Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEHAMILAN EKTOPIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kegawatdaruratan maternal yang diampu oleh

bd. Siti Aminah S,ST. Msi

Disusun Oleh :
1. Serli Novita Sari ( 2003407141001 )
2. Nafilatul khoiro (2003407141010)
3. Qoyyimatul Hasanah ( 2003407141018)
4. Putri ayu Rosalina ( 2003407141019 )
5. Dwi Purwaningsih ( 2003407141023)
6. Cici anggelina Putri ( 2003407141025)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


D3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah “kehamilan ektopik” dapat terselesaikan dengan baik.
Tak lupa sholawat serta salam kami hanturkan kepada baginda Nabi Muh ammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya.

Dengan terselesainya makalah ini kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya para calon bidan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
dan diharapkan pula dapat menambah pengetahuan tentang cara memberikan asuhan
kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan system reproduksi.

Dan kami ucapkan banyak terima kasih pada pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini kami mulai dari pencarian refrensi pembelajaran hingga penyusunan makalah ini.
Selain itu kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Jember,. Februari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasaYunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di
luar tempatyang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah,
dalam hal inidapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi
terjadidiluarronggauterus,tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implnt
asi kehamilanektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi im
plantasi padaovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter
dan divertikel padauterus
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga
uterus.Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik (lebih besar dari 90 %).Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang
luar biasa. Tempat kehamilan yangnormal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat terjadi di luar rahim misalnyadalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat
juga terjadi di dalam rahim di tempat yangluar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter Rahim Kehamilan secara normal akan
berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialahkehamilan di tempat yang luar biasa.
Kehamilan ektopik terjadi setiap saat
ketika penanaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium yang melapi
sirongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah serviks,
tubafallopi, ovarium dan abdomen

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan kehamilan ektopik ?


2. Apa saja faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan ektopik ?
3. Dimana saja Lokasi Kehamilan Ektopik?
4. Apa saja Diagnosa kehamilan ektopik?
5. Apa penatalaksaan kehamilan ektopik
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara menyeluruh teori-teori tentang kehamilan ektopikserta
peran bidan untuk kehamilan ektopik.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi kehamilan ektopik.
b. Untuk mengetahui faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan ektopik.
c. Untuk mengetahui lokasi kehamilan ektopik.
d. Untuk mengetahui Diagnosa Kehamilan Ektopik
e. Unruk mengetahui penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik yaitu kehamilan dimana tempat implantasi blastosit di area
manapun selain endometrium. Lokasi implantasi biasanya terletak pada bagian paling
distal tuba falopi (Geri & Carole, 2009). Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum
yang telah dibuahi diluar kavum uteri.Kehamilan ektopik dapat muncul dengan nyeri
abdomen dengan atau tanpa
perdarahan pervaginam. Pada kelompok pasien tertentu beresiko tinggi, mereka dengan p
atologi atau pembedahan tuba sebelumnya, dan mereka dengan alat kontrasepsi dalam
rahim.Kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan pada pasien yang beresiko
tinggi,meskipun tanpa gejala (Harry & Tjokorda, 2012)
Kelainan tempat kehamilan adalah kehamilan yang berada diluar kavum
uteri.Kehamilan disebut ektopik bila berada ditempat yang luar biasa, seperti didalam
tuba, ovarium atau rongga perut atau juga ditempat yang luar biasa walaupun masih
dalam rahim misalnya serviks, pars interstisialis tuba atau tanduk rudimenter
rahim.Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi didalam tuba, angka kejadian kehamilan
tubaialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika) (Djamhoer, Firman, & Jusuf, 2013)
2.2 Faktor Resiko Kehamilan Ektopik
Beberapa Faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik yaitu:
1. Bedah tuba
2. Sterilisasi
3. Kehamilan ektopik sebelumnya
4. Terpajan dietilstilbestron.
5. Penggunaan AKDR
6. Kelainan tuba
7. Infertilitas dan penanganan terkait
8. Infeksi saluran genital sebelumnya
9. Pasangan seksual lebih dari satu
10. Merokok
11. Bilas vagina
12. Pertama kali berhubungan seks saat usia dini
13. Usia ibu sudah lanjut
14. Endometriosis (Lauren A, Jessica E, & Meredith B, 2012)
2.3 Lokasi Kehamilan Ektopik
1. Kehamilan Tubaa.
a. Patogenesis
Menurut tempat nidasi, kehamilan tuba dapat dibagi menjadi:
1) Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)
2) Kehamilan istmus (dalam istmus tuba)
3) Kehamilan interstisial (dalam pars interstisialis tuba)

Implamantasi telur dapat bersifat kolumnar, artinya terjadi dipuncak lipatan


selaput tuba, dan telur terletak didalam lipatan selaput lendir. Bila kehamilan pecah,
pecahan masuk kedalam lumen tuba (abortus tuber).Telur dapat pula menembus epitel
dan terimplantasi interkolumnar, artinya terjadi didalam lipatan selaput lendir, dan
telur masuk kedalam lapisan otot tubakarena tuba tidak mempunyai desidua. Bila
kehamilan pecah, hasil konsepsi akan memasuki rongga peritoneum (ruptur tuba).

b. Perkembangan Kehamilan tuba


Kehamilan tuba tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berakhir
padaminggu ke-6 hingga ke-12, yang paling sering antara minggu ke 6-8.
Kehamilantuba dapat berakhir dengan 2 cara, yakni abortus tuba atau ruptur
tuba
1) Abortus Tuba
Abortus tuba kira-kira terjadi diantara minggu ke-6 hingga ke-
12.Keluarnya abortus keluar dari ujung tuba menimbulkan perdarahan
yangmengisi kavum douglasi, yang disebut hematokel retrouterin.
Ada kalanyaujung tuba tertutup oleh perlekatan sehingga darah
terkumpul di dalam tubadan menggembungkan tuba. Keadaan ini
disebut hematosalping
2) Ruptur Tuba
Ruptur istmus tuba terjadi sebelum minggu ke-12 karena
dinding tubadi daerah ini cukup tipis. Ruptur dapat terjadi dengan
sendirinya/spontan atau akibatmanipulasi kasar, misalnya akibat
periksa dalam, defekasi atau koitus. Ruptur biasanya
terjadi ke dalam kavum peritoneum, terkadang
kedalam ligamentumlatum bila implantasi terjadi didinding bawah
tuba.
c. Tanda dan Gejala
Kehamilan ektopik terganggu memunculkan kisah yang khas:
seorangwanita yang sudah terlambat haid sekonyong-konyong menderita nyeri
perut,terkadang jelas lebih kesebelah kiri atau sebelah kanan perut.
Selanjutnya, penderita pusing, sesekali pingsan, dan sering mengalami sedikit 
perdarahan pervaginam. 
1. Nyeri tekan
2. Amenore
3. Perdarahan Pervaginaan
4. Syok Hepovelemik
5. Pembesaran uterus
6. Tumor didalam rongga panggul
7. Perubahan darah
2. Kehamilan Abdomen
Terdapat 2 macam kehamilan Abdominal:
a. Kehamilan abdominal primer yaitu telur dari awal berimplantasi didalam
rongga perut. 
b. Kehamilan abdominal sekunder yaitu diawali oleh kehamilan tuba dan
setelahrupture baru menjadi kehamilan abdominal.
3. Kehamilan Ovarium
Kehamilan ovarial jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture
padahamil muda.Menegakkan diagnosis kehamilan ovarial harus memenuhi
criteriaspiegelberg, yakni:
a. Tuba disisi kehamilan masih tampak utuh
b. Kantung kehamilan daerah ovarium
c. Ovarium dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium
d. Pemeriksaan histopatologi menemukan jaringan ovarium didalam
dindingkantung kehamilan. (Djamhoer, Firman, & Jusuf, 2013)
4. Kehamilan servik
Kehamilanserviks biasanya berakhir pada kehamilan muda, karena menimbulka
n perdarahan hebatyang memaksa tindakan operasi.
5. Kehamilah di jaringan parut Caesar
Kehamilan ini memiliki ukuran beragam dan dalam banyak halmirip dengan
plasenta inkreta dengan kecendrungan mengalami perdarahan hebat.
6. Tempat lain kehamilan ektopik
a. Kehamilan limpa
b. Kehamilan hati
c. Kehamilan retroperitoneum
d. Kehamilan omentum
e. Kehamilan diafragma (Cunningham, et al, 2013)
2.4 Diagnosis
Menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu tentunya dengan
melakukananamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, yaitu sebagai berikut:
1. Anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu:
a. Terdapat amenorhea (Terlambat datang bulan).
b. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri didaerah bahu dan
seluruhabdomen.
1) Nyeri perut terutama nyeri unilateral (satu sisi).
2) Gejala ini spesifik untuk kehamilan tuba, tetapi nyeri menyebar ke
tengah atauseluruh perut bawah.
3) Darah dalam rongga perut merangsang diafragma sehingga
menyebabkannyeri bahu/sekitar 25-30% penderita mengalami keluhan
nyeri bahu ini.
c. Terdapat perdarahan melalui vagina atau spotting/bercak.
1) Perdarahan pervaginam berasal dari pelepasan desidua dan dari abortus
tuba.
2) Umumnya perdarahan tidak banyak dan bewarna coklat tua.
3) Gejala perdarahan dan/atau perdarahan.
4) Bercak ini timbul pada 75% kasus yang timbul satu atau dua minggu
setelah keterlambatan haid.Darah dalam rongga perut merangsang
diafragma sehingga menyebabkannyeri bahu/sekitar 25-30%

2. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk seperti:
a. Keadaan umum
1. Ibu tampak anemis dan sakit, lemah dan pucat.
2. Keasadaran bervariasi dari baik sampai koma-tidak sadar.
3. Terdapat tanda-tanda syok: hipotensi (tekanan darah menurun), Takhikardia (nadi
meningkat), pucat, ekstremitas dingin.
4. Pada pemeriksaan abdomen: Ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal(nyeri
tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense musculaire), ini disebabkankarena darah
yang masuk kedalam rongga abdomen akan merangsang peritoneum, Tanda cairan
bebas dalam abdomen. Dan Perut kembung. 
b. Pemeriksaan khusus melalui vagina (pemeriksaan ginekologi)
1. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
2. Serviks terlalu lunak dan nyeri tekan.
3. Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadang-kadang sulit diketahuikarena
nyeri abdomen yang hebat.
4. Kavum douglas menonjol oleh karena terisi darah dan nyeri.
3. Pemeriksaan penunjanga.

a. Pemeriksaan laboratorium

1. Kadar hemoglobin meningkat dan eritrosit menurun atau leukosit meningkat.


2. Tes kehamilan (urine dan HCG)

b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

c. Pemeriksaan kuldosentesisUntuk mengetahui adanya cairan atau darah dalam


kavun douglass.

d. Pemeriksaan yang ditegakkan secara bedah (surgical Diagnosis)

2.5 Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik

Prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik Adapun prinsip umum


penatalaksanaan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut:
1. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap / rumah sakit.
2. Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah,
pemberian oksigen atau bila dicurigai infeksi diberikan juga antibiotik.
3. Pada keadaan syok segera diberikan infus cairan seperti dextrose 5%, glukosa 5%,
garam fisiologis dan oksigen sambil menunggu darah. (kondisi penderita harus
diperbaik, kontrol tekanan darah, nadi dan pernafasan).
4. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan
penatalaksanaan bedah operasi/ laparatomi setelah diagnosis dipastikan. (Anik, 2016).

Penatalaksanaan beberapa macam kehamilan ektopik


1.Penatalaksanaan Kehamilan tuba
a. Penatalaksanaan bedah
Laparaskopi adalah terapi bedah yang dianjurkan untuk kehamilan ektopik, kecuali
jika wanita yang bersangkutan secara hemodinamis tidak stabil. Hanya sedikit studi
prespektif yang pernah dilakukan untuk membandingkan  bedah laparatomi dengan
laparoskopik.
Hajenius dkk (2007) melakukan tinjauan terhadap basis data cochrane dan temuan mereka
diringkaskan sebagai berikut
1. Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam patensi tuba secara keseluruhan setelah
salpingostomi yang dilakukan pada laparoskopi  second-look.
2. Setiap metode diikuti oleh kehamilan uterus berikutnya dengan jumlah yang sama
3. Kehamilan ektopik berikutnya lebih jarang terjadi pada wanita yang diterapi secara
laparoskopis, meskipun hal ini secara statistic tidak bermakna.
4. Laparaskopi memerlukan waktu operasi yang lebih singkat, lebih sedikit
menyebabkan perdarahan, memerlukan lebih sedikit analgetik, dan mempersingkat
rawat inap.
5. Bedah laparaskopik sedikit terapi kurang berhasil secara signifikan dalam mengatasi
kehamilan tuba
6. Biaya laparoskopi jauh lebih rendah, meskipun sebagian berpendapat bahwa  biaya
berupa dengan kasus-kasus yang akhirnya dilaparotomi. Bedah tuba dianggap
konservatif jika tuba diselamatkan. Contonhya adalah salpingostomi, salpingotomi
dan ekspresi kehamilan ektopik melalui fimbria.

 b.Penatalaksanaan medis dengan methotrexate


Antagonis asam folat ini sangat efektif terhadap trofoblas yang cepat  berproliferasi
dan telah digunakan selama lebih dari 40 tahun untuk mengobati  penyakit trofoblastik
gestasional. Obat ini juga digunakan untuk mengakhiri kehamilan dini. Pada terapi medis ini,
beberapa factor yang memprediksi keberhasilan antara lain adalah:
1. Kadar HCG serum awal.
2. Ukuran kehamilan ektopik
3. Aktivitas jantung janin

c.Penatalaksanaan ekspektansi
Pada penatalaksanaan ekspektansi, angka kepatenan tuba dan kehamilan intrauterus
selanjutnya setara dengan penatalaksanaan medis atau bedah. Konsekuensi rupture tuba yang
dapat membahayakan, disertai oleh keamanan terapi medis dan bedah, mengharuskan bahwa
terapi ekspektansi hanya dilakukan  pada wanita tertentu yang sudah mendapat konseling.
(Cunningham et al, 2013)

2. Penatalaksanaan Kehamilan abdomen


Bila diagnosis sudah ditemukan, kehamilan abdominal harus dioperasi secepat
mungkin mengingat bahaya perdarahan dan ileus. Tujuan operasi hanya melahirkan anak,
sedangkan plasenta biasanya ditinggalkan. Pelepasan plasenta dari dasarnya
 pada kehamilan abdominal menimbulkan perdarahan hebat karena plasenta melekat  pada
dinding yang tidak mampu berkontraksi. Plasenta yang ditinggalkan lambat- laun akan
diresorbsi. Mengingat kemungkinan  perdarahan yang hebat, persediaan darah harus cukup.
(Djamhoer, Firman, & Jusuf, 2013).
 
3. Penatalaksanaan Kehamilan ovarium
 Penanganan klasik untuk kehamilan ovarium adalah pembedahan. Perdarahan dini
dari lesi yang berukuran kecil dapat diatasi dengan reseksi baji ovarium atau sistektomi. Pada
lesi yang lebih besar, sering dilakukan ovariektomi, dan laparoskopi telah digunakan untuk
reseksi atau ablasi laser (Herndon dkk, 2008). Yang terakhir, methotrexate dilaporkan
berhasil mengobati kehamilan ovarium yang belum rupture. (Cunningham et al, 2013).

4. Penatalaksanaan Kehamilan serviks


Dahulu, sering harus dilakukan histerektomi karena perdarahan hebat yang menyertai
upaya pengankatan kehamilan serviks. Dengan histerektomi, resiko cedera saluran kemih
meningkat karena serviks yang membesar dan berbentuk tong. Untuk menghindari morbiditas
pembedahan dan sterilisasi, diterapkan pendekatan lain:
a. Cerclage (pemasangan ikatan silk yang kuat mengelilingi serviks)
b.Kuretase dan tampon
c.Emboli arteri
d.Penatalaksanaan medis. (Cunningham et al, 2013).
 
5. Penatalaksanaan Kehamilan di jaringan parut Caesar
Penatalaksanaan bergantung pada usia gestasi dan mencakup terapi methotrexate,
kuretase, reseksi histeroskopik, reseksi dengan laparotomi atau laparoskopi untuk
mempertahankan uterus. (Cunningham et al,2013).
 
6.Penatalaksanaan Tempat lain kehamilan ektopik
Dianjurkan melakukan laparotomi. (Cunningham et al,2013).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diagnosis pada pasien ini adalah kehamilan ektopik terganggu. Perawatan


yangdilakukan sejak pasien datang adalah segeras mencari tahu kepastian diagnosis
kehamilanektopik terganggu dengan mengambil data lengkap dari anmnesis, pemeriksaan
fisikumum dan pemeriksaan ginekologis, pemeriksaan penujang seperti pemeriksaan
darah,tes kehamilan dan USG. Setelah didapatkan diagnosis kerja kehamilan ektopik
terganggu,segera dilakukan intervensi pembedahan laparotomi (salpingektomi sinistra). Hal
yang dapat dilakuakan sekarang adalah memberi edukasi pada pasien iniuntuk lebih jeli
dalam menghadapi tanda-tanda kemungkinan hamil lagi, seperti langsungke dokter untuk
memastikan apakah dirinya benar-benar hamil dan mendapat perawatanyang lebih ketat.
Dijelaskan juga faktor– faktor resiko seperti infeksi pelvikm penyakitmenukar seksual, usia
dan larangan merokok untuk mencegah bertambah besarnya resikoterjadinya kehamilan
ektopik terganggu, karena pada pasien yang perna
mengalami penyakit ini, jelas sebelumnya sudah ada faktor resiko untuk memungkinkan terja
dinyakehamilan ektopik terganggu lagi.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi


mahasiswakesehatan untuk menambah pengetahuan terkait dengan kasus kehamilan
ektopiksebagai salah salah kegawatdaruratan Obstetri yang jika tidak ditangani secara
tepatakan menyebabkan kematian pada ibu maupun janin.
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/document/111503714/Makalah-Kehamilan-Ektopik-
Terganggu-Terbaru

https://www.academia.edu/38466328/Makalah_Kehamilan_EKTOPIK_Niki_docx

http://repository.maranatha.edu/16814/6/9910112_Conclusion.pdf

Anda mungkin juga menyukai