Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM BEDAH DAN RADIOLOGY

DISTOKIA PADA KAMBING

Oleh :

Laura Ana SyahFitri., S.K.H (17830021)


Angga Dias Wismawan Leo., S.K.H (17830026)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
201
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelahiran adalah saat yang ditunggu oleh peternak. Namun seringkali terjadi

permasalahan kesulitan kelahiran (distokia) yang disebabkan posisi janin (fetus) tidak

normal. Jika tidak terjadi permasalahan, induk kambing akan melahirkan dengan

normal tanpa bantuan pada umur kebuntingan kurang lebih 150 hari. Ada beberapa

persiapan yang harus dilakukan peternak pada waktu kebuntingan, proses kelahiran

dan sesudah kelahiran. Pada usia kebuntingan mulai 3-5 bulan kambing perlu diberikan

asupan pakan, multivitamin dan kalsium bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin

kondisi induk yang akan melahirkan dan anak yang akan dilahirkan. Pada kebuntingan

5 bulan induk kambing perlu diperlakukan secara khusus dalam pemberian pakan

dengan cara pemberian dua kali lipat baik kualitas maupun kuantitasnya. Persiapan

yang dilakukan menjelang kelahiran dengan menyiapkan kandang bersalin senyaman

dan seaman mungkin sehari menjelang kelahiran. Sediakan alas yang kering dan dapat

menyerap cairan seperti pemberian alas dengan sisa-sisa jerami yang kering.

Distokia umumnya terjadi pada induk yang baru pertama kali beranak, induk

yang masa kebuntingannya jauh melebihi waktu normal, induk yang terlalu cepat

dikawinkan, hewan yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit pada rahim.

Distokia dapat disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus). Aspek induk yang
dapat mengakibatkan distokia diantaranya kegagalan untuk mengeluarkan fetus akibat

gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen

(rongga perut) yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya

jalan kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai. Aspek fetus yang dapat

mengakibatkan distokia diantaranya defisiensi hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus

yang terlalu besar, kelainan posisi fetus dalam rahim serta kematian fetus dalam rahim.

Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang yaitu keturunan,

faktor pejantan yang terlalu besar sedangkan induk kecil, lama kebuntingan, jenis

kelamin fetus yaitu fetus jantan cenderung lebih besar, kebuntingan kembar. Faktor

nutrisi induk juga berperan, yakni pemberian pakan terlalu banyak dapat meningkatkan

berat badan fetus dan timbunan lemak dalam rongga panggul yang dapat menurunkan

efektifitas perejanan. Terdapat tiga tahapan melahirkan sesuai yaitu pelebaran

serviks(leher rahim) selama 2-6 jam, pengeluaran fetus 0.5-1 jam dan pengeluaran

plasenta (selaput fetus) 4-5 jam. Apabila proses kelahiran melebihi waktu 8 jam dari

saat pertama kali seekor induk merejan untuk melahirkan dapat dikatakan sapi

mengalami distokia, dalam menangani distokia dapat dilakukan bedah caesar.

Bedah cesar adalah sebuah penyayatan pada dinding perut untuk mengeluarkan

anak/fetus pada kambing atau hewan-hewan lainny. Indikasi sectio caesaria adalah .

Distokia karena hewan betina yang belum dewasa tubuh.. Dilatasi dan relaksasi servix

yang tidak semperna disebabkan karena kelemahan uterus dengan involusi servix dan

uterus yang lanjut sebagai akibat torsio uteri.. Foetus yang terlampau besar secara
abnormal. Kadang-kadang foetus yang sehat dan normal juga terlalu besar untuk lahir

tanpa foetotomi totalis atau tarik paksa yang berlebihan.. Indikasi yang lain meliputi

torsio uteri yang sulit ditanggulangi dengan cara lain, hidrops amnii dan allantois,

stenosa vagina karena distokia yang berkelanjutan pada hewan dara karena pendarahan

perivaginal yang mempersempit saluran kelamin (Toelihere, 1985).

Bila operasi dilaksanakan 6 sampai 18 jam sesudah permulaan perejanan dan

belum banyak manipulasi, perlukaan dan infeksi, angka mortalitas kurang dari 10

persen, rata-rata 5 persen. Pada kondisi lapangan angka mortalitas dapat mencapai 15

persen. Apabila operasi dilakukan 18 sampai 36 jam sesudah permulaan stadium kedua

partus, angka mortalitas meningkat menjadi 10 sampai 30 persen. Foetus biasanya

sudah mati dan emfisematous, induk berada dalam kondisi buruk dan saluran

kelahirannya terluka atau traumatik. Angka mortalitas meningkat menjadi 30 sampai

50 persen atau lebih jika distokia telah berlangsung lebih dari 36 jam.
1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud

distokia pada kambing, apa saja indikasinya, bagaimana teknik operasinya, dan

bagaimana terapi post-operasi cystotomi

1.3 Manfaat

Diharapkan para mahasiswa KOAS dapat mengerti dan memahami pengertian

distokia pada kambing. Selain itu diharapkan mahasiswa KOAS mengerti dan

mengetahui bagaimana tata cara penanganan distokia pada kambing dengan baik dan

benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Distokia adalah suatu keadaan dimana hewan mengalami kesulitan

melahirkan/partus. Distokia pada kambing dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti induk atau janin. Penyebab distokia karena faktor janin lebih sering terjadi dari

pada faktor induk. Yang paling umum terkait janin penyebab distokia adalah deviasi

kepala, anggota badan depan fleksi, ukuran pelvis pada induk, posisi fetus dan

malnutrisi. Sedangkan faktor penyebab pada induk adalah sebagian besar terkait

dengan kegagalan pelebaran serviks atau ringwomb, maldisposisi, malnutrisi, dan

ukuran janin adalah penyebab utama dystocia. Faktor lainnya penyebab distokia adalah

torsi uterus, monster (ukuran fetus yang membesar) dan fetus kembar.

2.2 ANATOMI NORMAL

Secara anatomik, organ kelamin betina dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu :

1) Gonad atau ovarium yang menghasilkan telur, sehingga ovarium sering kali disebut

induk telur atau indung telur.

2) Saluran reproduksi betina terbagi menjadi : (a) Oviduct atau tuba Falopii (b) Uterus

: - kornu uteri - korpus uteri (c) Serviks (d) Vagina


3) Alat kelamin bagian luar - Klitoris - Vulva Ovarium sapi umumnya berbentuk oval,

besarnya kira-kira sebesar biji kacang tanah sampai sebesar buah pala. Diameternya

0,75 cm sampai 5 cm. Ovarium kanan umumnya lebih besar dari yang kiri yang

disebabkan karena fisiologik ovarium kanan lebih aktif daripada yang kiri. Pada

umumnya ovarium diselaputi kantong yang disebut bursa ovarica. Pada palpasi rektal

ovarium sering kali berada di luar bursa, sebab sebelum tangan dapat memegang

ovarium, jari-jari meraba-rabanya hingga dengan tidak sengaja menyebabkan ovarium

itu keluar dari kantongnya. Tetapi sering kali ovarium dengan sukar dapat dikeluarkan

dari dalam bursa. Hal ini disebabkan karena adanya variasi bentuk mulut bursa,

misalnya mulut bursa tersebut lebih kecil dari biasanya. Fungsi oviduct adalah

menerima telur yang diovulasikan oleh ovarium, menerima spermatozoa dari uterus,

dan menyalurkan ovum yang telah dibuahi ke dalam uterus. Fungsi lain oviduct adalah

untuk kapasitasi spermatozoa, yaitu proses pendewasaan spermatozoa hingga

spermatozoa mampu membuahi ovum.

Uterus terdiri atas sebuah korpus uteri dan dua buah kornua uteri. Uterus

bergantung kepada ligamentum yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang

pelvis. Serviks adalah urat daging splincter yang terletak di antara uterus dan vagina,

jadi serfviks dapat dianggap pintu masuk ke dalam uterus, karena dapat terbuka dan

tertutup tergantung pada fase siklus birahi ternak. Vagina terbagi atas vestibulum yaitu

bagian sebelah luar yang berhubungan dengan vulva, dan portio vaginalis cervicis yaitu

bagian sebelah dalam. Batas dari kedua bagian itu ialah tepat di kramial dari pada
munculnya uretra. Jadi muara uretra ikut vertibulum vagina. Klitoris secara

embriologik homolog dengan penis, sedang vulva homolog dengan skrotum. Semua

bagian dari alat kelamin bagian luar ini mempunyai banyak ujung-ujung syaraf perasa.

Syaraf perasa memegang peranan penting pada waktu kopulasi.

2.3 PERSIAPAN PRA-OPERASI

Alat dan Bahan yang digunakan adalah skalpel, gunting, jarum setengah

lingkaran dengan diameter lingkaran 3-4 cm, pemegang jarum (needle holder), arteri

klem, pinset, cat gut, benang catton dan Penstrep, Glove steril, dan pakaian operasi

dan desinfektan atau sabun.

Pemeriksaan fisik lengkap termasuk pemeriksaan vagina dengan palpasi dan

trans abdominal ultrasonografi, dan kadang-kadang radiografi harus dilakukan untuk

menentukan status kesehatan fetus, status jalan lahir terutama sejauh mana serviks telah

melebar dan kelangsungan hidup fetus. Untuk pemeriksaan vagina yang tepat di
lakukan dengan pembersihan, desinfektan dan melumasi vulva. Pra-operasi, terapi

cairan intravena menggunakan larutan elektrolit seimbang kristaloid dengan dekstrosa

5% harus diberikan kepada hewan untuk menunjukkan tanda-tanda respon

kardiovaskular dan tingkat dehidrasi. Pemberian Anti-steroid pra-operasi dan obat

inflamasi seperti flunixine meglumine (1,1 mg / kg) atau meloxicam (0,5 mg / kg).

Antibiotik pra-operasi seperti ceftiofur (1 mg / kg) atau penicillin (22000 IU / kg),

toksoid tetanus dan dexamethasone (2 mg / kg) juga diindikasikan.

2.4 OPERASI DAN ANASTESI

Seksio sesaria pada kambing biasanya dilakukan pada posisi lateral kanan

recumbency di bawah analgesia lokal, dengan atau tanpa sedasi. sayatan kulit atau

insisi bisa dilakukan melalui fossa paralumbar kiri, dibawah flank atau ventrolateral,

atau lateral oblique. Dalam posisi berbaring telentang, sayatan dibuat di daerah garis

tengah ventral atau paramedian. Alternatifnya, induk dapat diposisikan dalam 45

derajat antara sisi lateral sternum dan kanan untuk mempermudah pemaparan sisi kiri.

Untuk laparotomi dapat diberikan analgesi lokal menggunakan lidokain 1% pada

paravertebral. Selanjutnya dapat diberikan secara intravena diazepam atau medazolam

(0,2-0,3 mg / kg) atau xylazine (0,02-0,2 mg / kg) dapat digunakan untuk periode

singkat sedasi pada kambing, Sedasi diindikasikan untuk mempermudah posisi induk

pada saat operasi.


2.5 PROSEDUR OPERASI

Persiapan bedah yang tepat dan aseptis pada operasi ditunjukkan. Setelah

membuka perut dinding, tanduk gravid harus dieksternalisasi menggunakan fetal

ekstremitas. Perawatan harus dilakukan untuk mencegah dinding uterus pecah dan

tumpahan terkontaminasi cairan janin ke dalam rongga perut dalam kasus kematian

janin dianjurkan untuk melapisi bagian luar uterus dengan menggunakan handuk steril

dan lembab . Sayatan panjang dibuat dalam kelengkungan rahim yang lebih besar di

daerah yang tidak memiliki kotiledon. Umumnya, satu sayatan di tanduk uterus

digunakan untuk mengeluarkan beberapa janin. jika tidak, insisi kedua dapat dibuat di

tanduk lainnya. Setelah dikeluarkan jahit uterus dengan pola jahitan pembalik seperti

teknik Utrecht atau Lambert menggunakan benang absorbel ukuran 0 atau 1 bahan

jahitan yang dapat diserap oleh tubuh. Kemudian flushing uterus dengan normal saline.
2.6 PERAWATAN POST-OPERASI

Berikan antibiotik secara intrauterine seperti penicillin atau oxytetracycline.

kadang-kadang diletakkan pada dalam rahim sebelum rahim ditutup. Antibiotik pasca-

operasi sistemik dan obat anti-inflamasi steroid harus diberikan selama 5 hingga 7 hari

(6, 9). Antibiotik sistemik yang sesuai mungkin termasuk prokain penisilin G (22000

IU / kg), ceftiofur (1 mg / kg), atau tetrasiklin (20 mg / kg). Flunixine meglumine (1,1

mg / kg) atau meloxicam (0,5 mg / kg) biasanya digunakan pada domba dan kambing.

Jahitan pada kulit dapat dihilang dalam 10-14 hari pasca- operatif. Pemberian antibiotik

selama 5 hari intra muscular (Penstrep), anti inflamasi 3 hari pertama (Flunixin

Meglumin). Oksitosin diberikan setiap 3 jam sekali atau sampai 12 jam pasca operasi

sampai plasenta keluar. Masa kritis selama 24 jam pertama.Suhu tubuh harus selalu

dipantau. Bila terjadi infeksi, kenaikan suhu tubuh biasanya terjadi antara hari ke 3-5

pasca operasi.

2.7 KOMPLIKASI PASCA-OPERASIONAL DAN HASIL

Komplikasi pasca operasi terkait hasil dan kesuburan pada kambing setelah

distokia dan seksio sesaria. Umumnya, hasilnya dan tingkat keberhasilan jauh lebih

tinggi jika operasi dilakukan dilakukan sejak dini ketika janin masih hidup.

Kelangsungan hidup dari fetus baru lahir secara signifikan dipengaruhi oleh lamanya

waktu keterlambatan antara awal persalinan dan waktu presentasi untuk intervensi

bedah. Telah dilaporkan bahwa yang paling umum komplikasi setelah operasi

dipertahankan plasenta. Mereka menyimpulkan bahwa komplikasi ini terkait dengan


penanganan kasus yang tidak berhasil sebelum melakukan kesalahan. komplikasi yang

paling umum dilaporkan dalam hal ini studi adalah peritonitis fatal akut yang terkait

dengan robekan uterus selama operasi, retained fetal membran, dan metritis

akut,Vagina atau robekan uterus sering terjadi pada kasus-kasus yang tertunda

intervensi bedah, pre-operatif berlebihan manipulasi atau kesalahan penanganan.


BAB III

KESIMPULAN

Distokia adalah suatu keadaan dimana hewan mengalami kesulitan

melahirkan/partus. Distokia pada kambing pada umumnya disebabkan oleh faktor

induk dan fetus.

Beberapa faktor yang diakibatkan oleh fetus adalah ukuran fetus yang sangat

besar, posisi, dan malnutrisi. Sedangkan pada induk dikarenakan malnutrisi,

ringwomb, usia.

Kasus distokia pada kambing bisa dilakukan penanganan secara bedah cesar.

Bedah cesar adalah sebuah penyayatan pada dinding perut untuk mengeluarkan

anak/fetus pada kambing.


BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Ismail Z.B. 2017. DYSTOCIA IN SHEEP AND GOATS: OUTCOME AND FERTILITY
FOLLOWING SURGICAL AND NON-SURGICAL MANAGEMENT.
Department of Veterinary Clinical Sciences, Faculty of Veterinary Medicine,
Jordan University of Science & Technology, Irbid 22110, Jordan

Anda mungkin juga menyukai