Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEHAMILAN

DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK PADA IBU HAMIL


DI POLIKLINIK KEBIDANAN
RSUD KOTA MAKASSAR TAHUN 2021
Untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan Pangkat

Oleh :

NI KETUT WANGIATI
NIP : 19660812 198812 2 003

RSUD KOTA MAKASSAR


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa,

karna berkah dan anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini dengan judul Anemia Dalam Kehamilan, diajukan untuk

memenuhi syarat dalam pengusulan kenaikan pangkat reguler di RSUD

Kota Makassar.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi perbaikan

penulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan di mana kantung gestasi
berada di luar kavum uteri, merupakan keadaan gawat darurat yang paling
sering mengancam hidup pada kehamilan awal. Insidensnya di Amerika
Serikat meningkat pesat dalam lima dekade terakhir, dari 4,5 per 1000
kehamilan pada tahun 1970 menjadi sekitar 19,7 per 1000 kehamilan pada
tahun 1992
Angka kejadian kehamilan ektopik terganggu di Indonesia menurut
WHO diperkirakan tidak berbeda jauh dengan di Amerika Serikat, sekitar
60.000 kasus setiap tahun atau 0,03% dari seluruh populasi masyarakat.
Kehamilan ektopik masih merupakan suatu penyebab utama dari
kematian ibu, yang meliputi sekitar 4% dari 20 kematian yang berkaitan
dengan kehamilan setiap tahunnya di Kanada. Meskipun terdapat frekuensi
yang relatif tinggi dari kondisi serius ini, deteksi dini masih menjadi
tantangan. Hingga pada separuh dari semua perempuan dengan kehamilan
ektopik yang datang ke instalasi gawat darurat, kondisinya tidak
teridentifikasi pada penilaian awal. Meskipun insidens dari kehamilan
ektopik pada populasi umum sekitar 2%, pravelensinya di antara pasien-
pasien hamil yang datang ke instalasi gawat darurat dengan perdarahan atau
nyeri trimester pertama, atau keduanya, adalah 6% hingga 16%.
Dalam penanganan kehamilan ektopik, diagnosis yang  tepat dan
cepat  merupakan hal yang sangat penting karena dapat menurunkan angka
kematian ibu dan mempertahankan kualitas reproduksinya.
B. Rumusan Masalah
1.    Apa yang dinamakan dengan kehamilan ektopik?
2.    Apa etiologi terjadinya kehamilan ektopik?
3.    Apa saja patologi dari kehamilan ektopik?

Page | 3
4.    Bagaimana gambaran klinik dari kehamilan ektopik?
5.    Bagaimana penatalaksanaan kehamilan ektopik?
6.    Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik?

C. Tujuan
1.    Mengetahui definisi kehamilan ektopik.
2.    Mengetahui etiologi terjadinya kehamilan ektopik.
3.    Mengetahui patologi dari kehamilan ektopik.
4.    Mengetahui gambaran klinik dari kehamilan ektopik.
5.    Mengetahui penatalaksanaan kehamilan ektopik.
6.    Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik.

Page | 4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang dibuahi melekat pada
sembarang jaringan selain lapisan uterus. (Brenda & Suzanne, 2001:
1530).
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uteri. (Prawirohardjo, 2006: 323).
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan di mana ovum yang telah
dibuahi sperma mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang
tidak semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum uteri. Istilah
kehamilan ektopik lebih tepat digunakan daripada  istilah kehamilan
ekstrauterin, karena  terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang
terjadi di dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal seperti
kehamilan yang terjadi pada pars interstitialis tuba dan serviks uteri
(Prawirohardjo, 2005: 250)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar
rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak
berkembang sama sekali. Jadi, kehamilan ektopik adalah suatu
kehamilan di mana ovum yang telah dibuahi sperma tumbuh di tempat
lain selain uterus.
b. Klasifikasi
Sarwono Prawirihardjo (2005: 250), mengklasifikasikan
kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya, antara lain:
1. Tuba fallopi
a. pars interstisialis;
b. pars ismika tuba;
c. pars ampullaris tuba;
d. infundibulum tuba;
e. fimbria.

Page | 5
2. Uterus
a. kanalis servikalis;
b. divertikulum;
c. kornua;
d. tanduk rudimenter.
e. Ovarium
f. Intraligamenter
g. Abdominal
h. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uteri
Dari sekian banyak lokasi pada kehamilan ektopik, kasus
yang sering terjadi adalah kehamilan ektopik pada tuba.
c. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai
dengan pembuahan telur di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan
ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih
di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai
berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba:
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping,
sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong
buntu;
b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk
dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat
menjadi sebab lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba:
a. Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba;
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat
menahan telur yang dibuahi di tempat itu.

Page | 6
3. Faktor di luar dinding tuba:
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur;
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan
lumen tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke
tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan
telur yang dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur yang terlalu
cepat dapat menyebabkan implantasi prematur;
b. Fertilisasi in vitro.(Prawirohardjo, 2006: 325-326)
d. Patologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2005: 252-253), patologi
terjadinya kehamilan ektopik sebagai berikut:
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya.
Vaskularisasi kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan
sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan:
a.       ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini seringkali
adanya kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus yang
timbul sesudah meninggalnya ovum, dianggap sebgai haid yang
datangnya agak terlambat;
b.      trofoblas dan villus korialisnya menembus lapisan
pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam
lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba
(hematosalping), dan dapat pula mengalir terus ke rongga
peritoneum, berkumpul di kavum Douglas, dan menyebabkan
hematokele retrouterina.
Pada peristiwa ini yang dikenal dengan abortus tuba, ovum untuk
sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari
ostium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan ampulla; darah yang keluar kemudian masuk ke rongga

Page | 7
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba;
c.       trofoblast dan villus korialis menembus lapisan muskularis dan
peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan
langsung ke rongga peritoneum. Peristiwa ini yang sering terjadi
pada kehamilan di isthmus, dapat menyebabkan perdarahan banyak
karena darah mengalir secara bebas dalam rongga peritoneum, dan
dapat menyebabkan keadaan yang gawat pada penderita.
Ruptur bisa terjadi pula pada dinding tuba yang menghadapi
mesosalping; darah mengalir antara 2 lapisan mesosalping dan
kemudian ke ligamntum latum, dan menyebabkan hematom
intraligamenter. Baik pada abortus tuba maupun ruptur tuba,
kejadian tidak jarang timbul sekitar 14 hari sesudah implantasi ovum
dalam tuba, malahan kadang-kadang sebelum saat semestinya datang
haid.
Pada kehamilan di pars interstisialis tuba pembesaran terjadi
pada jaringan uterus di sekeliling pars interstisialis. Jaringan ini yang
sebagian besar terdiri atas miometrium tidak lekas ditembus oleh
villus korialis, sehingga kehamilan bisa berlangsung terus sampai
16-20 minggu. Akan tetapi perdarahan sebagai akibat dari ruptur,
tidak jarang hebat sekali, sehingga memerlukan pertolongan dengan
segera untuk mengatasinya.
Uterus, walaupun tidak terisi mudigah di dalamnya, pada
kehamilan ektopik juga membesar dan lembek di bawah pengaruh
hormon; begitu pula terjadi pembentukan desisua di dalam uterus.
Gangguan ringan dan yang tidak menghentikan
berlangsungnya kehamilan dapat menimbulkan perdarahan
endometrium. Kadang-kadang khususnya jika mudigah mati, timbul
perdarahan lebih banyak dengan mengikutsertakan pengeluaran
desidua utuh dalam bentuk sebagai cetakan dari kavum uteri.
Perubahan yang dpat pula dikemukakan pada endometrium
adalah “reaksi Arias-Stella”. Di sini oada suatu tempat tertentu pada

Page | 8
endometrium terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan
hiperkromatik, dengan mitosis; sitoplasma menunujkkan vakuolisasi,
dan batas antara sel-sel menjadi kurang jelas. Perubahan ini yang
disebabkan oleh stimulasi dengan hormon yang berlebihan dan
ditemukan dalam endometrium yang berubah menjadi desisua, harus
menimbulkan kewaspadaan ke arah adanya kehamilan dan
khususnya kehamilan ektopik.
e. Gambaran Klinik
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2005: 328-330), gambaran klinik
dari kehamilan ektopik sebagai berikut:
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas,
dan penderita maupun dokternya tidak mengetahui adanya kelainan
dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba.
Pada umumnya, penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan
muda, dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang
tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal  uterus membesar
dan lembek, walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba
yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada
pemeriksaan bimanual.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-
beda; dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut
sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat
diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara
tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang
menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam syok. Biasanya
pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus menerus.
Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi; tetapi, setelah darah
masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah

Page | 9
atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat
merangsang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila
membentuk hematokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan per vaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin,
dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan
yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat
tua. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic
gonadotropin. Jika plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan
seluruhnya.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan
ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin,
sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami
amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Pada kehamilan ektopik terganggu (ditemukan pada
pemeriksaan vaginal) bahwa usaha menggerakkan serviks uteri
menimbulkan rasa nyeri, demikian pula kavum Douglas menonjol dan
nyeri pada perabaan. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas
suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan
konsistensi agak lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai
tumor di kavum Douglas. Pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak
tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat; perdarahn lebih
banyak lagi menimbulkan syok.
Kehamilan ektopik sangat bervariasi, dari yang klasik dengan
gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar, sehingga sukar
membuat diagnosis.
1. Gambaran gangguan mendadak
Peristiwa ini tidak sering ditemukan. Penderita, setelah
mengalami amenorea dengan tiba-tiba, menderita rasa nyeri yang
hebat di daerah perut bagian bawah dan sering muntah-muntah.
Nyeri dapat demikian hebatnya, sehingga penderita jatuh

Page | 10
pingsan. Penderita tidak lama kemudian masuk ke dalam syok
akibat perdarahan dengan tekanan darah turun, nadi kecil dan
cepat, ujung ekstremitas basah, pucat, dan dingin. Seluruh perut
agak membesar, nyeri tekan, dan tanda-tanda cairan
intraperitoneal mudah ditemukan. Pada pemeriksaan vaginal
forniks posterior menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks
menyebabkan rasa nyeri. Kadang-kadang uterus teraba sedikit
membesar dengan di sebelahnya suatu adnex tumor, tetapi
biasanya sulit karena dinding abdomen tegang.
2. Gambaran gangguan tidak mendadak
Gambaran klinik ini lebih sering ditemukan dan biasanya
berhubungan dengan abortus tuba atau yang terjadi perlahan-
lahan. Setelah haid terlambat beberapa minggu, penderita
mengeluh rasa nyeri yang tidak terus-menerus di perut bagian
bawah; kadang-kadang rasa nyeri ini dapat hebat pula. Dengan
adanya darah dalam rongga perut, rasa nyeri menetap. Tanda-
tanda anemia menjadi nyata karena perdarahan yang berulang.
Mula-mula perut masih lembek, tetapi kemudian dapat
mengembang karena terjadi ileus parsialis. Di sebelah uterus
terdapat tumor (hematosalping) yang kadang-kadang menjadi
satu dengan hematokel retrouterina. Dengan adanya hematokel
retrouterina, kavum Douglas sangat menonjol dan nyeri raba;
pergerakan serviks juga menyebabkan rasa nyeri. Selain itu,
penderita mengeluh rasa penuh di daerah rektum dan merasa
tenesmus. Setelah seminggu merasa nyeri, biasanya terjadi
perdarahan dari uterus dengan kadang-kadang disertai oleh
pengeluaran jaringan desidua.
f. Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam,
sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan,
khususnya pada kasus-kasus kehamilan ektopik yang belum
mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat diagnosis.

Page | 11
Yang penting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah
supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap
kemungkinan kehamilan ini (Prawirohardjo, 2005: 255).
Gejala-gejala yang perlu diperhatikan ialah (Prawirohardjo,
2005: 255):
1. adanya amenorea: amenorea sering ditemukan walaupun hanya
pendek saja sebelum diikuti oleh perdarahan, malah kadang-kadang
tidak ada amenorea;
2. perdarahan: gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat
menimbulkan perdarahan yang berasal dari uterus. Perdarahan dapat
berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
3. Jika mudigah mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya; desidua
itu tidak mengandung villus korialis;
4. rasa nyeri: nyeri perut merupakan gejala penting. Pada kehamilan
ektopik yang terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan
keras;
5. keadaan umum penderita: tergantung dari banyaknya darah yang
keluar dari tuba, keadaan umum ialah kurang lebih normal sampai
gawat dengan syok berat dan anemi. Pada abortus tuba yang
berlangsung beberapa waktu suhu badan agak meningkat dan
terdapat leukositosis. Hb dan hematokrit perlu diperiksa pada dugaan
kehamilan ektopik terganggu;
6. perut: pada abortus tuba terdapat nyeri takan di perut bagian bawah
di sisi uterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimabual
ditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan
batas-batas yang tidak rata di samping uterus. Hematoklretrouterina
dapat ditemukan. Pada ruptur tuba perut menegang dan nyeri tekan,
dan dapat ditemukan cairan bebas dalam rongga peritoneum. Kavum
Douglas menonjol karena darah yang berkumpul di tempat tersebut.
Baik pada abortus tuba maupun pada ruptura tuba gerakan pada
serviks nyeri sekali.

Page | 12
Pemeriksaan-pemeriksaan untuk membantu diagnosis
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis
kehamilan ektopik menurut Sarwono Prawirohardjo (2006: 330-331):
a.         Pemeriksaan umum. Penderita tampak kesakitan dan pucat; pada
perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan.
Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan.
b.        Pemeriksaan ginekologi. Tanda-tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus
dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-
kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba
menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang
naik, sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
c.         Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah
sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan
ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam
rongga perut. Pada kasus janis tidak mendadak biasanya ditemukan
anemia; tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru
terlihat setelah 24 jam.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya
perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan
kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah
leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk
pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif.
Akan tetapi, tes negatif tidak menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan
degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic
gonadotropin (HCG) menurun dan menyebabkan tes negatif.
d.        Dilatasi dan kerokan. Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk
menunjang diagnosis kehamilan ektopik tidak dianjurkan. Berbagai
alasan dapat dikemukakan; a) kemungkinan adanya kehamilan

Page | 13
dalam uterus bersama kehamilan ektopik; b) hanya 12 sampai 19%
kerokan pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi desidua; c)
perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-Stella tidak khas
untuk kehamlan ektopik. Namun, jika jaringan yang dikeluarkan
bersama dengan perdarahan terdiri atas desidua tanpa villi koriales,
hal itu dapat memperkuat diagnosis kehamilan ekktopik terganggu.
e.         Kuldosentesis. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Cara ini amat
berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
Teknik:
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
cunam serviks; dengan traksi ke depan sehingga forniks
posterior tampak.
4. Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan
dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan.
5. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya
disemprotkan pada kain kasa dan diperhatikan apakah darah
yang dikeluarkan merupakan:
a) Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa
menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau
vena yang tertusuk;
b) Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak
membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah
ini menunjukkan adanya hematokel ratrouterin.
f.         Ultrasonografi. Ultrasonografi berguna dalam diagnostik
kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan
kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut
jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5% kasus
kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hal ini masih harus

Page | 14
diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterin
pada kasus uternus bikornis.
g.        Laparoskopi. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu
diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian
prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara
sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas,
dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis
mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini
menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.
h.        Foto Rontgen. Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan
berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian
janin menutupi vertebra Ibu.
i.          Histerosalpingografi. Memberikan gambaran kavum uteri kosong
dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan
ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu sudah
dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic
Resonance Imagine) (1,4,8,15). Trias klasik yang sering ditemukan
adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan amenore.
(http://munahasrini.wordpress.com/2012/03/16/askep-dengan-
kehamilan-ektopik/, diakses pada 14 September 2012)

Page | 15
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana ovum yang
telah dibuahi sperma mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang
tidak semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum uteri. Tuba
adalah tempat yang sering terjadi pada kehamilan ektopik.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Faktor pada lumen tuba,
pada dinding tuba, dan pada luar dinding tuba merupakan faktor yang
memegang peranan penyebab kehamilan ektopik.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik
adalah hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi, abortus ke dalam lumen
tuba, dan ruptur dinding tuba.
Beberapa jenis pemeriksaan untuk membantu menegakkan
diagnosis kehamilan ektopik diantaranya: pemeriksaan umum,
pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan laboratorium, dilatasi dan
kerokan, kuldosentesis, ultrasonografi, laparoskopi, foto rontgen, dan
histerosalpingografi.

2. Saran
Sebaiknya wanita yang sedang hamil rutin melakukan
pemeriksaan kehamilannya, untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu
dan janinnya. Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan secara
rutin, dapat mencegah risiko terjadinya kehamilan ektopik.

Page | 16
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi.
Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2005
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I.
Media Aesculapius FKUI
http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31
Desember 2005
http://www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar
kandungan/page:1-4
Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi.
Bandung : FK UNPAD
Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
http://www.pusmaika’s.blogspot.com
www.google.com

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai