Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ovum yang telah dibuahi (blastosit) secara normal akan
melakukan implantasi pada lapisan endometrium di dalam
kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang
terjadi di luar endometrium kavum uteri.(prawihardjo,2011) Dalam
penanganan kehamilan ektopik, diagnosis yang tepat dan cepat dapat
menurunkan angka kematian ibu dan mempertahankan kualitas reproduksinya.1
Dalam kehamilan ektopik, perkembangan kehamilan dan sumber suplai darah
berasal dari tempat implantasi yang abnormal. Semakin kehamilan membesar,
berpotensi terjadinya pecahnya organ. Hal ini disebabkan karena hanya rongga
rahim dirancang untuk berkembang semakin besar dan mengakomodasi
perkembangan janin. Kehamilan ektopik merupakan penyebab penting
terhadap morbiditas dan mortalitas ibu terutama di negara-negara berkembang,
di mana mayoritas pasien datang terlambat dengan ruptur dan hemodynamic
compromise.2
Kehamilan ektopik dapat menyebabkan keadaan emergensi yang menjadi
penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Risiko
kematian akibat kehamilan ektopik lebih besar daripada
kehamilan

yang

memberi

hasil

lahir

hidup

atau

yang

dihentikan secara sengaja. Selain itu kemungkinan untuk


kembali hamil dengan baik akan berkurang setelah kehamilan
ektopik. Namun dengan diagnosis yang lebih dini, baik

kelangsungan

hidup

ibu

maupun

reproduksi dapat ditingkatkan.

konservasi

kapasitas

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan


ektopik

belum

terganggu

demikian

besarnya,

sehingga

sebagian besar penderita mengalami abortus atau rupture


sebelum diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan, maka pada
setiap wanita dengan gangguan haid dan setelah diperiksa dicurigai adanya
kehamilan ektopik harus ditangani dengan sungguh- sungguh menggunakan
alat diagnostik yang ada sampai diperoleh kepastian diagnostik kehamilan
ektopik karena jika terlambat diatasi dapat membahayakan jiwa penderita.3

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik di SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
2. Untuk menambah wawasan khususnya bagi penulis tentang kehamilan
ektopik.
3. Memberikan gambaran penatalaksanaan terbaru pada kehamilan ektopik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi Implantasi atau Nidasi


Ovum yang telah dibuahi mengalami proses segmentasi
disebut blastomer. Kemudian terjadi pembagian sel, hingga
telur terdiri dari 2 buah sel. Masing-masing sel ini membagi
diri hingga terjadi 4, 8, 16, 32 sel dan seterusnya. Kemudian
telur terdiri dari sekelompok sel yang menyerupai sebuah
moerbei yang disebut morula. Morula bergerak menuju ke
kavum uteri dan perjalanan ini memakan waktu 3 hari.4
Morula bergerak ke kavum uteri dengan bantuan silia, otot
dan lendir pada tuba falopii. Tuba fallopii membawa morula
ke kavum uteri dengan bantuan gerakan peristaltik dan
gerakan silia. Otot dinding tuba terdiri atas dari luar ke dalam
otot longitudinal dan otot sirkular. Lebih ke dalam lagi di
dapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang
bersekresi

dan

bersilia

yang

khas,

berfungsi

untuk

menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri


dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut getar
tersebut. Di dalam morula terbentuk ruangan yang terletak
eksentrik dan berisi cairan yang disebut blastocyst.

5,6

Blastocyst dikelilingi sel-sel gepeng. Blastocyst dengan 58 sel


blastomer mengadakan differensiasi menjadi trofoblast dan
nodus

embrional.

Trofoblast

adalah

sel

yang

terletak

disebelah luar yang merupakan dinding telur serta berguna


untuk mencari makanan bagi telur. Nodus embryonal dari sel
ini bayi akan dibentuk. Selanjutnya blastocyst telur akan

menanamkan diri ke dalam endometrioum. Masuknya sel


telur ke dalam endometrium disebut nidasi. Nidasi terjadi 6
hari setelah fertilisasi. Trofoblas mempunyai daya untuk
menghancurkan

sel-sel

endometrium.

Hancuran

endometrium dipergunakan sebagai bahan makanan bagi


telur. Tempat nidasi biasanya pada dinding depan atau
dinding belakang di daerah fundus uteri.

4,5,6

Gambar 2. Proses Implantasi zygote


Perubahan pada endometrium
Nidasi terjadi dalam selaput lendir yang ada dalam stadium
sekresi, biasanya di daerah fundus uteri. Karena pengaruh
hormon-hormon

yang

dikeluarkan

oleh

trofoblas,

endometrium tumbuh menjadi tebal, sel-selnya menjadi


besar,

kelenjarnya

darahnya

melebar.

pun

menjadi

Endometrium

besar,
yang

dan

pembuluh

berubah

karena

pengaruh kehamilan disebut desidua.


Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan
terkait dengan keberhasilan nidasi, proteksi imunitas bagi

janin, peningkatan aliran darah maternal dalam plasenta, dan


kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hCG
dimulai,

suatu

hormon

yang

memastikan

bahwa

endometrium akan menerima dalam implantasi embrio.


Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain menghasilkan
hormon human chorionic gonadotropin. Produksi human
chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari
ke-60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa
fungsinya ialah mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh
terus, dan menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta
dapat membuat cukup progesteron sendiri. Hormon korionik
gonadotropin
tidaknya

inilah

kehamilan.

didalam air kemih ibu.

yang

khas

Hormon

untuk

menentukan ada

tersebut

dapat

ditemukan

Blastokista dengan bagian yang mengandung massa innercell aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka
pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang
pada

saat

nidasi

yakni

masuknya

ovum

ke

dalam

endometrium terjadi perdarahan pada luka desidua (tanda


Hartman).7
Pada umumnya blastokista masuk di endometrium dengan
bagian dimana massa inner cell berlokasi. Umumnya nidasi
terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada
fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut
adanya

kehamilan.

Selanjutnya,

hasil

konsepsi

akan

bertumbuh dan berkembang di dalam endometrium. Embrio


ini selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu oleh suatu
lapisan sitotrofoblas di sisi bagian dalam dan sinsisiotrofoblas
di sisi bagian luar.3
Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh

di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di


daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat
terjadi di ovarium, rongga abdomen, atau serviks.9
B. Definisi
Implantasi blastokista tidak terdapat di dalam endometrium yang mengelilingi
cavum uteri. Kehamilan ektopik lebih luas artinya dibanding dengan
kehamilan ekstrauterin karena kehamilan ektopik mencakup kehamilan pars
interstitialis tuba, cervix, ovarium, ligamentum latum, dan di dalam rongga
perut.8
Kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Yang termasuk
kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba, kehamilan ovarial,
kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan
abdominal primer atau sekunder. Kehamilan ekstrauterin
tidak sinonim dengan kehamilan ektopik, karena kehamilan di
pars interstitialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk
kehamilan intrauterin, tetapi jelas bersifat ektopik

Kehamilan di tempat yang luar biasa. Kehamilan yang terjadi


di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga
perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat
yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba
atau

dalam

tanduk

rudimenter

rahim.

Sering

juga

dipergunakan istilah kehamilan extrauterin yang berarti


kehamilan di luar rahim. Jadi sebenarnya kehamilan dalam
cervix, pars interstitialis tuba dan dalam tanduk rudimenter
bukan kehamilan extrauterin walaupun merupakan kehamilan
ektopik. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba.
4

C. Epidemiologi

Selama 2 persen dari seluruh kehamilan trimester pertarna di Amerika


Serikat adalah kehamilan ektopik, dan jumlah ini menyebabkan sekitar 6
persen dari semua kernatian terkait-kehamilan.1
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 25
dan 35 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan 1 diantara 300
kehamilan, akan tetapi mungkin angka ini terlampau rendah. Lebih dari 60%
kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi
rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi
tuberkulosa yang tinggi.7
D. Etiologi
Menurut Supono, penyebab kehamilan ektopik antara lain :
1. Keadaan yang mencegah atau menghambat perjalanan
ovum yang telah dibuahi ke cavum uteri yang disebabkan
oleh karena :
a) Salpingitis
b) Kelainan pada tuba, terutama diverticula, ostium
accessoria dan hypoplasia
c) Adhesia peritubaria akan menyebabkan lumen tuba
menyempit atau berkelok-kelok
d) Tumor yang merubah letak tuba, misalnya myoma
uteri atau tumor adnexa
e) Pernah operasi tuba
f) Refluks menstruasi mencegah masuknya ovum ke
dalam uterus atau menghanyutkan ovum kembali ke
tuba sehingga pembuahan ovum tertunda
2. Mukosa tuba lebih mudah menerima ovum yang telah
dibuahi, karena adanya endometrium ektopik pada tuba.
Menurut Jasran, sebagian besar etiologi dari kehamilan
ektopik

tidak

diketahui.

Namun

terdapat

faktor

risiko

terjadinya kehamilan ektopik adalah sebagai berikut :


a. Faktor dalam lumen tuba:

1) Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit


atau membentuk kantong buntu akibat perlekatan endosalping.
2) Pada Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk
dan hal ini disertai gangguan fungsi silia endosalping.
3) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat
menjadi sebab lumen tuba menyempit
b. Faktor pada dinding tuba:
1) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba.
2) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat
menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
c. Faktor di luar dinding tuba:
1) Perlekatan peritubal dengan ditorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur.
2) Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen
tuba
E. Faktor Resiko
Menurut cunningham, beberapa faktor resiko pada kehamilan
ektopik dapat dilihat pada tabel 1. Riwayat kerusakan tuba,
baik karena kehamilan ektopik sebelumnya atau karena
pcmbedahan tuba untuk rnengatasi infertilitas atau untuk
sterilisasi, merupakan risiko tertinggi terjadinya kehamilan
ektopik. Setelah satu kali mengalami kehamilan ektopik,
kernungkinan kehamilan ektopik berikutnya adalah sekitar 10
persen Infertilitas itu sendiri, serta pemakaian ART untuk
mengatasinya, dilaporkan berkaitan dengan peningkatan
substantif risiko kehamilan ektopik. Implantasi "atipikal"kehamilan

kornu,

abdomen,

serviks,

ovarium,

dan

heterotopik lebih sering terjadi setelah prosedur ART. Riwayat


infeksi tuba atau penyakit menular seksual juga rnerupakan
faktor risiko umum. Demikian juga merokok, yang mungkin
merupakan penanda bagi infeksi-infeksi di

atas karena

perilaku risiko tinggi. Perlekatan perituba akibat salpingitis,

infeksi pasca-abortus atau masa


endometriosis, mungkin
tuba. Satu

nifas, apendisitis, atau

meningkatkan risiko

keharnilan

kali serangan salpingitis dapat diikuti oleh

kehamilan ektopik pada hampir 9 persen wanita.


Tabel 1. Faktor Resiko Kehamilan ektopik

F. Macam-macam Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik berdasarkan lokasi yaitu :
a.) Kehamilan Tuba
b.) Kehamilan Ovarial
c.) Kehamilan Abdominal
d.) Kehamilan Intraligamenter
e.) Kehamilan di tempat lainnya

Lokasi implantasi pada kehamilan ektopik.5

Gambar 1.

a) Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik paling banyak terjadi pada tuba fallopii.
Kehamilan ektopik dapat terjadi di tuba (95% kasus) yakni 2-3% terjadi
pada pars interstisial, 12% pada pars isthmika, 70% pada pars ampularis,
dan 11% pada fimbriae.(CUNNINGHAM)

Fertilisasi dapat terjadi

dibagian mana saja di tuba fallopii, paling sering terjadi di


pars ampularis tubae dan pars isthmica tubae. Oleh karena
lapisan submukosa di tuba fallopii tipis, memungkinkan
ovum yang telah dibuahi dapat segera menembus sampai
ke epitel, zigot akan segera tertanam di lapisan muskuler.
Trofoblas bepoliferasi dengan cepat dan menginvasi daerah
sekitarnya.

Secara

bersamaan,

pembuluh

darah

ibu

terbuka menyebabkan terjadi perdarahan di ruang antara


trofoblas, atau antara trofoblas dan jaringan dibawahnya.
Dinding

tuba

yang

menjadi

tempat

implantasi

zigot

mempunyai ketahan rendah terhadap invasi trofoblas.


Embrio atau janin pada kehamilan ektopik seringkali tidak
ditemukan atau tidak berkembang7
Kehamilan pars interstitialis ruptur terjadi lebih lama kirakira pada bulan ke 3 dan bulan ke 4.

karena lapisan

myometrium disini lebih tebal. Apabila terjadi ruptur maka

10

perdarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh


darahnya sehingga dalam waktu yang singkat dapat
meyebabkan kematian.4
Nasib kehamilan tuba
Kehamilan tuba dapat berakhir sebagai berikut :
1. Abortus tuba
Hasil konsepsi terlepas dari endosalpinx dan keluar
melalui ostium abdominale tubae. Abortus terjadi pada
kehamilan antara 6-8 minggu dan bergantung tempat
implantasi: pada umumnya abortus akan terjadi pada
kehamilan pars ampularis.8
Terjadi abortus tuba bergantung
implantasi.
ampula,

Umumnya

sebaliknya

implantasi

di

terjadi
ruptur

daerah

bila
tuba

ismus.

pada

lokasi

implantasi
terutama

Adanya

di
bila

perdarahan

menyebabkan plasenta dan membran terlepas dari


dinding

tuba.

Jika

[plasenta

terlepas

seluruhnya,

semua produk konsepsi dapat keluar melalui fimbria


ke rongga abdomen. Saat itu perdarahan dapat
berhenti dan gejala umumnya menghilang. Perdarahan
akan tetap terjadi selama produk konsepsi konsepsi
tetap berada di tuba. Darah akan menetes sedikitsedikit melalui tuba dan berkumpul di kavum dauglas.
Jika fimbria mengalami oklusi, darah akan terkumpul di
tuba membentuk hidrosalfing.

2. Ruptur tuba
Produk konsepsi melakukan invasi menyebabkan tuba
pecah pada beberapa tempat. Jika ruptur tuba terjadi
pada minggu-minggu pertama kehamilan, biasanya
implantasi terjadi di ismus, jika implantasi terjadi di
pars

interstitialis,

ruptur

terjadi

agak

lebih

lambat.kehamilan tuba sering mengalami ruptur pada


kehamilan trimester ke I; kehamilan pars istmica

11

mengalami ruptur pada beberapa minggu pertama,


sedangkan pad akehamilan pars interstitialis akan
mengalami ruptur pada kahir trimester I.

Ruptur

umunya terjadi spontan, tetapi dapat pula disebabkan


oleh trauma akibat koitus dan pemeriksaan bimanual7
Ruptur tubae akan menyebabkan keadaan-keadaan

sebagai berikut:
Perdarahan massif ke dalam ruang perut
Hasil konsepsi yang ekcil dapat diabsorbsi, sedang
hasil konsepsi yang besar dapat tinggal di dalam
cavum

douglas

nbertahun-tahun,

terbungkus

selubung atau mengalami kalsifikasi membentuk

lithopedion.
Kehamilan abdominal sekunder
Jika sebagian besar palcenta masih melekat pada
tuba, fetus dapat tumbuh terus menjadi kehamilan
abdominal sekunder, kemudian placenta melekat

pada organ-organ sekitar pelvis.


Kehamilan intraligamenter
Jika ruptur terdapat pada tempat mesosalpinx, hasil
konsepsi

masuk

diantara

lembaran

ligamentum

latum. Embrio atau fetus dapat meninggal dan


terbentuk hematoma ligamentum latum atau menjadi
kehamilan intraligamenter.
Kadang-kadang ligamentum altum kemudian robek
dan fetus keluar ke dalam ruang perut, sedangkan
palcenta

tetap

ditempatnya

sehingga

terbentuk

kehamilan abdominal sekunder.8


Saat ruptur semua hasil konsepsi keluar dari tuba,
atau jika robekan tuba kecil perdarahan hebat dapat
terjadi tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dari
tuba.jika hasil konsepsi keluar ke rongga abdomen
pada

awal

kehamilan,

implantasi

dapat

terjadi

12

dimana saja di rongga abdomen, asal terdapat


sirkulasi darah yang cukup sehingga dapat bertahan
dan berkembang. Namun hal tersebut jarang terjadi.
Sebagian besar hasil konsepsi yang berukuran kecil
umumnya

akan

diresorbsi.

Kadang-kadang

jika

ukurannya besar, dapat tertahan di kavum douglas


membentuk massa yang berkapsul atau mengalami
kalsifikasi membentuk lithopedon.
3. Terjadi beberapa variasi kehamilan.
Kehamilan
tubouterina
:
jika

kehamilan

pars

interstitialis tumbuh ke dalam cavum uteri


Kehamilan tuboabdominal : jika impalntasi zygote dekat

fimbria dan tumbuh ke dalam ruang perut.


Kehamilan tuboovarial : jika zygote tumbuh di dalam
kista tuboovarii atau di dalam tuba dan fimbria melekat
pada ovarium pada waktu fertilisasi.8

Cara implantasi zygote:


1. Implantasi Kolumner :
Sangat jarang, zygote melekat pada ujung atau sisi
lipatan mukosa, kemudian menembus ephitelium dan
berhubungan dengan jaringan di bawahnya. Trofoblast
mengadakan

proliferasi

membentuk

selubung

dan

merusak jaringan pengikat serta otot-otot tubae sehingga


terbentuk ruangan-ruangan pada trofoblast atau antara
trofoblast dan jarngan pengikat. Ruangan ini mengandung
darah ibu.

2. Implantasi intrakolumner
Implantasi zygote terdapat diantara kedua lipatan. Setelah
zygote menembus epithel, zygote berhubungan dengan
dinding otot karena tuba hanya mengandung sedikit

13

submukosa. Diantara zygote dan lumen tuba terdapat


membrana capsularis atau membrana pseudocapsularis.
Pada kehamilan pars ampullaris, zygote tumbuh mendesak
membrana capsularis ke arah lumen tuba sehingga
selubung akan melekat pada mukosa sekitarnya dan
lumen tuba tertutup. Sedangkan pada kehamilan di pars
isthmica, lumen terpisah sempurna dan zygote dikelilingi
villi dan jaringan tuba.
Pertumbuhan pada uterus
Uterus mengalami pertumbuhan aktif karena pengaruh
hormon seperti juga pada kehamilan intrauterin.
Pertumbuhan aktif uterus ialah
1. Uterus bertambah besar
2. Segmen bawah rahim dan cervix menjadi lembek
3. Endometrium menjadi desidua
Trofoblast

mengadakan

penetrasi

ke

dinding

tuba

menyebabkan ruptur atau mengadakan penetrasi ke


mebrana capsularis menjadi abortus.
Diduga hCG mempengaruhi epithel dan kelenjar-kelenjar
endometrium

sehingga

endometrium

menunjukkan

perubahan-perubahan yang disebut fenomena Arias-Stella


sebagai berikut :

Sel-sel epitel membesar dengan nuklei hipertrofi,

hiperkromasi, lobuler, dan berbentuk tidak teratur.


Polaritas tidak ada dan nuklei yang abnormal

cenderung ememnuhi sel.


Sitoplasma bervakuola dan berkabut dan kadangkadang terdapat mitosis.

Reaksi

arias-Stella

terjadi

juga

pada

kehamilan

intrauterin tanpa konseptus.

14

Segera setelah fetus meninggal, terjadi perdarahan.


Perdarahan per vaginam berasal dari uterus disertai
desidua

yang

telah

mengalami

degenerasi

yang

biasanya terlepas sebagian atau utuh, disebut lepasan


desidual.

b.) Kehamilan Ovarial


Kehamilan ovarial merupakan 3% kasus dari kehamilan ektopik.
(CUNNINGHAM)

Kehamilan

ovarial

dapat

terjadi

apabila

spermatozoa memasuki folikel de Graaf yang baru


pecah dan membuahi sel telur yang masih tinggal
dalam folikel, atau apabila sel telur yang dibuahi
bernidasi di daerah endometriosis di ovarium. (ILMU

BEDAH

KEBIDANAN)

Untuk menentukan diagnosa kehamilan ovarial dipakai


kriteria Spiegelberg ialah :

Tuba yang sepihak dengan letak kehamilan masih utuh.


Selubung fetus terletak pada tempat ovarium.
Ovarium
dihubungkan
dengan
uterus
oleh
ligamnetum ovarii propium
Pada kantong kehamilan terdapat jaringan ovarium

Meskipun ovarium dapat menyesuaikan diri lebih baik


dibandingkan dengan tuba, tetapi dapat juga terjadi ruptur
pada kehamilan muda. Tidak adanya desidua, trofoblast
dapat langsung merusak stroma ovarii. Diagnosis pasti
ditemkan kantung gestasi dikelilingi trofoblast memasuki
ovarium.10
c.) Kehamilan Abdominal

15

Kehamilan abdominal terjadi kira-kira 1 :1500 kehamilan


sekitar

kasus.(CUNNINGHAM,

OBSTETRI

UNPAD)

Kehamilan

abdominal ada 2 macam :


1. Kehamilan abdominal primer : dimana telur dari awal
mengadakan implantasi dalam roongga perut.
2. Kehamilan abdominal sekunder : yang
kehmailan

tuba

dan

setelah

ruptur

asalnya

baru

menjadi

kehamilan abdominal.4

Gambar 3. Kehamilan Abdominal

Kebanyakan

kehamilan

abdominal

adalah

kehamilan

sekunder, maka biasanya placenta terdapat pada daerah


tuba, permukaan belakang rahim dan ligamentum latum.
Adakalanya , kehamilan abdominal mencapai umur cukup
bulan tapi jarang terjadi, yang lazim

ialah bahwa janin

mati sebelum tercapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6)


karena pengambilan makanan kurang sempurna. Juga janin
yang sampai cukup bulan, prognosanya kurang baik,
16

banyak yang mati setelah dilahirkan dan juga dikatakan


bahwa banyak kelainan congenital di antara janin-janin
yang tumbuh extrauterin.(ILMU BEDAH KEBIDANAN)
Diagnosis
Anamnesis
Tanda-tanda kehamilan ditemukan tapi lebih menderita,
karena perangsangan peritoneum, sering mual, muntah,
perut gembung, obstipasi atau diarrhea dan nyeri perut
saat janin bergerak. Kalau kehamilan jadi aterm, maka
timbul his , artinya pasien merasa nyeri dengan teratur
seperti pada persalinan biasa.4
Pada pemeriksaan fisik, palpasi abdomen letak fetus tidak
normal dan seringkali dalam letak lintang atau miring,
bagian-bagian janin mudah diraba, kontraksi braxton hicks
tidak ada.Auskultasi akan terdengar bising dari ibu yang
lebih keras dari pada bising ibu pada kehamilan biasa dan
terdengar sebelah medial spina iliaca tempat placenta.
Bising ini berasal dari vasa ovarica yang melebar dan
hipertrofi yang memberikan sirkulasi pada placenta yang
letaknya abnormal.4
Pemeriksaan

dalam

pembukaan

tidak

menjadi

besar

paling-paling sebesar 1-2 jari dan cervix tidak merata,


kalau memasukkan jari ke dalam cavum uteri maka teraba
uterus yang kosong.(Obs patologi unpad) Pemeriksaan
dalam cervix letaknya berubah bergantung pada letak
fetus. Ostium uteri externum dapat terbuka 2 cm, tetapi
portio tidak mendatar. Kadang-kadang teraba bagian janin
di luar uterus.

Sekunder dari abortus tubae atau ruptura tuba. Trofoblas


setelah menembus tuba, tetap melekat pada tuba dan

17

sebagian melekat pada peritoneum, dan fetus tumbuh di


dalam ruang perut, dibungkus, tetapi tidak selalu amnion.8
Kehamilan pasien primer jarang, dapat terjadi jika :
1. Zygote keluar melalui bekas luka sectio caesarea dan
mengadakan implantasi pada omentum
2. Zygote keluar dari tuba dan mengadakan re-implantasi
di dalam ruang perut.
Jika fetus dapat sampai menjadi besar, kematian perinatal
(95%), kelainan kongenital (50%) sangat tinggi. Fetus yang
meninggal

dapat

mengalami

supurasi,

mumifikasi,

pengapuran atau lithopedion atau adipocere. Terjadinya


supurasi terutama jika amnion melekat pada intestinum,
bagian bagian janin dapat keluar melalui dinding perut
atau masuk kedalam intestinum atau masuk kedalam
kandung kemih.8
Jika diberikan oksitosin 1 unit IV sambil melakukan
pemeriksaan

dalam,

akan

teraba

uterus

yang

tidak

berkontraksi sekitar hasil konsepsi dikatakan uji oksitosin


positif. Sebaliknya pada kehamilan intrauterin, dinding
yang meliputi hasil konsepsi akan berkontraksi.
Dengan sonografi dapat ditentukan apakah fetus terdapat
di

dalam

uterus

anteroposterior,

atau

fetus

tidak.

letaknya

Pada

rontgenogram

abnormal dan terlihat

gambaran udara di dalam usus ibu dekat gambaran janin.


Pada rontgan lateral, bagian-bagian janin akan terletak
pada columna vertebralis ibu.
Penatalaksanaan
Kalau

didiagnosa

abdominal

harus

sudah

ditentukan

dioperasi

maka

secepatnya

kehamilan
mengingat

bahaya-bahayanya seperti perdarahan, ileus, dan prognosa


18

untuk anak kurang baik jadi kurang manfaatnya untuk


memunda operasi untuk kepentingan anak kecuali pada
keadaan tertentu.
Tujuannya melahirkan anaknya saja, sedangkan placenta
biasa ditinggalkan. Melepaskan placenta dari dasarnya
pada

kehamilan

abdominal

menimbulkan

perdarahan

hebat, karena placenta melekat pada dinding yang tidak


kontraktil. Placenta yang ditinggalkan lambat laun akan
diresorpsi.

Mengingat

kemungkinan

perdarahan

yang

hebat, persediaan darah harus cukup.


Sebelum melakukan operasi

hendaknya tersedia cukup

darah sedikitnya 2000 ml. Selama operasi, tidak perlu


melakukan eksplorasi untuk menentukan tempat placenta
karena dapat menyebabkan lepasnya sebagian placenta
yang

akan

menimbulkan

banyak

perdarahan.

Fetus

dilahirkan dengan hati-hati, tali pusat diklem didekat


placenta, placenta ditinggalkan dan dinding perut ditutup
kembali.7
Placenta yang ditinggalkan di dalam perut seringkali
menimbulkan komplikasi, seperti infeksi, abses, perlekatan,
obstruksi

usus

dan

biasanya

memerlukan

laparotomi

ulangan.
Dengan meninggalkan placenta in situ, uji kehamilan
terhadap hCG tetap positif selama 35 hari. Kehamilan ibu
kira-kira 6% dan kematian perinatal 91%.3

e.) Kehamilan Intraligamenter


Kehamilan intraligamenter biasanya terjadi sekunder dari
kehamilan tuba atau ovarial yang mengalami ruptur dan
mudigah masuk diantara 2 lapisan ligamentum latum.4

19

f.) Kehamilan Cervikal


Kehamilan cervikal jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi
dalam selaput lendir cervix. Dengan tumbuhnya telur,
cervix menggembung. Kehamilan cervix biasanya berakhir
pada kehamilan muda, karena menimbulkan perdarahan
hebat

yang

dilepaskan

memaksa
dan

keguguran.

pelepasan

Plasenta

placenta

sukar

menimbulkan

perdarahan hebat hingga cervix perlu ditampon atau kalau


ini tidak menolong dilakukan histerektomi.
Kehamilan cervikal berkaitan dengan faktor multiparitas
yang beriwayat pernah mengalami abortus atau operasi
pada rahim termasuk seksio sesarea.
Tanda

permulaan

yang

karakteristik

biasanya

suatu

perdarahan tanpa disertai rasa nyeri segera setelah


implantasi, kemudian cervix membengkak dan berdinding
tipis dengan ostium uteri externum sedikit terbuka dan
fundus nuteri sedikit membesar. Seringkali diagnosis
ditegakkan kebetulan pada pemeriksaan USG. Bila kondisi
hemodinamik

stabil,

penanganan

konservatif

untuk

mempertahankan uterus merupakan pilihan. Pemberian


metrotreksat

dengan

cara

menunjukkan

keberhasilan

lokal
sekitar

dan

atau

80%.

sistemik

Histerektomi

dianjurkan jika kehamilan telah memasuki trimester kedua


akhir ataupun ketiga.8
Kehamilan cervikal jarang sampai menca[pai kehamilan
lebih dari 20 minggu dan biasanya diselesaikan dengan
operasi karena terjadinya perdarahan. Usaha melepaskan
placenta per vaginam dapat menyebabkan perdarahan
banyak, karena itu hendaknya dipertimbangkan untuk

20

melakukan histerektomi, kecuali pada nulipara diusahakan


therapi konservatif per vaginam.8

G. Diagnosis

ANAMNESIS
Kehamilan

ektopik

belum

terganggu

sulit

diketahui,

karena biasanya penderita tidak menyampaikan keluhan


yang khas. Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh
75% - 95% penderita. Tanda-tanda kehamilan muda
sepertinausea hanya dilaporkan oleh 10% -25% kasus.
Disamping gangguan haid, keluhan yang paling sering
disampaikan ialah nyeri diperut bawah yang tidak khas,
walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur.
Menanyakan
ektopik

faktor

resiko

sebelumnya,

seperti

adanya

riwayat

riwayat

kehamilan

penggunaan

kontrasepsi, merokok, riwayat inflamasi pada rongga, dll.


(ILMU BEDAH KEBIDANAN), (CUNNINGHAM).

PEMERIKSAAN FISIK
Pada kehamilan ektopik yang belum terganggu terkadang
teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.) Uji Kehamilan
Uji kehamilan positif
sebaliknya

uji

membantu

kehamilan

diagnosa,

negatif

tidak

tetapi
dapat

menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik. Reaksi


imunologik

untuk

mengetahui

ada

atau

tidaknya

hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dalam air


kemih.

Jaringan

trofoblas

kehamilan

ektopik

21

menghasilkan hCG dalam kadar yang lebih rendah


daripada kehamilan intrauterin normal.
Hasil negatif pada pengukuran kadar hCG akan
menyingkirkan kehamilan ektopik dengan spesifisitas
lebih 99%. Pada 85% kasus, kehamilan dengan janin
intaruterin akan menunjukkan peningkatan kadar hCG dua kali lipat dalam 48 jam. Pengukuran kadar hCG serum bersamaan dengan pemeriksaan USG dapat
membantu untuk membedakan abortus dan kehamilan
ektopik.(ILMU KANDUNGAN)
2.) USG
Aspek yang terpenting dalam penggunaan USG pada
penderita yang diduga kehamilan ektopik ialah evaluasi
uterus dan adneksa. Uterus tidak selalu membesar,
kavum uteri menunjukkan bentuk bervariasi. Apabila
tidak ditemukannya kantung gestasi dalam uterus,
mungkin tampak suatu gambaran daerah ekhogenik
dalam kavum uterus yang dapat berasal dari trofoblas
atau

desidua

pada

kehamilan

ektopik.

Kesalahan

diagnostik dapat terjadi kalau dalam kavum uterus


ditemukan

kantung

gestasi

palsu

(pseudosac).

Beberapa faktor penyebab ditemukannya pseudosac


adalah

terdapatmya

darah

dalam

kavum

uterus,

desidua lining pada uterus, proliferasi endometrium


yang amat tebal dan edem pada wanita yang tidak
hamil.(ILMU

BEDAH

EKBIDANAN)

kadang kavum uteri terbuka

karena terisi cairan sekret dan memberikan gambaran


menyerupai

kantung

gestasi

(KG

palsu).

Kantung

gestasi palsu bentuknya selalu lonjong, letaknya di


tengah kavum uteri, tidak mempunyai gambaran cincin
ganda yang konsentrik, dan tidak berisi struktur yolk
sac atau mudigah.3,6

22

Diagnosis Kehamilan Ektopik sulit ditegakkan pada


kehamilan yang masih muda, sehingga memerlukan
pemeriksaan serial. Gambaran spesifik kehamilan tuba
berupa massa ekhogenik berbentuk sirkular dengan
diameter 10-33 mm yang letaknya di daerah adneksa.
Di bagian tengahnya terlihat struktur anekhoik yang
berasal dari kantung gestasi (KG), sehingga massa
adneksa membentuk gambaran cincin (tubal ring). Pada
16-32,5% kasus terlihat mudigah di dalam KG. mungkin
juga terlihat struktur yolk sac di dalam KG.(ILMU KEBIDANAN)
Setelah selesai melakukan evaluasi uterus, langkah
berikutnya

ialah

melakukan

evaluasi

adneksa.

Diagnosis pasti kehamilan ektopik melalui pemeriksaan


USG ialah apabila ditemukan kantung gestasi di luar
uterus yang di dalamnya terdapat denyut janjtung
janin. Hal ini hnaya 5% kasus kehamilan ektopik.3
3.) Laparoskopi
Sampai 85% kasus, laparoskopi umumnya digunakan
untuk

konfirmasi.

Bila

tidak

ditemukan

gambaran

kehamilan ektopik, dapat dilakukan kuret dan bila hasil


pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya reaksi
desidua dan fenomena Arias-stella, menjadi dasar untuk
melakukan laparoskopi.7
4.) Progesteron Serum.
Pengukuran Progesteron serum satu kali sudah dapat
digunakan

untuk

menetapkan

bahwa

kehamilan

berkembang normal dengan tingkat kepercayaan tinggi.


Nilai yang melebihi 25 ng/ml menyingkirkan kehamilan
ektopik dengan sensitivitas 92,5 %.

Sebaliknya, Nilai

yang kurang dari 5 ng/ml ditemukan hanya pada 0,3 %


kehamilan

normal.

menandakan

Karena

kehamilan

itu,

nilai

intrauterus

<5

dengan

ng/ml
janin

meninggal atau suatu kehamilan ektopik. Karena pada

23

sebagian besar kehamilan ektopik kadar progesteron


bervariasi antara 10 dan 25 ng/ml maka pemakaian
klinis pemeriksaan ini terbatas.1
Tabel 1. Pemeriksaan untuk mendeteksi kehamilan ektopik

Uji Diagnostik

Sensitivit

USG transvaginal dengan

as (%)
67-100

kadar -hCG > 1.500 mIU


-hCG

tidak

as (%)
100
(virtual

per ml (1.500 IU per I)


Kadar

Spesifisit

certainty)
63-71

36

meningkat secara tepat

Kadar progesteron tunggal


untuk

15

membedakan

kehamilan ektopik dan non


ektopik
Kadar progesteron tunggal
untuk

95

40

membedakan

kegagalan kehamilan dari


kehamilan intrauterin yang
mampu hidup

H. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk kehamilan ektopik dengan
pemberian

metrotreksat,

baik

secara

sistemik

maupun

dengan injeksi ke kehamilan ektopik melalui laparaskopi atau


dengan bantuan USG.
Syarat pemberian metrotreksat adalah :

24

Tidak ada kehamilan intrauterin


Belum terjadi ruptur
Ukuran massa adneksa 4 cm
Kadar -hCG 10.000mIU/ml

Metotreksat menghambat produksi hCG oleh trofoblas, dan


selanjutnya akan menurunkan produksi progesteron oleh
korpus luteum. Efek samping yang dapat terjadi adalah
distres abdomen, demam, dizzines, imunosupresi, lekopeni,
malaise, nausea, stomatitis ulseratif, fotosensitif, dan fatiq.7
Metrhotrxate merupakan antagonis asam folat ini sangat
efektif terhadap trofoblas yang cepat berproliferasi dan telah
digunakan untuk mengakhiri kehamilan dini.1

Kontraindikasi pemberian metrotrexat:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kehamilan intrauterus
Menyusui
Imuno defisiensi
Alkoholisme
Penyakit hati, ginjal atau paru kronik
Tukak peptik
Pemilihian pasien untuk terapi medis adalha wanita yang
asimptomatik, termotivasi, dan patuh.1
b. PEMBEDAHAN
Salpingektomi
Jika

tuba

mengalami

kerusakan

hebat

atau

tuba

kontralateral baik. Jika implantasi terjadi di pars interstitial,


mungkin dapat dilakukan reseksi kornu uterus.7

Salpingotomi

Jika hasil konsepsi masih berada di dalam tuba, masih


memungkinkan

untuk

mempertahankan

tuba

dengan

25

mengeluarkan

produk

konsepsi

dan

melakuakn

rekonstruksi tuba. Hal ini terutama dilakuakan bila tuba


kontralateral rusak atau tidak ada.7

I. Prognosis
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat
bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan
ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan antara 0-14,6%.10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kehamilan ektopik adalah implantasi sel telur yang telah dibuahi pada
lokasi di luar endometrium cavum uteri.
2. Macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya yaitu pada tuba,
abdominal, ovarium, intraligamenter, serviks. Dan paling banyak terjadi
pada tuba di bagian pars ampullaris. .
3. Penatalaksanaan pada kehamilan ektopik yang belum terganggu dapat
dilakukan dengan medikamentosa dan operatif.

26

Anda mungkin juga menyukai