946.

Utomo, R. 2021. Konservasi Hijauan Pakan dan Peningkatan Kualitas Bahan Pakan
Berserat Tinggi (Edisi Revisi). Ugm Press, Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai