Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH NUTRISI TERNAK

“Vitamin Larut dalam Air”

Oleh :

Kelas E

Kelompok 11

Tuniyati 200110150027

Tio Ruby Anggara 200110150136

Arif Rahman Hakim 200110150274

Latifa Ajeng Febriana 200110150277

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2016
DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

DAFTAR ISI...................................................................................... i

I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah.................................................................. 2

1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................. 2

II. PEMBAHASAN................................................................................ 3

II.1 Vitamin Yang larut Dalam Air................................................. 3

II.1.1 Vitamin B Kompleks..................................................... 3

II.1.2 Vitamin C....................................................................... 20

II.2 Fungsi Vitamin Yang Lrut Dalam Air..................................... 22

III. KESIMPULAN.................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 24

i
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin merupakan nutrisi atau substansi organik yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan hewan ternak, nutrisi tersebut mendukung tidak saja pertumbuhan,

melainkan juga membantu menjalankan setiap fungsi alami dari sistem tubuh.

Dapat juga menjaga pemeliharaan kesehatan semua sistem. Nutrisi didapatkan

dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Vitamin larut air

akan larut dalam air. Vitamin ini adalah vitamin B dan C. Vitamin larut air

diabsorpsi melalu vena porta. Ketika kadar vitamin ini tinggi dalam tubuh, tubuh

tidak menyimpan vitamin larut air, tetapi dikeluarkan melalui urin dalam jumlah

yang kecil. Karena vitamin ini mudah diekskresikan oleh tubuh, makan konsumsi

makananyang mengandung vitamin ini sangat diperlukan untuk mencegah

gangguan fungsinormal tubuh.

Vitamin dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namun sangat penting dalam

berbagai fungsi tubuh ternak. Tanpa vitamin, ternak tidak dapat tumbuh

bereproduksi, kerja, laktasi, atau membentuk tubuh sehingga vitamin harus

menjadi begian dari pakan. Apabila tubuh kekurangan ataupun kelebihan vitamin

akan menimbulkan berbagai masalah bagi tubuh makluk hidup, terutama bagi

manusia. Masalah ini harus dijelaskan untuk mencegah kekurangan ataupun

kelebihan vitamin tersebut, terutama vitamin yang larut dalam air.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada

para pembaca tentang pentingnya pengetahuan ataupun mengetahui tentang

vitamin, untuk mencegah defesiansi yang ditimbulkan akibat vitamin

1
1.2 Identifikasi Masalah

1) Vitamin apa yang saja yang larut dalam air, diferensiasi serta sumbernya?

2) Apa fungsi dari vitamin larut dalam air?

1.3 Maksud dan Tujuan

1) Mengetahui vitamin apa yang saja yang larut dalam air serta sumbernya.

2) Mengetahui fungsi dari vitamin larut dalam air.

2
II

PEMBAHASAN

2.1 Vitamin Larut dalam Air

Vitamin yang larut dalam air termasuk didalamnya asam ascorbic (vitamin C)

yang rupanya hanya dibutuhkan dalam makanan manusia, monyet, dan marmot

dan vitamin B complex yang hanya diperlukan dalam ransum hewan monogastric.

Vitamin dapat dibagi menjadi dua golongan

1. Vitamin B yang ada hubungannya dengan pelepasan energi dari bahan

makanan (thiamin-B1,riboflavin-B2,nicotimanida, asam panthothenic dan

biotin

2. Vitamin hematopoietic atau vitamin yang ada hubungannya dengan

pembentukkan sel darah merah (asam folic dan B 12 ada kalanya disebut

cobalamin).

Prydoxin-B6 berfungsi sedemekian rupa sehingga vitamin tersebut dapat

dimasukkan dalam kategori vitamin pelepas enersi dan vitamin hematopoietic.

(Anggorodi 1979)

2.1.1 Vitamin B Kompleks

A. Tiamin (Vitamin B1)

Vitamin B1 atau sering disebut Tiamin adalah salah satu dari vitamin B

kompleks yang termasuk kedalam jenis vitamin yang larut dalam air. fungsi yang

menonjol dari vitamin B1 ini adalah produksi energi bagi tubuh ternak. Sistem

tubuh ternak memproses karbohidrat dalam tubuh dengan bantuan tiamin dan

mengubahnya menjadi energi. Hal ini juga penting untuk produksi Adenosine

3
Triphosphate yang merupakan sumber utama energi. Hal tersebut diperlukan

untuk fungsi normal dari sistem saraf dan otot-otot jantung pada ternak. Vitamin

B kompleks secara keseluruhan juga berfungsi untuk pertumbuhan bobot badan

dan metabolisme protein pada ternak.

1) Defisiensi tiamin

Anggorodi (1979) menyatakan defisiensi tiamin akan menimbulkan beri-beri,

udema, terutama pada kaki (disebut pula beri-beri basah), polyneuritis pada tikus

dan burung, kehilangan nafsu makan, pertumbuhan terganggu, urat daging lemah,

tak ada koordinasi.

Penyakit klasik beri-beri pada manusia dan polyneuritis pada burung

menunjukkan stadium lanjut dari defisiensi tiamin, ditandai dengan perubahan

urat syaraf parifer akibat akumulasi zat antara dari metabolismen karbohidrat.

Gejala lainnya adalah denyut jantung lambat (bradycardi), jantung membesar,

udema, gangguan-gangguan gastrointestinal, dan hilangnya nafsu makan

(anorexia).

Pada babi gejala defisiensi tiamin akan menimbulkan nafsu makan dan berat

badan menurut, muntah-muntah dan perubahan-perubahan jantung setelah hewan

mati. Pada ayam dan kalkun gejalanya adalah nafsu makan hilang, kurus,

gangguan pencernaan, kelemahan umum, dan polyneuritis sebagai gejala ekstrim.

Gangguan-gangguan yang karakteristik tersebut kan timbul dalam jangka waktu

9sampai 12 hari pada ayam umur sehari yang diberi ransum yang defisien tiamin.

Hewan tersebut akan sembuh kembali dengan pemberian tiamn dan ransumnya.

Padarubah defisiensi tiamin menimbulkan penyakit karakteristik penyakit

yang disebut paralisis chastek. Kuda yang dibei ransum dengan kadar vitamin B1

dan B lainnya yang rendah, memperlihatkan gejala-gejala urat syaraf lainnya.

4
Gejala- gejala tersebut akan hilang dengan pemberian tiamin dalam ransum, suatu

bukti bahwa spesies tersebut membutuhkan tiamin dalam ransumnya. Kekurangan

vitamin B1 menyebabkan gangguan-gangguan reproduksi kepada kuda jantan

maupun betina. Untuk laktasi dibutuhkan tiaminyang lebih banyak daripada untuk

pertumbuhan karena laktasi metabolism meningkat.

2) Sumber Tiamin

Sumber dari tiamin ini bisa berasal dari pakan ternak itu sendiri. karena

vitamin ini larut dalam air, maka tidak bisa disimpan dalam tubuh. Sumber pakan

yang banyak mengandung Timin adalah Kacang-kacangan, wortel, sayuran dll

(Mc. Donald, 1972).

Sumber tiamin juga mencakup susu, kuning telur, daging (terutama daging

babi dan jerohan seperti hati, butiran, leguminosa kering). Di eropa dan Amerika

Serikat yang bahan makanannya diperkaya dengan banyak tiamin, jarang terlihat

adanya beri-beri kecuali pada alkoholisme (penyakit Wernicke) (Anggorodi,

1979)

B. Riboflavin (Vitamin B2)

Riboflavin adalah salah satu anggota vitamin B kompleks yang larut dalam

air. Dimana dalam struktur kimianya, vitamin B2 terdiri dari cincin trisiklik.

Cincin itu dinamai isoaloxazine yang berikatan dengan jenis alkohol yaitu ribitol.

Vitamin B2 ini mengalami fosforilasi dimana berperan sangat penting dalam

reaksi redoks yang mana merupakan bersifat koenzim pada tubuh. Koenzim ini

berperan di dalam tubuh sebagai metabolisme yang mana memecah senyawa

seperti karbohidrat dan protein menjadi lebih sederhana. Sehingga metabolisme

ini nantinya akan menjadi energi. Pada peran selanjutnya, vitamin B2 ini berperan

5
dalam respirasi, pertumbuhan, dan produksi pada sel-sel pada tubuh.Defisiensi

Riboflavin (Wahyu Widodo, 2006).

1) Defisiensi Riboflavin

Menurut Anggorodi (1979) Banyak jaringan tubuh yang menderita akibat

defisiensi riboflavin. Dari jarngan-jaringan tersebut yang paling parah mengaami

defisiensi adalah jaringan ephite dan sarung myelin dari beberapa batang urat

syaraf utama. Perubahan-perubahan dalam urat syaraf pangkal paha menimbulkan

curled-toe paralysis pada anak ayam yang sedang tumbuh. Pada kelumpuhan

tersebut anak ayam mula-mula berjalan pada siku-sikunya dengan jari-jarinya

membelok kedalam. Kai-kakinya menjadi lumpuh akan tetapi ayamnya sendiri

kelihatan normal. Diare merupaka gejala lainnya pada ayam. Produksi telur tidak

dipengaruhi akan tetapi telur-telur yang mengalami difesiensi riboflavin tidak

akan menetas. Bila ayam diberi ransum yang defisien riboflavin maka nafsu

makannya cukup baik, akan tetapi pertumbuhannya lambat, badannya lemah,

kemudian diare timbul anatara minggu pertamadan minggu kedua. Anak ayam

yang menderita difesien tidak banyak bergerak kecuali dipaksa bergerak, ayam

tersebut akan berjalan pada siku-sikunya dengan pertolongan sayap-sayapnya.

Tanda khas difesiensi riboflavin adalah membesarnya srung urat syaraf

pangkal paha dan urat syaraf brachial. Urat syaraf pangkal paha tersebut dapat

mencapai diameter 4 dampai 6 kali ukuran normal.

Pada babi difesiensi riboflavin menyebabkan kaki-kaki yang bengkak dan

kaku, kulit menebal, ruam kulit, dan getah radang pada punggung dan sisi-sisinya,

lensa mata keruh dan catarata. Terdapat pula gangguan-gangguan reproduksi dan

laktasi.

6
Pada anak sapi dan anak domba yang baru dilahirkan maka riboflavin

merupakan zat makanan yang esensial. Akan tetapi setelah rumen hewan-hewan

tersebut berkembang, maka sintesis bakteri didalam rumen cukup untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Sintesis riboflavin terjadi pula dalam sekum kuda

akan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya.

Pada manusia defisiensi riboflavin menimbulkan gejala-gejala pada mata

(corneal vascularization), keriput disekitar mulut (cheilosis), kulit kasar, dan

dermatitis. (Anggorodi, 1979).

2) Sumber Riboflavin

Anggorodi (1979) menytakan Sumber riboflavin termasuk susu dan hasil

susu, telur, daging, leguminosa, dan hijauan. Riboflavin disintesis oleh hijauan

ragi, jamur, dan bakteri autotrofik. Riboflavin tidak disintesis oleh hewan apapun,

akan tetapi mikroorganisme yang mengalami tactus gastrointesinalis dapat

memberikan sumbangan yang penting bagi kebutuhan hewan. Hal ini terutama

nyata pada hewan ruminansia, yang kebutuhan seluruhnya disediakan oleh

mikroflora rumen segerasetelah rumen dapat mulai fungsi. Banyak

mikroorganisme yang membuat riboflavin melebihi kebutuhan. Produksi

riboflavin oleh industry fermentasi dengan Clostridium aceotobulycium atau

Eremothecium ashbyii dari susu, molase, atau substrat lainnya yang dapat

difermentasi merupakan sumber komersial yang penting untuk vitamin tersebut,

terutama untuk keperluan ternak. Vitamin tersebut dibuat juga secara sintesis

kimiawi dalam jumlah besar. Karena roboflavib diperlukan dalam respirasi sel,

kemungkinan vitamin tersebut terdapat dalam semua sel-sel tumbuhan dan hewan.

Akan tetapi terdapat juga beberapa bahan makanan hanya mengandung sedikit

vitamin tersebut. Pada tumbuh-tumbuhan tempat riboflavin dibuat tidak diketahui,

7
meskipun konsentrasinya terbesar terdapat didaunnya. Ragi merupakan sumber

bahan makanan yang paling baik (sampai 125μg/g). sumber lainnya yang baik

adalah hati, susu, dan telur. Banyak riboflavin akan hilang dari bahan makanan

tertentu bila bahan makanan tersebut dibiarkan karena cahaya.

C. Niasin

Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang

berfungsi sebagaisumber vitamin tersebut dalam makanan. Niasin adalah salah

satu senyawa organik yang ditemukan pada tahun 1937, yang berfungsi untuk

mencegah penyakit pelagra. (Anggorodi, 1979).

1) Defisiensi Niasin

Difensiansi niasin akan menimbulkan gejala-gejala dermatitis, dementia

(kemunduran mental), diare kehilangan nafsu makan dan berat badan, muntah-

muntah, anemia. Pada ayam difesiensi niasin menimbulkan pembesaran

persendian tibiotarsal, kaki membengkak, pertumbuhan bulu tidak sempurna, dan

dermatitis. Pada kalkun dan itik meskipun gejalanya sama, keadaanya lebih parah.

Itik yang tidak mendapat ransum yang tidak ditambah ransum asam nikotinat akan

memperlihatkan kaki-kai bengkak dan akhirnya tidak dapat jalan. (Anggorodi,

1979)

2) Sumber Niasin

Sumber dari Niasin diantaranya adalah susu, daging, dan hijauan, butiran 9

kecuali jagung), dan bungkil kacang tanah merupakan sumber niasin yang baik.

Asam nikotinat tersebar luas pada butiran-butiran dan hasil ikutannya dan

dalam pelengkapprotein. Akan tetapi jumlah yang terdapat tidaklah begitu tinggi

dan banyak dari vitamin tersebut tidak dapat digunakan. Asam nikotinat adalah

8
bentu yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, nikotamida adalah bentuk

metabolic hewan.( Anggorodi, 1979)

D. Asam Pantotenat (Vitamin B5)

Asam pantotenat adalah suatu amida dari asam pantoat dan  alanin. Asam

pantotenat merupakan bagian dari koenzim A, yang berperan dalam transfer gugus

asetil. Hal ini terjadi dalam asetilasi kolin hingga terbentuk asetilkolin, serta

dalam asetilasi dari piruvat dekarboksilat untuk membentuk asetilkolin A dalam

siklus Krebs. Koenzim A juga berperan dalam degradasi asam-asam lemak

menjadi asetil CoA.

1) Difesiensi Asam Pantotenat

Defisiensi asam pantotenat berkaitan dengan gejala dermatitis, terhambatnya

pertumbuhan, rontoknya rambut, memutihnya rambut, serta "lesion" pada

berbagai organ, degenerasi testis, ulcus duodenum, abnormal fetus yang

kesemuanya disebabkan oleh oksidasi lemak dan karbohidrat yang tidak berjalan

sempurna. (Wahyu Widodo, 2006). Defisiensi asam pantothenic akan

menimbulkan gejala – gejala

a. Pertumbuhan terganggu, rambut memutih, degerasi testis, ulcus

duodenum dan fetus abnormal

b. Pada unggas gejala defisiensi yang utam adalah dermatitis ( terutama

pada pelupuk mata, anus, sudut mulut dan kaki ). Pertumbuhan bulu

terganggu dan bentuknya kasar

c. Pada babi diferensiasi asam pantothenic menimbulkan gejala jalannya

tidak normal yang disebut “goose stepping”. Juga dapat menimbulkan

ulcus gastrointestinalis. (Anggorodi, 1979)

9
2) Sumber Asam Pantotenat

Sumber asam pantotenat adalah biji-bijian, yeast, hati, kuning telur, susu,

kentang, dan kubis. Asam pantothenic tersebar secara umum pada semua sel

hidup. Vitamin tersebut stabil pada bahan makanan yang disimpan lama.

Kehilangan yang banyak sekali akan terdapat bila mengalami pemanasan lama.

(Anggorodi, 1979)

E. Pridoksin (Vitamin B6)

Vitamin B6 terdiri dari tiga derivat piridin alam yang berhubungan erat, yaitu

: piridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Perbedan dari ketiga zat tersebut adalah

pada rantai C nomor 4. Rantai basis dari zat-zat tersebut adalah piridin.

Ketiganya sama aktif sebagai pra zat koenzim piridoksal fosfat. Piridoksin

berperan penting dalam metabolisme protein dimana pyridoxial fosfat merupakan

suatu konensium untuk berbagai reaksi kimia yang berkaitan dengan metabolisme

protein dan asam amino, seperti transaminasi dan dekarboksilasi. Bentuk

piridoksal dan piridoksamin biasanyaa terdapat dalam produk-produk hewani,

sedangkan piridoksin terdapat dalam produk-produk tanaman. (Wahyu Widodo,

2006).

1) Difesiensi Asam Pantotenat

Defisiensi prydoxin akan menimbulkan gejala – gejala

a. Serangan kekejangan (tikus, unggas, anjing, dan babi)

b. Luka pada arteri (monyet)

c. Anemia

d. Dermatitis dari kaki dan hidung (tikus)

e. Pertumbuhan terganggu (semua hewan muda ). (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Asam Pantotenat

10
Vitamin B6 terdapat pada sebagian besar bahan makanan sebagai protein

complex dari prydoxal dan phosphat prydoxamin. (Anggorodi, 1979)

F. Biotin

Biotin adalah derivat imidazol yang banyak terdapat dalam bahan makanan

alam. Vitamin ini berwarna putih, stabil terhadap panas, mengandung sulfur dan

asam valerat, larut dalam air dan 95% etanol, mudah rusak oleh asam dan basa

kuat dan mengalami dekomposisi pada temperatur 230 - 232oC. Dalam

metabolisme, biotin berperan sebagai fiksasi CO2 yang selanjutnya ditransfer

substrat yang lain. Karboksibiotin adalah biotin yang berikatan dengan CO 2 di

mana gugus karboksil bertaut pada gugus N biotin. Pembentukan karboksibiotin

memerlukan ATP. Reaksi penerimaan CO2 dan pemberian CO2 bersifat bolak-

balik atau reversible. (Wahyu Widodo, 2006).

1) Difesiensi Biotin

Pada difesiensi biotin terdapat gejala – gejala

a. Pertumbuhan terganggu, dernmatitis, rambut rontok, gangguan urat syaraf

b. Pada ayam, biotin merupakan zat pencegah perosis, seperti halnya

mangan, cholin dan asam folic. (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Biotin

Merupakan sumber utama dari biotin adalan hati, ragi, molasses, kacang tanah

dan telur. Sebagian besar hijauan yang berdaun banyak merupakan sumber yang

baik. Jagung, gfandum, butir – butiran lainnya, daging dan ikan relatif miskin

akan biotin. Pada bahan makanan alam biotin terdapat dalam bentuk ikatan

maupun bentuk bebas. Yang dalam bentuk ikatan kebanyakan tidak berguna bagi

hewan. (Anggorodi, 1979)

G. Asam Folat

11
Asam folat adalah turunan vitamin B kompleks (B-9) yang berguna untuk

mengurangi risiko cacat bawaan pada janin (neural tube defects-NTD), spina

bifida dan anenchepaly. Menurut Wahyu Widodo (2006), Asam folat terdiri dari

pteridin heterosiklik, asam paraaminobenzoat (PABA) dan asam glutamat. Kristal

asam folat berwarna kuning, sedikit larut dalam air dan tidak stabil pada laarutan

lemak.

Vitamin ini daya kerjanya dihambat (antagonis) dengan 4-amino-

pteroylglutamic acid atau disebut aminopteri 4-NH2FH4 dan metohtrexate.

Asam folat termasuk dalam golongan zat yang disebut pterin. Asam folat terdiri

atas tiga gugus yaitu pterin, p-aamino benzoic acid (PABA) dan asam glutamate

(Wahyu Widodo, 2006).

1) Difesiensi Asam Folat

Defisiensi asam folic akan menimbulkan gejal – gejala

a. Gangguan pertumbuhan

b. Sel darah yang abnormal (merah dan putih )

c. Pertumbuhan bulu terganggu pada ayam

d. Pigmentasi terganggu pada bulu yam yang berwarna

Asam folat merupakan zat makanan esensial untuk monyet, ayam, kalkun,

rubah, kelinci, tikus, dan marmot. Pada tikus dan babi, suatu defisiensi belum

dapat di timbulkan, kecuali pada hewan – hewan tersebut diberi obat- obat sulfa.

Hal ini memperlihatkan bahwa sintesis di dalam alat pencernaan adalah cukup

untuk memenuhi kebutuhan. Sintesis terjadi pula pada rumen akan tetapi anak

domba yang baru lahir membutuhkan asam folat. Pada ayam pertumbuhan akan

terganggu, pertumbuhan bulu tidak sempurna dan pada bulu yang berwarna akan

timbul depigmentasi. (Anggorodi, 1979)

12
2) Sumber Asam Folat

Asam folat tersebar luas di alam, terdapat pada hewan, tumbuh – tumbuhan

dan micro-organisma. Sumber asam folic di antaranya adalah hati, sayuran yang

berwarna hujau tua dan butir – butiran. Susu mengandung vitamin tersebut dalam

jumlah terbatas. (Anggorodi, 1979).

H. Vitamin B12

Kobalamin adalah vitamin yang mengandung kobalt yang berada dalam

bentuk derivat "cyanide" yaitu "cyanocobalamin". Kobalamin mempunyai gugus

nukleotida yang disambung dengan porfirin lewat gugus fosfat dan amino-

propanol. Gugus cyanide dapat diganti dengan gugus hidroksil (B12a) atau

hidrokobalamin dan juga gugus nitrit (B12c) atau nitrokobalamin. Sianokobalamin

berbentuk kristal padat berwarna merah hitam dan merupakan bentuk yang paling

stabil, tetapi larut dalam air, tahan panas, mudah rusak karena sinaar matahari,

oksidasi dan proses reduksi.

Vitamin B12 berfungsi dalam sintesa protein dan dalam metabolisme asam

nukleat serta senyawa-senyawa yang mengandung satu atom C. Peranan tersebut

dalam bentuk metil-malonil CoA isomerase. Enzim ini berperan dalam mengubah

metil-malonil CoA menjadi suksinil CoA yang berfungsi dalam siklus Krebs.

Peranan lainnya adalah sebagai enzim L-homosistein metilating. Enzim ini berisi

koenzim metil kobalamin yaang bersama-sama folacin mengubah L-homosistein

menjadi L-metionin. Donasi metil ini diberikan oleh 5-metil THF dengan harus

adanya vitamin B12. . (Wahyu Widodo, 2006)

1) Difesiensi Vitamin B12

Gejala defisiensi vitamin B12 adalah

13
a. Pertumbuhan lambat

b. Anemia pernicosa (dari bahasa latin perciosus = fatal, dan anemia =

menurunnya jumlah crythrosit

c. Eritrosit penggunaan makanan menurun

d. Mortalitas

e. Daya tetas telur turun

f. Vitalitas rendah.

Vitamin B12 turut dalam banyak fungsi penting dan berhubungan dengan

banyak fungsi zat – zat lainnya sepertinya asam folic, asam panthothenic, cholic,

methionin, dan lain lainnya. Vitamin tersebut merupakan co-faktor untuk methyl

malonyl CoA isomerase (mutase) dan homocystein transmethylase.

Pada ayam, berat badan dan produksi telur tidak terganggu meskipun ada

defisiensi, akan tetapi daya tetas dari telur – telur tersebut akan turun sekali. Anak

ayam yang baru menetas memperlihatkan kelainan pada kelainan pada tulang –

tulangnya seperti halnya pada perosis.

Pada sapi dan domba vitamin B12 adalah esensial metabolic dan merupakan

kebutuhan dalam makanannya bagi anak hewan sebelum rumennya berkembang.

Gejala – gejala defisiensi adalah pertumbuhan berhenti dan nafsu makan

berkurang. Bila rumennya sudah berkembang maka vitamin B12 disintesis dalam

rumen. Untuk sintesis tersebut dibutuhkan cobalt, suatu bagian dari vitamin itu

sendiri. Hewan ruminansia bila dalam ransumnya cukup mendapat cobalt maka

fecesnya akan mengandung vitamin B12 dalam jumlah besar. Pada spesies lainnya

terdapat pula sintesis vitamin B12 dalam pencernaan. hal ini menjelaskan mengapa

para ahli tidak berhasil menimbulkan defisiensi vitamin B 12 pada babi dan tikus

dengan ransum tanpa vitamin B12. (Anggorodi, 1979)

14
2) Sumber Vitamin B12

Sumber utama dari vitamin B12 di alam adalah sintesis microbial. Belum ada

bukti yang menyakinkan bahwa vitamin B12 di buat dalam jaringan tumbuh –

tumbuhan bertingkat tinggi atau jaringan hewan. Vitamin B12 di buat oleh banyak

bakteri dan actinomycetes akan tetapi rupanya tidak dibuat oleh ragi tau jamur.

Vitamin B12 tersebar luas dalam bahan makanan berasal hewan seperti daging,

susu, telur, dan ikan. Adanya vitamin tersebut di dalam jaringan hewan

disebabkan karena penyerapan vitamin tersebut dari bahan makanan berasal

hewan atau dari usus atau rumen. Sumber utama untuk makanan hewan adalah

hasil – hasil fermentasi khusus yang di normaliser menjamin potensi vitamin B 12

ginjal dan hati merupakan sumber – sumber utama. Alat – alat tubuh hewan

ruminansia mengandung lebih kaya vitamin B12 daripada alat – alat tubuh

sebagian besar hewan nonruminansia. (Anggorodi, 1979)

I. Cholin

Sebenarnya zat cholin tidak dapat digolongkan vitamin karena dapat dibuat

dalam tubuh dari methionin dan merupakan bagian dari lemak dan jaringan urat

syaraf. Terdapat dalam bahan makanan yang mengandung lemak. Sebagai bagian

dari phospholida, cholin, adalah esensial dalam pembentukkan dan pemeliharaan

dari struktur sel. Cholin mencegah penimbunan lemak dalam hati. Disebut “faktor

lipotropik”, yang artinya bahwa zat tersebut mempertinggi penimbunan lemak

tubuh (tetapi tidak dalam hati ).

Cholin erat hubungannya dengan asam amino methionin dan dapat

menghasilkan gugusan methyil (CH3) untuk kemudian bergabung dengan

homocystein untuk membentuk methionin. Cholin juga erat hubungannya dengan

15
biotin dan asam folic karena defisiensi dari salah satu dari ketiga zat tersebut

dapat menimbulkan perosis pada anak ayam. (Anggorodi, 1979)

1) Difisiensi Cholin

Selain pertumbuhan yang terganggu maka gejala penting pada defisiensi

cholin adalah perosis pada anak ayam dan anak kalkun. Meskipun defisiensi

cholin cepat timbul pada anak ayam yang mendapat ransum berkadar cholin

rendah, suatu defisiensi pada ayam petelur sulit didapat. Dalam pembuatan telur

dibutuhkan sejumlah besar cholin. Namun ayam yang mendapat ransum tanpa

cholin berumur 8 minggu sanggup untuk membuat semua jumlah cholin yang

diperlukan.

Defisiensi cholin pada umumnya lebih sulit diperoleh pada spesies lainnya

daripada kalkun. Tikus tidak membutuhkan sumber cholin dalam ransumnya bila

cukup methionin diberikan untuk menjamin ikatan methyl yang dibutuhkan untuk

sintesis cholin. Sama halnya, babi muda tidak memerlukan sumber cholin, bila

kadar mehionin dari ransum cukup tinggi. (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Cholin

Bahan makanan yang kaya akan cholin di antaranya adalah hati dan tepung

kelenjar, tepung iklan, ragi, dan bungkil kacang kedelai. (Anggorodi, 1979)

J. Inositol (Vitamin B8)

Inositol erat hubungannya dengan vitamin B-complex. Merupakan bagian dari

cel dalam hampir semua jaringan hewan dan terdapat terutama dalam konsentrasi

tinggi di banyak jaringan alat tubuh ( jantung, ginjal, limpa, thyroid, dan testis ).

Zat tersebut tidak merupakan suatu kebutuhan dalam makanan bagi manusia dan

dalam ransum sebagian besar hewan ternak ( ada kemungkin untuk ayam ).

16
Inositol terdapat dalam hasil tumbuh-tumbuhan sebagai zat phosphor organik

phytin. Sedangkan dalam tubuh hewan merupakan bagian bagian cephalin –

cephalin tertentu. Zat tersebut dapat mencegah dan mengobati alopecia pada tikus.

Mempunyai daya kerja lipotropik dalam beberapa ransum tikus di mana vitamin –

vitamin lainnya tidak mempunyainya. Terdapat luas dalam bahan makanan

sehingga kadar dalam ransum adalah cukup memenuhi kebutuhan yang

diperlukan. (Anggorodi, 1979)

1) Difesiensi Inositol

Pertumbuhan terganggu dan alopesia pada tikus. Gejala alopecia adalah sama

dengan gejala alopecia yang ditimbulkan oleh defisiensi vitamin B6 atau

pantothenic. (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Inositol

Makanan sumber vitamin B8 atau inositol antara lain: daging sapi, sereal,

beras, jeruk, sayuran berdaun hijau, kedelai, kacang-kacangan, biji-bijian, dan

hati.

K. Asam Paraminobenzoic (Vitamin B10)

Vitamin tersebut merupakan bagian molecular dari asam folic. Asam

paraaminobenzoic menetralisir pengaruh bacteriostatic dari sulfoamida. Pada

waktu ini diketahui bahwa asam paraaminobenzoic mempertinggi potensi faali

dari isulin dan penicillin dan dapat menghalang – halangi produksi hormone

thyroid. Mengenai kebutuhannya dalam makanan belum ada ketentuan bagi

manusia maupun hewan.

Asam paraaminobenzoic mula – mula diketemukan sebagai zat yang esensial

bagi pertumbuhan mikroorganisme. Zat tersebut kemudian digolongkan kedalam

vitamin berdasarkan pengaruh pertumbuhannya terhadap anak ayam dan pengaruh

17
laktasi pada tikus. Merupakan gugusan esensial dalam asam folic. Jadi dalam

ransum yang tidak ada asam folicnya maka asam paraaminobenzoic dapat

menyediakan bakteri usus dengan suatu zat esensial untuk sintesis asam folic.

Karena sifat esensialnya untuk pertumbuhan mikroorganisme tertentu, maka

vitamin tersebut dapat mempertinggi sintesis faktor – faktor B lainnya di dalam

usus. Sehubungan hal ini mak suatu hal yang menarik ialah bahwa asam

paraaminobenzoic mempunyai kesanggupan untuk menetralisir pengaruh

bacteriostatic dari sulfonamida. (Anggorodi, 1979)

2.1.2 Vitamin C

Vitamin C mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk oksidasi (bentuk dehydro)

dan bentuk reduksi. Kedua bentuk ini mempunyai aktivitas biologi. Dalam

makanan bentuk reduksi yang terbanyak. Bentuk dehydro dapat terus teroksidasi

menjadi diketogulonic acid yang inaktif. Keadaan vitamin C inaktif ini sering

terjadi pada proses pemanasan. Dalam suasana asam vitamin ini lebih stabil

daripada dalam basa yang menjadi inaktif. Formula vitamin C mirip dengan

glukosa (Wahyu Widodo, 2006).

Vitamin C bukanlah merupakan bagian dari salah satu koenzim yang

dikenal. Sebaliknya asam askorbat berperan dalam sintesa kolagen, yang

merupakan protein struktural dari jaringan ikat. Struktur asam askorbat mirip

dengan struktur monosakarida tetapi mengandung gugus enediol dari mana

pembuangan hidrogen terjadi untuk menghasilkan dehidroaskorbat.

Dehidroaskorbat dihasilkan secara spontan dari vitamin C oleh oksidasi udara,

tetapi kedua bentuk secara fisiologis aktif dan ditemukan dalam cairan tubuh

(Wahyu Widodo, 2006).

18
Vitamin C berperan sebagai transport elektron (sistem redoks), enzim-enzim

yang berperan dalam elektron transport adalah ascorbic acid oksidase, cytochrome

oxidase, flavin transhydrogenase. Ada yang menyebutkan bahwa pada jaringan

hewan tidak terjadi proses oksidasi dengan vitamin C sebagai kaatalis respiratori,

karena pada hewan tidak ada enzim dehydro ascorbate reductase dan ascorbate

oxidase. Vitamin C juga berperan dalam metabolisme tirosin yaitu berperan

dalam enzim -hydroxy phenyl pyruvic acid oxidase sebagai katalisator

perubahan p-OH phenylpyruvic menjadi homogentisic acid. (Wahyu Widodo,

2006)

Vitamin C yang ada di pasaran sering disebut sebagai asam ascorbat, L-

ascorbat acid, Hexuronic acid, Anti scorbutic vitamin, Cevitamic acid (Scott et al.,

1976), juga sering disebut sebagai anti scorbic factor (Ewing, 1963).

Menurut Morrison (1961) dan Mc Donald et al. (1972), vitamin C ini

berbentuk kristal, tidak berwarna (bening), larut dalam air, mengandung asam dan

mem-punyai daya reduksi yang besar, stabil pada larutan asam, larut dengan

segera dalam larutan alkali dan mudah rusak apabila kena cahaya (panas), serta

tahan terhadap pembekuan. Vitamin C ini mudah dioksidasi menjadi bentuk

dehydro.

Asam ascorbat ini dapat disintesis pada tubuh ternak, pada ayam

memungkinkan sintesis vitamin C ini karena mempunyai ketiga enzim yang

diperlukan yaitu enzim NADPH, L-gulonolakton oxidase, D-glukuronolakton

reduktase yang semuanya terdapat di dalam ginjal ayam. Dalam keadaan

tercekam (stress) ayam tidak dapat men-sintesis asam ascorbat dalam jumlah

cukup, sehingga perlu ditambahkan dalam pakannya.

19
Shul’ga (1980) melaporkan hasil penelitiannya bahwa dengan pemberian 50

mg vitamin C per kg pakan yang diberikan selama 10 hari akan menambah

imunitas pada ayam setelah vaksinasi, resistensi terhadap infeksi, produksi telur

dan daya tahan tubuh dapat dipertahankan guna kelangsungan hidup pada

temperatur tinggi. Stress karena temperatur yang tinggi ini akan merangsang

kelenjar endokrin yang diatur oleh hipopise akan meningkatkan produksi ACTH

dalam aliran darah, sehingga akan menyebabkan peningkatan aktivitas korteks

adrenal untuk mengeluarkan hormon terutama gluko-korticoid yang berperan

dalam metabolisme vitamin C. Jadi vitamin C yang banyak dikandung oleh

korteks adrenal akan cepat turun jumlahnya bila kelenjar ini dirangsang oleh

ACTH karena adanya stress. Pengaruh penambahan vitamin C ini dalam ransum

ayam mampu menghilangkan pengaruh toksik dari kelebihan konsumsi mineral

Selenium, Kobalt, Vanadium dan Kadmium.

Pada kondisi ayam menderita stress karena suhu lingkungan yang tinggi

kebutuhan akan vitamin C di-perlukan untuk memenuhi mekanisme pengaturan

homeo-statis yang meningkat. Selain itu penambahan vitamin C sebanyak 0,5 -

1,0 gram/kg ransum mampu merangsang terjadinya phagocytosis dan

pembentukan antibodi, sehingga dapat meningkatkan resistensi ayam terhadap

berbagai infeksi bibit penyakit atau respon kekebalan meningkat (Achmadi,

1988).

1) Difesiensi Vitamin C

Scurvy hanya terjadi pada manusia, monyet dan marmot. Mamalia lainnya

rupanay sanggup membuat asam ascorbic untuk kebutuhan makanannya. Scurvy

20
di tandai oleh pendarahan diseluruh tubuh (akibat rapuhnya kapiler – kapiler darah

), gusi yang mebengkak dan berdarah dan animea. (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Vitamin C

Harper et al. (1984) menyatakan bahwa, sumber vitamin C yang baik adalah

buah sitrun, arbei, semangka, tomat, cabai hijau, kol merah dan sayur-sayuran

yang berdaun hijau, khususnya selada hijau, juga kentang segar yang tiap gramnya

mengandung sedikit vitamin C, tapi bila konsumsi dalam jumlah banyak akan

merupakan sumber yang cukup baik. Pada waktu memotong dan mencuci

sayuran, banyak vitamin C yang hilang, karena sifat vitamin ini yang larut dalam

air. Selain sumber tersebut di atas, rumput-rumputan hijau juga merupakan

sumber vitamin C (Morrison, 1961). Susu juga merupakan sumber vitamin C,

tapi sering hilang pada waktu proses pasteurisasi (Maynard dan Loosli, 1951).

Sumber vitamin C termasuk jeruk limau, jeruk manis, anggur, dan tomat.

Sayuran dan buah – buahan mengandung pula sejumlah vitamin C. biji masak dan

hasil ikutannya demikian pula rumput kering dan hijauan lainnya yang

dikeringkan tidak mempunyai vitamin C. vitamin tersebut dibentuk pada waktu

biji tumbuh oleh karenanya biji yang sedang berkecambah kaya akan vitamin C.

Memberikan vitamin C pada hewan ruminansia tidak akan mempertinggi

kadarnya dalam tubuh karena vitamin tersebut dihancurkan atau sebagian besar

dihancurkan oleh proses fermentasi dalam rumen. (Anggorodi, 1979)

2.2 Fungsi Vitamin Larut Dalam Air

Menurut Anggorodi (1979) vitamin larut dalm air memiliki fungsi sebagai berikut

Nama Fungsi

21
Tiamin (B1) Bagain dari dua koenzim, esensial dalam

metabolism, karbohodrat, dan pemindahan energy.

Mempertinggi nafsu makan dan pencernaan.

Memelihara susunan syaraf agar sehat dan mencegah

perangsangan

Riboflavin (B2) Merupakan bagian dari dua koenzim flavoprotein,

peranan dalam pemindahan energy (membantu sel

dalam penggunaan oksigen), fungsi dalam

metabolism protein, bagian dari xantin oksidase.

Membantu menyehatkan kulit

Asam pantotenat Bagian dari koenzim A, yang ikut dalam banyak

reaksi-reaksi metabolic

Asam nikotinat Ikatan dua koenzim, pemindahan energy, dpat

dihemat oleh asam amino tritofan. Kesehatan alat

pencernaan dan susunan syaraf

Pridoksin (B6) Sebagian dari enzim yang ada hubungannya dengan

metabolism protein. Esensial untuk metabolism

normal protein

Biotin Berfungsi dalm susunan enzim, sintesis lemak,

deaminasi berbagai asam amino

Asam folat Sintesis purin dan ikatan metl tertentu, eritropoisis

Vitamin B12 Sintesis gugus metil, sintesis purin, metabolism

karbohidrat dan lemak, sintesis asam nukleat.

Dikenal dengan nama animal protein factor (APF)

Kolin Bagian daro fosfoida esensial dalam pembentukan

22
dan pemeliharaan bangun dari sel. Penyaluran

gerakan urat syaraf. Metabolism lemak dalam hati

Inositol Fungsi lipotropic pada ransum tikus tertentu, yang

vitamin-vitamin lainnya difesien

Asam Faktor anti rambut putih pada tikus. Perangsang

paraaminobenzoat pertumbuhan pada anak ayam

Vitamin C Pembentukan dan pemeliharaan zat interseluler

dalam tulang dan jaringan lunak. Bekerja sebagai

katalisator jaringan (membantu dalam

penyembuhan). Sebagai antibody bagi tubuh ternak.

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Vitamin larut dalam air terdiri dari vitamin B kompleks yaitu tiamin,

riboflavin, asam pantotenat, asam nikotinat, peridoksin, biotin, asam folat,

vitamin B12, kolin, inositol, asam paraaminobenzoat, dan vitamin C

2. Fungsi vitamin larut dalam air, tiamin sebagai pemindahan energy.

Riboflavin sebagai pemindahan energy. Asam pentatonat berperan dalam

reaksi metabolic. Asam nikotinat pemindahan energy. Pridoksin untuk

metabolism normal prtein. Biotin berfungsi dalam susunan enzim. Asam

folat sistesis purin, vitamin B12 sintesis gugus metil, purin, lemak. Kolin

untuk penyaluran gerakan urat syaraf. Inositol berfungsi lipotropic pada

ransum tikus, yang vitamin lainnya difesien. Asam paraaminobenzoat

sebagai perangsang pertumbuhan pada anak ayam.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, J. 1988. Vitamin C dalam ransum peranannya mengatasi stress pada

Ayam. Dalam Majalah Ayam dan Telur, No. 30, Tahun XIX, 34-35.

Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum, PT Gramedia, Jakarta

Ewing, R. W. 1963. Poultry nutrition. 5th. Ed. The Ray Ewing Company

Publisher: Pasadena, California.

Mc. Donald, P., R. A. Erwards and J. F. D. Geenhalg. 1972. Animal nutrition.

2nd Ed. Longman: London.

Moriison, F. B. 1961. Feeds and feeding. 9th Ed. The Morrison Publishing

Company: Clinton, Iowa.

Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1976. Vitamins and hormones.

Scott & Associates Ithaca: New York.

Shul’ga, V. N. 1980. Stress action of ascorbic acid in hen. Veterinariya No. 1:

Moscow.

Widodo, Wahyu. 2006. Pengantar Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

25

Anda mungkin juga menyukai