Anda di halaman 1dari 17

TUTORIAL PEMAHAMAN MATERI

TATAP MUKA 1

INTRODUKSI INFERTILITAS &


STERILITAS SEMESTER GENAP 2022/2023

NAMA MAHASISWA : Suryadi

NIM : 12080117064
KELAS : 6C

Untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi tatap muka-1, maka mahasiswa disarankan
untuk melakukan diskusi dengan sesama mahasiswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini.

1. Apakah yang dimaksud dengan reproduksi?


2. Aktivitas reproduksi pada ternak dapat mengalami gangguan (benar/salah)
3. Apa itu infertil?
4. Apa itu steril?
5. Infertil dan steril sama-sama merupakan gangguan reproduksi. Apa perbedaannya?
6. Gangguan reproduksi berupa infertil maupun steril merupakan suatu penyakit, dan suatu
penyakit merupakan hasil pemeriksaan dan diagnosis tenaga medis dalam hal ini dokter
hewan. Dalam urusan penyakit (gangguan reproduksi ternak), dokter hewan memiliki
kewenangan penuh dalam hal diagnosis dan pengobatannya dan telah diatur dalam berbagai
peraturan undang-undang. Silahkan Anda jelaskan di manakah letak peran tenaga ahli
peternakan (sarjana peternakan) dalam permasalahan infertilitas & sterilitas ini?
7. Tuliskan organ-organ reproduksi sapi betina secara berurutan mulai dari dalam keluar!
8. Tuliskan organ-organ reproduksi sapi jantan secara berurutan mulai dari dalam keluar!
9. Apa yang akan Anda lakukan pertama kali jika ada peternak yang melapor ke Anda bahwa
ternaknya mengalami gangguan reproduksi?

Jawaban :
1. Reproduksi merupakan proses perkembangbiakan atau terbentuknya individu baru baik
secara kawin ataupun tidak kawin.
2. Benar, misalnya gangguan siklus estrus: gangguan ini karena banyak faktor seperti kurang
nutrisi, kondisi lingkungan yang tidak kondusif, ketidakseimbangan hormon dan stres.
3. Infertil yaitu suatu kondisi yang menunjukkan adanya penurunan fungsi reproduksi hewan
(jantan ataupun betina)
4. Steril yaitu suatu kondisi yang menunjukkan ketiadaan fungsi reproduksi hewan (jantan
ataupun betina).
5. Perbedaannya adalah infertil yaitu penurunan tingkat kesuburan yang terjadi pada organ
reproduksi sedangkan, steril yaitu ketidaksuburan atau ketiadaan fungsi pada organ
reproduksi.
6. Sebagai tenaga ahli peternakan (sarjana peternakan) dalam hal ini sangat berperan penting
menangani gangguan atau permasalahan tersebut. Peran penting tersebut yang dilakukan
sebagai tenaga ahli peternakan yaitu dapat mengetahui penyebab atau gejala yang terjadi
dalam gangguan (penyakit) ternak tersebut. Sehingga tenaga ahli pun dapat mengidentifikasi
gangguan tersebut dan melakukan pengobatan sesuai gangguan yang di alami ternak tersebut.
Maka, peran penting tenaga ahli (sarjana peternakan) ini terletak pada pemahaman dalam
penanganan atau pengobatan gangguan (penyakit) yang terjadi pada ternak.
7. Organ - organ reproduksi sapi betina
a. Bagian dalam
Organ reproduksi sapi betina bagian dalam yaitu : Ovarium, Oviduk, Uterus, Serviks dan
Vagina
b. Bagian luar
Organ reproduksi sapi betina bagian luar yaitu : Vulva, Klitoris, Vestiblum vaginae dan
Kelenjar vestibulue
8. Organ- organ reproduksi sapi jantan
a. Bagian primer
Organ reproduksi sapi jantan yaitu : Testis
b. Bagian sekunder
Organ reproduksi sapi betina yaitu : Vas deferens, Epididymis, Uretra, Kelenjar vesikularis,
Kelenjar prostate, Kelenjar bulbouretralis/cowper dan Penis
9. Jika seorang peternak melaporkan kepada saya bahwa ternaknya mengalami gangguan
reproduksi, pertama yang saya lakukan adalah menanyakan/wawancara dengan peternak
untuk memperoleh informasi lebih lanjut penyebab tentang masalah yang dihadapi ternak.
Kemudian saya akan merujuk peternak tersebut ke dokter hewan untuk dilakukan pemeriksaan
fisik pada ternak dan melakukan diagnosa penyebab masalah reproduksi yang dihadapi ternak.
Selanjutnya, saya akan memberikan saran kepada peternak tentang tindakan yang harus
diambil untuk mengatasi masalah reproduksi ternak tersebut. Tindakan ini mungkin termasuk
perubahan dalam manajemen peternakan, pemberian pakan nutrisi tertentu atau pengobatan
dengan obat-obatan tertentu. Saya juga akan menginformasikan kepada peternak tentang
praktik-praktik yang baik dalam manajemen ternak yang dapat membantu mencegah masalah
reproduksi pada ternak di masa depan.
TUTORIAL PEMAHAMAN MATERI
TATAP MUKA 2

INTRODUKSI INFERTILITAS &


STERILITAS SEMESTER GENAP 2022/2023

NAMA MAHASISWA : Suryadi

NIM : 12080117064
KELAS : 6C

Untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi tatap muka-2, maka mahasiswa disarankan
untuk melakukan diskusi dengan sesama mahasiswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini.

1. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil.
Jelaskan apa itu estrus!
2. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil.
Estrus sama dengan berahi (b/s)
3. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil.
Hormon apa yang bertugas memunculkan estrus?
4. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil.
Estrus dapat terjadi pada sapi betina dan sapi jantan (b/s)
5. Jelaskan apa itu anestrus!
6. Ketika seekor sapi betina mengalami anestrus, sesungguhnya sapi betina tersebut estrus
hanya saja tanda-tanda estrusnya tidak teramati (b/s/bs)
7. Apa itu korpus luteum?
8. Jelaskan proses terbentuknya korpus luteum!
9. Apa fungsi utama korpus luteum?
10. Mengapa sapi yang sedang bunting tidak berahi (anestrus)?
11. Apa akibat yang dapat terjadi jika hasil pemeriksaan oleh dokter hewan menunjukkan
ovarium tidak aktif?
12. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil. Apa
fungsi Folicle Stimulating Hormone (FSH)? Di manakah FSH dihasilkan?
13. Anestrus juga dapat berwujud silent heat atau subestrus. Apa itu silent heat/subestrus?
14. Apakah sapi betina menunjukkan tanda-tanda berahi ketika mengalami silent heat? Jawab
iya atau tidak serta alasannya!
15. Ketika produksi FSH terganggu, maka sapi betina dapat mengalami anestrus. Jelaskan secara
berurutan mengapa!
16. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil. Apa
itu ovulasi?
17. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil.
Mengapa ovulasi harus terjadi?
18. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil.
Hormon apa yang bertugas untuk terjadinya proses ovulasi?
19. Silahkan buka kembali materi kuliah ilmu reproduksi ternak yang pernah Anda ambil. Apa
itu fertilisasi?
20. Jika hasil pemeriksaan dokter hewan menunjukkan bahwa sapi betina mengalami ovulasi
tertunda (delayed ovulation), apa akibat utama yang dapat muncul dari kondisi tersebut?
21. Apakah sapi betina yang tidak mengalami ovulasi perlu dikawinkan atau di-IB? Berikan
jawaban Anda dan alasannya!

Jawaban :
1. Estrus yaitu kondisi dimana ternak betina sudah menunjukkan tanda-tanda minta kawin.
Kondisi Birahi pada ternak ruminansia biasanya mulai terjadi pada saat ternak sudah
dewasa.
2. Benar (b)
3. Hormon estrogen
4. Salah (s)
5. Anestrus (tidak birahi sama sekali) merupakan suatu permasalahan reproduksi yang umum
pada sapi yang ditandai oleh kegagalan menunjukkan tanda-tanda birahi sehingga peternak
tidak mengetahui kapan ternaknya birahi.
6. Benar (b), karena hormon-hormon reproduksi yang terlibat dalam siklus estrus sapi betina
masih berfungsi dan mampu menyebabkan terjadinya estrus, namun tanda-tanda estrus tidak
teramati karena atau singkat.
7. Massa jaringan sel di dalam ovarium yang dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan
mengeluarkan ovumnya.
8. Proses terbentuknya korpus luteum dimulai ketika folikel dominan di ovarium tumbuh dan
berkembang dengan bantuan hormon folikel stimulasi (FSH) dan hormon luteinisasi (LH) dari
kelenjar pituitari. FSH merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel, sementara LH
merangsang produksi hormon progesteron dan pelepasan sel telur (ovulasi).
9. Korpus luteum akan menghasilkan hormon progesteron yang berguna untuk mengatur siklus
menstruasi, mengembangkan jaringan payudara, menyiapkan rahim pada waktu kehamilan
dan melindungi dari kanker endometrium pada wanita pasca menopause.
10. Sapi yang sedang bunting tidak berahi (anestrus) dikarenakan tubuh sapi sedang
mempersiapkan dan mempertahankan kehamilan. Pada saat sapi bunting, terjadi perubahan
hormonal di dalam tubuhnya untuk menstabilkan kehamilan dan mencegah terjadinya ovulasi
atau estrus selama masa kehamilan.
11. Jika hasil pemeriksaan oleh dokter hewan menunjukkan bahwa ovarium tidak aktif, maka
kemungkinan sapi tersebut sedang mengalami gangguan anestrus. Akibat yang dapat terjadi
jika kondisi ini tidak diatasi adalah:
 Tidak dapat bunting: Sapi yang mengalami masalah pada ovarium dapat mengalami
gangguan dalam siklus reproduksinya, seperti tidak mengalami estrus atau tidak ovulasi.
 Mengurangi produktivitas: Kondisi ovarium yang tidak aktif dapat mengurangi
produktivitas sapi dalam menghasilkan susu atau daging.
 Kesehatan sapi terganggu: Masalah hormonal pada sapi dapat mempengaruhi kesehatan
sapi secara keseluruhan, karena hormon berperan penting dalam menjaga keseimbangan
tubuh dan fungsi organ-organ lainnya.
12. FSH berfungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan memicu produksi
estrogen pada sapi betina. FSH dihasilkan di kelenjar pituitari anterior, yang terletak di otak.
FSH kemudian diangkut oleh aliran darah ke ovarium sapi betina.
13. Silent heat/subestrus yaitu birahi tenang.
14. Tidak, Sapi betina yang mengalami silent heat tidak menunjukkan tanda-tanda berahi yang jelas
seperti sapi betina yang mengalami estrus normal. Pada silent heat, sapi betina mengalami
estrus tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda fisik yang jelas seperti memperlihatkan sikap
yang menggoda atau melakukan kawin. Hal ini terjadi karena tingkat hormon reproduksi pada
sapi betina yang mengalami silent heat tetap normal, sehingga tidak memunculkan tanda-tanda
fisik yang khas seperti pada estrus normal.
15. Ketika produksi FSH terganggu pada sapi betina, maka dapat terjadi anestrus. Berikut adalah
penjelasan mengapa terjadinya anestrus ketika produksi FSH terganggu secara berurutan:
FSH merangsang pertumbuhan folikel: FSH berperan penting dalam merangsang pertumbuhan
folikel pada ovarium sapi betina. Estrogen tidak terproduksi dengan normal: Folikel yang
tumbuh pada ovarium sapi betina juga memproduksi hormon estrogen. Ovulasi terhambat:
FSH bekerja bersama-sama dengan hormon luteinizing hormone (LH) untuk mengatur siklus
estrus pada sapi betina. Terjadinya anestrus: Ketidakseimbangan dalam produksi FSH pada
sapi betina dapat menyebabkan gangguan dalam siklus estrus, termasuk anestrus.
16. Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur (ovum) dari folikel yang matang terjadi di dalam
ovarium.
17. Ovulasi terjadi sebagai hasil dari interaksi hormon reproduksi, yaitu hormon folikel-
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Pada awal siklus estrus, produksi
FSH meningkat dan merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium betina. Folikel yang
berkembang di ovarium menghasilkan hormon estrogen yang mempersiapkan rahim sapi
betina untuk bunting.
18. Hormon Luteinizing (LH)
19. Fertilisasi yaitu proses peleburan antara sel telur dengan sel sperma untuk menghasilkan sel
tunggal/zigot.
20. Delayed ovulation atau ovulasi tertunda pada sapi betina dapat menyebabkan gangguan
seperti: keterlambatan siklus estrus, ganguan kesuburan, peningkatan biaya produksi dan bisa
kehilangan masa subur.
21. Tidak, karena sapi betina yang tidak mengalami ovulasi tidak perlu dikawinkan atau di-IB
(inseminasi buatan) karena kondisi ini menunjukkan adanya gangguan pada siklus reproduksi
sapi betina. Pada umumnya, sapi betina yang sehat dan subur akan mengalami siklus estrus
yang teratur dan menghasilkan ovulasi secara normal.
TUTORIAL PEMAHAMAN MATERI
TATAP MUKA 3

INTRODUKSI INFERTILITAS &


STERILITAS SEMESTER GENAP 2022/2023

NAMA MAHASISWA : Suryadi

NIM : 12080117064
KELAS : 6C

Untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi tatap muka-3, maka mahasiswa disarankan
untuk melakukan diskusi dengan sesama mahasiswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini.

1. Tuliskan definisi kawin berulang (repeat breeder)!


2. Kasus kawin berulang terjadi pada betina yang memiliki siklus estrus normal. B/s.
3. Kasus kawin berulang terjadi pada betina yang memiliki siklus estrus normal dan
dikawinkan dengan pejantan subur/di-IB dengan semen berkualitas tinggi. B/s
4. Penyebab utama kawin berulang adalah kegagalan fertiliasasi. B/s
5. Di organ reproduksi bagian manakah fertilisasi terjadi?
6. Jika hasil pemeriksaan dokter hewan menunjukkan adanya penyumbatan tuba fallopi pada
ternak betina, apa akibat yang dapat terjadi terkait aktivitas reproduksi ternak betina
tersebut!
7. Sebagai calon sarjana peternakan, Anda harus memiliki kompetensi dalam urusan
manajemen reproduksi ternak. B/s
8. Sebagai calon sarjana peternakan, Anda harus memiliki kompetensi dalam urusan
pengobatan gangguan reproduksi ternak. B/s
9. Jika deteksi berahi kurang akurat, maka waktu pelaksanaan IB menjadi kurang tepat dan
berpotensi terjadinya kawin berulang. Jelaskan mengapa!
10. Vitamin dan mineral memiliki peran penting dalam menunjang performa reproduksi ternak
betina. B/s
11. Suhu dan kelembaban kandang yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan gangguan
reproduksi. Jelaskan mengapa!

Keterangan: B/s  benar / salah

Jawaban :
1. Kawin berulang (repeat breeder) adalah induk hewan yang mempunyai siklus birahi normal dan
gejala birahi yang jelas, tetapi bila dikawinkan dengan pejantan subur atau diinseminasi
buatan (IB) dengan semen yang bermutu tinggi berulang-ulang, tidak pernah menjadi bunting.
2. Benar (b)
3. Benar (b)
4. Benar (b)
5. Di organ reproduksi betina tepatnya di tuba falopi atau oviduk
6. Jika terjadi penyumbatan pada tuba fallopi, maka sel telur tidak dapat mencapai rahim
sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma. Dampak dari penyumbatan tuba fallopi pada
aktivitas
reproduksi ternak betina adalah kesulitan untuk menghasilkan keturunan. Jika kondisi ini
dibiarkan terus-menerus tanpa penanganan yang tepat, maka bisa menyebabkan infertilitas
atau ketidaksuburan pada ternak betina.
7. Benar (b)
8. Benar (b)
9. Benar (b)
10. Suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi di dalam kandang dapat mengganggu aktivitas
reproduksi ternak karena dapat memengaruhi keseimbangan hormonal, metabolisme tubuh, dan
kenyamanan ternak.
TUTORIAL PEMAHAMAN MATERI
TATAP MUKA 4

INTRODUKSI INFERTILITAS &


STERILITAS SEMESTER GENAP 2022/2023

NAMA MAHASISWA : Suryadi

NIM : 12080117064
KELAS : 6C

Untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi tatap muka-4, maka mahasiswa disarankan
untuk melakukan diskusi dengan sesama mahasiswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini.

Studi Kasus

Tugas Kasus
Farm X adalah sebuah peternakan sapi perah FH yang terdiri atas 50 ekor betina produktif. Ke-
50 betina produktif tersebut saat ini dalam masa kering dan dikandangkan secara individual
(head to head). Manajer farm akhir-akhir ini sering mengeluh karena banyak betina
produktif yang secara normal estrus, tetapi setelah di-IB 2-3 kali tidak terjadi kebuntingan.
Lalu si manajer mencurigai bahwa sapi-sapi tersebut mengalami gangguan reproduksi dan
berkonsultasi dengan dokter hewan ternak perah. Berikut deskripsi yang ditemukan saat
observasi oleh dokter hewan ternak perah:
a. Suasana kandang secara umum tidak nyaman
b. Sapi tampak kurus, tulang rusuk menonjol, tulang pinggul menonjol dan tulang punggung
juga menonjol. Diperkirakan skor kondisi tubuhnya hanya berkisar 2.
c. Sapi tampak kurang nafsu makan, terlihat dari masih banyaknya sisa pakan di bak pakan
(jerami kering).
d. Hawa di dalam kandang terasa panas, tetapi kandang tidak dilengkapi dengan termometer
ruangan dan higrometer sehingga tidak diketahui berapa suhu dan kelembaban kandang.
e. Kondisi lantai kotor, tidak dilengkapi alas karet, banyak lalat dan air menggenang.
f. Manajer farm tidak mengetahui asal-usul sapi dan semen beku yang digunakan untuk IB.

Silakan Anda beri ulasan untuk setiap poin a hingga f tersebut di atas! Jelaskan dengan baik dan
berdasarkan referensi yang jelas!

Jawaban
a. Suasana kandang yang tidak nyaman
Suasana kandang yang tidak nyaman dapat memengaruhi kesehatan dan produktivitas sapi
perah. Kandang yang tidak memadai dapat menyebabkan stres pada sapi, yang pada akhirnya
dapat mengganggu sistem reproduksi sapi perah tersebut. Selian itu, kandang yang tidak
memadai dapat berdampak pada kualitas susu yang dihasilkan oleh sapi, sehingga berpotensi
mengganggu proses produksi maupun reproduksi. Hal-hal yang dapat membuat kandang tidak
nyaman antara lain kondisi kebersihan kandang yang buruk, kurangnya sirkulasi udara yang
baik, kelembaban yang tinggi, dan pencahayaan yang buruk. Kondisi ini dapat memicu
munculnya penyakit pada sapi perah dan juga dapat mempengaruhi produksi susu sapi perah
dan gangguan reproduksi sapi perah. Oleh karena itu, kandang harus memenuhi kebutuhan
sapi dalam hal ukuran, ventilasi, pencahayaan, dan kenyamanan.

b. Sapi tampak kurus, tulang rusuk menonjol, tulang pinggul menonjol dan tulang
punggung juga menonjol. Diperkirakan skor kondisi tubuhnya hanya berkisar 2
Kondisi tubuh sapi perah yang buruk dapat menyebabkan gangguan reproduksi. Kondisi tubuh
yang kurus dapat mengganggu siklus estrus dan ovulasi, sehingga berdampak pada
kemampuan sapi untuk bunting. Skor kondisi tubuh sapi yang rendah menunjukkan bahwa
sapi tersebut kurangnya nutrisi atau tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Selain itu, sapi
yang kurus cenderung memiliki gangguan reproduksi daripada sapi dengan kondisi tubuh
yang sehat. Sapi yang kurus atau mengalami kekurangan nutrisi akan mengalami penurunan
fungsi reproduksi karena kekurangan nutrisi dapat mengganggu siklus estrus dan kualitas
susu. Penting untuk memberikan nutrisi yang cukup dan berkualitas agar sapi dapat
mempertahankan kondisi tubuh yang sehat. Oleh karena itu, manajemen pakan harus
ditingkatkan untuk memastikan bahwa sapi mendapatkan nutrisi yang cukup untuk
mempertahankan kondisi tubuh yang sehat.

c. Sapi tampak kurang nafsu makan, terlihat dari masih banyaknya sisa pakan di bak
pakan (jerami kering).
Nafsu makan yang kurang pada sapi perah dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti
kualitas pakan, kesehatan sapi, stres, atau lingkungan yang tidak nyaman. Nafsu makan yang
buruk dapat menyebabkan kurangnya asupan nutrisi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
produksi susu dan kemampuan reproduksi sapi. Penting untuk memperhatikan kualitas pakan
dan lingkungan yang nyaman agar sapi tetap memiliki nafsu makan yang baik. Oleh karena itu,
perlu dilakukan evaluasi pakan dan manajemen pakan untuk memastikan bahwa sapi
mendapatkan nutrisi yang cukup dan memadai.

d. Hawa di dalam kandang terasa panas, tetapi kandang tidak dilengkapi dengan
termometer ruangan dan higrometer sehingga tidak diketahui berapa suhu dan
kelembaban kandang.
Suhu dan kelembaban kandang yang tinggi dapat mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan dan
kenyamanan sapi. Suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan stres panas pada sapi, yang
dapat mempengaruhi produktivitas reproduksi dan produksi susu. Kelembaban yang terlalu
tinggi dapat meningkatkan resiko penyebab penyakit pada sapi. Suhu kandang yang ideal untuk
sapi perah adalah antara 10-24°C dengan kelembaban relatif sekitar 50-70%. Pentingnya untuk
menjaga suhu dan kelembaban lingkungan yang sesuai agar ternak dapat beradaptasi dengan
baik dan tidak mengalami stres panas. Oleh karena itu, penting juga untuk memastikan
kandang memiliki ventilasi yang baik dan dilengkapi dengan alat untuk mengukur suhu dan
kelembaban seperti termometer dan higrometer jika dalam suatu peternakan memiliki alat
tersebut.

e. Kondisi lantai kotor, tidak dilengkapi alas karet, banyak lalat, dan air menggenang.
Kondisi lantai kotor, tidak dilengkapi alas karet, banyak lalat dan air menggenang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan ternak. Kondisi kotor dan lembab pada lantai
dapat meningkatkan resiko infeksi atau penyebab penyakit pada sapi, serta mempengaruhi
kualitas udara di dalam kandang. Alas karet pada lantai kandang dapat membantu
mengurangi risiko
cidera pada kaki sapi dan memberikan kenyamanan. Keberadaan lalat dapat menjadi faktor
penyebab penyakit dan parasit pada sapi. Selain itu, air yang menggenang dapat menjadi tempat
berkembangnya bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada sapi. Kondisi ini
dapat mempengaruhi kesehatan dan produksi sapi. Kebersihan kandang sangat penting untuk
kesehatan sapi dan kinerja produksinya. Sebaiknya kandang sapi perah selalu dijaga
kebersihannya dan diberikan alas karet yang sesuai untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan
sapi.

f. Manajer farm tidak mengetahui asal-usul sapi dan semen beku yang digunakan untuk
IB.
Mengetahui asal-usul sapi dan semen beku yang digunakan untuk IB sangat penting dalam
menjaga kualitas genetik sapi dan mencegah penyebaran penyakit. Sapi-sapi yang berasal dari
peternakan yang tidak terpercaya atau tidak memiliki kontrol kesehatan yang ketat dapat
membawa penyakit ke peternakan lain. Pemilihan sapi harus memperhatikan faktor-faktor
seperti usia, kondisi kesehatan, dan status reproduksi. Sementara itu, semen yang digunakan
untuk IB harus memiliki kualitas yang baik dan berasal dari sumber yang terpercaya. Oleh
karena itu, manajer farm perlu memastikan bahwa sapi yang dipilih dan semen yang digunakan
untuk IB berasal dari sumber yang terpercaya dan memenuhi standar kualitas yang baik.
TUTORIAL PEMAHAMAN MATERI
TATAP MUKA 5

INTRODUKSI INFERTILITAS &


STERILITAS SEMESTER GENAP 2022/2023

NAMA MAHASISWA : Suryadi

NIM : 12080117064
KELAS : 6C

Untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi tatap muka-5, maka mahasiswa disarankan
untuk melakukan diskusi dengan sesama mahasiswa dalam mengerjakan tugas di bawah ini.

Anda ditugaskan untuk menyusun sebuah contoh perencanaan atau program pengelolaan
reproduksi sapi perah. Program tersebut dikhususkan untuk pencegahan gangguan reproduksi
(anestrus, kawin berulang dan penyakit infeksi).

Buatlah sebuah program pengelolaan kesehatan reproduksi yang dikhususkan untuk pencegahan
anestrus, kawin berulang dan penyakit infeksi.

Judul Program:
PROGRAM PENGELOLAAN REPRODUKSI SAPI PERAH DALAM UPAYA
PENCEGAHAN GANGGUAN REPRODUKSI ANESTRUS, KAWING BERULANG DAN
PENYAKIT INFEKSI

Program harus mencakup:


1. Gambaran peternakan sapi perah (jenis sapi, populasi, tipe kandang)
2. Sumberdaya manusia yang dibutuhkan lengkap dengan bidang keahliannya
3. Teknik pemeliharaan
4. Pakan
5. Program pencegahan gangguan reproduksi

Jawaban
Judul Program :

Program Pengelolaan Reproduksi Sapi Perah dalam Upaya Pencegahan Gangguan


Reproduksi Anestrus, Kawin Berulang, dan Penyakit Infeksi

Program ini merupakan bentuk salah satu dalam pengelolaan reproduksi sapi perah dalam upaya
pencegahan gangguan reproduksi anestrus, kawin berulang, dan penyakit infeksi pada ternak sapi
perah. Dalam hal ini maka perlu adanya program ini untuk meningkatan produksi dan
produkstivitas dan memelihara kesehatan ternak agar terhindar dari gangguan atau penyakit yang
terjangkit pada bagian organ reproduksi ternak perah. Adapun program ini dibuat meliputi
beberapa cakupan yang penting yang harus dilakukan, yaitu sebagai :

1. Gambaran Peternakan Sapi Perah


a) Jenis sapi: Sapi Perah FH (Friesian Holstein)
b) Populasi: 100 ekor sapi (50 ekor betina produktif dan 50 ekor jantan)
c) Tipe kandang: Kandang dengan sistem head-to-head untuk sapi betina produktif dalam
masa kering.

2. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Keahliannya


a) Manajer peternakan dengan latar belakang pendidikan peternakan dan pengalaman di
bidang peternakan sapi perah.
b) Dokter hewan ternak dengan keahlian di bidang reproduksi sapi perah.
c) Petugas pemeliharaan kandang dengan latar belakang pendidikan pertanian dan
pengalaman di bidang pemeliharaan sapi perah.

3. Teknik Pemeliharaan
a) Pemeliharaan kandang yang bersih dan sehat dengan penggunaan alas karet untuk
mencegah terjadinya cedera dan memudahkan pembersihan kandang.
b) Sistem pemberian makanan yang teratur dan terkontrol dengan pakan yang berkualitas
baik.
c) Pemberian air yang cukup dan bersih.
d) Pemeliharaan kondisi lingkungan kandang yang sesuai dengan kebutuhan sapi perah,
termasuk suhu dan kelembaban yang optimal.
e) Sistem manajemen kesehatan sapi yang meliputi program vaksinasi, pemeriksaan
kesehatan rutin, dan penanganan penyakit yang tepat.

4. Pakan
a) Pakan yang diberikan harus seimbang dan berkualitas baik dengan komposisi protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang tepat.
b) Jenis pakan yang diberikan antara lain hijauan segar, jerami, dedak, konsentrat, dan
suplemen nutrisi.
c) Sistem pemberian makanan yang teratur dan terkontrol dengan jumlah dan frekuensi
yang disesuaikan dengan kebutuhan sapi perah.

5. Program Pencegahan Gangguan Reproduksi


a) Melakukan pemantauan terhadap siklus reproduksi sapi perah dengan mencatat waktu
estrus dan inseminasi buatan (IB).
b) Melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala untuk mendeteksi dini
adanya gangguan reproduksi seperti anestrus atau infeksi.
c) Menjaga kondisi lingkungan kandang yang optimal untuk meminimalkan risiko
terjadinya gangguan reproduksi.
d) Memastikan kualitas dan asal-usul semen yang digunakan untuk IB sesuai dengan
standar yang berlaku.
TUTORIAL PEMAHAMAN MATERI
TATAP MUKA 6

INTRODUKSI INFERTILITAS &


STERILITAS SEMESTER GENAP 2022/2023

NAMA MAHASISWA : Suryadi

NIM 12080117064
KELAS : 6C

Untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi tatap muka-6, maka mahasiswa disarankan
untuk melakukan diskusi dengan sesama mahasiswa dalam mengerjakan tugas di bawah ini.

1. Gangguan reproduksi lebih banyak ditemukan pada ternak betina. B/s


2. Menurut Anda, mengapa gangguan reproduksi pada ternak betina lebih sering menjadi materi
pembahasan dibanding gangguan reproduksi pada ternak jantan?
3. Sebutkan 4 aspek yang dapat digunakan untuk mengukur derajat fertilitas (kesuburan)
ternak jantan!
4. Jelaskan apa itu semen, lbido, kopulasi, dan kelenjar aksesoris!
5. Tulis secara ringkas gambaran umum program manajemen kesehatan reproduksi ternak
jantan agar ternak jantan terhindar dari gangguan reproduksi!

Jawaban
1. Benar (b), karena gangguan reproduksi umumnya lebih sering ditemukan pada ternak betina
dibandingkan dengan ternak jantan.
2. Menurut saya, karena ternak betina memiliki organ reproduksi yang lebih kompleks
dibandingkan dengan ternak jantan, sehingga rentan terhadap gangguan reproduksi yang lebih
beragam dan kompleks yang dapat menyebabkan menurunnya produksi dan produktivitas serta
siklus reproduksinya tidak normal pada ternak betina.
3. Produksi semen, libido, kemampuan berkopulasi, dan kondisi kelenjar aksesoris.
4. Semen yaitu Semen adalah cairan yang mengandung sperma dan zat-zat lain yang diproduksi
oleh kelenjar reproduksi pejantan.
Libido adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hasrat seksual pada hewan
pejantan.
Kopulasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses hubungan seksual
antara pejantan dan betina, di mana sperma dari pejantan akan disalurkan ke dalam saluran
reproduksi betina untuk membuahi sel telur.
Kelenjar aksesoris ialah kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan yang merupakan
komponen dari semen.
5. Program manajemen kesehatan reproduksi ternak jantan meliputi beberapa hal, antara lain:
a. Menjaga nutrisi dan kondisi kesehatan yang optimal. Ternak jantan yang sehat dan
mendapat nutrisi yang cukup akan memiliki kesehatan reproduksi yang lebih baik.
b. Memberikan perawatan kesehatan yang baik, termasuk vaksinasi dan pengobatan penyakit.
c. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan ternak.
d. Menjaga kebersihan dan sanitasi alat reproduksi, seperti penggunaan kondom atau sarung
tangan saat melakukan pemijahan dan penggunaan alat reproduksi yang steril.
e. Melakukan pemilihan induk yang baik dan melaksanakan program pemuliaan yang tepat.
Pemilihan induk yang baik dan program pemuliaan yang tepat dapat meningkatkan kualitas
genetik ternak jantan dan mengurangi risiko gangguan reproduksi.
f. Menjaga tingkat stres yang rendah pada ternak jantan. Tingkat stres yang tinggi dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi pada ternak jantan.
g. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan reproduksi secara berkala oleh dokter hewan yang
kompeten untuk mendeteksi dini adanya masalah kesehatan reproduksi pada ternak jantan
dan memberikan penanganan yang tepat waktu.
TUTORIAL PEMAHAMAN MATERI
TATAP MUKA 7

INTRODUKSI INFERTILITAS &


STERILITAS SEMESTER GENAP 2022/2023

NAMA MAHASISWA : Suryadi

NIM : 12080117064
KELAS : 6C

Untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi tatap muka-7, maka mahasiswa disarankan
untuk melakukan diskusi dengan sesama mahasiswa dalam mengerjakan tugas di bawah ini.

Di Kampung Y, banyak peternak sapi Bali yang menjalankan sistem peternakan tradisional. Sapi
diumbar pada pagi hari dan dikandangkan sore hari. Sejak 2 tahun terakhir, Pemerintah setempat
menugaskan seorang inseminator untuk melayani sapi-sapi akseptor yang mengalami estrus
untuk di-IB. Cukup banyak permasalahan yang dikeluhkan oleh para peternak di Kampun Y,
antara lain:
a. Peternak mengeluhkan besarnya pengeluaran untuk IB sapi mereka karena harus dilakukan
berkali-kali akan tetapi sapi tidak juga bunting.
b. Inseminator tidak bisa menjelaskan akar permasalahan karena keterbatasan pengetahuan.
c. Inseminator juga sering mengeluh karena peternak seringkali melaporkan sapi estrus dalam
waktu yang hampir terlambat.
d. Inseminator sering mendapati sapi-sapi peternak menunjukkan tanda-tanda sakit, namun
inseminator tidak memiliki obat dan ragu untuk memberi obat kepada sapi-sapi tersebut.
e. Di Kampung Y sebenarnya ada seorang sarjana peternakan, namun ketika dimintai solusi
selalu beralasan tidak paham dengan permasalahan dan solusi yang harus diberikan.

Silahkan Anda ulas poin a sampai e di atas! Paparkan alasan yang ilmiah dan bersumber pada
referensi yang jelas!

Jawaban
a. Peternak mengeluhkan besarnya pengeluaran untuk IB sapi mereka karena harus
dilakukan berkali-kali akan tetapi sapi tidak juga bunting.
Permasalahan besarnya pengeluaran untuk IB sapi yang dilakukan berkali-kali namun sapi tidak
juga bunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
 Kondisi kesehatan sapi yang kurang baik, seperti kurang nutrisi atau adanya penyakit
yang belum terdeteksi.
 Kualitas semen yang digunakan kurang baik atau semen yang digunakan sudah tidak segar
lagi.
 Teknik IB yang kurang baik atau kurang tepat, sehingga sperma tidak sampai ke rahim sapi.
 Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan perawatan kesehatan sapi yang baik,
penggunaan semen yang segar dan berkualitas baik, serta teknik IB yang tepat dan
benar.

b. Inseminator tidak bisa menjelaskan akar permasalahan karena keterbatasan


pengetahuan.
Inseminator yang tidak bisa menjelaskan akar permasalahan karena keterbatasan pengetahuan
perlu mendapatkan pelatihan dan pendidikan mengenai manajemen reproduksi sapi agar dapat
menangani masalah-masalah yang dihadapi para peternak dengan lebih baik.

c. Inseminator juga sering mengeluh karena peternak seringkali melaporkan sapi estrus
dalam waktu yang hampir terlambat.
Permasalahan peternak sering melaporkan sapi estrus dalam waktu yang hampir terlambat
dapat disebabkan oleh kurangnya pemantauan terhadap siklus reproduksi sapi serta kurangnya
pengetahuan peternak mengenai tanda-tanda estrus pada sapi. Peternak perlu dibekali
pengetahuan mengenai tanda-tanda estrus pada sapi, sehingga dapat memperkirakan waktu
terjadinya estrus dan segera melaporkannya kepada inseminator.

d. Inseminator sering mendapati sapi-sapi peternak menunjukkan tanda-tanda sakit,


namun inseminator tidak memiliki obat dan ragu untuk memberi obat kepada sapi-sapi
tersebut.
Inseminator yang tidak memiliki obat untuk mengatasi tanda-tanda sakit pada sapi dapat
berdampak buruk terhadap kesehatan dan reproduksi sapi. Inseminator perlu mempelajari
tentang penyakit-penyakit yang umum terjadi pada sapi serta cara mengatasinya, termasuk cara
memberikan obat yang tepat dan dosis yang sesuai untuk mengatasi sakit pada sapi.

e. Di Kampung Y sebenarnya ada seorang sarjana peternakan, namun ketika dimintai


solusi selalu beralasan tidak paham dengan permasalahan dan solusi yang harus
diberikan.
Sarjana peternakan di Kampung Y seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup untuk
memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi peternak sapi Bali. Namun, jika
ia beralasan tidak paham dengan permasalahan dan solusi yang harus diberikan, maka dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kurangnya pengalaman dalam praktik
peternakan atau kurangnya pengetahuan mengenai manajemen reproduksi sapi Bali.

Anda mungkin juga menyukai