Anda di halaman 1dari 20

RESPONSI POLI HAMIL DOKTER MUDA

GIIP1001 28/29 minggu TH+ c. Abdominal Preganancy + BSC 1x


+ Obesitas gr. I (BMI 34,16) + TBJ 1400 g

Oleh Dokter Muda:


Reynaldi Cliftianto Moksidy 011211131077
Naufali Rizkiawan 011211132079
Yohana Avilla Destalia 011211133059
Raissa Virgy Rianda 011211131031
Errory Rahmadiansyah 011211131059
Amelya Armadani 011111055

Pembimbing:
Sunjoto, dr., SpOG(K)

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi
wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan
terjadi keadaan yang gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila
kehamilan ektipok terganggu. (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan,
2005)
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di
hadapi oleh setiap dokter , karena sangat beragamnya gambaran klinik
kehamilan ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita
untuk pertama kali adalah dokter umum atau dokter ahli lainnya, maka dari
itu, perlu di ketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan ektopik
tergangguserta diagnosis difernsialnya. Hal yang perlu diingat ialah, bahwa
setiap pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau
keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu di
fikirkan kehamilan ektopik terganggu. (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu
Kebidanan, 2005)
Lebih dari 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba. Kejadian kehamilan
tuba ialah 1 diantara 150 persalinan. Angka kejadian kehamilan ektopik
cenderung meningkat. Kejadian tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor antara lain, meningkatnya prevalensi penyakit tuba karena Penyakit
Menular Seksual (PMS) sehingga terjadi oklusi parsial tuba, adhesi peritubal
yang terjadi setelah infeksi seperti apendisitis atau endometriosis, pernah
menderita kehamilan ektopik sebelumnya, meningkatnya penggunaan
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, abortus provokatus, tumor yang
mengubah bentuk tuba dan fertilitas yang terjadi oleh obat-obatan pemacu
ovalasi (Saifuddin, 2006).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata
dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat
diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Kehamilan ektopik terjadi
bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum
uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena
kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk
uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%.
apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan
membahayakan bagi sipenderita. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu (Sarwono
Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005).

2.2 Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan
pembuahan telur di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya
di tuba dipermudah.

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :
1. Faktor dalam lumen tuba:
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping,
sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;

3
b. Pada hypoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-keluk dan
hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping;
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat
menjadi sebab lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba:
a. Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba;
b. Divertikel tuba kongentital atau ostium assesorius tubae dapat
menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor di luar dinding tuba:
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur:
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen
tuba.
4. Faktor lain;
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba
kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang
dibuahi ke uterus
b. Fertilisasi in vitro

2.3 Faktor Resiko


Kehamilan ektopik terganggu terjadi karena hambatan pada perjalanan
sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi
faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:
a. Infeksi saluran telur (salpingitis),seperti bakteri khusus dapat
menimbulkan gangguan pada tuba fallopi adalah Chlamydia
trachomatis pada motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan infeksi pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.

4
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan
perubahan- perubahan pada endosalping, sehingga walaupun
fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h. Operasi pada tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit
i. Abortus buatan.
j. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini
sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
k. Tumor yang mengubah bentuk tuba dan menekan dinding tuba
l. Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat
riwayat kehamilan ektopik)
m. Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea,
clamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease).

2.4 Klasifikasi
a. Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam
selaput lender servik. Dengan tumbuhnya telur, servik
menggembung. Pada implantasi di serviks, dapat terjadi perdarahan
tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan
sangat besar. Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan
/ruptur yang terjadi sangat berat, sehingga sering diperlukan
tindakan histerektomi total.
b. Kehamilan Ovarial
Jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture pada
hamil muda. Untuk mendiagnosa kehamilan ovarial harus dipenuhi
kriteria dari spiegelberg.
Kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg :
1. tuba pada sisi kehamilan harus normal
2. kantung janin harus terletak dalam ovarium
3. kantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum
ovarii proprium

5
4. jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung
janin
Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi, karena umumnya telah
terjadi kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan trofoblas yang luas, dan
perdarahan menyebabkan topografi kabur, sehingga pengenalan implantasi
permukaan ovum sukar ditentukan secara pasti.
c. Kehamilan Tuba
Kejadian kehamilan tuba ialah 1 di antara 150 persalinan
(Amerika). Kejadian dipengaruhi oleh factor social: mungkin karena
pada golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe
karena kemungkinan berobat kurang. Ovum yang dibuahi dapat
berkembang disetiap bagian oviduktus yang menyebabkan kehamilan
tuba di ampula, ismus, atau interstisium. Ampula adalah tempat
tersering kehamilan tuba. Sedangkan, kehamilan interstisium terhitung
hanya sekitar 3% dari seluruh gestasi tuba.
Menurut tempatnya nidasi dapat terjadi:
 Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)
 Kehamilan isthmik (dalam isthmus tuba)
 Kehamilan interstisil (dalam pars interstitialis tubae)
 Kehamilan infundibulum tuba
 Kehamilan abdomoinal primer atau sekunder
d. Kehamilan Interstisial
Implantasi telur terjadi dalam pars interstisialis tuba.
Karena lapisan myometrium disini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih
lambat kira-kira pada bulan ke-3 atau ke-4. Kalau terjadi ruptur
maka perdarahan hebat karena tempat in banyak pembuluh
darahnya sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan
kematian.
e. Kehamilan Abdominal Primer
Dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga
perut dengan cirri-ciri tuba dan ovarium normal,tidak terdapat fistula
utero- plasenter,dan implantasi umumnya di sekitar uterus dan CD.

6
f. Hamil Abdominal Sekunder
Yang asalnya kehamilan tuba dan setelah rupture, ekspulsi
dari ostium tuba eksternumnya dan ekspulsi dari fistula utero-plasenter
baru menjadi kehamilan abdominal. Biasanya plasenta terdapat pada
daerah tuba, permukaan belakang rahim dan ligamentum latum. Ada
kalanya hamil abdominal sekunder ini mencapai umur cukup bulan, tapi
hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum
mencapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan
kurang sempurna. Menurut lokasinya, kehamilan ektopik sebenarnya
banyak klasifikasi dan dapat dibagi dalam beberapa golongan:
a. Tuba fallopi: pars interstisialis, isthmus, ampulla, infundibulum,
fimbria
b. Uterus: kanalis servikalis, diverticulum, koruna, tanduk rudimenter
c. Ovarium
d. Intraligamenter
e. Abdominal: primer, sekunder
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Namun diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak
ialah yang terjadi di tuba (90%) khususnya di ampula dan isthmus.

2.5 Tanda dan Gejala


a. Ada riwayat terlambat haid atau amenorrhea dan gejala kehamilan muda.
b. Perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai
terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat
diagnosisnya
c. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
d. Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan
hebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock.
e. Perdarahan pervaginam berwarna cokelat tua
f. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks
digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada
bekuan darah

7
g. Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung
beratnya perdarahan yang terjadi.
h. Level HCG rendah
i. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
j. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing
karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.

2.6 Patologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang
telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat
kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
a. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan
jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.
Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah
yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak
begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
b. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga
peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba dan faktor
utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan villi koriales ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Rupture dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan
pemeriksaan vaginal.
c. Faktor abortus ke dalam lumen tuba, ruptur dinding tuba sering terjadi
bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan
muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam
rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian.
d. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil kosepsi
tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus,

8
sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6-
10 minggu.
e. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada implantasi secara
kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang
dan dengan mudah terjadi resorbsi total.dalam keadaan ini penderita
tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
f. Faktor lain, seperti Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium
kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalan telur
yang dibuahi ke uterus pertumbuhan telur yang terlalu cepat
dapatmenyebabkan implantasi premature.

2.7 Diagnosa
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak (akut)
biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid
yang terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid
disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi
perdarahan pervaginam. Yang menonjol ialah penderita tampak
kesakitan, pucat, dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta
perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik
ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang
menonjol dan nyeri raba. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada
kehamilan ektopik terganggu jenis apitik atau menahun. Kelambatan haid
tidak jelas, tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas,demikian pula nyeri
perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini
dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu
berlangsung lambat. Dalam keadaan demikian, alat bantu diagnostik
amat diperlukan untuk memastikan diagnosis. Kehamilan ektopik lanjut
biasa saja terjadi dimana janin dapat tumbuh terus karena mendapat
cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ligamentum latum, uterus,
dasar panggul, usus, dan sebagainya. Walaupun diagnosanya agak sulit

9
dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan inspeksi,
palpasi.
a. Anamnesis dan gejala klinis Riwayat terlambat haid, gejala dan
tanda kehamilan muda, adanya perdarahan per vaginam, ada nyeri perut
kanan/ kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya
darah yang terkumpul dalam peritoneum.
b. Pemeriksaan umum: keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai
buruk. Penderita tampak kesakitan dan pucat: Pada jenis tidak
mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan
pemeriksaan fisis
c. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
d. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
e. Pemeriksaan ginekologis: perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat
di temukan. Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan
serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan
teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus
dengan batas yang sukar ditentukan, seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uteris kanan dan kiri.
f. Diagnosis pasti kehamilan ektopik terganggu hanya bisa ditegakkan
dengan laparotomi
g. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah
dapat meningkat. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan
ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam rongga
perut,bahwa kadar Hb pada pasien semakin menurun karena
perdarahan yang terus menerus terjadi didalam rongga perut.

10
 Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini
amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik
terganggu. Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic
kehamilan ektopik terganggu. Diagnosis pastinya ialah apa bila
ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalamnya
tampak denyut jantung janin. Dan dapat dinilai kavum uteri,
kosong atau berisi. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum
uteri, adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri, adanya
massa komplek di rongga panggul.
 Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terakhir
untuk kehamilan ektopik terganggu. Pada pemeriksaan ini dapat
dilihat dengan mata sendiri perubahan-perubahan pada tuba dan
darah yang terkumpul dalam rongga perut terutama pada
kehamilan ektopik yang sudah terjadi rupture pada tuba.

2.8 Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya
adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan
dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut
sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang
harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan
bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan
terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung
terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik terganggu dapat pula dengan transfusi,
infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga

11
antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan
sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di
rumah sakit.
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk
tindakan operatif laparatomi
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk
melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus
dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama)
atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat
pengisap dan wadah penampung yang steril
e. Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam
kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan
dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih)
dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
f. Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai
saringan pada bagian tabung tetesan.
g. Tindakan dapat berupa :
 Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi tetapi pada kehamilan ektopik
terganggu jika sudah terjadi ruptur maka tuba harus diangkat.
 Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi
dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu
mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba
kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko
tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau
rekurensi (hasil ektopik ulangan).
h. Mengingat kehamilan ektopik terganggu berkaitan dengan gangguan
fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka

12
sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan
spektrum yang luas.
i. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
 Ketoprofen 100 mg supositoria.
 Tramadol 200 mg IV.
 Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi
hipersensitivitas)
 Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
j. Konseling pasca tindakan
 lanjutan fungsi reproduksi.
 Resiko hamil ektopik ulangan.
 Kontrasepsi yang sesuai.
 Asuhan mandiri selama dirumah.
 Jadwal kunjungan ulang
k. Criteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah :
 Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah.
 Diameter kantong gestasi  4 cm
 Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
 Tanda vital baik dan stabil

13
KASUS

A. Identitas
Nama : Ny. N
Umur : 27 tahun
Alamat : Wonosari Surabaya
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2017
No.RM : 12.63.70.95

B. Data Dasar
Keluhan Utama:
Perut semakin membesar

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan perut semakin membesar sejak 4 bulan lalu.
Pasien rujukan dari RSUD Probolinggo dengan curiga kehamilan diluar
kandungan.

Riwayat Perjalanan Singkat


Agustus 2017
Pasien terlambat haid. Pasien kemudian tes kencing sendiri dan
diketahui hasilnya positif.
Agustus-Desember 2017
Pasien periksa ke dr. Aminudin, SpOG dan dilakukan pemeriksaan
USG. Hasil USG: tidak ditemukan adanya kehamilan.
21 Desember 2017
Pasien periksa ke SpPD dengan keluhan perut membesar, kemudian
dilakukan USG Abdomen. Hasil USG Abdomen: tampak adanya gestational
sac yang sangat besar berisi fetus tunggal dengan kepala di kanan atas
punggung letak oblique dari kanan atas ke kiri bawah.

14
BPD 73,1 mm ~ 27 minggu AC 156 mm
FL 53 mm ~ ± 28 minggu EFW 1212 g
Plasenta anterior, ketuban cukup.
Kesimpulan:
Gravida THIU ± 28/29 minggu letak kepala di kanan atas, punggung oblique
kanan atas ke kiri bawah, EFW 1212 g
Plasenta di anterior, ketuban cukup dengan curiga uterus didelphis/ uterus
bicornu.
Pasien periksa ke PH1 RSUD Probolinggo dengan membawa hasil USG.
Kehamilan dikatakan baik dan diminta control 1 minggu lagi.
27 Desember 2017
Pasien periksa ke dr. Donny, SpOG dikatakan curiga kehamilan di luar
kandungan. Pasien dirujuk ke RSDS.
28 Desember 2017
Pasien periksa ke RS Moh Sholeh Probolinggo untuk meminta surat rujukan
dan dilakukan pemeriksaan darah.
Hb 10,9 GDA 89
HbsAg (-) HIV (-)
Gol. Darah AB Proteinuri +1
3 Januari 2018
Pasien periksa di PH1 RSDS.

Riwayat Antenatal
HPHT : 017-06-2017
TP : 14-04-2018
Usia kehamilan : 29-29 minggu
Perawatan antenatal :
1. dr. Donny, SpOG: c. Abdominal Pregnancy

Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah sebanyak 1x selama 6 tahun.

15
Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 30 hari
Lama haid : 5 hari
Jumlah : 3 kali ganti pembalut setiap hari
Warna/konsistensi/bau : merah segar, encer, tidak bau anyir
Nyeri : tidak ada

Riwayat Persalinan
1. 9 bln/ SC a/i Gagal OD/ RS Dharmahusada Probolinggo/ ♀/ 2500/ 3 th
2. Hamil ini

Riwayat Kontrasepsi
Suntik 3 bulan, stop 1 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal memiliki riwayat diabetes mellitus, hipertensi, asma,
penyakit jantung, dan alergi obat.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi, asma,
maupun penyakit jantung.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Umum
Kesadaran Compos Mentis
TD 130/70 mmHg N 92 x/m RR 20 x/m T 36,7oC
BB = 82 kg, TB = 155 cm, BMI = 34,16 (Obesitas gr.I)
Kepala/leher: anemis (-) icterus (-) cyanosis (-) dyspneu (-)
Thorax: simetris, retraksi (-)
paru : vesikuler/vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
cor : Suara 1/ suara 2 normal, murmur – / gallop –

16
Abdomen :
• Inspeksi :
tidak didapatkan lesi, simetris, dan tak tampak benjolan.
• Auskultasi : bising usus (+) dalam batas normal
• Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-)
• Palpasi :Tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat kering merah, edema -/-
Status Obstetric
TFU : sde Letak : sungsang DJJ : 13-13-13
His : - V/V : flux (+) / fluor(-)
VT : Ø (-)/ Bagian terendah janin masih tinggi

D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG FM: (03/01/2018)
BPD 7,87 ~ 30/31 minggu
HC 28,18 ~ 30/31 minggu
AC 35,16 ~ 29/30 minggu
FL 5,66 ~ 29/30

Hum: 4,94 ~ 29 minggu


Rad: 4,20
Ulna: 4,28
UtAF: 7,5 x 5,6 x 8,2
Endometrial Line (+)
Curiga Abdominal Pregnancy
EFW: 1449 g

Kesimpulan: Abdominal pregnancy implant di dinding anterior abdomen


hingga sedikit bagian liver.

17
E. Diagnosis
GIIP1001 28/29 minggu TH + c. Abdominal Pregnancy + BSC 1x + Obesitas
gr. I (BMI 34,16) + TBJ 1400 g

F. Planning
Terapi
Lapor DPJP dr. Cininta, SpOG  advis:
✓ MRS VK
✓ Injeksi Dexamethasone Pematangan Paru (2hari)
✓ Pro laparotomy (Jumat, 5/1/2018), bila memungkinkan di GBPT. Bila
fetal distress, pro CITO Laparotomi. Bila ada tanda akut abdomen, pro
CITO Laparotomi
✓ Cek lab di VK
✓ Konsul anestesi, kardio dari VK
Monitoring
Vital sign, Keluhan pasien (tanda akut abdomen), DJJ (tanda fetal distress)
Edukasi
 Lanjutan fungsi reproduksi
 Risiko kehamilan ektopik ulangan
 Kontrasepsi yang sesuai
 Asuhan mandiri selama di rumah
 Jadwal kontrol

G. Prognosis
Dubia ad malam

18
PEMBAHASAN

Diagnosis yang ditegakkan untuk pasien ini adalah GIIP1001 28/29


minggu TH + c. Abdominal Pregnancy + BSC 1x + Obesitas gr. I (BMI 34,16) +
TBJ 1400 g. Pada pasien ini didapatkan gejala klinis berupa perut yang semakin
membesar. Pasien merasa bahwa dirinya hamil 6 bulan. Saat pasien melakukan tes
kehamilan sendiri, didapatkan hasil positif, tetapi saat dilakukan pemeriksaan
USG di SpOG tidak didapatkan adanya janin di rahim. Pada pemeriksaan fisik,
status umum dalam batas normal dan pada pemeriksaan ginekologis TFU: sde,
Letak : sungsang, DJJ : 13-13-13 , His : -, V/V : fluxus- / fluxus –, VT : bagian
terendah janin masih tinggi. Hasil pemeriksaan ini didukung dengan hasil USG
didapatkan abdominal pregnancy implant di dinding anterior abdomen hingga
sedikit bagian liver.. Rencana terapi yang akan diberikan pada pasien ini adalah
mencegah terjadinya komplikasi akibat kehamilan ektopik terganggu. Selain itu,
juga bertujuan menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Oleh karena itu, rencana
terapi yang dilakukan adalah laparotomy dengan sebelumnya harus menyesuaikan
kondisi ibu dan janin. Bila ada tanda-tanda akut abdomen dari ibu atau janin
distress, maka dapat dilakukan Cito Laparotomi.
Pada pasien ini prognosis untuk diagnosis tersebut adalah dubia ad malam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Prawirorahardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirorahardjo.

20

Anda mungkin juga menyukai